I. PENDAHULUAN. sekitar tahun silam (Alloway et al., 2004). Danau ini terletak di Sumatera

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. polifiletik (Pethiyagoda, Meegaskumbura dan Maduwage, 2012). Spesies Puntius

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Eleotridae merupakan suatu Famili ikan yang di Indonesia umum dikenal

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

DIVERGENSI MORFOLOGI ANTAR POPULASI SIMPATRIK IKAN BAUNG (Hemibagrus velox Tan et Ng) DI DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN UMUM

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. SUTARDJO

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Morfologi Ikan Puntius binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae) dari beberapa Lokasi di Sumatera Barat

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (1822)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

DESKRIPSI IKAN FAMILI MUGILIDAE DI LIMA MUARA SUNGAI DI SULAWESI UTARA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

A. Tinjauan Pustaka. wader yang ditemukan di Kabupaten Bantul yaitu Rasbora, Puntius, dan. (Okeyo, 1999 dalam Widiyani, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS MORFOMETRIK IKAN NILA ( Oreochromis niloticus L.) DI KELURAHAN SAYANG-SAYANG KOTA MATARAM SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II

Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Variasi morfologi feeding Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer) di Danau Singkarak dan Sungai Batang Anai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Banggai Cardinal Fish (BCF) Ikan hias asli Indonesia

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. schwanefeldi, Barbus schwanefeldi, Systomus schwanefeldi, Puntius schwanefeldi,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan)

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN PENUH IKAN PARI MANTA

PENDAHULUAN. perikanan laut yang sangat besar. Sebagai negara maritim, usaha budidaya laut

METODE PENELITIAN. Seruai Desa Namu Suro Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli Serdang

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang Klasifikasi dan tata nama

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA

Kryptopterus spp. dan Ompok spp.

Status taksonomi ikan laut lokal Tarakan, Kalimantan Utara sebagai langkah awal upaya konservasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN :

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

IDENTIFIKASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

KARAKTERISTIK MORFOLOGI IKAN ASANG (Osthechilus haselti CV) BERDASARKAN TRUSS MORFOMETRIK PADA HABITAT PERAIRAN YANG BERBEDA.

IV. PROFIL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB I PENDAHULUAN. keramba jaring apung biasanya relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

SISTEMATIKA/ TAKSONOMI IKAN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau kaldera yang terbentuk oleh erupsi vulkanis sekitar 52.000 tahun silam (Alloway et al., 2004). Danau ini terletak di Sumatera Barat pada ketinggian 461,50 meter diatas permukaan air laut (0 19 LS 100 12 BT), memiliki luas permukaan sekitar 96 km 2 dengan kedalaman 1 hingga 175 m (LIPI, 2008 ; Erlania et al., 2010). Menurut Roesma (2011, 2013) hingga tahun 1916 dilaporkan terdapat 33 spesies ikan di Danau Maninjau dan tahun 1978 hanya didapatkan 18 spesies. Hasil penangkapan langsung terhadap ikan yang bukan termasuk ikan budi daya di lapangan pada bulan September 2007 hingga April 2008 diketahui hanya terdapat 14 spesies, namun enam spesies di antaranya merupakan spesies yang belum pernah dilaporkan. Salah satu jenis ikan yang dilaporkan dari Danau Maninjau tersebut adalah Rasbora yang dikenal dengan nama daerah sebagai ikan Bada. Roesma (2011) menyatakan bahwa jenis Rasbora tersebut mempunyai dua variasi. Kedua variasi tersebut adalah Rasbora sp.1 dan Rasbora sp.2. Ciri-ciri Rasbora sp.1 adalah badan pipih, mulut terminal, sirip kaudal menggarpu, duri sirip dorsal 1 dan jari-jarinya 7, duri sirip anal 1 dan jari-jari 5, sirip pektoral 10-12, sisik gurat sisi 28-29, sisik antara gurat sisi dengan dorsal 4, sisik antara gurat sisi dengan sirip pelvik 1-1 ½, sisik sebelum sirip dorsal 10-12, sisik sekeliling batang ekor 12, sisik sekitar ekor 5, permulaan sirip dorsal terletak di belakang awal sirip pelvik, panjang kepala lebih panjang daripada sirip pektoral, panjang standar 4.2 x tinggi badan, bagian sisi badan bergaris hitam tebal dari operkulum hingga ke pangkal sirip kaudal dan berakhir

2 pada satu titik pada pangkal ekor, terdapat bercak hitam di dasar sirip anal yang agak samar. Ciri-ciri Rasbora sp.2 adalah badan pipih, mulut terminal, sirip kaudal menggarpu, duri sirip dorsal 1 dan jari-jari 7, duri sirip anal 1 dengan jari-jari 5, jarijari sirip kaudal 17-18, sisik sepanjang gurat sisi 28-29, sisik antara gurat sisi dengan dorsal 4, sisik antara gurat sisi dengan sirip pelvik 1 ½, sisik sebelum sirip dorsal 10-11, sisik sekitar ekor 5, terdapat garis melintang sepanjang badan membengkok ke bawah dari garis tengah badan dan menerus ke posterior melalui bagian bawah batang ekor, tidak bersungut, terdapat garis hitam yang membujur sepanjang badan dan berakhir pada sebuah titik hitam di depan sirip kaudal, terdapat bintik hitam di dasar sirip anal yang jelas. Gambar 1. Rasbora maninjau (Sumber : Roesma, 2011) Ikan Bada Maninjau tersebut merupakan salah satu andalan penunjang perekonomian penduduk setempat sebelum adanya usaha peternakan ikan keramba jala apung (KJA). Beberapa nama spesies telah diberikan terhadap ikan Bada ini, misalnya sebagai Rasbora argyrotaenia oleh Dina, Boer dan Butet (2011) dan Sulastri (2012) atau sering juga sebagai R. laterstriata dan R. sumatrana karena kemiripan morfologinya.

3 Berdasarkan kajian morfologi dan molekuler terhadap beberapa jenis ikan Rasbora yang terdapat di Sumatera Barat, Roesma (2011) menyimpulkan bahwa ikan Rasbora di Danau Maninjau tersebut merupakan spesies yang berbeda dari Rasbora lainnya dan ditetapkan sebagai Rasbora n.sp. Selanjutnya berdasarkan analisis DNA gen sitokrom b tidak terdapat perbedaan antara Rasbora sp.1 dan Rasbora sp.2. Spesies R. lateristriata diperkirakan nenek moyang dari Rasbora n.sp yang telah mengalami isolasi genetik di danau Maninjau sejak sekitar 8600 hingga 8700 tahun yang lalu dengan perbedaan genetik sebesar 14%. Lumbantobing (2014) menamakan Rasbora n.sp tersebut sebagai Rasbora maninjau. Meskipun deskripsi morfologi maupun molekuler ikan R. maninjau telah tersedia, informasi mengenai variasi morfologi dalam populasi antar lokasi belum diperoleh. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui karakter-karakter lain apa saja yang menjadi pembeda antara kedua variasi tersebut. Hasil tersebut perlu dilakukan karena Danau Maninjau memiliki luas permukaan sekitar 96 km 2 dan kedalaman 1 hingga 175 m (LIPI, 2008; Erlania et al., 2010) memungkinan terbentuknya populasi-populasi kecil sehubung dengan pemilihan wilayah pemijahan maupun wilayah pakan. Karakter yang berbeda tersebut diasumsikan merupakan adaptasi terhadap perbedaan ekologis yang terdapat di Danau Maninjau. Hal ini akan memberikan dampak yang bervariasi terhadap jenis-jenis ikan antar lokasi di dalam danau. Beberapa penelitian divergensi berdasarkan variasi morfologi ikan antar populasi simpatrik sebelumnya telah dilakukan. Populasi simpatrik adalah beberapa populasi yang hidup pada geografis yang sama dan masih dapat melakukan interaksi (Campbell, Reece dan Mitchel, 2003). Ostbye et al. (2004) menemukan adanya divergensi morfologi pada populasi simpatrik ikan Coregonus lavaretus dengan karakter morfologi yang berbeda adalah panjang kepala, posisi mulut dan sisir insang

4 pada empat lokasi pemijahan yang berbeda, yaitu perairan dalam, perairan dangkal, sungai serta teluk di Danau Femund Norwegia. Santoso, Syaifullah, Tjong & Roesma (2009) menemukan divergensi morfologi antar populasi simpatrik Hemibagrus velox di Danau Singkarak. Kajian variasi morfologi dapat dilakukan dengan analisis data morfometrik dan meristik. Sprent (1972) menyatakan bahwa perbedaan morfologi antar populasi dapat berupa perbedaan seluruh ukuran maupun bentuk, tetapi pada umumnya melibatkan keduanya. Menurut Talwar & Jhingran (1991) morfometrik adalah karakter yang dapat di ukur pada bagian-bagian tubuh ikan. Meristik adalah karakter yang dapat dihitung dari bagian-bagian tubuh ikan, misalnya jumlah duri pada sirip anal. Variasi morfologi pada setiap spesies dapat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Turan (1998), menyatakan bahwa variasi fenotip di kontrol oleh genetik yang berinteraksi dengan faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brown & Gibson (1983) bahwa setiap spesies dapat mempunyai variasi tertentu yang dikontrol oleh kondisi fisik lingkungannya. Faktor fisik yang mengontrol variasi suatu spesies ikan dan hewan akuatik antara lain adalah suhu air, ph, salinitas, unsur hara, kecerahan, arus dan ketinggian tempat (altitude). Rutaisire et al. (2005); Franssen et al. (2013) dan Skoglund et al. (2015) juga menyatakan bahwa adanya variasi dan diferensiasi pada karakter morfologi suatu populasi dipengeruhi oleh perbedaan kondisi lingkungan selama ontogeni, tingkat ketersediaan makanan dan predator, daerah pemijahan, intensitas polusi, kedalaman perairan serta tingkat tekanan antropogenik.

5 1.2 Perumusan Masalah Keberhasilan Rasbora maninjau bertahan di dalam danau Maninjau mengindikasikan adanya kemampuan beradaptasi terhadap perubahan ekologis yang sering terjadi dan dihubungakan dengan munculnya variasi fenotip. Berdasarkan pada bercak hitam di dasar sirip anal, ditemukan ada dua variasi pada spesies ini namun memiliki sekuen DNA gen sitokrom b yang identik. Informasi mengenai variasi karakter morfologi dalam dan antar populasi belum diketahui. Untuk itu dilakukan studi morfologi Rasbora maninjau dari beberapa lokasi di danau Maninjau. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Bagaimanakah variasi morfologi antara R. maninjau var-1 dengan R. maninjau var-2 di Danau Maninjau. 2. Bagaimanakah variasi morfologi R. maninjau var-1 antar lokasi di Danau Maninjau. 3. Bagaimanakah variasi morfologi R. maninjau var-2 antar lokasi di Danau Maninjau. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya serta mengenai variasi morfologi ikan yang terdapat di Danau Maninjau.

6