Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

Revenue Analysis Of Cattle Farmer In Sub District Patebon Kendal Regency

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

I. Pendahuluan. Yunilas 1

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

BAB I PENDAHULUAN. Dan dari sekian banyak para pengusaha budidaya sapi di indonesia, hanya sedikit. penulis ingin mengangkat tema tentang sapi perah.

INCOME ANALYSIS, OF SMALL SCALE DAIRY FARMING ACTIVITY AT BOTO PUTIH VILLAGE BENDUNGAN SUB DISTRICT TRENGGALEK REGENCY

MATERI DAN METODE. Materi

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin.

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

Aplikasi Teknologi Pakan, Kandang dan Bibit...Fitrya Russanti

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor... Hafiz Wahyu Riandi

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Kualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Bahan Kering dan Protein Pakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,

Transkripsi:

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Agustina Pasaribu, Firmansyah. dan Nahri Idris. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Universitas Jambi Intisari Penelitian ini untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada peternakan sapi perah di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey, pengambilan data dilakukan secara sensus. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata produksi susu sapi perah FH di Kabupaten Karo yaitu 6,828 liter/hari/ekor. Produksi sapi perah di Kabupaten Karo masih kurang dibandingkan dengan jumlah rata-rata produksi susu sapi perah FH yaitu 10 liter/hari/ekor. Analisis regresi linear berganda menunjukkan nilai koefiesien determinasi (R 2 ) sebesar 0,968 artinya bahwa 96,80% variasi produksi susu sapi perah ditentukan oleh variasi jumlah pakan, jumlah air minum, umur ternak, luas kandang dan interval pemerahan, sementara 3,20% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pengujian dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa secara simultan jumlah pakan, jumlah air minum, umur ternak, luas kandang dan interval pemerahan berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo. Secara parsial jumlah pakan dan interval pemerahan mempengaruhi produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo. Kata kunci : Produksi Susu, Sapi Perah Abstract This research was conducted to analyse factors that affected the dairy cattle production in Kabupaten Karo. this research was done at the dairy cattle farm in Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Method used was a survey method and data was collected by sensus. The result of the research showed that the average of milk production of FH dairy cattle in Kabupaten Karo was around 6,828 liter/head/day. The FH milk production in Kabupaten Karo was below average of FH normal milk production of 10 liter/head/day. The multiple linier regression analysis showed that determenation koefisien (R 2 ) was 0,968. It means that 96,80 % of variation of the milk production was determined by the variation of the amount of feed consumption, water consumption, animal age, cage wide and milking interval while 3.20% of those factors was determined by others. Analysis of variant showed that simultaniously the amount of feed intake, water intake, age, cage wide and milking interval highly significant (P<0.01) influenced on the milk production in Kabupaten Karo. Partially, the amount of feed intake and milking interval affected the milk production of dairy cattle in Kabupaten Karo. Keyward : milk production, dairy cattle Pendahuluan Sapi perah merupakan ternak yang mampu menghasilkan produk susu sebagai produk utamanya. Sapi perah mulai diperkenalkan pada rakyat Indonesia pada zaman kolonialisasi Belanda di akhir abad ke 19. Ini berarti, sapi perah sudah dikenal oleh rakyat Indonesia kurang lebih 125 tahun. Dilihat dari jumlah populasi yang ada, jumlah populasi sapi perah sampai dengan tahun 2009 baru mencapai 370 ribuan. Padahal agribisnis sapi perah sudah berjalan lebih dari satu abad (Subandriyo dan Adiyarto, 2009). Konsumsi akan susu dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan makin meningkatnya tingkat ekonomi dan kesadaran akan kebutuhan makanan bergizi. Tetapi peningkatan permintaan belum diikuti dengan peningkatan produksi karena Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera 28

banyak kendala yang dihadapi peternak. Karena prospek pengembangan dan peningkatan produksi sapi perah mempunyai masa depan yang baik. Usaha usaha pengembangan dan peningkatan produksi susu sapi perah dapat dilaksanakan melalui perbaikan makanan, pengadaan bibit unggul, dan perawatan kesehatan. Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang sebagian penduduknya memelihara ternak sapi perah sebagai salah satu usahanya. Pada proses produksi usaha tani peternakan sapi perah di Kabupaten Karo sudah mengenal makanan penguat disamping makanan pokok hijauan, obat-obatan, bibit yang baik, cara pemerahan yang baik dan sebagainya, sehingga dapat dikatakan telah dikelola dengan semi komersial. Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara memiliki cuaca yang cukup dingin sehingga sangat cocok dalam membuka usaha peternakan sapi perah, dimana usaha peternakan sapi perah yang sumber modalnya sebagian besar berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo dengan membentuk suatu kelompok tani dan sebagian modalnya dari diri sendiri, tetapi banyak usaha peternakan sapi perah dengan modal sendiri tidak bertahan lama sehingga usahanya tutup, karena dipengaruhi oleh pengelolaan keuangan yang kurang baik. Walaupun banyak usaha yang tutup, tetapi masih ada usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Karo tetap bertahan, sehingga dapat memproduksi susu segar yang cukup baik. Namun selain sebagai peternak penduduk Kabupaten Karo juga berprofesi sebagai petani. Metode Penelitian ini dilaksanakan pada usaha peternakan sapi perah rakyat yang terletak di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu sebagai suatu cara melakukan pengamatan dimana indikator mengenai variabel adalah jawaban jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan maupun tertulis, dalam arti bahwa informasi dikumpulkan langsung dari responden dengan menggunakan kuisioner (Singarim-bun dan Effendi, 1995). Data yang dihimpun pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pemilik peternakan sapi perah yang meliputi keadaan usaha sapi perah yang terdiri dari jumlah sapi perah yang dipelihara, tatalaksana pemeliharaan sapi perah dan produksi susu. Data sekunder diperoleh dari catatan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Data sekunder berupa monografi desa, jumlah ternak dan peternak sapi perah, serta keadaan umum peternak sapi perah. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan model matematisnya sebagai berikut: Y = f ( X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, e) atau Y = α + β 1 lnx 1 + β 2 lnx 2 + β 3 lnx 3 + β 4 lnx 4 + β 5 lnx 5 + e Model penduga Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Dimana : Y = Produksi susu (liter/hari) X 1 = Jumlah pakan (hijauan dan konsentrat) kg/ekor/hari X 2 = Jumlah minum (liter/hari) X 3 = Umur ternak (tahun) X 4 = Interval pemerahan (jam) X 5 = Luas kandang (m 2 ) α = Intersep ( konstanta) b 1-6 = Koefisien regresi = Peubah ganguan stokastik e 1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera 29

persamaan produksi susu Hasil Dan Pembahasan Banyak lokasi-lokasi yang sangat ideal untuk pengembangan usaha sapi perah seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Ketersediaan pakan hijauan tersedia sepanjang tahun, apalagi bila dilakukan secara intensif dengan bekerja sama dengan petani setempat. Usaha sapi perah juga akan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian di Sumatera Utara. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km 2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2 50 3 19 Lintang Utara dan 97 55 98 38 Bujur Timur (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo, 2011). Kabupaten Karo adalah daerah pertanian, dan menghasilkan banyak produk yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Karo cukup strategis untuk prospek pengembangan peternakan sapi perah yang lebih baik lagi, dimana Kabupaten Karo memiliki iklim yang cukup dingin. Selain cuacanya yang cukup dingin Kabupaten Karo juga memiliki lokasi yann cukup luas untuk membuka suatu usaha peternakan sapi perah, sehingga tidak mengganggu kenyamanan masyarakat sekitarnya. Sebagai daerah pertanian, suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 16,4 C - 23,9 C, dengan kelembaban udara pada tahun 2010 ratarata setinggi 84,66 persen, tersebar antara 61,8 persen sampai dengan 87,8 persen (Badan Informasi Kabupaten Karo, 2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Jumlah pakan, jumlah air minum, umur ternak, interval pemerahan, dan luas kandang mempengaruhi tingkat produksi susu sapi perah. Untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut dilakukan analisis regresi linear berganda. Hasil analisis data regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 memperoleh persama-an regresinya sebagai berikut : Persamaan regresinya : Y = -4,731 + 0,225X 1 0,047X 2 + 0,069X 3 0,225X 4 + 2,883X 5. Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Produksi Susu Sapi Perah di Kabupaten Karo. No. Variabel Koefisien Regresi Sbi T-hitung 1. Jumlah Pakan 0,225 0,099 2,267 2. Jumlah Air minum -0,047 0,076-0,614 3. Umur ternak 0,069 0,137 0,503 4. Luas kandang -0,225 0,250-0,901 5. Interval pemerahan 2,883 0,397 7,262 6. Konstanta -4,731 2,057-2,300 R 2 = 0,968 F-hitung = 215.112 F-tabel = 2,37 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera 30

Dari hasil analisis didapat nilai F -hitung sebesar 215,112 dan nilai F -tabel sebesar 2,37 pada taraf kepercayaan 5%. Berarti F hitung > F tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hasil ini menunjukkan secara bersama-sama (simultan) jumlah pakan, jumlah air minum, umur ternak, luas kandang dan interval pemerahan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo. Hasil regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,968. Nilai tersebut menunjukkan nilai koefisien determinasi perolehan sangat tinggi. Koefisien determinasi sebesar 0,968 berarti 96,80% variasi dalam produksi susu sapi perah secara bersama-sama dipengaruhi oleh jumlah pakan, jumlah air minum, umur ternak, luas kandang dan interval pemerahan sedangkan 3,20% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti Rata-rata pakan yang diberikan pada ternak sapi perah di Kabupaten Karo adalah sebesar 38 kg/hari/ekor. Dimana pakan hijauan sebesar 30 kg/hari/ekor dan jumalah konsentrat 8 kg/hari/ekor. Jumlah pakan yang diberikan pada ternak masih kurang dari jumlah standar untuk ternak sapi yang laktasi. (Rempal dkk,1991 dalam Soetanto,1994) menyebutkan bahwa minimal untuk sapi perah laktasi diberikan rumput sebanyak 36 kg/ekor/hari dan konsentrat sebanyak 12,7 kg/ekor/hari. Pemberian pakan, air minum, interval pemerahan, ukuran kandang dan produksi susu dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan hasil analisis regresi terhadap pakan, pengaruh jumlah pakan terhadap produksi susu adalah positif. Tabel 2. Jumlah Pakan, Air Minum, Ternak Laktasi, Umur Ternak, Interval Pemerahan dan Ukuran Kandang pada Peternak Sapi Perah di Kabupaten Karo. No. Nama Peternak Jumlah Pakan (kg/hari /ekor) Jumlah air Minum (liter/ha ri/ekor) Interval Pemerah an Ukuran Kandang (m 2 /ekor) Produksi Susu Sapi Perah (liter/har i/ekor) 1. Rajin 40 30 2 4 8 Sembiring 2. Ganti 38 25 2 4 7,6 Sinulingga 3. Muslim 37 25 2 3 7,4 Surbakti 4. Kiran 42 30 2 4 8,5 sinulingga 5. Ridwan 42 30 2 4 8,5 Tarigan 6. Rajangayak 29,5 20 1 3 3,8 Barus 7. Rahmat 31 20 1 3 4 Sembiring Ratarata 37,07 25,71 3,75 6,28 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera 31

Artinya peningkatan jumlah pakan akan menyebabkan peningkatan produksi susu atau sebaliknya, jika penurunan jumlah pakan akan menyebabkan penurunan produksi susu. Berdasarkan hasil penelitian ini untuk meningkatkan produksi susu sapi perah, maka peningkatan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan. Jumlah pakan hijauan dan konsentrat yang diberikan pada ternak sapi perah terlihat pada tabel 2. Hasil analisis regresi pada tabel 1 didapatkan bahwa nilai t -hitung untuk pakan ternak sebesar 2,267, sedangkan t - tabel diperoleh 1,6449 pada taraf kepercayaan 5%. Maka dapat diperoleh hasil nilai t hitumg lebih besar dari nilai t tabel, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Berarti memberikan pengaruh yang sangat nyata pada jumlah pakan yang diberikan terhadap tingkat produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo secara parsial. Disamping pakan hijauan dan konsentrat sebagai bahan pakan ternak sapi perah, air juga mempunyai peranan yang sangat penting. Air tidak hanya digunakan untuk minum tetapi juga untuk memandikan sapi perah, membersihkan kandang dan sebagainya. Pemberian air minum biasanya tidak dibatasi oleh peternak sehingga sapi perah bisa dengan sepuasnya minum air. Tetapi peternak sapi perah yang ada di Kabupaten Karo rata-rata memberikan air minum > 20 liter/harinya terlihat pada tabel 2. Jumlah air minum ini masih kurang dari jumlah standar. Pemberian air minum adalah penting untuk produksi susu, karena susu 87% terdiri dari air dan 50% dari tubuh sapi terdiri dari air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari; a). produksi susu yang dihasilkan oleh seekor sapi; b). suhu sekeliling; c). pakan yang diberikan (Djaja dkk., 2009). Analisis regresi pada tabel 1 didapatkan bahwa nilai t -hitung untuk jumlah air minum ternak sapi perah sebesar 0,614. Pada t -tabel diperoleh 1,6449 pada taraf kepercayaan 5%, dimana t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak artinya nilai t hitumg lebih kecil dari nilai t tabel, berarti tidak memberikan pengaruh yang sangat nyata pada jumlah kecukupan air minum yang diberikan terhadap tingkat produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo secara parsial. Jenis sapi perah yang dipelihara di Kabupaten Karo adalah jenis sapi perah FH (Fries Holland) dengan umur induk bervariasi yaitu dari umur 3-11 tahun pada tabel 2. Umur ternak memegang peran penting dalam produksi susu sapi perah. Hasil analisis didapatkan nilai t hitung untuk umur ternak sebesar 0,503 dan nilai t tabel pada taraf kepercayaan 5% adalah 1,6449, dimana t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak yang mempunyai arti bahwa umur ternak tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo secara parsial. Berdasarkan hasil analisis regresi tidak signifikan terhadap umur ternak. Pengaruh umur ternak terhadap produksi susu adalah positif. Artinya peningkatan atau pengurangan umur ternak tidak menyebabkan peningkatan atau penurunan produksi susu. Puncak prestasi produksi air susu seekor sapi dicapai ketika berumur antara 7 8 tahun. Sapi sapi muda di bawah umur tersebut produksinya masih rendah karena masih dalam proses pertumbuhan. Sebaliknya setelah umur tersebut produksi mulai turun karena umurnya mulai tua (senilitas). Produksi turun sedikit sampai mencapai umur 10 12 tahun. Penurunan produksi selain disebabkan oleh senilitas juga karena kelenjar kelenjar susu mulai menurun aktivitasnya (Makin, 2011). Rata-rata pemerahan dilaku-kan sebanyak dua kali dalam satu harinya, yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-07.00 WIB dan sore hari antara pukul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera 32

14.00-15.00 WIB. Jadwal dan frekuensi harus sesuai waktunya dan konsisten setiap harinya karena apabila bergantiganti waktu dan frekuensi dapat menyebabkan ternak stres dan tidak tenang (Firman dan Tawaf, 2008). Pemerahan pada sapi perah yang sedang laktasi di Kabupaten Karo ada yang melakukannya dua kali pemerahan ada juga satu kali pemerahan terlihat pada tabel 2, dengan rata-rata produksi susu sapi perah 7,36 liter/hari/ekor. Pemerahan merupakan aktivitas memerah puting susu sapi untuk mengeluarkan susu segar dari alveoli yang terdapat di ambing. Tujuan utama dari pemeliharan sapi perah adalah untuk memproduksi susu. Dengan demikian pemerahan merupakan bagian yang terpenting dalam pengelolaan sapi perah. Sebelum melakukan pemerahan, pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa kesehatan sapi perah yang sedang laktasi. Hasil analisis pada tabel 1 didapatkan nilai t hitung untuk interval pemerahan sebesar 7,262 dan nilai t tabel pada taraf kepercayaan 5% adalah 1,6449, dimana t hitung > t tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima yang mempunyai arti bahwa interval pemerahan berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo secara parsial. Berdasarkan hasil analisis regresi terhadap interval pemerahan, pengaruh interval pemerahan terhadap produksi susu adalah signifikan. Artinya peningkatan interval pemerahan akan menyebabkan peningkatan produksi susu atau sebaliknya, penurunan interval pemerahan akan menyebabkan penurunan produksi susu. Untuk itu berdasarkan hasil penelitian ini untuk meningkatkan produksi susu sapi perah peningkatan interval pemerahan harus dilakukan. Kandang merupakan bagian yang penting yang harus ada dalam suatu peternakan terutama dalam peternakan sapi perah. Selain kandang berfungsi sebagai pelindung dan tempat beristirahat/berbaring bagi ternak sapi juga memudahkan dalam pemeliharaan/pengelolaannya. Perkandangan merupakan faktor yang penting dalam pemeliharaan ternak karena kandang sangat berperan dalam usaha peningkatan produksi. Syarat yang penting yang harus diperhatikan untuk setiap kandang adalah ventilasi yang baik, temperatur ruangan yang optimum, kelembaban yang cocok, dan kebersihan/sanitasi yang baik. Ukuran kandang ternak sapi perah di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 2. Pemeliharaan ternak sapi perah di Kabupaten Karo yaitu dengan cara semi intensif yakni ternak dikandangkan, sehingga ternak mendapat pengontrolan yang lebih baik dari peternak, baik makan, minum maupun kebersihan kandang. Tetapi pada pukul 10.00 WIB ternak sapi perah dilepaskan (digembalakan), ini dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh sapi perah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rianto dan Purbowati (2010), bahwa dalam pemeliharaan ternak sapi yang baik adalah dengan cara dikandangkan sehingga pengawasan ternak seperti penyakit dan pemberian pakan lebih mudah dilakukan. Hasil analisis pada tabel 1 didapatkan nilai t hitung untuk kecukupan kandang sebesar 0,901 dan nilai t tabel pada taraf kepercayaan 5% adalah 1,6449, dimana t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak yang mempunyai arti bahwa kecukupan kandang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo secara parsial. Produksi Susu Sapi perah Susu hasil pemerahan yang ditampung di dalam ember, selanjutnya dituangkan ke dalam milkcan yang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera 33

terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kain penyaring. Tujuannya adalah agar bulu-bulu halus ataupun benda-benda lainnya yang terbawa saat pemerahan dapat disaring terlebih dahulu sehingga susu yang diperoleh terbebas dari benda-benda asing tersebut. Hasil produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo dijual kepada masyarakat sekitar. Kebanyakan susu sapi perah dijual dalam bentuk mentah (tidak diolah), tetapi ada juga dijual dalam bentuk olahan seperti es krim dan susu yang siap diminum. Bagi peternak yang masuk dalam keanggotaan koperasi persusuan, susu hasil pemerahan dijual ke koperasi. Di Kabupaten Karo sebagian peternak sapi perah menjual susu hasil pemerahannya ke koperasi dan ada juga menjualnya langsung kepada masyarakat sekitar dalam bentuk belum diolah. Para peternak sapi perah menjual susu hasil pemerahannya seharga Rp.3500/liter ke koperasi sedangkan jika para peternak sapi perah menjualnya ke masyakat sekitar dengan harga Rp.7000-8000/liter. Rata-rata produksi susu sapi perah di atas yaitu 6,828 liter/hari/ekor (Tabel 2). Dapat dilihat bahwa produksi sapi perah di Kabupaten Karo masih kurang dari jumlah rata-rata produksi susu sapi perah FH, untuk produksi susu sapi perah FH di tingkat peternak adalah 10 liter/hari/ekor (Firman dan Tawaf, 2008). Produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi keduanya. Musim, curah hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban, tahun pemeliharaan dan peternakan juga merupakan faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi performan produksi susu, dan pada kenyataannya faktor-faktor tersebut seringkali berkaitan satu sama lain dalam menimbulkan keragaman produksi susu (Anggraeni, 1995; Indrijani, 2008). Namun untuk menyederhanakan pengamatan, banyak peneliti yang melihat hubungan antara produksi susu dengan masing-masing faktor secara terpisah. Keragaman produksi susu pada suatu populasi sapi perah merupakan suatu alasan pentingnya untuk dilakukannya seleksi. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo adalah jumlah pakan dan interval pemerahan, sedangkan jumlah air minum, umur ternak dan luas kandang tidak mempengaruhi. Berdasarkan hasil penelitian untuk meningkatkan produksi susu sapi perah harus diperhatikan jumlah pakan yang diberikan pada ternak sapi perah. Interval pemerahan juga harus diperhatikan peternak dalam melakukan pemerahan. Daftar Pustaka Anggraeni, A. 1995. Faktor-faktor Koreksi Hari Laktasi dan Umur untuk Produksi Susu Sapi Perah Fries Holland. Thesis. PPs IPB, Bogor. Badan Informasi Kabupaten Karo. 2011/02/25. http://id.wikipedia.org/wiki/kabu paten_karo. Kabupaten Karo. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo. 2011. Keadaan Wilayah Kabupaten Karo. Kabupaten Karo Djaja, W., Matondang, R.H dan Haryono. 2009. Aspek Manajemen Usaha Sapi Perah. Dalam Buku Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Firman, A dan R. Tawaf. 2008. Manajemen Agribisnis Peternakan: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera 34

Teori dan Contoh Kasus.Unpad Press. Bandung. Indrijani, H. 2008. Penggunaan Catatan Produksi Susu 305 Hari dan Catatan Produksi Susu Test Day (Hari Uji) untuk Menduga Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah. Disertasi, PPs UNPAD. Makin, M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Rianto, E. dan Purbowati, E. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Cet- II. Penerbar Swadaya. Jakarta Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta. Subandriyo dan Adiyarto. 2009. Sejarah Perkembangan Peterna-kan Sapi Perah. Dalam Buku Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera 35