BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in. International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fareka Kholidanata, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. A. Latar Belakang 1. B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta, teori, prinsip atau hukum-hukum saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN Rika Novi Marantika, 2014 Profil Model Mental Siswa Pada Penentuan H Reaksi Penetralan Dengan Tdm-Iae

PENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber

2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

2015 REDESAIN KONTEN DAN PEDAGOGIK GENERIK MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. Pepy Susanty, 2014

G 1 G 2 O 1 O 2 O 3 O 4

I. PENDAHULUAN. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) mendefinisikan kimia sebagai

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... Error! Bookmark not defined. B. Perumusan Masalah... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. Kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabila Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk

I. PENDAHULUAN. Pembaharuan sistem pendidikan nasional telah menetapkan visi, misi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Soliha Oktianti, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN...

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

BAB I PENDAHULUAN. Siti Supriyanti, 2016

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang termasuk ke dalam rumpun IPA yang

STUDI EVALUASI PEMAHAMAN KONSEP REAKSI REDOKS MENGGUNAKAN TES OBJEKTIF BERALASAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan subjek yang penting dalam sains, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui teori namun perlu dipelajari secara konkrit, kimia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan dalam bahasa Inggrisnya Research and development adalah

DAFTAR LAMPIRAN...xi

I. PENDAHULUAN. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. konsep, aturan, hukum, prinsip, teori, soal-soal. Dari cangkupan materi ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang menggunakan metode

2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI HAKIKAT DAN PERAN ILMU KIMIA MELALUI CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Lesmana, 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI SISWA PADA MATERI REDOKS DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan

Reaksi Redoks. Cu 2+ (aq) + 2e - Cu(s) Zn(s) Zn 2+ (aq) + 2e -

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Topik kimia secara umum berhubungan dengan struktur senyawa dan konsep-konsep abstrak yang tidak dapat diamati oleh mata. Menurut Johnstone (Jansoon, et al. 2009) karakteristik ilmu kimia diperlihatkan oleh representasi kimia yang terdiri dari tiga level yaitu level makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Level makroskopik berisi representasi dari fenomena yang terjadi yang dapat diamati langsung. Level submikroskopik berisi level partikel yang dapat digunakan untuk menggambarkan partikulat dari suatu fenomena kimia seperti pergerakan elektron, molekul, dan atom. Level simbolik berisi representasi dari fenomena kimia yang menggunakan tanda, gambar, aljabar, persamaan kimia, dan bentuk perhitungan. Menurut Sirhan (2007) pada dasarnya ketiga level representasi kimia yang terdiri dari level makroskopik, level submikroskopik dan level simbolik harus saling dikaitkan satu sama lain supaya dapat membangun konsep yang utuh dalam suatu materi kimia. Menurut Wu (2003) pertautan di antara representasi pada level yang berbeda-beda tersebut (makroskopik, submikroskopik dan simbolik) dapat dipandang sebagai hubungan intertekstual. Wu (2003) juga menyatakan bahwa membuat hubungan intertekstual di antara ketiga level representasi kimia sangat penting dalam pembelajaran kimia. Namun, pembelajaran kimia pada umumnya seringkali terbatas pada dua level representasi kimia, yaitu makroskopik dan simbolik. Level submikroskopik dipelajari secara terpisah, siswa diharapkan dapat mengintegrasikan sendiri pemahamannya pada level submikroskopik dengan melihat gambar-gambar di buku tanpa adanya pengarahan dari guru. Beberapa studi menunjukkan bahwa mayoritas siswa menengah atas mengalami kesulitan dalam menafsirkan

2 representasi kimia (Ben-Zvi, Eylon, & Silberstein, 1986, 1987, 1988; Kozma & Russell, 1997; Krajcik, 1991; Nakhleh, 1992 dalam Wu, 2003). Kesulitan ini dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia karena pada dasarnya fakta-fakta yang bersifat abstrak atau submikroskopik merupakan penjelasan bagi fakta-fakta dan konsep kongkrit. Selain itu, penguasaan konsep dalam kimia sangat penting untuk menunjang konsep-konsep berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Dahar (1996) bahwa konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) dalam berpikir. Oleh karena itu, pembelajaran kimia yang dalam proses pembelajarannya tidak melibatkan ketiga level representasi kimia tersebut akan menyebabkan kesulitan siswa dalam memahami konsep kimia. Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat mempertautkan ketiga representasi kimia sehingga pemahaman konsep siswa dapat terbangun dengan baik. Salah satu strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik tersebut adalah strategi pembelajaran intertekstual. Strategi pembelajaran ini diharapkan akan membantu siswa dalam memahami konsep kimia. Peneliti-peneliti sebelumnya telah melakukan implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada beberapa materi kimia dan menganalisis pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa diantaranya Juwita (2010) melaporkan bahwa implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi hidrolisis garam mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi tersebut. Rahmawati (2010) melaporkan bahwa implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada pokok bahasan titrasi asam basa juga mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap materi tersebut pada soal-soal jenjang C 3 dan C 4 pada taksonomi Bloom. Reaksi redoks merupakan salah satu topik penting dalam ilmu kimia. Silberberg (Osterlund, 2010) menyatakan bahwa reaksi redoks berperan penting dalam berbagai proses kimia seperti reaksi fotosintesis, reaksi pembakaran bahan bakar fosil, dan perkaratan logam. Selain itu, aplikasi reaksi redoks seperti penggunaan baterai dan aki banyak ditemukan pemakaiannya di masyarakat luas. Hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi redoks dekat dengan kehidupan sehari-

3 hari. Dengan demikian, seharusnya topik reaksi redoks lebih mudah dipelajari oleh siswa, karena produknya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dapat dijadikan modal pengetahuan awal siswa untuk mempelajari reaksi redoks. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa reaksi redoks merupakan salah satu konsep kimia yang dianggap sukar untuk dipelajari siswa. Seperti yang diungkapkan oleh De Jong dan Treagust (Osterlund, 2009) bahwa siswa memiliki beberapa kesukaran dalam memahami reaksi redoks yaitu siswa menganggap reaksi oksidasi dan reduksi sebagai reaksi yang terpisah, siswa sulit dalam memahami makna dan menentukan bilangan oksidasi, serta mengidentifikasi reaktan yang termasuk oksidator ataupun reduktor. Schmidt (Osterlund, 2009) menyatakan bahwa banyak siswa yang meyakini bahwa oksigen selalu menyertai dalam semua reaksi redoks. Hal ini diduga karena adanya suku kata oks dalam redoks. Sedangkan Soudani (Osterlund, 2009) menemukan bahwa siswa memiliki kesulitan dalam menggunakan konsep redoks untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi karena penjelasan yang diberikan oleh guru didominasi dengan pemecahan masalah algoritma dan siswa menerimanya sebagai sesuatu yang abstrak. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunarti (2008) telah dikembangkan strategi pembelajaran intertekstual yang membangun ketiga level representasi kimia pada pokok bahasan reaksi redoks SMA kelas X. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran intertekstual tersebut diterapkan dalam proses pembelajaran reaksi redoks dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks, maka strategi pembelajaran tersebut perlu untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran materi tersebut. Dari implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini maka akan diketahui beberapa aspek yaitu keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual dan pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks.

4 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu pembelajaran kimia terutama pada materi reaksi redoks pada umumnya belum dapat mempertautkan ketiga level representasi kimia dan masih didominasi oleh dua level yaitu makroskopik dan simbolik. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia menjadi tidak utuh. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mempertautkan ketiga level representasi kimia yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Salah satu strategi yang tepat adalah strategi pembelajaran intertekstual. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah utama yaitu: Bagaimana implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks? Lebih rinci, rumusan masalah dalam penelitian ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks? 2. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks melalui implementasi strategi pembelajaran intertekstual? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks kelas X sebagai bahan evaluasi bagi pengembangan strategi pembelajaran tersebut sehingga diperoleh strategi pembelajaran intertekstual yang lebih baik. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya. 1. Bagi guru, memberikan alternatif pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual, khususnya pada materi reaksi redoks.

5 2. Bagi siswa, memberikan kemudahan dalam memahami konsep kimia mengenai materi reaksi redoks melalui ketiga level representasi kimia yang saling dipertautkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi tersebut. 3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan masukan yang berharga dalam mengembangkan penelitian lain mengenai strategi pembelajaran intertekstual. E. Penjelasan Istilah 1. Strategi pembelajaran Intertekstual Strategi pembelajaran intertekstual adalah strategi yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan mengkaitkan antara representasi kimia, pengalaman hidup sehari-hari dan kejadian-kejadian di dalam kelas yang dapat dibangun siswa untuk memahami ilmu kimia. 2. Representasi kimia Representasi kimia dapat dipandang sebagai model dan gagasan teori dalam menginterpretasikan suatu fenomena alami (Hofman dan Laszlo, 1991 dalam Wu, et al, 2001). 3. Level makroskopik Level makroskopik adalah representasi dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung (Johnstone, 1991 dalam Jansoon, et al 2009). 4. Level submikroskopik Level submikroskopik berisi level partikel yang dapat digunakan untuk menggambarkan partikulat dari suatu fenomena kimia seperti pergerakan elektron, molekul, dan atom ( Johnstone, 1991 dalam Jansoon, et al. 2009) 5. Level simbolik Level simbolik adalah representasi dari fenomena kimia yang menggunakan tanda, gambar, aljabar, persamaan kimia, dan bentuk perhitungan (Johnstone, 1991 dalam Jansoon, et al 2009).

6 F. Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi skripsi dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka; Bab III Metode penelitian; Bab IV Hasil dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran. Berikut akan dipaparkan rangkuman pembahasannya. BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas enam bagian sub bab meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah dan struktur organisasi skripsi. Pada latar belakang penelitian dipaparkan mengenai fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, pentingnya masalah itu untuk diteliti, dan pendekatan dari sisi teoritis untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada sub bab identifikasi dan perumusan masalah dijabarkan tentang permasalahan yang teridentifikasi dari latar belakang yang telah diuraikan, selanjutnya masalah yang teridentifikasi tersebut dinyatakan dalam bentuk rumusan masalah utama dan sub rumusan masalah. Pada sub bab tujuan penelitian dijelaskan tentang informasi yang akan diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Pada sub bab manfaat penelitian dijelaskan manfaat yang akan diperoleh dari penelitian yang dilakukan baik bagi peserta didik, guru maupun bagi peneliti lain. Pada sub bab penjelasan istilah dijelaskan penjelasan mengenai istilah-istilah yang ada pada penelitian ini. Sub bab struktur organisasi berisi penjelasan secara rinci mengenai bagian bab dan sub bab dalam penulisan skripsi ini, sehingga keterhubungan satu sama lain menjadi jelas. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai representasi kimia, strategi pembelajaran intertekstual, penguasaan konsep, deskripsi materi reaksi redoks yang merupakan pokok materi dari pembelajaran intertekstual yang dilakukan, dan penelitian terdahulu yang relevan tentang hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan implementasi strategi pembelajaran intertekstual.

7 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini terdiri atas delapan sub bab yang meliputi lokasi dan subjek penelitian yang memuat informasi tentang sekolah yang menjadi tempat penelitian dan jumlah siswa yang terlibat; desain penelitian yakni One Group Pretest Postest Design; metode yang digunakan untuk melakukan penelitian yakni metode pre eksperimental; instrumen penelitian yakni terdiri dari tes (pretest dan postest), lembar observasi, angket dan pedoman wawancara; proses pengembangan instrumen penelitian yang membahas cara validasi instrumen penelitian yakni melalui judgement para ahli yang kompeten; teknik pengumpulan data yang membahas cara-cara pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dan analisis data yang membahas cara-cara pengolahan dan analisis data dari instrumen penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri atas keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks dan penguasaan konsep siswa terhadap materi reaksi redoks melalui implementasi strategi pembelajaran intertekstual. Pada sub bab keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual dijelaskan deskripsi kegiatan pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks, tanggapan guru dan siswa terhadap proses pembelajaran, serta kendala-kendala yang ditemui ketika penelitian. Pada sub bab penguasaan konsep siswa terhadap materi reaksi redoks melalui implementasi strategi pembelajaran intertekstual dijelaskan pemahaman siswa pada masing-masing konsep reaksi redoks, penguasaan konsep siswa secara keseluruhan, penguasaan konsep siswa berdasarkan kelompok, dan peningkatan penguasaan konsep siswa dilihat dari pencapaian nilai N-gain pada masingmasing kelompok siswa. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yakni keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual dan penguasaan konsep siswa, dan saran yang memuat beberapa saran yang didasarkan pada temuan dan hasil penelitian.