PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KONDISI RUMAH DENGAN KELUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNTUNGAN KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI WLAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

Transkripsi:

Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA 348 PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA SIPRIANUS SINGGA, ALBERTUS ATA MARAN ABSTRAK Penggunaan bahan bakar dalam rumah tangga menjadi salah satu faktor penyebab kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahan bakar dan faktor risiko kejadian ISPA pada balita di kelurahan Sikumana. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang menderita ISPA di kelurahan sikumana pada bulan Juni tahun 2013 dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 orang balita. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis-jenis bahan bakar yang paling banyak digunakan pada rumah penderita ISPA adalah minyak tanah dan kayu api. Rata-rata jumlah bahan bakar yang dalam rumah tangga adalah minyak tanah sebanyak 5 l/minggu dan kayu api sebanyak 10 ikat/minggu. Faktor risiko kejadian ISPA yang paling dominan adalah letak dapur yang dekat dengan ruang sebesar 100%, diikuti oleh kebiasaan ibu membawa anak saat memasak sebesar 96% dan terdapat asap dalam rumah ketika memasak sebesar 74%. Masyarakat disarankan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar yang banyak mengeluarkan asap, menjauhkan dapur dari ruang keluarga dan tidak membawa anak ke dapur ketika memasak dan membuat ventilasi rumah yang memenuhi syarat. Kata Kunci : Bahan Bakar, ISPA, Faktor Risiko Latar belakang Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan. Menurut WHO, pada tahun 1997, diperkirakan lebih dari 50 juta kematian (52.200.000 orang) yang disebabkan oleh karena infeksi (ISPA, Tuberkulosis, Diare, HIV/AIDS dan Malaria). Dan sampai saat ini penyakit ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama baik di negara maju maupun di negara berkembang.

349 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11 NOMOR 1 JUNI 2013 Saat ini penyakit berbasis lingkungan merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini tercermin dari masih tingginya angka kejadian dan kunjungan penderita beberapa penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit diare, infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA), penyakit kulit, TB paru, kecacingan ke sarana pelayanan kesehatan. Penyakit ISPA menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat karena tingginya angka kematian terutama pada bayi dan balita. Dari seluruh kematian balita proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20-30%, setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 kali episode ISPA tiap tahun dan 40-60% dari kunjungan puskesmas adalah ISPA. ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama karena tingginya angka kematian bayi dan balita. Dari seluruh kematian balita proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20-30%, setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 kali episode ISPA tiap tahun dan 40-60% dari kunjungan puskesmas adalah ISPA (Depkes, 1993). ISPA merupakan salah satu penyakit gangguan pernapasan yang dapat menimbulkan penyakit Pneumonia yang mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukan adanya penarikan dinding dada bagaian bawah ke dalam (Misnadiarly, 2008). Kelurahan Sikumana merupakan salah satu kelurahan di kota Kupang yang mempunyai angka kasus ISPA tertinggi dibandingkan dengan kelurahan yang lain. Penggunaan bahan bakar untuk memasak didapur sangat berperan dalam penyebaran partikel udara yang berbentuk partikel-partikel kecil yang menimbulkan banyak polusi asap dalam rumah yang dapurnya menyatu dengan rumah dapat berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita, jumlah kasus ISPA selama 2 tahun terakhir berdasarkan data dari Puskesmas Sikumana Kecamatan Maulafa kota Kupang jumlah penderita kasus ISPA di kelurahan Sikumana pada tahun 2012 terdapat 4252 0rang dan tahun 2013 bulan januari-maret terdapat 587 orang pasien balita (Laporan Puskesmas, 2013). Menurut Blum faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut turut adalah kondisi lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu komponen lingkungan yang turut berperan dalam dalam penyebaran penyakit adalah rumah. Rumah dapat di artikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan tempat umtuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial (Depkes, 1989). Berdasarkan uraian di atas rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan yaitu memenuhi kebutuhan Fysiologis, psicologis, mencegah penularan penyakit yang terjadi. Di dalam rumah diperlukan *) Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kupang

Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA 350 udara yang segar dengan pergantian udara ruangan yang sudah terpakai. suhu dan kelembaban yang cukup di dalam rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia (Depkes, 1989). Dalam rumah yang sehat, sering terjadi pencemaran udara yang tidak disadari oleh penghuninya. Jenis-jenis dan sumber pencemar dalam rumah berasal dari proses pembakaran bakar yang digunakan untuk memasak misalnya pembakaran kayu, kompor dan elpiji. Bahan Dan Metodologi Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian dengan tujuan utama membuat gambaran tentang penggunaan bahan bakar dan risiko kejadian penyakit ISPA pada balita di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Jenis-jenis bahan bakar, Jumlah bahan bakar, Faktor risiko kejadia ISPA. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah balita yang menderita ISPA di kelurahan sikumana pada bulan Juni tahun 2013 dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 orang pasien balita. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel diambil berdasarkan pertimbangan tertentu (kriteria sampel) yang ditentukan oleh peneliti sendiri. Pengumpulan data penelitian melalui wawancara pada orang tua dan observasi rumah responden. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil Dan Pembahasan Hasil 1. Karakteristik responden penderita ISPA Umur responden (balita penderita ISPA) berkisar dari 0-60 bulan dengan distribusi terbanyak adalah kelompok umur 20-24 bulan sebanyak 24 orang, dan terendah kelompok umur 55-54 dan 55-59 bulan sebanyak 1 orang. Sebanyak 56 responden berjenis kelamin laki-laki dan 44 responden berjenis kelamin perempuan. 2. Penggunaan Bahan Bakar Data penggunaan bahan bakar dibagi menjadi 2 bagian yaitu : jenis dan jumlah bahan bakar. Jenis bahan bakar yang biasa digunakan untuk memasak pada rumah tangga balita penderita ISPA di Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada grafik.

351 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11 NOMOR 1 JUNI 2013 Dari grafi terlihat bahwa gabungan minyak tanah dan kayu api lebih dominan dalam hal jenis bahan bakar yang digunakan, serta diikuti oelh jenis bahan bakar lainnya. Untuk kategori rata-rata jumlah bahan bakar yang digunakan dapat dilihat pada grafik 2 untuk jumlah penggunaan minyak tanah dan grafik 3 untuk penggunaan kayu api. Pada grafik 2 terlihat bahwa sebanyak paling banyak rumah tangga menggunakan minyak tanah 5 liter/minggu didikuti oleh 10 liter/minggu. Untuk jumlah penggunaan kayu api dilihat pada grafik 3. *) Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kupang

Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA 352 Pada grafik 3 terlihat bahwa bahwa sebanyak paling dominan rumah tangga menggunaklan kayu bakar sejumlah 10 ikat/minggu dan diikuti oleh rumah tangga yang menggunakan kayu api sejumlah kayu api 5 ikat/minggu 3. Faktor Risiko Kejadian ISPA Faktor risiko kejadian ISPA di Kelurahan Sikumana yang diamati dalam hubungannya dengan penggunaan bahan bakar di rumah tangga ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Faktor Risiko Kejadian ISPA Yang Berhubungan dengan Penggunaan Bahan Bakar Di Kelurahan Sikumana No Faktor Risiko Kejadia ISPA Jumlah % Rumah 1 Ibu membawa anak ke dapur ketika 96 96 memasak 2 Terdapat asap dalam rumah ketika 77 77 memasak 3 Ruang dapur dengan ruang makan 70 70 digabung 4 Jarak dapur dengan ruang keluarga dekat 100 100

353 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11 NOMOR 1 JUNI 2013 5 Tidak ada lubang ventilasi di dapur 52 52 Pada tabel 1 terlihat bahwa faktor risiko kejadian ISPA tertinggi adalah jarak dapur dengan ruang keluarga sebesar 100%, perilaku ibu membawa anak ke dapur sebesar 96%, terdapat asap dalam rumah ketika memasak sebesar 77%, sedangkan faktor risiko kejadian ISPA terendah adalah tidak ada ventilasi di dapur sebesar 13%. Pembahasan Penggunaan bahan bakar untuk memasak di rumah tangga sangat berpengaruh terhadap faktor risiko kejadian ISPA yang dimana bahan bakarnya banyak mengeluarkan asap dan konstruksi rumah yang tidak memiliki ventilasi di dapur yang menyebabkan asap lama tinggal di dapur maupun perilaku ibu membawa anak ke dapur sehingga anak yang berada bersama ibu di dapur anak tersebut sering terpapar asap yang juga mengakibatkan gangguan pernapasan pada balita. 1. Jenis Bahan Bakar Pencemaran udara dalam rumah yang berasal dari aktivitas penghuninya, pengguna bahan bakar biomassa untuk memasak (Sukar, 1996). Dari hasil penelitian menunjukan rumah tangga penderita ISPA di Kelurahan Sikumana pada umumnya yang menggunakan bahan bakar minyak tanah dan kayu api dimana kedua bahan bakar tersebut mudah di untuk dapat. Kedua jenis bahan bakar tersebut ada yang digunakan secara terpisah, namun paling banyak rumah tangga yang menggunakan secara bersamaan atau kombinasi. Kejadian ISPA lebih banyak diderita oleh balita pada rumah tangga yang menggunakan bahan bakar dengan emisi asap yang banyak (kayu api dan minyak tanah) dibandingkan rumah yang menggunakan bahan bakar yang sedikit asapnya (LPG). Hal ini dikarenakan asap merupakan salah satu agen atau penyebab terjadinya ISPA pada balita. 2. Jumlah Bahan Bakar Jumlah bahan bakar yang digunakan dalam rumah tangga akan mempengaruhi jumlah polusi udara dalam rumah tersebut. Gas dan asap dari penggunaan bahan bakar di rumah merupakan sumber utama polusi di udara. Sumber polusi ini bisa dihasilkan dari kegiatan-kegiatan dalam ruangan seperti memasak (Sukar, 1996). Semakin banyak jumlah polutan dalam rumah tangga akan meningkatkan risiko kejadian ISPA pada balita dalam rumah tersebut. hal ini terlihat dari jumlah penderita ISPA yang lebih banyak diderita oleh balita pada rumah tangga yang lebih banyak penggunaan bahan bakarnya. Semakin banyak bahan bakar yang digunakan, maka semakin tinggi pula jumlah polutan dalm *) Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kupang

Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA 354 rumah yang akan mengganggu sistem pernapasan balita. Asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. (Depkes 2002). 3. Faktor Risiko Kejadian ISPA Kejadian ISPA erat kaitanya dengan faktor resiko yaitu kondisi lingkungan rumah dan perilaku. Yang dimaksud dengan kondisi rumah adalah letak dapur dengan ruang keluarga dekat, terdapat asap di dalam rumah saat memasak, ruang dapur dengan ruang makan di gabung dan tidak ada lubang ventilasi di dapur. Sedangkan faktor perilaku adalah kebiasaan ibu membawa anak ke dapur saat memasak. Faktor-faktor risiko tersebut erat kaitannya dengan penggunaan bahan bakar dalam rumah tangga penderita ISPA. Contohnya kebiasaan ibu membawa anak ke dapur, akan meningkatkan risiko kejadian ISPA pada balita tersebut sebagai akibat dari seringnya balita terpapar polutan dari hasil pembakaran didapur. Demikian juga dengan kondisi rumah yang dapurnya dekat dengan ruang keluarga, ruang makan dan dapur digabung serta tidak adanya ventilasi akan meningkatkan risiko kejadian ISPA pada balita di rumah tangga tersebut. Pada rumah-rumah dengan kodisi tersebut, tingkat polusi akibat penggunaan bahan bakar dalam rumah akan lebih tinggi. Tingginya polusi dalam rumah dengan sendirinya menyebabkan balita dalam rumah tersebut rentan terhadap kejadian ISPA. Kesimpulan dan Saran Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Jenis bahan bakar yang paling banyak digunakan pada rumah penderita ISPA di kelurahan Sikumana adalah kayu api dan minyak tanah. Sedangkan rata-rata jumlah penggunaan bahan bakar adalah minyak tanah 5 liter/minggu dan kayu api 10 ikat/minggu. Untuk faktor risiko kejadian ISPA tertinggi adalah jarak dapur dengan ruang keluarga didikuti oleh perilaku ibu membawa anak ke dapur dan terdapat asap dalam rumah ketika memasak sebesar. Kepada masyarakat disarankan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar yang banyak mengeluarkan asap, menjauhkan dapur dari ruang keluarga dan tidak membawa anak ke dapur ketika memasak dan membuat ventilasi rumah yang memenuhi syarat. DAFTAR RUSTAKA Anonim, 2011,polusi udara dalam ruangan lebih bahaya dari luar ruangan, dibaca tanggal 7 april 2013, ww.tanyadok.com/kesehatan/ polusi-udara-dalam-ruanganlebih-bahaya-dari-luar-ruanga. Depkes RI, 1993, pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan

355 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11 NOMOR 1 JUNI 2013 akut. Dirjen PPM dan PLP : Jakarta Depkes RI, 1995. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita dalam Pelita VI, Dirjen PPM dan PLP, Jakarta. Depkes RI, 1998, bimbingan ketrampilan dalam pedoman tatalaksana pneumonia balita penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan akut pada anak. Dirjen PPM dan PLP : propinsi nusa tenggara timur Depkes RI, 1989, persyaratan perumahan dan pemukiman. Dirjen PPM dan PLP : Jakarta Depkes RI, 2002, pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut untuk penanggulangan pneumonia pada balita. Dirjen PPM dan PLP : Jakarta Depkes RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita, Jakarta. Entjang, I. 2000. Ilmu kesehatan masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung Kartasasmita, 1995. Morbiditas dan Faktor Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Cikutra Suatu Daerah Urban di Kotamadya Bandung. Lubis, 1985. Perumahan Sehat, Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Depkes RI, Jakarta Misnadiarly, 2008, penyakit infeksi saluran napas pneumonia pada anak balita, orang dewasa, usia lanjut. Jakarta Notoatmodjo, soekidjo, 1993, metodologi penelitian, rineka cipta, jakarta Puskesmas sikumana, 2013, laporan tahunan puskesmas sikumana Sarimawar, 1999. Pravalensi Pneumonia dan Demam Pada Bayi dan Anak Balita, Buletin Penelitian Kesehatan. Wahyuningsih, 1999. Rumah dan Pemukiman. FKM, UNDIP. Yuliastuti, dkk, 1992. Gambaran Selintas Pasien ISPA di Poliklinik UPA RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Berita Kedokteran Masyarakat. *) Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kupang