2012, No SISTEMATIKA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. MAKSUD DAN TUJUAN C. RUANG LINGKUP D.

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP TERJAGA

BAB II LANDASAN TEORI. arsip agar dapat dengan cepat bila arsip bilamana arsip sewaktu-waktu

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS oleh :

1. Organisasi dan Tata Kerja Unnes 2. Jadwal Retensi Arsip 3. Folder 4. Tab/Guide 5. Filling Cabinet 6. Komputer

BAB II SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.11/MEN/2010 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PEMBERKASAN ARSIP AKTIF

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORITIS. Arsip berasal dari bahasa Yunani, yaitu arche yang kemudian berubah menjadi archea,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016, No tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 3

WALI KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ' KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI,

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN NASIONAL SADAR TERTIB ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden, Garibaldi Sujatmiko

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II PERANGKAT KEARSIPAN

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsip berasal dari bahasa Yunani Archivum yang artinya tempat untuk

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 54 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

KEARSIPAN. 16 JP (720 menit) Modul 01 PENGANTAR KOMPETENSI DASAR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU, Arsip. Retendi. Jadwal

Landasan Manajemen Arsip/ Dokumen

2017, No d. kearsipan untuk mendukung tata kelola organisasi yang baik; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

Diklat Penyusutan Arsip

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyediaan informasi dengan cepat dan tepat mutlak menjadi harapan masyarakat.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Unda

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 21 Tahun 2005 TENTANG :

BAB II KERANGKA TEORI. Pengertian kearsipan menurut Undang-undang nomor 43 Tahun Tentang Kearsipan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM PENYIMPANAN ARSIP (FILLING SISTEM)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN ARSIP PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR: 116 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENATAAN BERKAS BADAN ARSIP PROPINSI JAWA TIMUR

SISTEMATIKA JADWAL RETENSI ARSIP DI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PENTINGNYA MANAJEMEN SISTEM PENYIMPANAN ARSIP. Oleh; Melizubaidah Mahmud Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP FASILITATIF NON KEUANGAN DAN NON KEPEGAWAIAN

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM

STANDAR FOLDER DAN GUIDE ARSIP

BAB III PENGURUSAN ARSIP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS KOMISI PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2017 NOMOR 23 UN2014 NOMOR 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektron

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNIT ARSIP PENYEDIAAN INFORMASI ARSIP DINAMIS

PENGELOLAAN DAN PENATAAN ARSIP AKTIF DAN INAKTIF

PENATAAN BERKAS. A. Pendahuluan. Burhanudin DR

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Informasi yang diperlukan oleh setiap organisasi yaitu untuk

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UNIT KEARSIPAN PADA LEMBAGA NEGARA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNIT ARSIP PENGOLAHAN ARSIP STATIS

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Ta

BUPATI TERNGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 046 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP URUSAN KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. Pengertian. A. Pengertian Arsip

2 menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Bidang Keuangan di Kementerian

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNIT ARSIP ALIH MEDIA ARSIP

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UNIT KEARSIPAN PADA LEMBAGA NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

2012, No.498 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERKASAN ARSIP AKTIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. SISTEMATIKA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. MAKSUD DAN TUJUAN C. RUANG LINGKUP D. PENGERTIAN UMUM BAB II PERALATAN A. PERANGKAT KERAS B. PERANGKAT LUNAK BAB III PROSEDUR PEMBERKASAN ARSIP AKTIF A. PENYIMPANAN BERKAS B. PENYUSUNAN ARSIP PADA FILLING CABINET C. PELAYANAN BERKAS BAB IV PENUTUP

5 2012, No.498 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Arsip menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam mendukung kegiatan administrasi, arsip harus teratur sesuai dengan kaidah kearsipan sehingga dapat memberikan informasi yang lengkap dan utuh, selain itu menghemat ruangan, menghindari salah berkas (misfile), dan penemuan kembali arsip akan lebih cepat, tepat dan akurat. Arsip berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi arsip dinamis (records) dan arsip statis (archives). Arsip dinamis dibedakan menjadi arsip aktif dan arsip inaktif. Salah satu kegiatan pengelolaan arsip adalah pemberkasan arsip yaitu penataan dan penyimpanan arsip aktif secara sistematis ke dalam peralatan penyimpanan menurut aturan yang telah direncanakan. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sebagai lembaga Negara mempunyai fungsi menyinkronkan dan mengoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat dalam melakukan tertib administrasi termasuk masalah kearsipan.

2012, No.498 6 B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud: Pedoman Pemberkasan Arsip Aktif dapat digunakan sebagai acuan bagi unit organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam melaksanakan pemberkasan arsip agar mempunyai kesamaan metode menata arsip aktif. 2. Tujuan: Pedoman Pemberkasan Arsip Aktif bertujuan agar setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mempunyai pandangan yang sama dalam memberkaskan arsip aktif sesuai dengan kaidah kearsipan. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Pedoman Pemberkasan Arsip Aktif meliputi cara pengaturan penyimpanan dan penemuan kembali arsip aktif sesuai dengan Pedoman Pemberkasan Arsip Aktif. D. PENGERTIAN UMUM Dala Pedoman Pemberkasan Arsip Aktif ini, yang dimaksud dengan: 1. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga Negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu. 3. Arsip Aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau terus menerus.

7 2012, No.498 4. Arsip Inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah menurun. 5. Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau Lembaga Kearsipan. 6. Folder ialah tempat arsip yang terbuat dari bahan kertas/karton manila yang dilengkapi tempat label (tab) pada bagian atas atau samping untuk menempatkan kata tangkap atau identitas arsip. 7. Indeks ialah sarana penemuan kembali arsip untuk mengidentifikasi arsip-arsip melalui tanda pengenal dan juga sebagai alat bantu dalam menyimpan arsip. 8. Kode Arsip ialah tanda pengenal urusan atau masalah yang mengacu pada kode klasifikasi arsip. kode arsip ini berupa kode angka, kode huruf, dan kode gabungan angka dan huruf. 9. Label ialah kertas yang berukuran sebesar tab untuk ditempelkan di tab guide atau tab folder, berfungsi sebagai tempat untuk menuliskan indeks atau subjek. 10. Pola klasifikasi subjek ialah suatu pola atau bagan yang berupa daftar pengelompokan subjek yang dibuat secara berjenjang. 11. Sistem pemberkasan adalah cara atau metode penyimpanan arsip secara sistematis kedalam peralatan penyimpanan menurut aturan yang telah direncanakan, termasuk proses penentuan indeks, pengkodean, penyusunan dan penempatan arsip dengan cara yang sistematis, sehingga dengan mudah, cepat dan tepat ditemukan setiap kali dibutuhkan. 12. Sistem pemberkasan secara subjek ialah sistem penyimpanan berdasarkan kelompok masalah (subjek) secara logis, sistematis serta konsisten, menggunakan kata tangkap secara singkat, jelas dan mewakili informasi yang terkandung dalam arsip.

2012, No.498 8 13. Sekat (guide) adalah alat yang terbuat dari sejenis karton atau triplek berfungsi sebagai pembatas dan sarana petunjuk dari bagian satu dengan bagian lain. 14. Sekat (guide) Primer adalah sekat yang diletakkan pada posisi pertama menunjukkan pada bagian/kelompok utama, yang digunakan untuk menuliskan pokok masalah. 15. Sekat (guide) Sekunder adalah sekat yang diletakkan pada posisi kedua dan berfungsi sebagai pembantu untuk menunjukkan sub pokok masalah. 16. Sekat (guide) Tersier adalah sekat yang diletakkan pada posisi ketiga dan berfungsi sebagai pembantu untuk menunjukkan sub-sub pokok masalah. 17. Tanda keluar (Out indicator) yaitu alat berupa folder atau lembar pengganti yang digunakan untuk menandai adanya arsip yang keluar atau yang dipinjam dari filling cabinet. 18. Tunjuk silang adalah alat yang berfungsi menghubungkan arsip yang memiliki keterkaitan informasi, ditulis dalam folder untuk tunjuk silang permanen maupun dalam bentuk lembaran yang diletakkan dalam folder.

9 2012, No.498 BAB II PERALATAN Peralatan yang digunakan pada proses pemberkasan arsip aktif di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, meliputi: A. PERANGKAT KERAS. 1. Filling Cabinet Sarana ini digunakan untuk penyimpanan arsip aktif. Filling cabinet ada yang memiliki dua, tiga atau empat laci seperti contoh dibawah ini dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing unit kerja. Gambar 1. Filling cabinet

2012, No.498 10 2. Sekat Sekat memiliki tab atau tempat label yang letaknya disesuaikan dengan kebutuhan, adapun posisi Tab berada di atas maupun di samping sekat. Sekat berguna untuk: a. membedakan dan menunjukan tingkat masalah yaitu: 1) sekat pertama untuk memberikan petunjuk pada pokok masalah; 2) sekat kedua untuk sub pokok masalah; 3) sekat ketiga untuk sub sub pokok masalah. b. memudahkan dalam pencarian, penemuan kembali dan penelusuran berkas atau arsip di dalam tempat penyimpanan arsip; c. membedakan antara kumpulan berkas yang satu dengan berkas lainnya. Pokok Masalah Sub Pokok Masalah TAB Sekat I TAB Sekat II TAB Sekat III Sub-sub Pokok Masalah Gambar 2. Sekat

11 2012, No.498 Pokok Masalah Sub Pokok Masalah Sub-sub Pokok Masalah PEG Kepegawaian Sekat I PEG.02.01 Pengangkatan CPNS PEG.02 Sekat III Pengangkatan Pegawai Sekat II Gambar 3. Posisi tab Dalam penerapannya, sekat dapat pula digunakan untuk menunjukkan arsip yang dipinjam atau keluar yang dinamakan Sekat Keluar (out guide) yang berfungsi untuk memudahkan dalam membantu menelusuri arsip yang dibutuhkan, dimana secara otomatis dapat diketahui arsip aktif atau berkas yang dipinjam oleh unit atau pengguna yang lain. Sedangkan pada berkas yang dipinjam dilampiri dengan lembar peminjaman sebagai bukti bahwa arsip tersebut dipinjam sekaligus kapan arsipnya harus dikembalikan. Dapat pula digunakan folder pengganti yang biasanya berwarna merah dengan keterangan dipinjam atau keluar dengan kolom isian yang telah ditentukan.

2012, No.498 12 Keluar Gambar 4. Sekat keluar (out guide) Keluar NO KODE INDEKS TGL PINJAM PEMINJAMAN TGL KEMBALI KEMBALI Gambar 5. Folder pengganti 3. Folder Folder mempunyai bagian yang menonjol yang dinamakan tab pada bagian atas. Kegunaan tab ini adalah sebagi tempat untuk menuliskan klasifikasi arsip serta indeks berkasnya untuk memudahkan dalam penempatan kembali arsip.

13 2012, No.498 Tab Gambar 6. Folder B. PERANGKAT LUNAK 1. Kode Kode merupakan tanda pengenal arsip untuk memudahkan dalam penyimpanan dan penemuan kembali arsip. Kode yang digunakan adalah gabungan abjad dan angka, contohnya sebagai berikut; PEG KEPEGAWAIAN 00 FORMASI Naskah-naskah yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan, pengadaan calon pegawai, mulai dari pengumpulan bahan untuk penyusunan rencana formasi sampai dengan persetujuan formasi 01 PENGADAAN PEGAWAI Naskah-naskah yang berkaitan dengan penerimaan pegawai mulai dari pengumuman, lamaran, pemanggilan, test sampai dengan pengumuman penerimaan

2012, No.498 14 02 PENGANGKATAN PEGAWAI 02.00 CPNS dan PNS Naskah-naskah yang berkaitan dengan kegiatan pengangkatan CPNS, Pengangkatan CPNS menjadi PNS 02.01 Struktural Naskah-naskah yang berkaitan dengan pengangkatan dalam jabatan struktural termasuk didalamnya staf khusus dan tenaga ahli 02.02 Fungsional Naskah-naskah yang berkaitan dengan pengangkatan dalam jabatan fungsional PPR PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PERUMAHAN RAKYAT 00 PERLINDUNGAN SOSIAL 00.00 Ketahanan Pangan Naskah-naskah yang berkaitan dengan kegiatan koordinasi Tim Raskin Pusat, Kompensasi Sosial, World Food Programme 00.01 Jaminan Sosial Naskah-naskah yang berkaitan dengan kegiatan koordinasi Jamkesmas dan SJSN 00.02 Kelompok Rentan Naskah-naskah yang berkaitan dengan kegiatan koordinasi Yayasan Penyandang Cacat (YAPENCA) - Yayasan Emong Lansia (YEL)-ASEAN

15 2012, No.498 01 PERUMAHAN RAKYAT 01.00 Pemukiman Naskah-naskah yang berkaitan dengan Koordinasi Bedah Kampung 01.01 Perumahan Naskah-naskah yang berkaitan dengan kegiatan koodinasi pembangunan rumah susun 2. Indeks Indeks disusun berdasarkan masalah/subjek sesuai dengan klasifikasi arsip: PEG.02.02 UJI KESEHATAN PEG.02.01 PENGANGKATA N CPNS PEG KEPEGAWAIAN PEG.02.00 PERMINTAAN NIP PEG.02 CPNS PENGANGKATAN PEGAWAI Gambar 7. Indeks berdasarkan masalah/subjek

2012, No.498 16 3. Klasifikasi Arsip Klasifikasi arsip adalah kegiatan pengelompokan arsip berdasarkan permasalahan/subjek sebagai dasar untuk penataan berkas dalam filling cabinet. Pada dasarnya pengelompokkan arsip dibedakan menjadi: a. Klasifikasi fasilitatif, adalah klasifikasi permasalahan arsip untuk kegiatan yang sifatnya kegiatan pendukung atau penunjang dimana setiap instansi mempunyai masalah ini, misalnya masalah kepegawaian, keuangan, kehumasan dan lain-lain. b. Klasifikasi Substantif, adalah klasifikasi berdasarkan pokok atau tugas suatu instansi. Tugas ini yang membedakan instansi satu dengan instansi lainnya.

17 2012, No.498 BAB III PROSEDUR PEMBERKASAN ARSIP AKTIF Prosedur pemberkasan arsip aktif merupakan rangkaian tata cara yang dilakukan dalam suatu kegiatan untuk memudahkan penemuan kembali berkas secara cepat dan tepat apabila sewaktu-waktu diperlukan. A. PENYIMPANAN BERKAS Langkah-langkah penyimpanan berkas meliputi: pemeriksaan (inspecting), penentuan indeks (indexing), pengkodean (coding), tunjuk silang (crossreferencing), penyortiran (sorting), pelabelan dan penyimpanan (filing). 1. Pemeriksaan (inspecting) Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah suatu berkas surat sudah siap untuk disimpan, melalui : a. Tanda perintah file atau simpan Biasanya diberikan oleh pimpinan unit kerja terhadap berkas surat yang telah selesai diproses dan perlu disimpan. b. Kelengkapan berkas surat Sebelum melakukan penyimpanan dilakukan pemeriksaan terhadap berkas-berkas surat. Yang dimaksud kelengkapan berkas surat adalah lampiran-lampiran yang menjadi kelengkapan sesuai yang tercantum dalam surat. 2. Penentuan indeks (indexing) Indeks ditentukan dengan cara mengindentifikasi permasalahan surat dan disesuaikan atau dicocokkan pada klasifikasi arsip. Apabila isi informasi yang terkandung dalam berkas surat lebih dari satu subjek, penentuan indeksnya berdasarkan pada subjek yang paling mewakili, kemudian subjek yang lain dibuatkan tunjuk silang. 3. Pengkodean (coding) Pengkodean dilakukan menggunakan kode alphanumerik berdasarkan klasifikasi arsip, dan kode tersebut ditulis pada atas atau sudut kanan berkas surat.

2012, No.498 18 KP.05.00 Diklat Prajab Gambar 8. Pengkodean berkas surat

19 2012, No.498 4. Tunjuk silang (cross-reference) Tunjuk silang diperlukan bila ditemukan informasi yang terkandung dalam suatu berkas surat lebih dari satu subjek atau memiliki lebih dari satu peristilahan dan mempunyai arti yang sama. Indeks : Daftar Gaji Lihat Kode : KEU.02.09 Tanggal : No : Indeks : KGB Kode : PEG.03.01 Tanggal : No : Gambar 9. Tunjuk silang 5. Penyortiran (sorting) Penyortiran berkas surat dalam filling system subjek dilakukan berdasarkan subjek utama, sub subjek melalui kode-kode yang ditetapkan dalam pola klasifikasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat berkas surat dimasukkan dalam folder untuk memudahkan labelisasi dan penataan berkas di tempat penyimpanannya. 6. Pelabelan berkas (Iabeling) Labelisasi merupakan kegiatan pemberian tanda pengenal berkas pada tab folder. Ukuran label biasanya dibuat sesuai dengan ukuran tab folder dan guide yaitu:2,5cm x 8 cm. label diketik judul berkas atau yang ditetapkan sebagai indeks selanjutnya ditempel pada tab folder dimana berkas akan disimpan. Diklat Prajabatan Gambar 10. Pelabelan

2012, No.498 20 7. Penyimpanan berkas (filling) Penyimpanan berkas surat perlu memperhatikan peralatan-peralatan yang dipergunakan sebagai tempat penyimpanan. Pada umumnya peralatan-peralatan untuk menyimpan berkas surat terdiri dari filling cabinet, sekat, dan folder. Folder yang berisi berkas dan telah diberi tanda pengenal (indeks) ditata dan dimasukkan dibelakang sekat dalam filling cabinet sesuai dengan klasifikasi subjek. KKB. KKB.00 KKB.00.00 KUM. KUM.00 KUM.00.00 KEU. KEU.00 KEU.00.00 1 2 Gambar 11. Filling cabinet

21 2012, No.498 Pemeriksaan Belum Selesai Proses Selesai Proses Pemeriksaan Kelengkapan Berkas L TL Menanyakan ke unit kerja Ada Tdk ada Meminta unit kerja membuat arsip pengganti > 1 subjek Membuat Tunjuk Silang Penentuan Index Pengkodean Penyortiran Keterangan : L : Lengkap TL : Tidak Lengkap > : Lebih Dari Pelabelan Penyimpanan Gambar 12. Flowchart pemberkasan arsip aktif -

2012, No.498 22 B. PENYUSUNAN ARSIP PADA FILLING CABINET Penyusunan arsip pada filling cabinet menggunakan sistem kode gabungan abjad dan angka. PEG KEPEGAWAIAN PEG.02 PENGANGKATAN PEGAWAI KUM.03 BANTUAN HUKUM PEG 02.00 CPNS & PNS KUM.03.00 PERDATA KUM HUKUM KUM.00 PRODUK HUKUM KUM.00.00 INTERNAL Gambar 13. Penyusunan arsip dengan kode gabungan (angka dan abjad) C. PELAYANAN BERKAS Pelayanan berkas berupa kegiatan penemuan kembali berkas meliputi : penemuan kembali, pengambilan dan pengontrolan. 1. Penemuan kembali berkas Penemuan kembali berkas biasanya dilakukan atas dasar permintaan dari pihak pengguna yaitu: pejabat atau unit kerja. Setelah ada permintaan selanjutnya dilakukan pencarian berkas sesuai keterangan yang diinginkan. Dilokasi penyimpanan (laci filling cabinet) akan terlihat judul subjek dan kode sebagaimana ditetapkan dalam pola klasifikasi arsip pada tab guide dan tab folder sebagai tanda pengenal himpunan berkas atau berkas sehingga dapat diketahui atau ditemukan.

23 2012, No.498 2. Pengambilan Berkas Setelah ditemukan berkas yang diinginkan kemudian dilakukan pengambilan berkas ditempat penyimpanan sesuai kebutuhan dan dilakukan pengendalian. Pengembalian dan pengendalian berkas dilakukan dengan menggunakan sarana-sarana: out folder, out guide, out sheet, formulir pinjam berkas, tickler file. a. Folder keluar (out folder) Digunakan sebagai pengganti berkas yang terdapat dalam folder yang diambil untuk peminjaman berkas. b. Sekat keluar (guide) Digunakan sebagai pengganti berkas yang disimpan dalam beberapa folder yang diambil untuk peminjaman berkas. c. Lembaran keluar (out sheet) Digunakan untuk mencatat berkas-berkas yang diambil atau dipinjam baik dalam satu folder maupun beberapa folder. d. Formulir pinjam berkas digunakan untuk pengendalian berkas yang dipinjam. MASALAH TGL. KEMBALI.. KODE... INDEK. TGL. ARSIP TGL.PINJAM UNIT KERJA. NAMA. TANDA TANGAN.. Gambar 14. Lembar peminjaman

2012, No.498 24 e. Tickler file : Digunakan untuk menempatkan formulir pinjam berkas agar dapat diketahui berkas-berkas yang dipinjam dan tanggal pengembaliannya. Gambar 15. Tickler file 3. Pengontrolan Pengontrolan dilakukan untuk mengetahui dan mengamankan keberadaan berkas yang dipinjam. Untuk mengetahui keberadaan berkas yang dipinjam perlu dilakukan pengecekan terhadap sarana-sarana pengendalian. Formulir pinjam berkas yang disimpan pada tickler file dapat menunjukkan berkas apa saja yang dipinjam dan kapan berkas tersebut harus dikembalikan. Apabila terdapat berkas yang batas tanggal pengembaliannya sudah selesai dan belum dikembalikan perlu dilakukan pengecekan kepada pejabat/unit kerja peminjam untuk dikonfirmasi lebih lanjut dan segera mengembalikan. Untuk berkas yang selesai dipinjam dan dikembalikan dilakukan pengecekan sesuai dengan catatan peminjaman. Pengembalian berkas sesuai dengan lokasi atau tempat penyimpanan semula diikuti penarikan sarana-sarana pengambilan dan pengembalian berkas.

25 2012, No.498 BAB IV PENUTUP Pedoman Pemberkasan Arsip Aktif ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam pengelolaan arsip agar penyelenggaraan administrasi dapat berjalan efektif dan efisien. MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, AGUNG LAKSONO