Kata-kata kunci: Ficus variegata Blume, variasi genetik, famili

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SEMAI NYAWAI (Ficus variegata Blume) ASAL PULAU LOMBOK

KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENETIK MAHONI (Swietenia macrophylla) DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai dengan Mei 2012 di areal

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN SEMAI BINUANG ASAL PROVENAN PASAMAN SUMATERA BARAT [G

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Ari Fiani ABSTRACT. Keywords: Pulai Population, growth variation, plant height, stem diametre ABSTRAK

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

Pemanfaatan Arang Sekam untuk Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) pada Media Subsoil

PELAKSANAAN PENELITIAN

KESESUAIAN SAMBUNG MINI TIGA KULTIVAR DURIAN (Durio zibethinus L. ex Murray) DENGAN BATANG BAWAH BERBAGAI UMUR

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.

Tri Pamungkas Yudohartono

HASIL DAN PEMBAHASAN

UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

BAHAN METODE PENELITIAN

Sugeng Pudjiono Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA. Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI DAN ARANG SEKAM PADI SEBAGAI MEDIA SAPIH UNTUK CEMPAKA KUNING (Michelia champaca)

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP MUTU BIBIT SUREN ( Toona sureni MERR.) The Effect of Media and Shading on the Seedling s Quality of Suren

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

PENGARUH PENAMBAHAN GAMBUT DAN SEKAM PADI PADA MEDIA TANAM ALLUVIAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PERTUMBUHAN SEMAI Shorea seminis (de VRIESE) SLOOTEN PADA KANDUNGAN AIR TANAH YANG BERBEDA (Growth of Shorea seminis (de Vriese) Slooten Seedling at

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus) PADA MEDIA CAMPURAN TANAH PMK, KOMPOS DAN PASIR

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI SENGON (Falcataria moluccana) Establihsment of Sengon (Falcataria moluccana) Seedling Seed Orchard

Cara Menanam Cabe di Polybag

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

Vivi Yuskianti dan Arif Setiawan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliian Tanaman Hutan

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN

Tipe perkecambahan epigeal

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

DESKRIPSI VARIETAS BARU

Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimusops elengi L.)

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

PENGARUH BAHAN MEDIA SIMPAN TERHADAP KUALITAS BIBIT TIGA KLON TEBU (Saccharum officinarum L.) MATA TUNAS TUNGGAL

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : (1999)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Transkripsi:

VARIASI PERTUMBUHAN LIMA BELAS FAMILI NYAWAI (Ficus variegata Blume) PADA TINGKAT SEMAI [Growth variation of Fifteen Families Ficus variegata Blume at seedling level] Balai Besar Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan Tentara Pelajar Km.15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 e-mail : liek_ht@yahoo.com ABSTRACT Ficus variegata Blume is fast growing species and alternative veneer of plywood and potentially planted as a short rotation species in the future. The aimed of this research to determine the growth variation of F. variegata of several families at seedling level. This research was arranged in a Completely Randomized Design (CRD) which comprised 15 families as treatment, 4 replications and each replication consisted of 10 seedlings. Parameters observed at the age of 3 months were seedling height and number of leaves while at the age of 5 months the observed parameters were seedling height, number of leaves and stem diameter. The results showed that at 3 months of age, the growth of seedling height was 3.39 cm-19.04 cm, number of leaves was 5.82-9.12; while at 5 months of age, the growth of seedling height was 14.32 cm-30.69 cm, number of leaves was 8.65-13.62 and stem diameter was 3.25 mm-6.02 mm. The analysis of variance showed that there were significant difference between family in hight, diameter and number of leaves. This variations were influenced by families at nursery level and promising continued at field trial level. Key words: Ficus variegata Blume, genetic variation, family ABSTRAK Nyawai (Ficus variegata Blume) merupakan jenis yang belum banyak dikenal dan merupakan jenis cepat tumbuh. Jenis ini merupakan jenis alternatif untuk veneer kayu lapis dan menjadi tanaman masa depan dengan daur pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pertumbuhan nyawai dari beberapa famili pada tingkat semai. Rancangan yang digunakan untuk penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (Completely Random Design) dengan 15 famili sebagai perlakuan, 4 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 10 bibit. Parameter yang diamati yaitu jumlah daun dan tinggi semai pada umur 3 bulan. Pada umur 5 bulan sifat yang diamati jumlah daun, tinggi dan diameter semai. Hasil penelitian pada umur 3 bulan menunjukkan rata-rata tinggi semai terendah 3,39 cm dan tertinggi 19,04 cm, jumlah daun paling sedikit 5,82 helai dan paling banyak 9,12 helai. Pada umur 5 bulan, nilai ratarata tinggi semai terendah 14,32 cm dan tertinggi 30,69 cm, jumlah daun paling sedikit 8,65 helai dan paling banyak 13,62 helai, sedangkan untuk rata-rata diameter terkecil 3,25 mm dan terbesar 6,02 mm. Analisis varian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata di antara famili pada sifat tinggi, diameter dan jumlah daun. Variasi sifat-sifat ini dipengaruhi oleh perbedaan famili di persemaian menunjukkan peluang dilakukannya pengamatan lanjutan di lapangan. Kata-kata kunci: Ficus variegata Blume, variasi genetik, famili 89

Wana Benih Vol 13 No. 2, September 2012, 89-98 I. PENDAHULUAN Nyawai (Ficus variegata Blume) merupakan salah satu jenis dari marga Moraceae. Penyebarannya meliputi seluruh Asia Tenggara, India, Jepang, Cina, Taiwan, Australia, Kepulauan Pasifik (Zhekun and Gilbert, 2003). Nyawai termasuk jenis pioner yang membutuhkan cahaya (intoleran) dan memiliki pertumbuhan cepat (fast growing). Pohonnya dapat mencapai tinggi sampai 25 meter. Mulai berbuah setelah umur 3 tahun. Buahnya tumbuh bergerombol pada batang atau cabang. Buah muda berwarna hijau, kemudian menjadi kuning dan setelah matang berwarna merah. Termasuk buah buni dan berbentuk bulat sebesar kelereng. Bijinya termasuk jenis rekalsitran, dapat disimpan dalam suhu rendah selama 3 bulan dan masih memiliki viabilitas cukup tinggi (Hendromono dan Komsatun, 2008). Jenis ini memiliki warna kayu yang cerah dan menarik, selain itu adanya parenkim pita marginal berjarak rapat dan teratur memungkinkan jenis kayu ini dapat dibuat veneer kupas yang tipis, cocok untuk veneer muka kayu lapis. Kayu nyawai juga dapat digunakan sebagai bahan baku pulp kualitas sedang karena memiliki dinding serat tipis dan serat yang relatif pendek (Mandang dan Sudardji, 2001). Nyawai merupakan jenis alternatif dan akan menjadi tanaman masa depan dengan daur yang lebih pendek di samping meranti, karena pada tahun ke sepuluh, nyawai sudah dapat dimanfaatkan (Menteri Kehutanan, 2008). Pengetahuan keragaman genetik penting untuk kepentingan konservasi maupun program pemuliaan pohon. Keragaman genetik tidak hanya untuk menjamin kemampuan adaptasi suatu spesies, tetapi juga diperlukan untuk kelangsungan proses evolusi suatu jenis (Namkoong dkk., 1996 dalam Murillo, 2005). Pengkajian keragaman genetik antar individu atau antar populasi merupakan aspek penting dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya genetik tanaman. Besar variasi genetik yang ada dalam spesies juga menentukan potensi untuk meningkatkan produktivitas melalui program pemuliaan (White dkk., 2007). Dalam program pemuliaan pohon, optimalisasi atau maksimalisasi perolehan genetik terhadap sifat-sifat tertentu akan dapat dicapai manakala ada cukup peluang untuk melakukan seleksi gen untuk sifat yang diinginkan (Na iem, 2001). Variasi pertumbuhan antar pohon nyawai cukup besar, hal ini dimungkinkan karena faktor genetik atau perbedaan kesuburan tapak (Hendromono dan Komsatun, 2008). Untuk mengetahui variasi genetik dapat dilakukan dengan studi marka genetik maupun sifat-sifat kuantitatif (White dkk., 2007). Penelitian variasi genetik jenis ini belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian variasi genetik pada tingkat semai melalui studi 90

Variasi Pertumbuhan Lima Belas Famili Nyawai (Ficus Variegata Blume) Pada Tingkat Semai sifat-sifat kuantitatif seperti parameter pertumbuhan pada lingkungan yang terkontrol sehingga parameter yang diamati merupakan cerminan dari pengaruh genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pertumbuhan nyawai dari beberapa famili pada tingkat semai. II. BAHAN DAN METODA A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di persemaian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta. Pembuatan persemaian dimulai pada bulan Oktober 2010 dan pengamatan dilakukan dua kali, yaitu pada umur 3 bulan dan umur 5 bulan. B. Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan adalah bibit nyawai sebanyak 15 famili yang berasal dari 3 provenans yaitu Gangga (NTB), Ratah (Kalimantan Timur) dan ITCI (Kalimantan Timur) seperti disajikankan pada Tabel 1. Bahan lain yang digunakan adalah media tabur berupa arang sekam, media sapih berupa top soil dan kompos dengan perbandingan 4:1, polybag ukuran 20 x 12 cm. Peralatan yang digunakan yaitu calliper, mistar dan tally sheet. Tabel 1. Data famili yang digunakan dalam penelitian No Famili/Daerah Sumber Benih 1 Famili nomor 1 dari Gangga (NTB) 2 Famili nomor 2,3,4,5,6,7 dari Ratah (Kaltim) 3 Famili nomor 8,9,10,11,12,13,14,15 dari ITCI (Kaltim) Garis Lintang Garis Bujur Ketinggian Tempat (m dpl) 8 o 23'-8 o 24' (LS) 116 o 11'- 116 o 11'(BT) 300-350 0 o 8'45"-0 o 10'24" (LU) 115 o 18'16"- 115 o 30'55'' (BT) 16-102 0 o 46'- 0 o 53'(LS) 116 o 28'- 116 o 33' (BT) 224-546 C. Metode Penelitian 1. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap atau Completely Random Design (CRD) dengan 15 famili sebagai perlakuan, setiap famili terdiri dari 4 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 10 bibit sehingga jumlah bibit yang digunakan sebanyak 600 bibit. 91

Wana Benih Vol 13 No. 2, September 2012, 89-98 Model matematis yang digunakan adalah: Y i = µ + F i + ε i Keterangan: Y i, µ, F i, dan ε i berturut-turut adalah variabel yang diukur, rerata umum, efek famili ke-i, dan random eror pada pengamatan ke-i 2. Tahapan penelitian a. Ekstraksi benih Benih yang akan diekstraksi di belah menjadi dua. Biji yang ada dalam daging buah dikerok menggunakan spatula dan dimasukkan ke dalam air. Biji disaring dan kemudian ditaruh di atas kertas untuk pengeringan. Pengeringan cukup dengan diangin-anginkan dan tidak dijemur di bawah sinar matahari secara langsung. b. Perkecambahan Media tabur yang digunakan adalah arang sekam padi yang telah disaring/diayak dan disemprot dengan fungisida agar terbebas dari hama dan penyakit. Benih yang ditabur disesuaikan antara kantong benih dengan label pada bak tabur. Selanjutnya bak tabur ditutup dengan plastik untuk menjaga temperatur dan kelembaban agar kondusif untuk perkecambahan. Penyiraman dilakukan setiap hari. c. Penyapihan Media sapih yang dipergunakan adalah campuran top soil dan kompos dengan perbandingan 4:1. Penyapihan bibit dilakukan saat bibit memiliki 4 daun. Penyapihan dilakukan secara berurutan sesuai dengan nomor famili yang ada. Pengukuran dan pengamatan dilakukan pada saat semai berumur 3 bulan dan 5 bulan. 3. Karakteristik yang diamati Karakteristik yang diamati yaitu jumlah daun dan tinggi semai pada umur 3 bulan. Setelah mencapai umur 5 bulan sifat yang diamati jumlah daun yang telah berkembang sempurna, tinggi dan diameter semai. Tinggi diukur dari pangkal batang sampai pucuk dan diameter diukur pada pangkal batang setinggi 1 cm dari permukaan tanah di polybag. D. Analisis data Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan analisis varians untuk mengetahui variasi antar famili. Apabila terdapat variasi antar famili yang diuji, maka dilanjutkan 92

Variasi Pertumbuhan Lima Belas Famili Nyawai (Ficus Variegata Blume) Pada Tingkat Semai dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan s Multiple Range Test-DMRT) untuk melihat perbedaan antar famili yang diuji. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap sifat tinggi, diameter, dan jumlah daun semai nyawai disajikan pada Gambar 1 sampai Gambar 3. Gambar 1. Rata-rata tinggi semai nyawai umur 3 dan 5 bulan dari 15 famili Gambar 2. Rata-rata jumlah daun semai nyawai umur 3 dan 5 bulan dari 15 famili 93

Wana Benih Vol 13 No. 2, September 2012, 89-98 Gambar 3. Rata-rata diameter semai nyawai umur 5 bulan dari 15 famili Histogram di atas menunjukkan bahwa terdapat variasi sifat tinggi, jumlah daun, dan diameter semai nyawai dari 15 famili. Untuk melihat sumber keragaman tersebut dilakukan analisis variasi. Hasil analisis sidik ragam terhadap karakteristik pertumbuhan yaitu tinggi, diameter dan jumlah daun pada masing-masing umur tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis varians untuk karakteristik tinggi, diameter, dan jumlah daun semai Nyawai pada umur 3 dan 5 bulan Sumber variasi db Rerata Kuadrat 94 Tinggi Jumlah daun Diameter Umur 3 bulan Famili 14 814,27** 30,32** - Galat 585 8,50 1,09 - Umur 5 bulan Famili 14 798,05** 78,53** 22,21** Galat 583 46,73 4,62 1,07 Keterangan: ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa famili berpengaruh sangat nyata (P<0,001) terhadap keragaman karakter tinggi, diameter dan jumlah daun semai nyawai pada umur 3 dan 5 bulan. Untuk melihat perbedaan dan ranking antar famili untuk sifat tinggi, jumlah daun, dan diameter dilakukan pengujian lebih lanjut berdasarkan uji jarak berganda Duncan s (DMRT) yang hasilnya tertera pada Tabel 3.

Variasi Pertumbuhan Lima Belas Famili Nyawai (Ficus Variegata Blume) Pada Tingkat Semai Tabel 3. Hasil Uji DMRT terhadap sifat tinggi, diameter, dan jumlah daun semai nyawai dari 15 famili Tinggi (cm) Jumlah daun (helai) Diameter (mm) Famili Rerata Famili Rerata Famili Rerata Umur 3 bulan 1 8,45e 1 7,85de - - 2 9,95cd 2 7,00fg - - 3 19,04a 3 9,12a - - 4 14,09b 4 8,00cd - - 5 10,12cd 5 7,77de - - 6 11,09cd 6 7,47ef - - 7 13,67b 7 7,40ef - - 8 4,22g 8 6,32h - - 9 6,87f 9 6,62gh - - 10 7,57ef 10 7,10fg - - 11 11,30c 11 7,72de - - 12 3,39g 12 5,82i - - 13 14,77b 13 8,67ab - - 14 9,86d 14 7,47ef - - 15 17,89a 15 8,35bc - - Umur 5 bulan 1 22,54de 1 8,97gh 1 4,97cde 2 19,65ef 2 10,55de 2 5,23bcd 3 29,26a 3 13,62a 3 5,54b 4 28,15ab 4 10,00defg 4 5,36bc 5 28,43ab 5 9,57efgh 5 4,52ef 6 24,03cd 6 8,65h 6 4,77def 7 30,69a 7 9,61efgh 7 6,02a 8 19,07f 8 10,40de 8 3,25h 9 23,32d 9 10,92cd 9 3,92g 10 25,50bcd 10 9,22fgh 10 4,29fg 11 27,67ab 11 12,52b 11 4,56ef 12 14,32g 12 9,00gh 12 3,43h 13 27,26abc 13 11,76bc 13 4,73def 14 27,83ab 14 10,10def 14 4,96cde 15 28,44ab 15 9,10fgh 15 4,79def Keterangan: nilai rata-rata yang dihubungkan dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% Dari Tabel 3 menunjukkan famili nomor 3 (dari daerah sumber benih Ratah, Kalimantan Timur) untuk semua sifat dan semua umur pengamatan selalu berada dalam ranking terbaik pertama (tinggi pada umur 3 bulan, jumlah daun pada umur 3 dan 5 bulan) dan ranking terbaik kedua (tinggi dan diameter pada umur 5 bulan). Dari Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan terdapat keragaman genetik yang tinggi untuk ketiga sifat tersebut. Keragaman genetik antar famili yang tinggi ini diduga karena penyebaran biji nyawai sangat luas yang dibawa oleh burung rangkong gading (Rhinoplax vigil) (Azizah, 95

Wana Benih Vol 13 No. 2, September 2012, 89-98 2011). Buah nyawai merupakan makanan utama burung rangkong. Biji-biji tersebut tersebar, jatuh, atau keluar bersama kotoran (faeces) dan kemudian tumbuh. Selain karena penyebaran biji, adanya pollinator dalam proses penyerbukan silang antar pohon nyawai diduga berjalan baik sehingga variasi genetik antar individu tinggi. Pollinator nyawai adalah ordo Hymenoptera yang terdiri dari tawon, lebah, dan semut, termasuk kelas insect atau serangga (Basset dkk., 2012). Adanya keragaman genetik pada sifat pertumbuhan (tinggi, jumlah daun, diameter) yang sangat nyata (p<0,001) di antara famili di persemaian menunjukkan peluang dilakukannya pengamatan lanjutan untuk mengetahui variasi pertumbuhan di lapangan. IV. KESIMPULAN Hasil penelitian variasi pertumbuhan semai nyawai dari 15 famili menunjukkan adanya keragaman sifat yang terjadi antar famili. Nilai sifat yang diamati pada semai umur 3 bulan menunjukkan rata-rata tinggi semai terendah 3,39 cm (famili no 12) dan tertinggi 19,04 cm (famili no 3), jumlah daun paling sedikit 5,82 helai (famili no 12) dan paling banyak 9,12 helai (famili no 3). Pada umur 5 bulan, nilai rata-rata tinggi semai terendah 14,32 cm (famili no 12) dan tertinggi 30,69 cm (famili no 7), jumlah daun paling sedikit 8,65 helai (famili no 6) dan paling banyak 13,62 helai (famili no 3), sedangkan untuk rata-rata diameter terkecil 3,25 mm (famili no 8) dan terbesar 6,02 mm (famili no 7). Adanya keragaman genetik pada fase semai perlu ditindaklanjuti kegiatan evaluasi di lapangan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih diberikan kepada Sudrajat yang telah membantu dalam kegiatan ekstraksi benih, pengecambahan, dan penyapihan di persemaian. 96 DAFTAR PUSTAKA Azizah, N. 2011. Spesies kunci hutan tropis. Dalam: Biodiversitas Indonesia, Vol 1 No.02 Tahun 2011 diakses dari www.fobi.web.id/download/387/ pada tanggal 27 Februari 2012) Basset, Y., Novotny, V and Miller, S. 2012. Introduction to Tropical Insect Herbivores. http://ecoport.org/ep?searchtype=slideshowviewslide&slideshowid=91&slideid=2116 diakses pada tanggal 27 Februari 2012. Hendromono dan Komsatun. 2008. Nyawai (Ficus variegata Blume dan Ficus sycomoroides Miq.) Jenis yang Berprospek Baik Untuk Dikembangkan di Hutan Tanaman. Mitra Hutan Tanaman. Vol. 3. No. 3: 122-130. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Diakses melalui http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3308123130. pdf pada tanggal 25 Maret 2010. Mandang, Y.I. dan U. Sudardji. 2001. Anatomi dan Kualitas Serat Sembilan Jenis Kayu Kurang Dikenal Asal Kalimantan Timur. Buletin Penelititan Hasil Hutan. Vol. 19. No. 1: 41-67.

Variasi Pertumbuhan Lima Belas Famili Nyawai (Ficus Variegata Blume) Pada Tingkat Semai Menteri Kehutanan, 2008. Sambutan Menteri Kehutanan pada Acara Penanaman Serentak Seratus Juta Pohon dalam Rangka Peringatan Seratus Tahun Kebangkitan Nasional di Seluruh Indonesia Tanggal 28 November 2008. Diakses melalui http://www.dephut.go.id/ index.php?q=id/node/4951 pada tanggal 20 Maret 2011. Murillo, O. 2005. Selecting populations for gene conservation purposes in forestry: a study case with Alnus acuminata in Costa Rica and Panama. Invest Agrar: Sist Recur For (2005) 14(1), 27-35 Na iem, M. 2001. Konservasi sumberdaya genetik untuk pemuliaan pohon. Dalam: Seminar Sehari Peletakan dasar-dasar dan strategi pemuliaan pohon hutan di Indonesia dalam rangka 70 tahun Prof.Dr.Hj. Oemi Hani in Suseno. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. White, T.L., Adams, W.T., Neale, D.B. 2007. Forest Genetics. CABI Publishing, UK Zhekun, Z and M.G. Gilbert. 2003. Moraceae. Flora of China 5: 21-73. Zobel, B and J. Talbert. 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Willey and Sons. New York. 97