4.5. SANGEANGAPI, Nusa Tenggara Timur

dokumen-dokumen yang mirip
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

G. TALANG, SUMATERA BARAT

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

Telepon: , , Faksimili: ,

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gunung api tidak dijumpai di semua tempat. Indonesia terletak pada pertemuan tiga

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.3. linier. effusif. sentral. areal. eksplosif

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Transkripsi:

4.5. SANGEANGAPI, Nusa Tenggara Timur G. Sangeangapi (Pulau gunungapi) dilihat dari Pos PGA di Desa Sangeang Tawali KETERANGAN UMUM Nama Gunungapi : G. Sangeang Api Nama Lain : Sangeang, Gunungapi dekat Bima Nama Kawah : Kawah utama : Kawah Solo (Doro Undo), kawah Oi atau kawah Berano (Doro Api atau Karubu) dan Doro Mantoi Kawah tambahan : Parasit Dewa Mboko pada pelana, Doro Ego (Kusumadinata, 1967) anak Dewa Toi di lereng selatan Doro Mantoi. Lokasi Geografis : : : 08 11' LS dan 119 o 03,5 BT (Atlas Trop Nederi, 1939, lembar 27). Secara administrasi terletak di Kecamatan Wera Timur, Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat Ketinggian : dml : Doro Api, + 1949m (Atlas Trop.Nederi), Doro Mantoi, + 1795 m dml (Kuenen, p.291) Kota Terdekat : Wera Timur dengan nama kota Bima Tipe Gunungapi : Strato kembar Pos Pengamatan Gunungapi Desa Sangeang Tawali, Kec. Wera Timur, Kab. Bima, 84153 NTB Posis Geografi : 08 o 17 52,02 LS dan 118 o 56 08,04 BT, ketinggian 70 m dml

PENDAHULUAN Cara Pencapaian Pendakian pada umumnya adalah dari kampung Toroponda, dari Sori buntu lewat padang alang alang yang landai, hingga di Lare di Sori Belanda (Sungai kecil dan kering). Satu jam kemudian berturut turut di capai Luna (lapangan lama) dan setelah itu Watu Pela Ma Awa (Batu Ceper Bawah). Jalannya kemudian menghilang dan sedikit naik memasuki semak belukar, hingga satu jam kemudian dicapai Watu Pela Ma EA (Batu ceper atas), Sebuah padang alang alang pada ketinggian 580 M. Setelah itu dicapai Kampo Kara dan Mamba Karana, kemudian memotong ke utara lewat lahar lama yang sudah lepas lepas dan mesuk Mamba Mengi (990M), sebuah undak yang rapat di tumbuhi pohon hutan. Pendakian kini mulai langsung lurus menuju Dewa Mboko, pelana antara Doro Api dan Doro Mantoi. Jalan sudah tidak dapat di lihat lagi dan hanya di tandai di sana sini oleh bekas rintisan jalan, dari orang yang mendaki sebelumnya. Tanpa kesukaran yang berarti sampailah pada lereng yang terbuka, ialah Mamba Kawangge. Kemudian mengikuti aliran lava lama dari kawah Dewa Mboko, yang terbuka ke jurusan sini bagaikan sepatu kuda hingga di pelana antara Doro Mantoi dan Doro Api. Pendakian dari pelan yang luas ini ke puncak Doro Api maupun Doro Mantoi memakan waktu lk Satu jam. Jalan setapak yang sesungguhnya tidak ada dan dapat di pilih sendiri. Demografi Kependudukan di kawasan ini sejak tahun 1985 telah di kosongkan yaitu di transmigrasikan ke Sangeang darat (Kecamatan Wera). Transmigrasi pertama setelah letusan tahun 1953 dan sisanya setelah letusan tahun 1985 sebanyak 263 kk, dengan diberi lahan 1 Ha/kk. Namun keadaan sekarang lahan yang di tinggalkan sudah dijadikan tempat ladang dengan membuat rumah sementara ( Salaya ) terutama pada bulan musim tanam ( Agustus November ) dan musim panen (Maret April). Penghuni musiman tersebut berasal dari penduduk asli yang ia tinggalkan sejak tahun 1953 dan 1985 yang secara umum terakumulasi di Toroponda sebanyak 53 kk, Danggo 25 kk dan kampung Sangeng 45 kk. Penduduk yang menempati salaya (Rumah sementara ) yang termasuk kawasan rawan III terdapat Joro Sangeang yang di huni sekitar 45 kk. Penggunaan lahan di kawasan rawan ini merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan hutan cagar alam dengan jenis lahan berupa hutan heterogen, alang alang dan

sebagian ladang penduduk. Mata pencaharian selain bertani adalah berlayar ( Jasa Transportasi antar pulau ) dan berdagang. Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi Umumnya di daerah G. Sangeang Api mempunyai sumber dayanya adalah pasir, batu, sirtu, sangat melmpah, yang di pergunakan oleh penduduk setempat sebagai bahan bangunan. Umumnya tanahnya sangat subur dan merupakan daerah penghasil sayur mayur dan buah buahan Wisata Pulau Sangeang Kawasan ini selain berpotensi dikembangkan menjadi wisata alam pegunungan juga bias dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai. Keindahan pemandangan pantai yang alamiah juga ditunjang adanya sumber mata air panas di Oi Pana Manangga dan mata air panas Oi Kalo yang bersuhu antara 36 derajat sampai 39 derajat celcius. Juga pantai di kawasan ini merupakan jalur transportasi Mataram P Komodo (Flores) dan sebagai tempat singgah untuk mengisi bahan bakar. Akan tetapi lingkungan di sekitar pantai terutama karang karang laut telah mengalami kerusakan akibat penangkapan ikan disekitar pantai dengan menggunakan bahan peledak. SEJARAH LETUSAN 1512 Keterangan lebih lanjut tidak ada. Neumann van Padang (1951), hanya menulis, bahwa letusannya merupakan esplosi normal dan terjadi di salah satu atau kedua kawah pusatnya. 1715 Juga tidak ada keterangan lebih lanjut, rupa-rupanya serupa dengan yang terjadi dalam 1512. 1821 Terjadi dalam Maret. Reinwardt menyaksikan pada 23 Maret selama perlawatannya ke Indonesia bagian timur. Letusannya serupa dengan yang sebelumnya. 1860 Reiche melaporkan letusan sejak 11 September, kegiatannya berlangsung pula dari kawah puncak, terus menerus dengan hebatnya, dan baru berkurang setelah 1k satu bulan. 1911 Pannekoek van Rheden (1911, p. 219) menulis, di permulaan 1911 keluar asap dari puncaknya yang tertinggi. Pada 8 Pebruari di Bima terasa gempa bumi dan pada 13 Pebruari hembusan asap di puncaknya. Menurut penduduk setempat, pinggir kawah sebelah utara telah terbelah disebabkan gempa bumi 8 Pebruari. Menurut Ehrat (1929) lava telah mengalir mengikuti Sori Oi dan berhenti pada jarak 1k 2,25 km sebelum laut. Kusumadinata (1965) menaksir jumlah bahan yang dikeluarkan waktu itu adalah 10 6 m 3 hingga Energi Kalor yang dilepaskan adalah 2,9. 10 23. Kebesaran Letusan 7,79 dan Kesetaraan Bom Atom 34,4. 1912 Neuman van Padang (1951) juga mencantumkan letusan esplosiva normal dari kawah pusat

dalam April. 1927 Keterangan lebih lanjut tidak ada. Hanyalah dapat dikatakan, bahwa terjadi esplosi normal di dalam kawah utamanya. 1953 Kegiatan dimulai pada 19 Maret. Lavapun mengalir di bagian barat kawah Doro Api. Musim hujan berikutnya menyebabkan lahar yang 3 buah sungai Sori Oi dan Mengada menyaris kampung Joro Sangeang, lebar lahar di pantai adalah 1k 2 km, Sori Miro dan sebuah sungai lain sebelah timur, merupakan aliran kecil saja. Menurut Dalu Djamaludin, asap bergumpal gumpal mengikuti mengikuti Sori Oi hingga di laut. Hadikusumo (1955) menyebut nyebut adanya lidah lava 1953. 1964-1965- 1967 Kusumadinata (1967, p.20-31) yang melakukan penelitian ke pulau Sangeang dalam 1964, 1965 dan 1967 merekonstruksikan kegiatan di Doro Api sebagai berikut : 1. Tanda pendahuluan Dinyatakan dengan terasanya gempa bumi ringan di Teluk Nangakanda, Wera, pada 28 Oktober 1964 1k 14 dan kemudian pukul 20. 2. Permulaan Letusan Terjadi esok harinya pada 29 Januari. Pada pukul 9 tampak asap berwarna kelabu kehitamhitaman mengepul, dari puncaknya mulai keluar api disertai suara gemuruh. Gejala tersebut berlangsung terus menerus disertai oleh dentuman selama 1k 4 jam dan meningkat 30 31 Januari 1964. 3. Aliran lava Malam hari 3 4 Pebruari lava mulai kelihatan mengalir dari Kawah 1953 dan tampak di malam hari sebagai semburan api. Lelerannya relatif kecil saja di atas lava 1911, di pinggir barat daya. Lava tersebut kemudian bercabang dua, dipisahkan oleh Doro Monggo dan mengalir ke dalam jurang Manggada. Gejala tersebut berlangsung selama 3 bulan. Kemudian pada malam hari leleran merah pijar membara itu hilang. Pada hakekatnya lava masih tetap keluar, tetapi karena kini rupanya tebing selatan barat daya sudah terisi tinggi, maka arahnya berubah ke jurusan timur laut, pinggir kawah paling rendah waktu itu, dan mengalir mengisi hulu Sori Berano. Hingga akhir 1965 lava ini masih mengalir, sedang ujungnya telah sampai pada garis ketinggian lk. 800 m di Mamba Mila. Fase Terakhir Setelah itu letusan masih terus menerus terjadi, tetapi lemah dan bahan semburannya hanya berjatuhan disekitar kawah, menimbulkan satu kubah dari bahan lepas di atas tumpukan lava baru. Bahan yang Dikeluarkan Jumlah laga yang dikeluarkan selama kegiatan ini menurut Wikarta Dipura (Kusumadinata, 1967) ditaksir sebanyak 2.534.312,5 m 3 ) Berdasarkan jumlah ini (jumlah bahan lepas diabaikan), energi kalor yang dilepaskannya adalah 7,2. 10. 22 erg, kebesaran letusan 7,41 dan kesetaraan Bom Atom 8,6. 1985-1987 Letusan dimulai 30 Juli 1985 hingga Agustus 1985. Letusan abu disertai suara gemuruh mengeluarkan asap tebal dengan tekanan gas kuat dengan ketinggian 800 m di atas puncak. 1997-1999 Letusan pert)ama terjadi pada 24 Januari 1997, pukul 12:40 WITA mengeluarkan abu letusan setingggi 1000 m di atas puncak, kemudian hari-hari berikutnya ketinggian abu letusan antara 300 1000 m di atas puncak. Sebaran abu letusan mencapai Doropeti, Wera dan Bima (tebal endapan abu lk. 0,2 mm). Sinar api mulai teramati sejak tanggal 26 Januari 1997 sampai dengan 16 Februari 1997. Disamping letusan abu juga disertai erupsi efusif berupa pembentukan kubah lava dan guguran-guguran material pijar. Kegiatan letusan berakhir tahun 1999 dengan waktu istirahat beberapa hari - bulan 2009 Peningkatan kegiatan seismimisitas. Karakter Letusan Karakter letusan G. Sangeangapi bersifat eksplosif dan ada juga yang bersifat eksplosif dan efusif.

Sedngkan periode letusan terpanjang terpanjang tercatat lk. 200 tahun, sedangkan periode letusan terpendek tercatat lk. 1 tahun. GEOLOGI Geomorfologi Morfologi gunungapi sangeangapi dibagi dalam 5 satuan morfologi yaitu : - Satuan morfologi kaki - Satuan morfologi tubuh sangeangapi - Satuan morfologi tubuh doroapi - Satuan morfologi tubuh Doromantoi - Satuan morfologi puncak dan kawah Stratigrafi Stratigrafi gunungapi G. Sangeangapi disusun oleh endapan hasil erupsi gunungapi dalam 6 periode kegiatan, berturut turut sumber erupsi dari tua ke muda adalah sebagai berikut : - Sangeangapi - Doroapi - Doro Mantoi - Doro Ego - Doro Mboko - Doro Api Endapan hasil erupsi terdiri dari : - 25 lava - 11 aliran Piroklastik - 2 jatuhan Piroklastik - 1 guguran lava - 5 lahar dan alluvial Struktur Geologi Struktur geologi yang berkembang pada daerah ini, ada 2 buah sesar turun, yang berarah barat timur dengan pergerakan blok selatan relatif turun terhadap blok utara, yaitu : Sesar turun Sangeangapi dan Doro Api. Sesar turun Sangeong Api memisahkan periode erupsi Sangeangapi dengan Doro Api. Sesar turun Doro api memisahkan periode erupsi Doro Api dengan Doro Mantoi.

GEOKIMIA Di sekeliling G. Sangeang Api terdapat 2 buah mata air panas yaitu MAP. Klaktemango, MAP. Oi Kalo dan 1 buah mata air dingin Oi Peto Pengambilan dan pemeriksaan air dilakukan yang berada diperoleh. Hasil pemeriksaan air di tempat tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini. Hasil Pemeriksaan Air Panas/Dingin Dilapangan, bulan September 2008 NO 1 LOKASI MAP. Klaktemango 2 MAP. OI KALO 3 MAD. OI PETO POSISI GEOGRAFIS N 08 o 14 39.8 E 119 o 65 32.9 H 8 m N 08 o 08 27.6 E 119 o 01 55.8 H 6 m N 08 o 07 55.4 E 119 o 04 20.4 H 7 m SUHU AIR ( o C) ph Lapangan 36.7 7.07 71.8 6.85 27 6.85 DESKRIPSI Air jernih, berasa asin, muncul disisi Selatan G. Sangeangapi Air jernih, berasa asin, berbau H2S tipis, muncul disisi Barat Laut G. Sangeang Api Air jernih, tidak berasa, tidak berbau,muncul disisi Utara G. Sangeang Api, dipakai nelayan untuk memasak, mandi. Dari data hasil analisis di laboratorium dan dari hasil ploting pada diagram segitiga Na/1000 - K/100 - Mg 1/2 terhadap contoh air dingin Oi Peto mempunyai persentase Mg 1/2 yang tinggi mencapai 95 % berada pada sudut % Mg di daerah Immature Waters Dari Hasil ploting pada diagram segitiga SO4 - HCO3 Cl -, diperoleh persentase Bikarbonat (HCO3 - ) = 34%, Klorida (Cl - ) 59% dan Sulfat (SO 2-4 ) 7%, termasuk kedalam tipe Bikarbonat, sedang munculnya klorida yang tinggi diduga adanya proses pelarutan mineral-mineral dan batuan yang ada didasar danau. Komposisi unsur-unsur kimia menunjukkan bahwa kualitas air di sekitar G. Sangeang Api masih baik karena masih dalam nilai ambang batas yang diperbolehkan Pemenkes thn.1990, sehingga dapat dipakai oleh masyarakat setempat, untuk pertanian, untuk peternakan, untuk perikanan. Dari hasil ploting pada diagram segitiga Na/1000 - K/100 - Mg 1/2 terhadap contoh air panas Klatemango dan Oi Kalo diperoleh persentase Mg 1/2 berkisar 77-86% berada di daerah Immature Waters Hal ini mencerminkan bahwa air berasal dari air meteorik. Dari Hasil ploting pada diagram segitiga SO 4 - HCO 3 - Cl - diperoleh persentase Klorida (Cl - ) berkisar 63-89%, Bikarbonat (HCO3 - ) berkisar 9-20%, dan Sulfat (SO 2-4 ) berkisar 2-17%. termasuk kedalam tipe Klorida didaerah Mature Water. Umumnya Air panas ber-ph netral dengan temperatur berkisar 23.8-71.8, kandungan Na dan Cl yang tinggi, HCO3 terdapat dalam konsentrasi yang signifikan, SO4 rendah (< 100 ppm) merupakan indikasi bahwa air tersebut berasal dari reservoir dalam pada kondisi boiling.serta dipengaruhi oleh

batuan dasar sedimen laut. yang berada pada topografi yang lebih rendah. Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan dalam diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 (giggenbach, 1988), maka MAP. Klatemongo, Ap. Oi Kalo termasuk kedalam tipe Klorida, dan MAD. Oi Peto termasuk kedalam tipe Bikarbonat. Data analisis kimia air G. Sangeang Api, bulan September, 2008 Unsur Satuan MAP. Klaktemango Ap. Oi Kalo MAD. Oi Peto ph 7.07 6.85 7.90 Temp. (oc) 36.7 71.8 23.8 DHL μmhos/cm 9520 4780 352 Na + ppm 1490.04 763.64 38.18 K + ppm 315.00 79.00 16.00 Ca ++ ppm 217.11 163.24 22.04 Mg ++ ppm 247.26 95.98 12.00 Fe +++ ppm 0.13 0.08 0.00 NH 3 ppm 0.07 0.01 0.01 - HCO 3 ppm 864.31 133.81 115.73 Cl - ppm 2689.13 1331.25 202.35 = SO 4 ppm 714.80 36.13 24.46 B ppm 1.79 2.11 0.00 SiO 2 ppm 121.90 111.30 41.00 Hasil Pengukuran Gas pada Solfatara Oi Kalo GAS OI KALO Ambang Normal Di Udara Bebas SO2 0 2 ppm H2S 0 10 ppm CO2 0 0.5 % vol CO 0 30 ppm CH4 0 10 % LEL Kandungan Relatif Cl-SO 4 2- -HCO 3 - dan Na/1000-K/100- Mg 1/2 dari air panas/dingin di daerah G. Sangeang Api, September, 2008 LOKASI % KATION % ANION Na/1000 K/100 Mg 1/2 Cl - HCO 3 - SO 4 2- MAP. Klatemango 7 16 77 63 20 17 Ap. Oi Kalo 7 7 86 89 9 2 MAD. Oi Peto 1 4 95 59 34 7 MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Kegiatan G. Sangeangapi dipantau secara menerus baik secara visual dan kegempaan dari pos Pos Pengamatan G. Sangeang Api berada di Desa Sangeang Tawali, Kec. Wera Timur, Kab. Bima.

Visual Pengamatan visual dan cuaca yang meliputi: kenampakan gunung, warna dan tinggi asap, tekanan gas, sinar api, suhu udara, keadaan cuaca, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan, angin. Kegempaan Seismometer penerima gempa dengan sistem radio telemetri dipasang di sebelah barat puncak G. Sangeangapi pada posisi geografi 08 o 13 12,72 LS dan 119 o 01 23,22 BT, ketinggian lk. 247 m dml. Sinyal gempa ditransmisikan dengan sistim radio pancar (RTS) ke Pos Pengamatan dan direkam dengan perekam gempa model MEQ 800. KAWASAN RAWAN BENCANA G. Sangeang Api adalah gunungapi yang jarang meletus dengan daerah yang berpotensi terlanda produk erupsi selain daerah puncak/kawah, adalah sektor selatan, baratdaya dan barat. Tingkat kerawanan bencananya dibagi menjadi tiga tingkatan secara berurutan dari kerawanan tertinggi ke tingkat kerawanan terendah, adalah: Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, dan Kawasan Rawan Bencana I. Kawasan Rawan Bencana III Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, material lontaran batu pijar, guguran lava, hujan abu lebat dan atau gas beracun. Penarikan batas Kawasan Rawan Bencana III didasarkan pada keadaan topografi/morfologi G. Sangeang Api (terutama di sekitar daerah puncak dan lereng bagian atas), dan didasarkan pada sejarah kegiatan/erupsi masa silam. Kawasan Rawan Bencana III G. Sangeang Api terdiri atas dua bagian, yaitu: a. Kawasan rawan bencana terhadap awan panas, aliran lava, guguran lava dan gas beracun. b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II, adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan atau guguran lava, hujan abu lebat dan aliran lahar. Kawasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kawasan rawan bencana terhadap awan panas, aliran lava, guguran lava dan aliran lahar. b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I, adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar, material jatuhan berupa hujan abu. Apabila erupsinya membesar maka kawasan ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan tertimpa hujan abu lebat serta lontaran batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana I ini dibedakan menjadi dua bagian, yakni: a. Kawasan rawan bencana terhadap lahar. b. Kawasan rawan bencana terhadap hujan abu dan kemungkinan material lontaran batu (pijar).

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Sangeangapi

DAFTAR PUSTAKA Data Dasar Gunung Api Indonesia 1979, Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi. Kusumadinata, K. 1979. Data dasar Gunung Api Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung Mulyana A.R.,,dkk, 2008. Peta KRB Gunungapi Sangeangapi, PVMBG, Bandung Rahmat, H dkk. Tahun 1998. Pemantauan / Pengawasan Daerah Bahaya Gunung Api Sangeang Api di Kec. Wera Timur, Kab. Bima NTB. Laporan 11