HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang menggembirakan bagi calon orang tua dan

PENGARUH MASSAGE PAYUDARA TERHADAP KELANCARAN EKSKRESI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS JATINOM

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

Sekar Laras Amerli Andriani *) Rahardjo Apriyatmoko, SKM., M. Kes **), Puji Lestari, S.Kep., Ns., M. Kes (Epid)***)

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI DESA MRANGGEN KECAMATAN JATINOM KLATEN MEILANI YUDI ARINI INTISARI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN PENGELUARAN COLOSTRUM PADA KEHAMILAN TRIMESTER III

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENGELUARAN COLOSTRUM DI WILAYAH PUSKESMAS POLANHARJO KLATEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

1

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health)

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

ANALISA HUBUNGAN PENGARUH CARA MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN ANTARA POST NATAL BREAST CARE DENGAN TERJADINYA BENDUNGAN ASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) WILAYAH KERJA PUSKESMAS WURYANTORO WONOGIRI

HUBUNGAN POLA NUTRISI PADA IBU NIFAS DENGAN KECUKUPAN ASI PADA BAYI DI DESA MEJASEM TIMUR KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus Januari 2017: 33-39

GAMBARAN PELAKSANAAN PIJAT OKSITOSIN OLEH BIDAN PRAKTIK MANDIRI DI KOTA PEKALONGAN

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vitamin dan mineral yang merupakan zat-zat yang dibutuhkan untuk

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PATEBON 01 KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

EFEKTIFITAS KOMBINASI STIMULASI OKSITOSIN DAN ENDORFIN MASSAGE TERHADAP KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM DI RS Dr.

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia melakukan adanya pembangunan kesehatan sebagai salah satu

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

Cara Mencuci Tangan yang Benar

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP POLA PANTANG MAKAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO KLATEN

PERBEDAAN PRODUKSI ASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMBINASI METODE MASSASE DEPAN (BREAST CARE)

Correspondence : Siti Rochimatul Lailiyah.,S.SiT.,MKes.*)Jl. R.E. Martadinata Bangkalan, Indonesia.

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

PEMBERIAN JAMU UYUP UYUP TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PADA IBU NIFAS UNTUK MENYUSUI BAYINYA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (Studi Di BPS Yuliana, Amd. Keb. Kabupaten Lamongan 2016)

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN KECUKUPAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

GAMBARAN KETIDAKBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

Analisis Deskriptif Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Asi pada Ibu Nifas di Desa Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Erlina Hadi Nur Pratiwi*), Auly Tarmaly**), Rosalina***)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

METODE MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DENGAN TEHNIK MARMET DAN BREAST CARE DI RSUD KARANGANYAR

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. 1.8 Latar Belakang. Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. tua dan keluarga. Calon orang tua terutama calon ibu perlu memiliki

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Nur Sholichah ABSTRAK Perawatan payudara adalah suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan, baik oleh ibu post partum maupun di bantu oleh orang lain yang dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Kelancaran ASI dan kecantikan payudara pasca menyusui juga tergantung perawatanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perawatan payudara pada ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi korelasi, populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu post-partum pada hari ketiga sampai enam minggu pada bulan Februari-Maret 2011 sebanyak 31 ibu postpartum. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total Sampling dengan sampel 31 ibu post partum pada hari 3-6 minggu. Analisa data menggunakan analisis Chi-Square. Hasil penelitian sebagian besar responden (51,6 %) mempunyai perawatan payudara pada masa nifas yang kurang baik. Ibu post partum di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebagian besar (51,6 %) mempunyai kelancaran pengeluaran ASI yang lancar. Ada hubungan antara perawatan payudara pada ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan p = 0,007. Kata Kunci : Perawatan payudara, kelancaran pengeluaran ASI PENDAHULUAN Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Sementara itu, yang dimaksud manajemen laktasi ialah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah, dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Ruang lingkup pelaksanaan manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Aktivitas menyusui bayi dapat merangsang rahim untuk mengecil pemeriksaan dokter pada akhir minggu ke- 6, biasanya rahim berukuran lebih kecil dan lebih kencang dari pada ibu yang tidak menyusui. Sebagian ibu tidak menyusui bayinya. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Prasetyono, 2009). Mengingat banyak terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat khususnya ibu ibu yang cenderung menolak menyusui bayinya sendiri terutama pada ibu ibu yang bekerja dengan alasan air susunya hanya sedikit atau tidak keluar sama sekali, keadaan ini memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan, gizi, serta tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu untuk menanggulangi permasalahan diatas perlu dilakukan upaya preventif dan promotif dalam meningkatkan penggunaan ASI dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara ibu menyusui, sehingga membantu pengeluaran ASI secara lancar (Prasetyono, 2009). Perawatan payudara adalah suatu tindakan perawatan payudara yang 1

dilaksanakan, baik oleh ibu post partum maupun di bantu oleh orang lain yang dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan (Anggraini, 2010). Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode antenatal, masa pasca persalinan dini (nifas atau laktasi) dan masa pasca persalinan lanjut. Salah satu masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) adalah puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak, dan mastitis (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara (Pramitasari dan Saryono, 2008). Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam refleks. Pertama, refleks produksi air susu (milk production reflex). Bila bayi menghisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin (prolactin), yang mengatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam saluransaluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down reflex). Isapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin (oxytocin), yang membuat sel-sel otot disekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi menghisap, maka semakin banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono, 2009). Menurut Suradi (2008), kriteria pengeluaran ASI yaitu: ASI merembes karena payudara penuh, ASI keluar pada waktu ditekan, ASI menetes pada saat tidak menyusui atau ASI memancar keluar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, 10 orang ibu nifas mengatakan 3 melakukan perawatan payudara tetapi tidak rutin dan ASI tidak lancar, sedangkan 7 tidak pernah melakukan perawatan payudara dan ASI tidak lancar dan 1 yang mengalami bendungan ASI Berdasarkan data dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Perawatan Payudara Ibu Post Partum dengan Kelancaran Pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan jenis deskriptif korelasi yaitu desain yang bertujuan untuk mengetahui hubungan terjadinya pada sebuah fenomena. Penggunaannya untuk mengidentifikasi hubungan yang terjadi sesaat, tanpa kelompok control atau uji coba (Suyanto dan Salamah, 2008). Metode deskriptif korelasi ini digunakan untuk mengukur hubungan korelasi antara perawatan payudara post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. cross sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh saat ini juga. Cara ini dilakukan dengan melakukan survei, wawancara atau dengan menyebarkan kuesioner pada responden penelitian (Suyanto dan Salamah, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dalam masa 3 hari - 6 minggu post partum pada bulan Maret 2011 sebanyak 31 ibu post partum di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Tehnik pengambilan sampel ini menggunakan sampel jenuh/ sampel total, yaitu tehnik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Suyanto dan Salamah, 2008). Kriteria eksklusi merupakan ciriciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2

2010). Dalam penelitian ini yang termasuk dalam kriteria responden tidak memenuhi syarat, yaitu : a. Ibu post partum yang ada tumor ganas di mamae b. Ibu post partum yang mengalami mastitis dan abses payudara. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Tabulasi Silang antara Hubungan Perawatan Payudara Ibu Post Partum dengan Kelancaran Pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Perawatan Kelancaran Pengeluaran Payudara pada ASI Total Masa Nifas Tidak Lancar lancar f % f % f % Kurang baik 12 75,0 4 25,0 16 100 Baik 3 20,0 12 80,0 15 100 Total 15 48,4 16 51,6 31 100 χ 2 =7,305 ρ value = 0,007 Berdasarkan tabel 1, perawatan payudara dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa dari 16 responden yang melakukan perawatan payudara kurang baik, Sebanyak 12 responden (75,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar dan sebanyak 4 responden (25%) kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar. Dari 15 responden yang melakukan perawatan payudara baik, sebanyak 3 responden (20,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar dan sebanyak 12 responden (80,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar. Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan ρ value 0,007<0,05 untuk signifikansi 5 % yang berarti Ho ditolak berarti ada hubungan yang bermakna antara perawatan payudara ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Dari hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan ρ value 0,007<0,05 sehingga ada hubungan yang bermakna antara perawatan payudara ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sebanyak 16 responden yang melakukan perawatan payudara kurang baik, Sebanyak 12 responden (75,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar dan sebanyak 4 responden (25%) kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar, Jadi dapat disimpulkan bahwa ibu post partum yang melakukan perawatan payudara kurang baik kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar lebih besar dibandingkan kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar. Dari 15 responden yang melakukan perawatan payudara baik, sebanyak 3 responden (20,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar dan sebanyak 12 responden (80,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar, jadi dapat disimpulkan bahwa ibu post partum yang melakukan perawatan payudara baik kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar lebih besar dibandingkan kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar. Dari 16 responden sebanyak 3 responden melakukan perawatan payudara kurang baik, tetapi kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar. Hal ini disebabkan Banyak ibu mengeluhkan bayinya tak mau menyusu, hal ini dapat juga disebabkan oleh faktor teknis ini, air susu ibu juga dipengaruhi asupan nutrisi bisa dipenuhi dengan tambahan asupan kalori 500 kkal perharinya, khususnya nutrisi kaya protein (ikan, telur, hati), kalsium (susu) dan vitamin (susu, buah). Juga, banyak konsumsi air putih. Sedangkan faktor psikologis dengan menciptakan suasana santai dan nyaman, tidak terburu-buru dan tidak stress saat meneteki bayi (Saryono dan Pramitasari, 2008). Selain perawatan 3

payudara terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI seperti makanan dan gizi ibu saat menyusui, kondisi psikis, faktor istirahat, faktor isapan anak (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Hal ini dapat dilihat dari ibu yang tidak menjaga payudara tetap bersih dan kering selama menyusui, ibu tidak merasakan suasana santai dan nyaman pada saat menyusui, ibu tidak melakukan pengerutan pada payudara dengan jari-jari tangan, ibu tidak mengakhiri mengompres payudara dengan menggunakan air hangat. Pada negara berkembang, khususnya di daerah yang penduduknya berpendidikan rendah, pengetahuan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara masih kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan payudara diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan dari petugas kesehatan yang dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang perawatan payudara (Pramitasari dan Saryono, 2008). Menyeimbangkan urusan menjaga produksi ASI agar terus optimal, menyusui dan mengurus keluarga adalah hal yang tidak mudah. Setiap hari ibu harus memenuhi kebutuhan bayi, keluarga dan diri sendiri. Terkadang sulit sekali bagi ibu untuk membagi perhatian dan menyeimbangkan semua urusan. Jika hal ini terjadi, cobalah untuk selalu mengingat bahwa ibu telah memberikan yang terbaik untuk keluarga ibu sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan pernah memaksakan diri sendiri. Ibu akan kelelahan jika berusaha memaksakan diri. Akibatnya produksi ASI juga tidak optimal. Bersikap ariflah dalam melalui proses ini. Ingatlah, ibu butuh waktu banyak untuk mencintai bayi-nya, sosok mungil yang baru lahir dan butuh waktu singkat sebelum ia tumbuh besar (Soraya, 2008). Agar proses menyusui berlangsung tanpa kesulitan salah satu faktor penting harus dipenuhi ialah kelancaran pengeluaran ASI. Seorang ibu yang menyusui membutuhkan tambahan kalori lebih banyak dan lazimnya supaya kelancaran ASI-nya maksimal (Suherni dkk, 2008). Sedangkan dari 15 responden sebanyak 3 responden yang melakukan perawatan payudara baik, tetapi kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar. Hal ini disebabkan selama hamil ibu tidak melakukan perawatan payudara, dan perawatan payudara hanya dilakukan pasca persalinan, maka akan menimbulkan beberapa masalah misalnya ASI tidak keluar, puting susu tidak menonjol (Saryono dan Pramitasari, 2008), selain itu banyaknya ASI yang akan dihasilkan seorang ibu tidak tergantung pada besar payudara, tetapi gizi ibu selama hamil dan menyusui, serta cara menyusui bayi (Prasetyono, 2009). Menurut Indiarti (2007) cara meningkatkan kualitas ASI selain perawatan payudara juga diperlukan minum 8-12 gelas perhari, daun pucuk katuk dan sayur asin membuat air susu lebih banyak keluar, faktor jiwa pun penting, ibu yang hidup tenang lebih banyak mengeluarkan susus dari pada ibu yang sedang dalam kesedihan, dengan obat-obatan sesuai petunjuk dokter. Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran air susu ibu ialah bagaimana mengusahakan agar setiap kali menyusui buah dada betul-betul kosong, karena pengosongan buah dada dengan waktu tertentu itu merangsang kelenjar buah dada untuk membuat susu lebih banyak. Sebabsebab buah dada akan terisap habis antara lain disebabkan bayi lemah, putting susu lecet, produksi susu berlebihan. Dalam hal buah dada belum kosong betul sehabis menyusui, biasanya harus dikosongkan dengan jalan memompa atau mengurut. Susu yang diperas itu boleh diberikan pada bayi (Indiarti, 2007). Beberapa penyebab ASI tak mau keluar kebanyakan memang karena faktor psikis. Jika memang sejak awal diniatkan dan diyakini untuk memberikan ASI, 4

pastilah susu juga akan keluar. Makin kurang persiapan, tekanan pada pikiran, atau ketidakmauan karena berbagai alasan, akan menghambat keluarnya ASI. Tapi, pada umumnya, masalah tidak keluar atau terhambatnya ASI dikarenakan dua hal: ASI kepenuhan dan saluran susu tersumbat. Hal ini dapat dilihat dari item pertanyaan mengompreas kedua puting payudara dengan sabundan menggunakan BH yang menopang payudara. Menurut Saryono dan Pramitasari (2008), Pada saat hamil, ukuran payudara membesar karena bertambahnya saluransaluran air susu, sebagai persiapan laktasi. Kondisi payudara biasanya akan berubahubah setelah tiga hari pasca melahirkan. Namun itu bukan berarti tak ada cara membuat payudara tetap terlihat indah dan kencang. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan si kecil mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga bisa merangsang keluarnya ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui. Teknik menyusui yang salah akan berpengaruh pada bentuk payudara. Secara fisiologis perawatan payudara dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon progesterone dan estrogen lebih banyak lagi dan hormone oksitosin dengan merangsang kelenjarkelenjar air susu melalui pemijatan (Ambarwati dan Wulandari, 2006). Secara fisiologis menurut Rustam (2000) sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat dengan merangsang kelenjarkelenjar air susu melalui pemijatan.. Hal ini dapat dilihat dari item pertanyaan melakukan pengurutan pada payudara dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan (keatas, kesamping, kebawah, dan kedepan) sambil menghentakkan, melakukan pengurutan pada payudara dengan jari-jari tangan, mengompres payudara dengan air dingin setelah melakukan pengurutan dan mengakhiri mengompres payudara dengan air hangat. Gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara (Pramitasari dan Saryono, 2008). KESIMPULAN Ibu post partum yang perawatan payudara pada masa nifas kurang baik di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dari 31 responden sebanyak 16 responden (51,6 %). Ibu post partum kelancaran pengeluaran ASI yang lancar di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 16 responden (51,6 %). Ada hubungan yang bermakna antara perawatan payudara ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan ρ = 0,007. SARAN 1. Bagi Masyarakat Kepada masyarakat terutama ibu menyusui hendaknya melakukan perawatan payudara untuk meningkatkan kelancaran pengeluaran ASI dan mengikuti penyuluhan serta anjuran dari tenaga kesehatan. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Untuk mempersiapkan ibu nifas pada saat menyusui diperlukan suatu usaha yang baik, diharapkan 5

bidan desa dan tenaga kesehatan lainya diharapkan agar ikut serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya perawatan payudara bagi ibu menyusui dengan cara memberikan motivasi melalui penyuluhan kepada ibu nifas saat hamil sampai masa nifas. 3. Bagi Peneliti Perlunya meneliti faktorfaktor lain yang belum diteliti oleh peneliti berkaitan dengan kelancaran pengeluaran ASI seperti makanan dan gizi ibu saat menyusui, kondisi psikis, faktor istirahat, faktor isapan anak sehingga dapat lebih terbukti serta perlu diadakan penelitian di tempat yang berbeda dengan judul yang sama. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati dan Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press. Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi Buku Paduan Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba Medika. Indiarti, M. T. 2007. Paduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi. Yogjakarta : Diglossis Media. Jenny, Sr. 2006. Perawatan Masa Nifas Ibu dan Bayi. Yogjakarta: Sahabat Setia. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI eksklusif pengenalan, praktik, dan pemanfaatannya. Jogjakarta: Diva Press. Proverawati dan Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogjakarta: Nuha Medika. Pusdiknakes. 2001. Perawatan Payudara Pasca Melahirkan: Jakarta: Depkes RI. Saryono dan Pramitasari. 2008. Perawatan Payudara Dilengkapi dengan Deteksi Dini Terhadap Penyakit Payudara. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press. 6

Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika. Sinsin, lis. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Soetjiningsih, 2002. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Soraya, Luluk Leli. 2008 Tips Memperbanyak ASI. Retrieved on 30 Maret from, http://www. lsoraya.multiply.com. Sugiono Prof. Dr. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suherni, dkk. 2008. Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta: Fitramaya. Suradi, Ruliana Prof. Dr. 2008. Manajemen Laktasi. Jakarta. Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Suyanto dan Salamah. 2008. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press. Handayani, lestari. 2003. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan & Pasca Melahirkan. Jakarta : Agromedia Pustaka. 7

8