BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH DI PT. INKOSINDO SUKSES

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik perusahaan besar, swasta maupun pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah human capital yang memandang sumber daya manusia atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karyawan yang tidak puas dengan kerja mereka cenderung kehilangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya yang menjadi tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) pada tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial menjadi kebutuhan organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RETNO SAWITRIAVI F

Judul : Pengaruh Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era globalisasi aktivitas bisnis saat ini, dengan semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bersama. Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian terhadap kepuasan kerja menjadi penting dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tantangan bagi manajemen sumber daya manusia karena abad ke-21 ini

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

PENGARUH GAJI, INSENTIF, DAN FASILITAS TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PD BPR BANK PASAR KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007/2008

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian yang terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Udayana (Unud) sebagai sebuah lembaga pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran

BAB II LANDASAN TEORI DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah untuk diakses dan dibaca oleh masyarakat luas. Dalam menghadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, kepuasan kerja juga merupakan seperangkat perasaan pegawai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan pangsa pasar yang akan dimasuki. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dari sekian banyak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Bhayangkara Jaya

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. serta memegang peranan penting dalam fungsi operasional. Karyawan merupakan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat disangkal bahwa Sumber Daya Manusia dalam sebuah perusahaan memiliki peran yang kuat dalam mendukung kelangsungan perusahaan. Kepuasan kerja karyawan menjadi salah satu faktor penting untuk dapat mengembangkan Sumber Daya Manusia dan perusahaan itu sendiri. Dalam Robbins & Judge (2007) dikatakan bahwa perusahaan dengan kepuasan kerja karyawan yang tinggi lebih efektif bila dibandingkan dengan perusahaan dengan kepuasan kerja karyawan yang rendah. Ketidakpuasan kerja mempredikisi banyak perilaku khusus, termasuk upaya pembentukan serikat kerja, penyalahgunaan hakikat, pencurian di tempat kerja, dan kelambanan. Para peneliti berpendapat bahwa ini adalah indikator sebuah sindrom yang lebih luas yang disebut perilaku menyimpang di tempat kerja (Robbins & Judge, 2007). Menurut Ruvendi (2005), indikator ketidakpuasan karyawan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : a. Jumlah kehadiran atau kemangkiran karyawan b. Perasaan tidak senang dalam melaksanakan pekerjaan c. Perasaan adil atau tidak adil dalam menerima imbalan d. Merasa tidak suka dengan jabatan yang dipegang e. Sikap menolak pekerjaan f. Tingkat motivasi yang tercermin dalam perilaku pekerjaan g. Reaksi negatif terhadap kebijakan organisasi h. Unjuk rasa atau perilaku destruktif lainnya Menurut Robbins (dalam Munandar, 2008), ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja dapat diungkapkan ke dalam berbagai macam cara, misalnya meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang milik organisasi, dan menghindari sebagian dari tanggung jawab pekerjaan mereka. 1

2 Contoh ketidakpuasan kerja di Indonesia dapat kita temui pada kasus buruh yang beritanya sedang marak disampaikan dalam berbagai media, dimana para buruh menyelenggarakan demo karena merasa tidak mendapatkan hak-hak nya sebagai tenaga kerja, seperti gaji yang masih dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Selain demo besar-besaran, para buruh juga melakukan mogok kerja sehingga aktifitas produksi pada perusahaan tempat mereka bekerja menjadi terhenti dan hal ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan tersebut. Selain menimbulkan kerugian bagi perusahaan, ketidakpuasan buruh ini juga menimbulkan kerugian bagi masyarakat, dikarenakan aksi demo mereka kerap kali mengakibatkan kemacetan yang cukup parah hingga ke jalur bebas hambatan atau jalan tol. Dalam aksi demo tersebut para buruh juga melakukan tindakan anarkis dengan menendang-nendang dan berusaha merubuhkan gerbang pabrik, hal ini bertujuan agar para buruh lain dalam pabrik tersebut ikut serta dalam aksi demo dan mogok kerja. Selain itu para buruh juga mengacam akan melumpuhkan tujuh kawasan industri di Bekasi. (Beritahukum, 2012). Menurut Wijono (2010), kepuasan kerja merupakan sebuah aspek yang penting dalam pekerjaan, karena ketidakpuasan kerja pada karyawan menyebabkan berbagai masalah terhadap diri karyawan maupun organisasi tempat dia bekerja. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan adanya karyawan yang berhenti kerja, seringkali absen kerja, dan pelanggaran disiplin yang dapat menyebabkan biaya pengeluaran yang besar dalam perusahaan dan menurunnya produktivitas kerja organisasi. Dari segi karyawan, ketidakpuasan kerja dapat menyebabkan beberapa penyakit, seperti migrain, kelelahan kerja dsb. Selain itu hal ini juga dapat meyebabkan prestasi karyawan menurun dan membuat karyawan menjadi tidak produktif serta dapat mengakibatkan munculnya stress kerja. Selain itu peran penting kepuasan kerja dapat dilihat dalam pendapat Luthans (2006) bahwa karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki komitmen atau loyalitas yang tinggi kepada perusahaan. Robbins & Judge (2007) menyatakan kepuasan kerja juga berdampak pada menurunnya turnover, absenteeisme, withdrawal behaviors, dan meningkatnya Organizational

3 Citizenship Behavior (OCB). Dengan tingkat OCB tinggi, karyawan akan lebih kooperatif, senang membantu rekan kerja, dan pelanggan. (Luthans, 1992) Pengertian kepuasan kerja menurut Schultz & Schultz (2006) adalah perasaan dan sikap positif dan negatif pekerja terhadap pekerjaannya. Sedangkan Howell dan Dipboye (dalam Munandar, 2008) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan. Oleh karena itu karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki perasaan positif terhadap pekerjaannya. Seperti yang diungkapkan oleh Locke (dalam Waluyo, 2013) bahwa kepuasan kerja sebagai suatu tingkat emosi yang positif dan menyenangkan individu. Dengan kata lain, kepuasan kerja adalah suatu hasil perkiraan individu terhadap pekerjaan atau pengalaman positif dan menyenangkan bagi dirinya. Sebagian orang menyebut kecerdasan emosional sebagai karakter yang sangat besar pengaruhnya terhadap nasib kita. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih-lebihkan perasaan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. (Goleman, 1995) Dari pengertian mengenai kecerdasan emosi yang dikatakan oleh Goleman di atas dapat dikaitkan dengan artikel berita buruh tersebut. Dengan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, seharusnya para buruh yang sedang melakukan demo bisa mengendalikan dorongan dan suasana hati mereka dengan tidak membiarkan emosi menguasai diri mereka yang tidak puas atas pekerjaannya dan melumpuhkan kemampuan berpikirnya sehingga mereka tidak perlu melakukan tindakan anarkis seperti menendang dan menggoyang pintu gerbang pabrik. Selain itu mereka juga tampaknya tidak peduli dengan kemacetan yang mereka timbulkan karena aksi pemblokiran jalan yang merugikan masyarakat yang tidak bersalah. Jika para buruh yang melakukan demo tersebut memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka dalam mengatasi masalah yang sedang dialami dan dalam melakukan demonya mereka tidak perlu bertindak anarkis dan destruktif, karena tidak semua demo harus disertai dengan tindakan-tindakan yang anarkis

4 dan destruktif. Pengertian demonstrasi atau unjukrasa sendiri dalam Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum (Abidin, 2013). Namun, dalam perkembangannya sekarang, demonstrasi kadang diartikan sempit sebagai long-march, berteriakteriak, membakar ban, dan aksi teatrikal. Persepsi masyarakat pun menjadi semakin buruk terhadap demonstrasi karena tindakan pelaku-pelakunya yang meresahkan dan mengabaikan makna sebenarnya dari demonstrasi. Aksi demo dan mogok buruh ini juga akan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran, karena untuk menekan biaya operasional dalam proses produksi dan menghindari kerugian akibat rawannya aksi mogok, pemilik modal juga bisa mengganti tenaga manusia dengan mesin. Jika demikian, angka pengangguran di Indonesia tentu akan meroket (Liputan6, 2013). Selain itu, demo buruh juga akan mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya, sebab, pengusaha lebih merasa aman berinvestasi di negara daerah yang iklim sosial politiknya kondusif. Dampak terparah adalah para perusahaan multinasional akan memindahkan investasinya ke negara lain yang dianggap lebih aman (Kompasiana, 2013) Dapat ditemui beberapa aksi demo yang tidak anarkis dan merusak, seperti dalam sebuah aksi demo memperingati Hari Buruh (May Day) pada bulan Mei 2012, para buruh sama sekali tidak bertindak anarkis, bahkan disebutkan dalam berita bahwa demo tersebut merupakan demo terbesar di dunia namun sama sekali tidak ada kerusakan sedikitpun yang ditimbulkan (Dhurandara DetikNews, 2012). Selain itu aksi demo yang tidak merusak dan anarkis juga dapat dilihat dalam penolakan kenaikan BBM oleh kelompok Pemuda Pancasila pada bulan Maret 2013 yang berlangsung damai (Kompasiana, 2012). Kecerdasan emosional mempengaruhi perilaku tiap individu dalam mengatasi masalah yang muncul pada dirinya (Melianawati dkk, 2001). Keahlian seseorang dalam kecerdasan emosional dapat menggambarkan mengapa dia bisa berkembang dalam kehidupan (Goleman, 1995). Selain itu menurut Ginanjar (2001) banyak contoh di sekitar kita yang membuktikan bahwa orang dengan

5 kecerdasan otak dan gelar yang tinggi belum tentu sukses dalam dunia pekerjaan. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada IQ saja, padahal yang sebenarnya diperlukan adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati atau emosi, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Selain itu, pentingnya kecerdasan emosional juga bisa dilihat pada pendapat dari praktisi kaliber internasional, Linda Keegan yang merupakan seorang Vice President untuk pengembangan eksekutif Citibank di salah satu negara Eropa mengatakan bahwa kecerdasan emosi harus menjadi dasar dalam setiap perhatian manajemen (Ginanjar, 2001). Goleman (1998) juga mengatakan bahwa banyak orang yang pintar tapi kurang kecerdasan emosinya berakhir dengan bekerja pada orang dengan IQ yang lebih rendah dari mereka namun memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang sangat tinggi. Dalam sebuah penelitian milik Simarmata dan Rospita (2012) menunjukan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dan kepuasan kerja pada karyawan. Dalam penelitian tersebut mereka juga menyimpulkan karyawan yang memiliki kecerdasan emoosional yang tinggi akan memandang pekerjaan sebagai tantangan dan menunjukan perasaan positif terhadap pekerjaannya yang mendukung terwujudnya kepuasan kerja yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya karyawan dengan kecerdasan emosionalnya rendah akan memandang pekerjaan sebagai beban dan menunjukan perasaan negatif terhadap pekerjaannya yang berakibat kepuasan kerja pada karyawan tersebut rendah. Hal serupa juga diungkapkan oleh Emiliana dan Anny E.L. (2005), penelitiannya mengenai kecerdasan emosional dan kepuasan kerja menunjukan korelasi positif antara kecerdasan emosional dengan kepuasan kerja. Bila berbagai pengertian dan peran dari kecerdasan emosional dalam dunia kerja dikaitkan dengan faktor kepuasan kerja, artikel berita, dan hubungan kecerdasan emosional dengan kepuasan kerja pada penelitian sebelumnya, maka bisa disimpulkan bahwa untuk mendapatkan kepuasan kerja seseorang membutuhkan kecerdasan emosional yang baik, karena dengan memiliki kecerdasan emosional yang baik seseorang bisa mengendalikan stress hingga tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, dan bisa memotivasi dirinya, dengan

6 demikian kemungkinan untuk mengalami ketidakpuasan kerja yang mengacu pada stress lebih kecil dibandingkan dengan orang yang kecerdasan emosionalnya rendah. Berlandaskan hal tersebut, maka penulis ingin melihat apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kepuasan kerja pada buruh. 1.1.1 Buruh Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, buruh adalah orang yang bekerja kepada orang lain dan mendapatkan upah, atau bisa disebut pekerja. Sedangkan buruh pabrik adalah buruh yang bekerja di pabrik. Buruh sendiri sebenarnya memiliki makna yang sama dengan karyawan, pegawai, dan pekerja, namun pada masa orde baru istilah buruh menjadi kekiri-kirian. Hingga saat ini di Indonesia buruh menjadi istilah untuk pekerja dengan posisi dibawah karyawan pada umumnya dan identik dengan pekerja yang memiliki keahlian yang minim dan hanya mengandalkan otot saja (Sunjayadi, 2012) 1.1.2 Profil Perusahaan PT. INKOSINDO SUKSES PT. INKOSINDO SUKSES adalah sebuah perusahaan yang berlokasi di Kawasan Berikat Nusantara (KBN), Cakung-Cilincing yang merupakan salah satu lokasi terjadinya demo buruh besar-besaran pada beberapa waktu lalu. PT. INKOSINDO SUKSES merupakan pabrik yang berkecimpung dalam bidang garment dengan pasar export dan domestic sejak tahun 1989. Jumlah karyawan dalam perusahaan PT. INKOSINDO SUKSES adalah 857 pekerja. Tahap produksi dalam PT. INKOSINDO SUKSES sendiri terdiri dari 6 tahapan, yaitu pre-production meeting, warehouse, cutting, sewing, finishing, dan pre-audit inspection. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi data dengan manajer HRD PT. INKOSINDO SUKSES, peneliti menemukan adanya indikator ketidakpuasan pada buruh di perusahaan tersebut. Setiap hari selalu ada buruh yang mangkir tanpa izin atau absen dari pekerjaan dan hampir setiap bulannya selalu ada buruh yang keluar tanpa alasan jelas. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menanggung kerugian akibat kemangkiran tenaga kerjanya.

7 Selain itu sering terdapat komplain dari bawahan mengenai perilaku yang subjektif dari atasan atau supervisor. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dan indikator ketidakpuasan kerja pada PT. INKOSINDO SUKSES yang sudah dijelaskan diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kepuasan kerja pada buruh PT. INKOSINDO SUKSES? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kepuasan kerja pada PT. INKOSINDO SUKSES dikarenakan adanya indikator ketidakpuasan kerja yang ditunjukan oleh buruh dalam perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memperluas wawasan mengenai pengembangan sumber daya manusia. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai sarana untuk referensi dan pertimbangan bagi perusahaan yang menjadi tempat penelitian agar dapat meningkatkan kepuasan kerja pekerjanya. Selain itu juga sebagai referensi dan pertimbangan bagi pembaca penelitian ini.