PERCOBAAN APLIKASI LAPANGAN PENAMBAHAN LIMBAH POLIPROPILEN KE DALAM CAMPURAN BERASPAL DENGAN CARA KERING

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN PLASTIK LDPE (LOW DENSITY POLY ETHILEN) CARA BASAH DAN CARA KERING TERHADAP KINERJA CAMPURAN BERASPAL

PENGARUH PENAMBAHAN PLASTIK LDPE (LOW DENSITY POLY ETHILEN) DENGAN CARA BASAH DAN CARA KERING TERHADAP KINERJA CAMPURAN BERASPAL

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

PENGARUH PENAMBAHAN PLASTIK LDPE ( LOW DENSITY POLY ETHILEN ) CARA BASAH DAN CARA KERING TERHADAP KINERJA CAMPURAN BERASPAL.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

(Studi Kasus Jalan Nasional Pandaan - Malang dan Jalan Nasional Pilang - Probolinggo) Dipresentasikan Oleh: : Syarifuddin Harahab NRP :

KAJIAN SUHU OPTIMUM PADA PROSES PEMADATAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI BITUMEN LIMBAH PLASTIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

ANALISA JOB MIX DESIGN UNTUK UJI DEFORMASI PADA PERKERASAN ASPAL LATASTON

PENGARUH PENGGUNAAN POLIMER ELVALOY TERHADAP NILAI INDEX KEKUATAN SISA PADA CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DINI PADA PERKERASAN JALAN

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH SEMINAR INTISARI

Bab IV Persiapan Pengujian Laboratorium Untuk Mengukur Kondisi Bonding Antar Lapis Perkerasan

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

S. Harahab 1 *, R. A. A. Soemitro 2, H. Budianto 3

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGARUH PENAMBAHAN FIXONITE DAN SUHU PEMADATAN TERHADAP UNJUK KERJA CAMPURAN BETON ASPAL

PEMANFAATAN TAILING UNTUK BAHAN JALAN (PILOT PROJECT DI TIMIKA PAPUA)

PENGARUH PENAMBAHAN MODIFIER ASPAL YANG MENGANDUNG MANGAN (Mn) TERHADAP SIFAT REOLOGI DAN KARAKTERISTIK CAMPURAN

KERUSAKAN BLEEDING PADA LAPISAN BERASPAL AKIBAT PENGARUH TEMPERATUR ASPAL SAAT PENCAMPURAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

KARAKTERISTIK ASPAL DENGAN BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN IONERJANYA DALAM CAMPURAN HRA OLEH YOLLY DETRA ASRAR NIM :

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

USULAN SPESIFIKASI CAMPURAN BERASPAL PANAS ASBUTON LAWELE UNTUK PERKERASAN JALAN

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE MENGGUNAKAN PENGIKAT SEMARBUT TIPE II

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL (105M)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

STUDI DEFORMASI PERMANEN BETON ASPAL DENGAN PENAMBAHAN PARUTAN KARET SEPATU BEKAS. Ari Haidriansyah

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

KARAKTERISTIK MARSHALL MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 DENGAN VARIASI WAKTU PENGADUKAN CAMPURAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

KINERJA LABORATORIUM DARI CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS AUS (AC- WC) MENGGUNAKAN ASPAL MODIFIKASI POLIMER NEOPRENE (253M)

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Pengaruh Penambahan Parutan Karet Ban Gradasi Tipe 2 terhadap Parameter Marshall pada Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course SENTOT HARDWIYONO

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DINI PADA PERKERASAN JALAN

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

PENGARUH PEMADATAN DENGAN GYRATORY TESTING MACHINE (GTM) TERHADAP KINERJA LABORATORIUM DARI CAMPURAN ASBUTON BERGRADASI SUPERPAVE TESIS

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERENCANAAN GRADASI AGREGAT CAMPURAN. dari satu fraksi agregat yang penggabungannya menggunakan cara analitis.

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PEMANFAATAN HASIL PENGUPASAN ASPAL UNTUK DAUR ULANG CAMPURAN BETON ASPAL

Studi Pengaruh Temperatur terhadap Modulus Kekakuan Campuran Menggunakan Aspal Berpolimer BituBale

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013, 1-9

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PERCOBAAN APLIKASI LAPANGAN PENAMBAHAN LIMBAH POLIPROPILEN KE DALAM CAMPURAN BERASPAL DENGAN CARA KERING Tjitjik W.Suroso Puslitbang Jalan dan Jembatan, Jln. A.H.Nasution No.264 Bandung RINGKASAN Untuk meningkatkan mutu campuran beraspal dengan cara penambahan limbah polipropilen cara basah (wet process) yaitu pencampuran limbah polipropilen kedalam aspal terdapat beberapa kendala antara lain temperatur yang tinggi sehingga menyebabkan asap dan membutuhkan alat pengaduk, meninggalkan sisa aspal dalam tangki aspal yang cukup banyak yaitu sekitar 3 ton yang tentu saja tidak ekonomis. Untuk itu dicari cara lain untuk pencampuran limbah polipropilen kedalam campuran beraspal dengan cara kering (dry process) yaitu mencampurkan limbah polipropilen kedalam agregat panas pada temperatur campuran yang diperoleh dari pengujian di laboratorium. Dari hasil percobaan lapangan sampai umur 6 bulan diperoleh hasil mutu campuran beraspal cara kering mempunyai kinerja lebih baik dari campuran beraspal dengan aspal pen 60 antara lain Stiffness modulus lebih besar, Stabilitas Dinamis lebih besar, Kecepatan Deformasi lebih kecil, kepadatan lebih besar, alur lebih kecil serta dari hasil pengamatan lendutan dengan alat FWD perkerasan dengan campuran beraspal pencampuran limbah polipropilen cara kering lebih kecil dari perkerasan jalan dengan aspal pen 60. Dengan keberhasilan ini menunjukkan cara pencampuran kering mempunyai prospek untuk dapat diaplikasikan didaerah-daerah dimana tidak tersedia alat pengaduk. Kata kunci : Aspal, Cara kering, polipropilen, limbah, Kepadatan, Alur, campuran beraspal

SUMMARY To improve the quality of asphalt mix by adding polipropilen (waste material) in wet process has several constraints such as high temperature which generates smoke requires a mixer, three tones of asphalt residu left in the tank and it is an uneconomical use of resource. Therefore, another method of dry process should be experimented was experimented to add polipropilen into asphalt mixture namely by mixing polipropilen and hot aggregates at mix temperature obtained from laboratory tests. The field experiment results after six months show that the quality of asphalt mixture by dry process has a better performance than asphalt mixture using asphalt pen 60 such as greater stiffness modulus and dynamix stability, little rate of deformation, a greater degree of compaction, less rutting. Base on observation result using FWD comparing to road pavement with asphalt pen 60. The success of the experiment, mixing method by dry process has a good prospect to be applied in areas where mixer are not available. Key word: Asphalt, dry process, polipropilen, waste, density rut, mixed asphalt LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi otomatis diikuti pula kebutuhan masyarakat yang tentu saja menyebabkan besar dan beban lalu lintas meningkat. Kondisi demikian akan membawa dampak kerusakan jalan sebelum umur pelayanan dilalui. Hal ini disebabkan perkerasan jalan tertentu sudah tidak mampu lagi menahan beban kendaraan. Tentu saja persoalan ini harus dicarikan solusinya. Salah satu dengan cara meningkatkan mutu aspal sehingga kinerja campuran beraspal dapat meningkat yang pada akhirnya dapat menaikkan umur pelayanan perkerasan jalan tersebut. Bahan untuk menaikkan mutu aspal atau kinerja campuran beraspal salah satunya adalah dengan limbah Polypropilen yang telah dimodifikasi dengan maksud untuk mempermudah Pencampurannya. Untuk meningkatkan mutu campuran beraspal dengan cara pencampuran limbah polipropilen cara basah (wet process) yaitu pencampuran limbah polipropilen kedalam aspal terdapat beberapa kendala antara lain temperatur yang tinggi sehingga menyebabkan asap, membutuhkan alat pengaduk, dan atau meninggalkan sisa aspal dalam tangki aspal yang cukup

banyak yaitu sekitar 3 ton yang tentu saja tidak ekonomis. Untuk itu dicari cara lain untuk pencampuran limbah polipropilen kedalam campuran beraspal dengan cara kering (dry process) yaitu mencampurkan limbah polipropilen kedalam agregat panas pada temperatur campuran yang diperoleh dari pengujian di laboratorium. PERMASALAHAN Pencampuran limbah polipropilen kedalam aspal terdapat beberapa kendala antara lain temperatur yang tinggi sehingga menyebabkan asap dan membutuhkan alat pengaduk, meninggalkan sisa aspal yang tidak tersedot dalam tangki aspal yang cukup banyak yaitu sekitar 3 ton yang tentu saja tidak ekonomis serta tidak selalu setiap Unit pencampur aspal tersedia alat pengaduk (mixer). TINJAUAN PUSTAKA Aspal merupakan bahan yang viscoelastik dimana tergantung pada temperatur dan lama pembebanan, apabila pada temperatur rendah berupa semi padat dan pada temperatur tinggi berupa cair. Sebagai bahan perkerasan jalan yang akan digunakan pada lokasi yang mempunyai temperatur udara atau temperatur perkerasan yang cukup tinggi maka diperlukan aspal yang mempunyai titik lembek tinggi sehingga perkerasan tidak mudah menjadi lunak yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan berupa alur, gelombang, disamping faktor cuaca dan air. Masalah ini dapat diperoleh apabila titik lembek aspal tinggi maka akan menghasilkan Indek Penetrasi tinggi dan kekakuan yang cukup untuk dapat menanggulangi terjadinya persoalan tersebut. Salah satunya dengan menambahkan polipropilen. Agar campuran beraspal dapat lebih tahan terhadap deformasi maka campuran beraspal harus mempunyai Stiffness modulus yang tinggi hal tersebut dapat diperoleh dari aspal yang mempunyai titik lembek tinggi sehingga Penetrasi Indek aspal naik. Untuk menentukan stiffness aspal maka diperlukan data Indek Penetrasi. Indek Penetrasi aspal dapat dihitung berdasarkan formula/rumus yang telah dikembangkan oleh V.D.Pools, merupakan hubungan antara titik lembek aspal dan penetrasi aspal.

PI = 20 (1 25 A ) (1 + 50 A) dengan A= (log pen padat 1 log 800) (T 1 --- Titik lembek ) dengan T1 = temperatur pengujian (ºC) Titik lembek aspal (ºC) Polimer Polimer atau dalam perdagangan dikenal dengan nama plastik adalah gugusan molekul yang terdiri dari banyak monomer. Nama polimer sesuai dengan nama monomer misalkan Propilen, polimernya dinamakan polypropilen dst. Dilihat dari bentuk molekul polimer dapat dibedakan berdasarkan gugusannya yaitu linier atau sambung silang. Ikatan linier lebih mudah untuk dipecah sedangkan yang berbentuk sambung silang (kembali 100 %) sifat ini dimiliki polimer jenis elastomer dan Plastik deformasi sifat ini dimiliki oleh polimer jenis plastomer (plastik). Plastik umumnya terbuat dari olefin yaitu gugusan hidro karbon yang mempunyai rantai rangkap yang disebut dengan olefin. Antara lain polyethylene dan polypropilen yang umum digunakan untuk keperluan rumah tangga disamping Polyethylen terefthalat untuk keperluan pelapis kaca mobil, PVC Teknik pencampuran polipropilen Pencampuran polipropilen/ plastik untuk menaikkan kinerja campuran beraspal ada dua cara yaitu cara basah dan cara kering. Cara basah (wet process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik dimasukkan kedalam aspal panas dan diaduk dengan kecepatan tinggi sampai homogen. Cara ini membutuhkan tambahan dana cukup besar antara lain bahan bakar, mixer kecepatan tinggi sehingga aspal modifikasi yang dihasilkan harganya cukup besar bedanya dibandingkan dengan aspal konvensional. Cara ini umumnya dilakukan di pabrik (premix). Cara kering yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik dimasukkan kedalam agregat yang dipanaskan pada temperatur campuran (mixed in place), kemudian aspal panas ditambahkan. Cara ini lebih murah karena tidak perlu

ada aspal yang harus dikeluarkan dari tangki aspal di AMP apabila tangki aspal akan digunakan untuk keperluan pencampuran aspal dengan aspal konvensional. Disamping itu lebih mudah, hanya dengan memasukkan plastik dalam agregat panas, tanpa membutuhkan peralatan lain untuk mencampur (mixer). Kekurangan cara ini adalah harus benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kehomogenan dan keseragamannya kadar plastik dalam campuran beraspal. HIPOTESIS Dengan menambahkan limbah polipropilen cara kering kedalam agregat panas diharapkan dapat meningkatkan kinerja campuran beraspal. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan dilapangan pada lalu lintas padat dan beban cukup berat menggunakan aspal pen 60 dan limbah polipropilen mutu rendah sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja campuran beraspal. Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah: - Aspal pen 60 produksi dalam negeri. - Agregat hasil pemecah batu milik PT Adhi Karya. - Limbah polipropilen. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah : 1 Unit alat Unit Pencampur Aspal. 1 Unit alat penghampar, pemadat besi dan pemadat karet. 1 Unit alat Marshall. 1 Unit alat Wheel tracking Machine. 1 Unit alat UMATTA. Lokasi Percobaan Lokasi Percobaan antara Kalijati Subang dan Sadang pada km 16 arah Subang, dengan menggunakan aspal pen 60 dan campuran beraspal pen 60 dan limbah polipropilen dengan cara pencampuran kering, dengan susunan tebal dan jenis perkerasan seperti ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Lokasi aplikasi lapangan campuran beraspal dengan limbah polipropilen cara kering Arah lalu lintas Campuran beraspal dengan Aspal pen 60 Campuran beraspal dengan Aspal pen 60 dan limbah polipropilen cara kering Arah Kalijati Subang Tebal 5 cm panjang 50 m Tebal 5 cm panjang 50 m Arah Sadang Tebal 5 cm panjang 50 m Tebal 5 cm panjang 50 m Dengan jumlah kendaraan yang lewat mendekati 9.696 kendaraan serta Equivalen Single Axle Load (ESAL) yang diatas 1 juta maka lokasi penelitian dilapangan dapat dikatakan jalan dengan lalu lintas padat dan berat. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data penelitian ini antara lain - Pengujian mutu aspal pen 60. Mutu aspal harus memenuhi syarat sehingga dapat digunakan untuk percobaan aplikasi cara kering dilapangan. - Pengujian mutu agregat. Mutu agregat harus memenuhi standar yang disyaratkan. - Pengujian JMF (Job Mix Formula) untuk menentukan kadar aspal optimum yang akan digunakan di Unit Pencampur aspal - Temperatur pencampuran, yaitu dengan melakukan pengujian viskositas aspal pada 280 ± 30 cst dan temperatur pemadatan viskositas aspal pada 170 ± 20 Cst. Hasil dan Pembahasan Pengujian bahan Aspal Pen 60 Hasil pengujian mutu aspal yang digunakan untuk penelitian ini tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengujian mutu aspal pen 60 No Jenis Uji Satuan Cara Uji Hasil Persyaratan 1 Penetrasi,25ºC,100gr,5det 0,1mm SNI 06.-2456-1991 63 60-79 2 Titik lembek, ºC, SNI 06.-2432-1991 48 48-54 3 Daktilitas, 25ºC cm SNI 06.-2434-1991 >140 Min 100 4 Kelarutan dlm TCE % SNI 06.-2438-1991 99+ Min 99 5 Titik nyala COC ºC, SNI 06.-2433-1991 315 Min 225 6 Berat Jenis g/ml SNI 06.-2488-1991 1,029 Min 1,0 7 Penurunan berat(tfot) % SNI 06.-2441-1991 0,06 Maks 0,8 8 Penetrasi setelah TFOT %asli SNI 06.-2456-1991 89 Min 54 9 Daktilitas setelah TFOT cm SNI 06.-2434-1991 >140 Min 50 10 Kadar parafin % SK SNI M 09-1993- 03 0,07 Maks 2 Dari hasil tersebut menunjukkan aspal pen 60 memenuhi persyaratan sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Agregat Agregat yang digunakan untuk penelitian ini mempunyai karakteristik seperti pada Tabel 3 dan terlihat bahwa hasilnya memenuhi persyaratan sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya Tabel 3. Hasil Pengujian Mutu agregat No Jenis Uji Hasil Persyaratan Kasar Sedang Halus 1 - Berat Jenis Bulk 2,637 2,637 2,650 Min 2,5 - Berat Jenis Kering permukaan 2,686 2,686 2,708 - Berat Jenis Semu 2,774 2,777 2,813 2 Penyerapan (%) 1,867 1,868 2,187 Maks 3 3 Kepipihan (%) 5,88 4,21-4 Abrasi (%) 13,91 Maks 40 5 Setara pasir (%) 68,81 Min 50 6 Ketahanan terhadap Impact (%) 12,96 - - - 7 Kelekatan 95+ - - Min 95 % 8 Angularitas 97,8 98,7 - Min 95 % 50,3 Min 45

Komposisi Agregat Komposisi Agregat yang digunakan baik di laboratorium maupun di Unit Pencampur Aspal adalah yang memenuhi persyaratan sesuai gradasi SHRP yaitu gradasi yang tidak memotong daerah terlarang. Untuk percobaan ini digunakan gradasi yang lewat bawah daerah Fuller karena menggunakan polimer dengan maksud mendapatkan gradasi yang agak kasar agar konstruksi lebih kuat. - Agregat kasar ; 15 % - Agregat sedang ; 40 % - Agregat halus ; 45 % Job Mixed Formula (JMF) Untuk menentukan berapa kadar aspal yang akan digunakan pada pelaksanaan percobaan lapangan maka dilakukan JMF. Kadar aspal optimum yang diperoleh adalah 6,25 %, kadar aspal tersebut digunakan campuran beraspal pen 60 sebagai pembanding dan untuk campuran beraspal dengan tambahan polimer cara kering. Hasil penentuan JMF untuk percobaan penghamparan aspal pen 60 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil penentuan JMF untuk percobaan penghamparan aspal pen 60 No Jenis pengujian Satuan Aspal pen 60 1 Kadar aspal optimum % 6,25 2 Density Ton/m 3 2,280 3 Stabilitas Kg 980 4 Kelelehan Mm 3,5 5 Kadar rongga antara aggregat % 17,8 6 Kadar rongga dalam campuran % 4,5 7 Kadar rongga terisi aspal % 72,5 8 Hasil bagi Marshall Kg/mm 275 9 Stabilitas sisa % 80

Pengujian mutu campuran beraspal dari Unit pencampur Aspal Hasil pengujian mutu campuran beraspal aspal pen 60 dan campuran beraspal plus limbah polipropilen mutu rendah untuk percobaan aplikasi lapangan yang diambil dari Unit Pencampuran Aspal seperti tertera pada Tabel 5. PEMBAHASAN Dari hasil campuran beraspal yang diambil dari Unit pencampur aspal untuk pelaksanaan percobaan penghamparan aspal plus limbah polipropilen cara kering menunjukkan : a. Stabilitas Marshall campuran beraspal dengan limbah polipropilen lebih tinggi dari stabilitas Marshall campuran beraspal dengan pen 60. Sehingga campuran beraspal dengan limbah polipropilen akan lebih tahan terhadap deformasi dibandingkan dengan campuran beraspal dengan aspal pen 60. Tabel 5. Hasil pengujian mutu campuran beraspal hasil pencampuran di Unit Pencampur Aspal. No Jenis pengujian Campuran beraspal plus Polipropilen, cara kering Aspal pen 60 1 Kadar aspal optimum, % 6,25 6,25 2 Density, g/ml 2,293 2,282 Persyaratan 3 Stabilitas, Kg 1168,6 902,5 Min 800 4 Kelelehan, mm 3,73 3,89 Min 2 5 Kadar rongga antara agregat, % 6 Kadar rongga dalam campuran, % 17,34 18,12 Min 15 4,3 5,2 3,9-4,9 7 Kadar rongga terisi aspal,% 75,25 71,5 Min 68 8 Hasil bagi Marshall. Kg/mm 317,4 237,1 Min 300

Stabilitas, kg 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 902.5 1168.6 pen 60 PMB Jenis campuran beraspal Gambar 1. Jenis campuran beraspal Vs Stabilitas Marshall b. Rongga terisi aspal (VFB) campuran beraspal dengan limbah polipropilen lebih besar dari campuran dengan aspal pen 60 dengan demikian tebal lapisan film aspal lebih tebal dari tebal lapisan film campuran beraspal dengan aspal pen 60, dengan demikian campuran beraspal plus limbah polipropilen mutu rendah akan lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan dengan campuran beraspal dengan aspal pen 60. Rongga terisi Aspal (%) 76 75 74 73 72 71 70 69 Pen 60 PMB Jenis campuran beraspal PMB = Campuran beraspal plus Limbah polipropilen Pen 60 = campuran beraspal dengan aspal konvensional pen 60. Gambar 2. Jenis campuran beraspal Vs Rongga terisi bitumen Rongga diantara Agregat (VMA) Rongga diantara agregat (VMA) campuran beraspal dengan aspal pen 60 lebih besar dari campuran beraspal dengan aspal plus limbah polipropilen, sehingga campuran beraspal dengan aspal plus limbah polipropilen akan lebih tahan terhadap oksidasi karena mepunyai rongga lebih kecil sehingga udara lebih sulit menembus campuran beraspal/ perkerasan. Rongga diantara agregat (%) Gambar 3. Jenis campuran beraspal Vs Rongga diantara agregat(vma) Rongga dalam Campuran Beraspal (VIM) Rongga diantara campuran (%) 18.2 17.8 17.6 17.4 17.2 16.8 6 5 4 3 2 1 0 18 17 Pen 60 Jenis campuran beraspal PMB Pen 60 PMB Jenis campuran beraspal Gambar 4. Jenis campuran beraspal Vs Rongga dalam campuran

Rongga dalam campuran (VIM) campuran beraspal aspal pen 60 lebih besar dari campuran beraspal dengan aspal plus limbah polipropilen sehingga campuran beraspal plus limbah polipropilen akan lebih tahan terhadap oksidasi karena mepunyai rongga lebih kecil sehingga udara lebih sukar menenbus campuran beraspal. Hasil bagi Marshall (MQ) Hasil bagi stabilitas dengan kelelehan (Marshall Quotient) campuran beraspal dengan bahan tambah plastik lebih besar dari hasil bagi stabilitas dengan kelelehan campuran beraspal dengan aspal pen 60 dengan demikian campuran beraspal plus plastik akan lebih tahan terhadap deformasi dibandingkan dengan campuran beraspal dengan aspal pen 60. Sehingga diperkirakan campuran beraspal plus plastik akan lebih awet, lebih tahan sehingga umur pelayanannya lebih lama dari pada campuran beraspal pen 60. MQ, kg/mm 350 300 250 200 150 100 50 0 237.1 Gambar 5. Jenis campuran beraspal Vs MQ Pelaksanaan penghamparan 317.4 pen 60 PMB Jenis campuran beraspal percobaan Temperatur pemadatan awal dilaksanakan sesuai temperatur / kekentalan yang diperoleh dilaboratorium minus 10ºC. Setelah umur satu hari pelaksanaan penghamparan campuran beraspal dilakukan pengambilan contoh inti dan evaluasi penilaian kondisi perkerasan. Hasil pengujian kepadatan dan besarnya alur tertera pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Kepadatan, % 97.5 97 96.5 96 95.5 95 94.5 94 Gambar 6. Kepadatan Campuran beraspal pen 60 dan aspal plus limbah polipropilen (PMB-DP) Alur (mm) Alur (mm) 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Gambar 7. Alur Vs umur arah Subang JRL = Jejak roda luar JRD = Jejak roda dalam Arah Subang Arah Sadang Arah Lalu lintas, jenis campuran Pen 60 PMB-DP Alur arah Subang Pen 60 PMB Pen 60 PMB JRL Jejak roda/ Jenis aspal Arah Sadang JRD Pen 60 PMB Pen 60 PMB JRL Jenis Aspal/ Jejak Roda JRD Gambar 8. Alur Vs umur arah Sadang 1 bln 3 bln 6 bln 1 bln 3 bln 6 bln Dari hasil pengujian mutu campuran beraspal yang diambil dari Unit pencampur aspal saat penghamparan terlihat bahwa mutu campuran beraspal dengan limbah polipropilen campuran kering memberikan hasil yang lebih baik dari campuran beraspal dengan aspal pen 60 (konvensional) baik ditinjau dari derajat kepadatan (Gambar 6), Rongga terisi aspal (Gambar 2), Rongga diantara agregat (Gambar 3), rongga dalam campuran (Gambar 4), Stabiilitas Marshall (Gambar 1) campuran beraspal plus limbah polipropilen, sehingga diperkirakan umur pelayanannya lebih lama dari pada campuran beraspal pen 60 Dari hasil percobaan dilapangan sampai umur 6 bulan perkerasan belum memperlihatkan adanya kerusakan, hasil dari pengujian kepadatan campuran beraspal plus limbah polipropilen lebih baik dari aspal pen 60 (konvensional), antara lain a) Kekesatan perkerasan dengan tambahan plastik lebih baik dari perkerasan dengan aspal pen 60 (Gambar 9) dengan demikian perkerasan dengan limbah polipropilen cara kering mempunyai ketahanan terhadap kelicinan atau perkerasan lebih kesat dari

perkerasan dengan aspal pen 60. b) Nilai lendutan baik dari arah ke Sadang maupun dari arah ke Subang perkerasan dengan limbah polipropilen cara kering lebih kecil dari perkerasan dengan aspal pen 60 (Gambar 10) dengan demikian diperkirakan perkerasan jalan akan mempunyai umur lebih lama dari perkerasan dengan campuran beraspal pen 60. Kekesatan 52 50 48 46 44 42 40 38 Pen 60 Perkerasan umur 6 bln Jenis aspal PMB-DP Gambar 9. Kekesatan perkerasan jalan umur 6 bln Vs jenis aspal Lendutan,micron 700 600 500 400 300 200 100 0 Arah Sadang Arah Subang Jenis aspal, arah lalu lintas Pen 60 PMB-DP Gambar 10. Lendutan perkerasan jalan Vs Jenis aspal KESIMPULAN Penambahan limbah Polipropilen Cara kering menghasilkan mutu/ kinerja campuran beraspal lebih baik dari kinerja campuran beraspal pen 60. Hasil percobaan aplikasi penambahan polipropilen cara kering sampai dengan umur 6 bulan dilapangan memberikan nilai kepadatan yang lebih besar dari kepadatan campuran beraspal pen 60. Dengan demikian perkerasan dengan penambahan limbah polipropilen akan lebih tahan terhadap kerusakan akibat beban lalu lintas dibandingkan dengan perkerasan dengan aspal pen 60. Dari hasil pengamatan alur perkerasan dengan campuran beraspal plus limbah polipropilen lebih kecil dari perkerasan dengan campuran beraspal pen 60. Hasil pengamatan lendutan dengan alat FWD menunjukkan perkerasan dengan campuran beraspal plus limbah polipropilen lebih kecil dari campuran beraspal pen 60 walaupun perbedaan ini belum begitu signifikan.

DAFTAR PUSTAKA Engineering and Specification Division AAS-200, 1998: Polymer Modified Asphalt, Engineering Brief No.51. Fouad M Bayomy, Glem D Carraux, Modification of Hot Mix Asphalt Concrete using an Ethylen Based Copolymer H.Fred Waller, 1998, Used of Waste Materials in Hot Mix Asphalt, ASTM Publication, STP 1193. IRE, 1998 Specification Section 6.3-Hot Asphalt Mixture, Institut of Road Engineering, Bandung. Joanne Mc Entin, June 2004, Ricycle Plastik Materials and Uses in Road Construction. John Kight, Rachel Johnson, 1994, Stabilised Bitumen Polymer Compositions and Method for Preparation thereof, Toronto, Ontario M6S, Canada. Oliver,J.W. H, 1999, Proceeding National Workshop on Polimer Modified Binder, ARR 183, Australian Road Research Board, Victoria, Australia Tjitjik WS, 2004, Meningkatkan mutu aspal dengan daur ulang plastik mutu rendah, Bandung.