BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Prosedur

KARAKTERISTIK DOMBA LOKAL PALU BERDASARKAN KERAGAMAN MORFOMETRIK

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

MATERI DAN METODE. Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar 45 ekor 20 ekor 38 ekor 56 ekor 89 ekor 80 ekor

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

MATERI DAN METODE. Materi

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan

MATERI DAN METODE. Materi

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

TINJAUAN PUSTAKA Domba

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

MATERI DAN METODE PENELITIAN

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

BAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

MATERI DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Parameter yang Diukur Pengambilan Data

Transkripsi:

33 pertalian genetik yang relatif dekat akan kurang memberikan laju pertumbuhan anaknya dengan baik. Sifat morfolgis ternak seperti ukuran tubuh dan pola warna dapat digunakan untuk menganalisis estimasi jarak pertalian genetik rumpun domba antar daerah seperti yang dilakukan oleh Herera et al. (1996) dan Suparyanto et al. (1999). Hartl (1988) menyatakan bahwa pola perbedaan sifat fenotipik yang ada dalam setiap individu ternak dapat digunakan untuk menentukan asal rumpun ternak. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kodya Palu dan Kecamatan Biromaru Sulawesi Tengah. Penelitian pendahuluan telah dilakukan pada bulan November 2005 dan selanjutnya dilakukan pada bulan Februari - Mei serta Nov-Des 2006. Poboya Kawatuna Biromaru Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian.

34 Materi dan Peralatan Pengumpulan data ukuran tubuh ternak diambil dari tiga daerah yaitu Kel. Poboya Kecamatan Palu Timur, Kel. Kawatuna Kec. Palu Selatan dan Desa Loru Kec. Biromaru. Ternak domba yang digunakan milik peternak rakyat sebanyak sebanyak 412 ekor. Teknik pengambilan ternak sampel dilakukan secara acak, domba dewasa di Palu Timur 102 ekor (24%), Palu Selatan 122 ekor (10%) dan Biromaru 56 ekor (28%). Domba anak 28 ekor Palu Timur dan 64 ekor Palu Selatan. Domba muda 15 ekor Palu Timur, 25 ekor Palu Selatan dan 17 ekor berasal dari Biromaru. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan berdiri kapasitas 100 kg, mistar ukur, kaliper, pita ukur, borang dan alat-alat tulis. Peubah yang Diamati Dinamika Populasi 1. Jumlah jantan dan betina dewasa 2. Jumlah domba pada berbagai strata umur (anak, muda, dewasa), 3. Ternak masuk, 4. Ternak keluar/ pemotongan 5. Mortalitas. 6. Jumlah pemilikan ternak domba/kk, 7. Jumlah peternak, 8. Pekerjaan peternak, 9. Pendidikan peternak dan pengalaman peternak Sifat Reproduksi 1. Jumlah anak sepelahiran (tunggal, kembar dua, kembar tiga,) 2. Jarak beranak antara dua partus 3. Jumlah anak sapihan (disusui sapih - hidup) 4. Jumlah jantan dan betina dewasa perkelompok 5. Umur jantan afkir dan umur betina afkir.

35 Sifat Kuantitatif Penentuan umur dilakukan terlebih sebelum pengamatan dengan melihat pergantian gigi seri dan berdasarkan informasi dari peternak. Peubah yang berkaitan dengan ukuran-ukuran tubuh yang diukur pada domba jantan dan betina dewasa (gigi genap/12-36 bulan). Bobot Badan Bobot badan (BB) pada domba dewasa, bobot lahir-12 minggu, sapih dan muda pada jantan dan betina(6 bulan), ditimbang pada pagi hari sebelum domba diberi makan/digembalakan dengan timbangan gantung kapasitas 50 kg (satuan dalam kg). Tubuh Bagian Kepala 1. Panjang tengkorak (PTR) diukur jarak antara titik yang anterior kepala sampai titik posterior tengkorak, dengan mistar ukur (satuan dalam cm). 2. Lebar Tengkorak (LTR), diukur jarak antara titik penonjolan tengkorak paling luar kiri dan kanan menggunakan kaliper (satuan dalam cm). 3. Tinggi tengkorak (TKR), diukur jarak antara titik dorsal tengkorak sampai titik lateral rahang terendah dengan kaliper (satuan dalam cm). 4. Panjang tanduk (PTD), diukur dari pangkal tanduk sampai ujung tanduk mengikuti alur putaran tanduk sebelah luar dengan mistar ukur (satuan dalam cm). 5. Lingkar pangkal tanduk (LPT), diukur melingkar pada pangkal tanduk dengan pita ukur (satuan dalam cm). 6. Jarak antar tanduk (JAT), diukur dari jarak antar pangkal tanduk sebelah kiri dan kanan dengan pita ukur (satuan dalam cm). 7. Panjang telinga (PTl), diukur jarak antara pangkal daun telinga sampai titik ujung telinga dengan mistar ukur (satuan dalam cm). 8. Lebar telinga (LTl), diukur jarak antara dua titik terluar tengah daun telinga secara tegak lurus terhadap panjang telinga dengan pita ukur (satuan dalam cm).

36 Tubuh Bagian Depan 1. Panjang leher (tulang leher) (PL), diukur dari pangkal leher sampai pangkal punggung dengan pita ukur (satuan dalam cm). 2. Lingkar leher (LkH), diukur melingkar leher bagian tengah dengan pita ukur (satuan dalam cm). 3. Tinggi pundak (TPd), jarak tertinggi pundak sampai tanah, diukur menggunakan mistar ukur (satuan dalam cm). 4. Panjang humerus (PH) diukur dari ujung head humerus sampai ujung bagian bawah humerus diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm). 5. Panjang radius- ulna (PRU) diukur dari olecranon sampai stiloid process of ulna dekat carpus diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm). 6. Panjang metacarpus (PM) diukur dari carpus sampai prox sesamoids diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm). 7. Lingkar kanon (LkK)/ tulang pipa (metacarpus), diukur melingkar di tengah-tengah tulang pipa kaki depan sebelah kiri dengan pita ukur (satuan dalam cm). Tubuh Bagian Tengah 1. Tinggi punggung (TPg), jarak bagian punggung paling atas sampai ke tanah, diukur menggunakan mistar ukur (satuan dalam cm). 2. Panjang badan (PB), jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang Scapula sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk/os ischium), diukur menggunakan mistar ukur (satuan dalam cm). 3. Lebar dada (LD), jarak antara bagian tengah tulang dada kiri dan kanan diukur dengan kaliper (satuan dalam cm). 4. Dalam dada (DD), jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada bawah, diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm). 5. Lingkar dada (LD), diukur melingkar rongga dada di belakang sendi tulang bahu (os scapula) menggunakan pita ukur (satuan dalam cm). Tubuh Bagian Belakang 1. Tinggi pinggul (TPgl), jarak antara titik tertinggi pinggul sampai tanah, diukur menggunakan mistar ukur (satuan dalam cm).

37 2. Panjang dalam pinggul (PDPgl), jarak antara bagian anterior tulang pinggul sampai ujung benjolan tulang tapis (os ischium), diukur dengan menggunakan mistar (dalam cm). 3. Lebar antara tulang tapis (LATT) jarak antara dua os ischium sisi tulang tapis kiri dan kanan, diukur dengan kaliper (satuan dalam cm). 4. Panjang tulang paha (PTP) femur, jarak antara dua ujung tulang paha diukur dengan mistar (satuan dalam cm). 5. Panjang tibia (PT) diukur dari bagian atas sampai ujung bawah tibia diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm). 6. Panjang metetarsus (PMt) diukur dari jarak antara dua ujung metatarsus dengan mistar ukur (satuan dalam cm). Bagian Ekor 1. Panjang ekor (PEk), diukur jarak dari pangkal ekor sampai ujung ekor dengan pita ukur (dalam satuan cm). 2. Lebar pangkal ekor (LPEk), diukur jarak lebar antara titik sisi kiri dan kanan pangkal ekor dengan pita ukur (satuan dalam cm). 3. Lingkar pangkal ekor(lkpek), diukur dengan melingkarkan pita ukur ke pangkal ekor dengan pita ukur (satuan dalam cm). Bagian Scrotum 1. Panjang scrotum (PjS), diukur tegak lurus sepanjang scrotum menggunakan pita ukur (satuan dalam cm). 2. Lebar scrotum (LS), diukur jarak antara sisi kiri dan kanan bagian tengah scrotum menggunakan kaliper (satuan dalam cm). 3. Lingkar scrotum (LkS), diukur melingkar bagian tengah scrotum menggunakan pita ukur (satuan dalam cm). Sifat Kualitatif 1. Garis muka, dilihat dari samping dan diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu lurus dan cembung. 2. Mata, diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu menonjol keluar (cembung) dan normal.

38 3. Posisi telinga, diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu mengantung, tegak samping dan tegak atas. 4. Bentuk telinga diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu rumpung (sempit) daun hiris (medium) dan rubak (lebar). Telinga rumpung yaitu bila daun telinga menguncup (seperti kuncup bunga ros) atau menggulung dan lubang telinga tidak tampak jelas, berukuran pendek, kecil bahkan tampak seolah olah tidak berdaun telinga. Telinga berdaun hiris (medium) seolah olah hampir menggulung, tetapi lubang telinga masih tampak jelas dan daun telinga meruncing ke ujung. Telinga rubak (lebar) daun telinga lebar dan panjang, ujung telinga tidak runcing (bulat), lubang telinga tampak jelas. Secara kuantitatif menurut Mulliadi (1996), telinga rumpung (sempit) bila ukuran panjang krang dari 4 cm, daun telinga hiris (medium) panjang daun telinga antara 4-8 cm dan daun telinga rubak (lebar) bila panjang daun telinga lebih dari 8 cm. 5. Ada tidaknya tanduk, baik pada jantan atau betina diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu tidak bertanduk, benjolan dan bertanduk. 6. Garis punggung, dilihat dari samping pada posisi berdiri normal, diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu cembung, lurus dan cekung. 7. Bentuk ekor, diklasifikasikan dalam tiga kelompok berdasarkan pengukuran lebar pangkal ekor, yaitu gemuk bila pangkal ekor lebar lebih dari 9 cm, ekor sedang antara 5-8 cm dan ekor tipis (sempit) lebar kurang dari 4 cm. 8. Bentuk wol/bulu, diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yatiu lurus, berombak dan keriting. 9. Sebaran pola warna wol/bulu pada bagian badan yang diamati mulai dari leher dan badan tanpa kaki dan ekor. Sebaran pola warna dibagi dalam empat kelompok utama, yaitu putih, hitam coklat dan abu-abu atau kombinasi dari keempat warna tadi sesuai dengan sebaran dominasinya. Pola warna dikelompokkan dalam warna polos, bintik-bintik, bercak (belang kecil), bercak (belang besar), strip sempit dan strip besar.

39 ANALISIS DATA Sifat Kuantitatif Data sifat kuantitatif berupa bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba Donggala dihitung nilai rata-rata (X), simpangan baku (SB) dan koefisien keragaman (KK). Untuk mengetahui pengaruh lokasi, umur dalam lokasi dan jenis kelamin dalam umur dalam lokasi terhadap bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba Donggala dilakukan analisis keragaman (ANOVA) dengan menggunakan General Linier Model (GLM). Untuk memberikan diskriminasi terhadap ukuran dan bentuk tubuh domba Donggala, data ukuran-ukuran tubuh dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU). Pengolahan data hasil penelitian dan pembuatan diagram menggunakan perangkat lunak statistik Minitab 14. Hasil AKU akan diperoleh persamaan ukuran dan bentuk diturunkan dari matriks kovarian. Model matematika AKU menurut Gasperz (1992) sebagai berikut : Yp = a 1p X 1 + a 2p X 2 +... + a pp Xp Keterangan : Yp = komponen utama ke-p a 1p -a pp = vektor ciri atau vektor Eigen ke-p untuk p = 1,2,3,...,17. Xp = peubah ke-p untuk p = 1,2,3,...,17 Dua komponen utama yang mempunyai nilai keragaman tertinggi digunakan sebagai persamaan ukuran dan bentuk. Korelasi antara ukuran dan bentuk dari masing-masing peubah dihitung berdasarkan rumus (Gaspersz 1992). aij λ j rx i y j = S Keterangan : rx i y j = korelasi antara peubah-peubah x i dan komponen utama ke-j (j =1,2,3,...,17 ) a ij = vektor Eigen/Vektor ciri ke-j ; λ j = nilai Eigen /Akar ciri ke-j S i = simpangan baku dari peubah x i i

40 Sifat Kualitatif Sifat kualitatif yang diamati. yaitu morfologi tubuh meliputi warna kepala, warna bulu tubuh, pola warna bulu, bentuk wol dan bentuk ekor dianalisis secara deskriptif. Analisis menggunakan Frekuensi Relatif (Mulliadi 1996) dengan formula sebagai berikut. Frekuensi Relatif Sifat A = Σ Sifat A x 100% N Keterangan : A = salah satu sifat yang diamati N = total sampel yang diamati Jarak Genetik Fungsi diskriminan sederhana dilakukan untuk penentuan jarak genetik (Manly 1989). Pendugaan kesamaan genetik dan jarak genetik dihitung dengan menggunakan semua peubah morfometrik yang diamati. Analisis data menggunakan paket program SAS 6,12. Dari hasil matrik tersebut dilakukan analisis pohon fenogram dengan menggunakan soft ware aplikasi MEGA2 yang dibangun oleh Kumar at al. (1993). Gambar 3 Pengukuran berdasarkan anatomi kerangka (skeleton ) pada domba; Sisson (1953).