BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

Koping individu tidak efektif

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan


BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II KONSEP DASAR. mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

MAKALAH HALUSINASI. Rentang respon :

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB II KONSEP DASAR A.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

NURSING CARE PLAN (NCP)

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

BAB II TINJAUAN TEORI

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

BAB III TINJAUAN KASUS

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa adanya stimulus. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, ini serina terjadi pada pasien skizofrenia (Stuart dan sudden, 1991). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar, keyakinan tentang halusinasi adalah: sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu/yakin sekali bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004). Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah: dimana seseorang mempersiapkan sesuatu tanpa adanya stimulus/rangsangan dari luar. B. Jenis jenis halusinasi Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart dan Sundeen (2001) meliputi : 1. Halusinasi pendengaran (Akustik) Karakteristik: Mendengar suara-suara/bisikan-bisikan, paling-paling suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai katakata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan percakapan lengkap antara 6

dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi pikiran yang mendengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang membahayakan. 2. Halusinasi penglihatan (visual) Karakteristik: Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometri, gambar kartoon, bayangan yang rumit/kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti milihat monster. 3. Halusinasi penghidu Karaktristik: Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang/dimensi. 4. Halusinasi pendengaran Karakteristik: Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. 5. Halusinasi perabaan Karakteristik: Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa kesetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain 6. Halusinasi canesthetic Karakteristik: Merasakan fungsi tubuh seperti:aliran darah divena atau diarteri, perencanaan makanan atau pembentukan urine. 7. Halusinasi klinesthetic Karakteristik: Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berhenti 7

C. Fase-Fase halusinasi 1. Fase comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan) Klien mengalami ansietas sedang dan halusinasi yang menyenangkan. klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan, untuk meredakan ansietas. Individu mengalami bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran. Perilaku klien: Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik. 2. Fase Condemning (ansietas berat halusinasi memberatkan) Pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang di persiapkan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain psikotik ringan. Perilaku klien: Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas seperti penigkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita. 3. Controling (ansietas berat pengalaman sensori menjadi berkuasa) Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien 8

mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti psikotik. Perilaku klien: Kemampuan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaran berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit adanya tanda-tanda fisik. Ansietas berat: berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi peraturan. 4. Conquering panik (umumnya menjadi lebur dalam halusinasi) Pengalaman sensori jadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik psikotik berat. Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat suicida/nomicide aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks, tidak mampu berespons lebih dari 1 orang (Stuart dan Laraia, 2001). D. Rentang Respons Neurobiologis Respon perilaku klien dapat diidentifikasikan sepanjang rentang respons yang berhubungan dengan fungsi neurologi. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam tabel berikut: 9

Respons adaptif. 1. Pikiran logis 2. persepsi akurat 3. Emosi koasiaten pengalama 4. Perilaku sesuai 5. Hubungan sosial 1. Pikiran kadangkadang Menyimpang 2. Ilusi 3. Reaksi emosional ber lebihan/kurang 4. Perilaku ganjil (tidak lazim) 5. Menarik diri Respon maladaptife 1. Gangguan pikiran/waham 2. Haluasi 3. Kesulitan untuk memproses emosi 4. Ketidakteraturan 5. Isolasi sosial Gambar 2.1 Rentang Respon halusinasi (Stuart dan Laraia,2005) Gejala psikosis dikelompokkan menjadi 5 katagori utama fungsi otak: kognitif, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi yang saling berhungan, perilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi termasuk pada semua aspek memori, perhatian, bentuk, dan isi bicara, pengambilan keputusan dan isi pikir (waham dan pola pikir primitif). persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari situasi stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra. Perilaku berhubungan dengan masalah-masalah persepsi yaitu halusinasi, ilusi, dan depersonalisasi (Stuart, 2002). Perilaku yang berhubungan dengan emosi dapat diekspresikan secara berlebihan (hiperekspresi) atau kurang (hipoekspresi) dengan sikap yang sesuai. Individu yang mengalami skizofrenia mempunyai masalah yang 10

berhubungan dengan hipoekspresi diantaranya : tidak enak dipandang, membingungkan, sulit diatasi dan sulit di pahami oleh orang lain. Perilaku yang berhubungan dengan gerakan diantaranya gerakan mata abnormal, menyeringai, langkah yang tidak normal, apraksia dan ekoprasia. Perubahan perilaku meliputi agresi/agitasi, perilaku stereotip, impulsif dan afolisi. Perilaku yang berhubungan dengan sosialisasi diantaranya menarik diri, harga diri rendah, tidak tertarik dengan aktivitas rekreasi dan perubahan kualitas hidup (Stuart, 2002). E. Etiologi 1. Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Sundeen (1991) faktor predisposisi meliputi: a. Biologis Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami termasuk hal-hal berikut: Penelitian pencitraan otak yang sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas dalam perkembangan skizofrenia. Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini: Dopamine neurotransmitter yang berlebihan. Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lain. 11

Masalah-masalah pada sistem reseptor dopamine keluarga dengan kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi pada skizofrenia. b. Psikologis. Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologi yang maladaptif belum didukung oleh penelitian, sayangnya teori psikologi terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga menimnulkan kurangnya rasa percaya diri keluarga terhadap kesehatan jiwa profesional. c. Sosial Budaya. Perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat berarti serta perilaku mengasumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positip dalam interaksi dengan lingkungan. d. Organik. Gangguan orientasi realitas muncul kelainan organik yang bisa disebabkan infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi yang abnormal serta gangguan metabolik masuk didalamnya. 2. Faktor Presipitasi. Menurut Stuart dan Sudden (1991) faktor presipitasi halusinasi adalah sebagai berikut: a. Biologis. Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurologis yang maladaptif termasuk. 12

1) Gangguan dalam peraturan umpan balik otak yang mengatur proses informasi. 2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi rangsangan. b. Stres lingkungan. Secara biologis menerapkan ambang terhadap toleransi stres yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c. Pemicu Gejala. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu. F. Manifestasi Klinik. Menurut Towsend (1998) karakteristik perilaku yang dapat ditunjukkan klien dan kondisi halusinasi berupa: 1. Data Subyektif Klien mendengar suara atau bunyi tanpa stimulus nyata, melihat gambaran tanpa stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus yang nyata, merasa makan sepatu, merasa ada sesuatu pada kulitnya, takut terhadap suara atau bunyi yang didengarnya, ingin memukul dan melempar barang. 13

2. Data Obyektif. Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain, disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi menurun, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi muka tegang, muka merah dan pucat, tidak mampu melakukan aktifitas mandiri dan kurang bisa mengontrol diri, menunjukkan perilaku, merusak diri dan lingkungan. G. Penyebab. Menurut Keliat (1998) mekanisme dari klien dengan menarik diri yaitu: berdiam diri dan tidak ingin berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain, dia juga akan melepaskan dari perhatian orang lain, preokupasi dan pikirannya sendiri yang akhirnya menimbulkan halusinasi. H. Akibat terjadinya masalah. Menurut Keliat (1998) mekanisme resiko mencerai diri, orang lain dan lingkungan yaitu klien dengan halusinasi terjadi perkembangan non realita kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap psikologi klien untuk melakukan perilaku maladaptif. 14

I. Mekanisme koping. Menurut Keliat (1998) perilaku yang mewakili untuk menanggulangi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik. 1. Retensi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mampu sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari sehingga klien menjadi malas beraktivitas. 2. Proteksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda. 3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. 4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami. J. Masalah Keperawatan. Menurut Keliat (2005) adapun masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi adalah: 1. Perubahan persepsi sensori:halusinasi. 2. Resiko tinggi perilaku kekerasan 3. Isolasi sosial 4. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah 15

K. Pohon Masalah. Resiko perilaku kekerasan Perubahan sensori persepsi Halusinasi Core Problem Isolasi sosial Gangguan konsep diri :Harga diri rendah L. Diagnosa keperawatan 1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. 2. Resiko perilaku kekerasan 3. Isolasi sosial 16

M. Perencanaan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan 1 Perubahan persepsi sensori :Halusinasi pendengaran Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi 1) Klien dapat membina Wajah klien cerah, tersenyum, klien a) Sapa klien dengan ramah hubungan saling percaya. mau berkenalan, ada kontak mata, baik verbal maupun non klien bersedia menceritakan verbal perasaannya. b) Perkenalkn diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaan klien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji f) Tunjukkan rasa empati, menerima dan perhatian dasar klien. 2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Klien dapat menyebutkan menarik diri berasal dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan. a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan 17 17

3) anfaat hubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain perasaan menarik diri c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul d) Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya. a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain c) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang 18 18

lain d) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain e) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain f) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain g) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 4) Klien melaksanakan Klien dapat mendemonstrasikan a) Kaji pengetahuan klien 19 19

hubungan secara bertahap hubungan sosial secara bertahap antara klien-perawat : klienperawat-perawat lain:klien-perawatperawat-lain-klien-lain:klienperawat-keluarga/ kelompok masyarakat tentang manfaat berhubungan denganorang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain b) Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : 1.Klien perawat 2. Klien perawat perawat lain 3.Klien perawat peawat lain klien lain 4.Klien perawat keluarga /kelompok masyarakat c) Memberi reinforcement terhadap keberhasilan yang sudah dicapai d) Membantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain e) Mendiskusikan jadwal harian 20 20

5) Klien dapat mengungkapkan perasaan dengan orang lain Klien dapat mengungkapkan perasaan berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu f) Memotifikasi klien untuk mengikuti kegiatan harian g) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain a) Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain. b) Mendiskusiskan bersama klien tentang perasaanya manfaat berhubungan dengan orang lain. c) Beri reinforcement positif tentang kemanpuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungandengan orang 21 21

lain. 6) Klien dapat berdayakan sistem pendukung atau keluarga Keluarga dapat menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara perawat klien menarik diri dan berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri a) Bina hubungan saling percaya Salam dan perkenalkan diri sampaikan tujuan Eksplorasi perasaan keluarga b) Diskusikan dengan anggota keluarga yang lain tentang Perilaku menarik diri Penyebab perilaku menarik diri Akibat perilaku menarik diri jika perilaku menarik diri tidak di hadapi c) Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomuniksi dengan orang lain d) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian untuk menjenguk klien minimal 1x seminggu 22 22

e) Memberi reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga 2 Resiko perilaku kekerasan Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. - Ekspresi wajah bersahabat,menunjukkan rasa senang,klien mau menyebutkan nama, ada kontak mata, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, klien mau mengutarakan masalahmasalah yang terjadi - Perkenalkan diri dengan sopan.. a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. b) Perkenalkan diri dengan sopan. c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaan klien. d) jelaskan tujuan pertemuan. e) jujur dan menepati janji. f) Tunjukkan sikap empati,menerima klien apa adanya. g) Beri perhatian pada 23 23

klien dan perhatian dasar klien klien. 2. Klien dapat mengenal halusinasinya. a) Klien dapat menyebutkan stressor,frekuensi timbulnya halusinasi,isi,dan respon. b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya. a) Adanya kontak sering dan singkat secara bertahap. b) Observasi tingkah laku klien berkaitan dengan halusinasinya,bicara dan tertawa tanpa stimulus,memandang ke kiri dan kanan (seolah-olah ada teman bicara). c) Bantu klien mengenali halusinasinya. jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa ada suara yang didengar Jika klien mengatakan ada, lanjutkan apa yang dikatakan 24 24

Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara-suara itu namun perawat sendiri itu tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh dan menghakimi ) Katakan bahwa perawat akan membantu klien. d) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi,waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam, jika sendiri / jengkel / sedih 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk a) Identitas bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi 25 25

mengendalikan halusinasinya b) Klien dapat menyebutkan cara baru c) Klien memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain-lain b) Diskusi manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian kepada klien c) Diskusikan cara lain untuk memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi. Katakan saya tidak mau mendengar kamu (pada saat halusinasi terjadi ) Menemui orang lain (perawat, teman, dan anggota keluarga) Untuk bercakap-cakap atau mengatakanhlusinasi yang didengar Membuat jadwalkegiatan sehari- 26 26

hari agar halusinasi tidak sempat muncul Meminta keluarga atau perawat menyapa jika tampak bicara sendiri d) Bantu klien memilih dan melatih cara e) memutus halusinasi secara bertahap f) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil g) Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulus persepsi 4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya a) Klien dapat membina hubungan dengan perawat b) Keluerga dapat menyebutkan a) Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami 27 27

pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya halusinasi b) Diskusikan dengan keluarga saat berkunjung / pada saat kunjungan c) Gejala halusinasi yang dialami oleh klien d) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi e) Cara merawat keluarga yang halusinasi rumah, beri kegiata jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama f) Beri reinforcement waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan, halusinasi tidak dapat terkontrol dan resiko mencederai orang lain. 28 28

5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat dan efek samping obat b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat yang benar c) Klien dapat informasi efek samping obat a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat b) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan manfaatnya c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat, efek samping obat yang dirasakan d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar. 3 Kerusakan interaksi sosial klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal a)bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik 29 29

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal Perkenalkan diri dengan sopan Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien Jelaskan tujuan pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien 30 30

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek yang positif keluarga,lingkungan yang dimiliki klien a) Diskusikan kemampuan dan aspek positf yang dimiliki klien b) Setiap bertemu klien dihindarkan dari penilaian negatif c) Utamakan memberi pujian yang realistik 3) Kien dapat menilai kemampuan yang digunakan 4) Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan Klien dapat membuat rencana kegiatan harian Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapt dilakukan setiap hari sesuai kemampuan Kegiatan mandiri Kegiatan dengan bantuan sebagian Kegiatan yang membutuhkan bantuan total b) Tingkatkan kegiatan 31 31

yang sesuai dengan toleransi kondisi klien c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan b) Beri pujian atas keberhasilan klien c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat 32 32

c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 33 33

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. SP1p: 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien. 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien 4. Mengidentifikasi frekwensi halisinasi pasien. 5. mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi. 6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi. 7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik 8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal harian. SP II p: 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelunnya. 2. Melatih cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain. 3. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian. SP III p: 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan ( yang bisa dilakukan pasien ). 3. Membimbing pasien memasukkanjadwal kegiatan harian. SP IV p: 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 34

2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat (prinsip 5 benar minum obat ) 3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Keluarga Sp I k: 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi Sp II k : 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi. 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi. Sp III k: 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat ( discharge planning ) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang. 2. Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Pasien SP1p: a. Mengidentifikasi penyebab PK 35

b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK c. Mengidentifikasi PK yang dilakuikan d. Mengidentifikasi akibat PK e. Mengajarkan cara mengontrol PK f. Melatih pasien cara control PK fisik 1 ( nafas dalam ) g. Membimbing pasien mamasukkan dalam jadwal kegiatan harian SP II p: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih pasien cara kontrol PK fisik II (memukul bantal /kasur /konversi energi). c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian. SP III p: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih pasien cara kontrol PK secara verbal (meminta,menolak dan mengungkapkan marah secara baik) c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian. SP IV p: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya b. Melatih pasien cara kontrol PK secara spiritual (berdo a,berwudhu,sholat) c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian 36

Sp I k: a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien b. Menjelaskan pengertian PK,tanda dan gejala,serta proses terjadinya PK c. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK Sp II k : a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK b. Melatih keluargamelakukan cara merawat langsung kepada pasien PK Sp III k: a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang 3. Isolasi sosial : Menarik diri. Sp Ip: a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien b. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain c. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain d. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang e. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian 37

Sp IIp: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya b. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian Sp IIIp: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya b. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian Sp Ik: a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien b. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi sosial yang di alami pasien beserta proses terjadinya c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial Sp IIk: a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial Sp IIIk: a. Membantu keluarga membuat jadwal dalam aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang. 38