DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON

dokumen-dokumen yang mirip
MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon)

KAJIAN MANAJEMEN AIR BAKU STRATEGI ANTISIPATIF TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL ( STUDI KASUS KECAMATAN KOTABUNAN, SULAWESI UTARA)

KAJIAN SISTEM MANAJEMEN AIR BERSIH KOTA BITUNG

UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH di PULAU TERPENCIL (STUDI KASUS PULAU NAEN KABUPATEN MINAHASA UTARA)

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

BAB II LANDASAN TEORITIS

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

PERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP. Oleh : M YUNUS NRP :

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI SERAM BAGIAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

Lampiran 1 Lokasi penelitian

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

Analisis Pola Hujan dan Musim di Jawa Timur Sebagai Langkah Awal Untuk Antisipasi Bencana Kekeringan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

BAB IV METODE PENELITIAN

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A)

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

PERENCANAAN EMBUNG KENDO KECAMATAN RASANAE TIMUR KABUPATEN BIMA NTB

HASIL DAN PEMBAHASAN

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

Perubahan iklim dan dampaknya terhadap Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PREDIKSI CUACA EKSTRIM DENGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB

BAB I PENDAHULUAN. pandang geologi. Wilayah ini dikontrol oleh hasil aktifitas tumbukan dua

ABSTRAK Faris Afif.O,

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

Transkripsi:

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON Happy Mulya Balai Wilayah Sungai Maluku dan Maluku Utara Dinas PU Propinsi Maluku Maggi_iwm@yahoo.com Tiny Mananoma Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado tmananoma@yahoo.com Intisari Ancaman kekeringan di musim kemarau serta bahaya banjir di musim hujan sudah merupakan masalah klasik yang terus terulang setiap tahun, bahkan akhir-akhir ini dengan frekuensi dan intensitas yang semakin meningkat serta sulit untuk diprediksi. Menyikapi dampak perubahan iklim global dalam keterkaitannya terhadap pengendalian resiko bencana banjir maka dipandang perlu suatu kajian mengenai karakteristik curah hujan sebagai salah satu faktor yang dinilai memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap fenomena banjir. Dengan mengkaji dampak perubahan iklim terhadap karakteristik hujan, serta mencermati pengaruh intensitas curah hujan terhadap fenomena banjir, diharapkan memperoleh suatu gambaran yang dapat bermanfaat sebagai informasi, pedoman, ataupun landasan bagi perencanaan dan pengembangan suatu sistem pengendalian daya rusak air, khususnya untuk mereduksi resiko bencana banjir di Ambon secara komprehensif, terpadu dan berwawasan lingkungan. Mengacu pada kondisi topografi dan geologi maka embung / bendungan kecil menjadi pilihan utama untuk pengendalian banjir, sekaligus sebagai sumber air baku. I.Pendahuluan I.1 Latar Belakang Salah satu sumber daya esensial bagi kehidupan adalah air. Dengan demikian maka sektor sumber daya air dipandang paling signifikan merasakan dampak negatif dari perubahan iklim akibat pemanasan global. Bencana kekeringan di musim kemarau serta bahaya banjir di musim hujan sudah merupakan masalah klasik yang terus terulang setiap tahun, bahkan akhir-akhir ini dengan frekuensi dan intensitas yang semakin meningkat serta sulit untuk diprediksi.

Menyikapi dampak perubahan iklim global dalam keterkaitannya terhadap pengendalian resiko bencana banjir maka dipandang perlu suatu kajian mengenai karakteristik curah hujan sebagai salah satu faktor yang dinilai memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap fenomena banjir. I.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian ini meliputi identifikasi karakteristik curah hujan dan iklim serta rekaman fenomena banjir di Ambon selang kurun waktu tertentu. Berangkat dari data sekunder yang tersedia kemudian mengkaji dampak perubahan karakteristik curah hujan akibat perubahan iklim terhadap fenomena banjir di Ambon. I.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari kajian ini adalah mencermati dampak perubahan iklim akibat pemanasan global terhadap karakteristik hujan, selanjutnya mengkaji hubungan antara intensitas curah hujan dengan kejadian banjir. Tujuan dari kajian ini diharapkan memperoleh suatu gambaran yang dapat bermanfaat sebagai informasi, pedoman, ataupun landasan bagi perencanaan dan pengembangan suatu sistem pengendalian daya rusak air, khususnya untuk mereduksi resiko bencana banjir di Ambon secara komprehensif, terpadu dan berwawasan lingkungan. II. Metodologi 1. Inventarisasi dan identifikasi data sekunder, survey kondisi existing. 2. Analisis data curah hujan dan iklim 3. Analisis rekaman kejadian banjir 4. Analisis hasil dan pembahasan 5. Kesimpulan dan saran. III. Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Rekaman beberapa informasi fenomena banjir di Ambon No. Hari / Tgl Deskripsi 1 12 Juni 2007 Banjir menggenangi ratusan rumah di kec Teluk Ambon dan Sirimau 2 26-29 Juni 2007 Banjir kembali melanda kawasan kota Ambon 3 11 Juni 2008 4 01 Juli 2008 Banjir mencapai 1,5 meter melanda sejumlah kawasan pemukiman 5 26 Juli 2008 6 26 Agst 2008 Banjir bandang,korban meninggal,pusat kota terendam 2 meter 7 15 Agst 2008 8 10 Sept 2008 Banjir melanda kecamatan Nusaniwe dan kecamatan Sirimau 9 19 Sept 2008 10 04 April2009

Analisis terhadap data curah hujan tahun 2002 2009 memberikan grafik distribusi dengan pola yang beragam sebagai berikut : Gambar 2. Grafik pola curah hujan tahun 2003 Gambar 3.Grafik pola curah hujan tahun 2004 Gambar 4. Grafik pola curah hujan tahun 2005

Gambar 5. Grafik pola curah hujan tahun 2006 Gambar 6. Grafik pola curah hujan tahun 2007 Gambar 7. Grafik pola curah hujan tahun 2008

Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan adanya pergeseran musim penghujan, sedangkan Gambar 4 menunjukkan terjadi hujan di sepanjang tahun dengan intensitas yang bervariasi. Dari Gambar 5 terlihat bahwa pada bulan Juni Juli terjadicurah hujan yang cukup tinggi, namun pada bulan Oktober Desember curah hujan relatif rendah. Gambar 6 menunjukkan terjadi hujan di sepanjang tahun dengan curah hujan tertinggi pada bulan Juli yang mengakibatkan fenomena banjir sebanyak tiga kali. Gambar 7 memperlihatkan curah hujan tanpa musim yaitu terjadi sepanjang tahun dengan intensitas yang relatif lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pada tahun ini tercatat adanya peningkatan kejadian banjir yaitu sebanyak lima kali. Gambar 8. Kondisi banjir di kawasan pusat kota (2008) Gambar 9. Kondisi banjir di kawasan Batu merah (Juni 2010)

Intensitas curah hujan (mm/hari) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 PIT HATHI XXVII, Surabaya, 29 JulI - 1 Agustus 2010 Grafik berikut ini menunjukkan besaran intensitas curah hujan bulanan maksimum yang sepanjang tahun pengamatan. Nampak bahwa pada tahun 2002 hingga tahun 2004 curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan April- Juni. Tahun 2005 hingga 2009 curah hujan tinggi masih terjadi pada bulan Maret, Mei, Juni, juli, September hingga Desember. Informasi ini menunjukkan bahwa dengan adanya perubahan iklim akibat pemanasan global maka terjadi anomali curah hujan sehingga tidak sesuai lagi dengan klasifikasi musim penghujan yaitu Oktober maret, serta musim kemarau yaitu periode April September. Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Gambar 8. Grafik curah hujan bulanan maksimum Dari analisis terhadap intensitas hujan serta hubungannya dengan fenomena banjir maka terlihat bahwa pada tahun 2008 intensitas curah hujan sebesar 40 mm/hari telah dapat memicu kejadian banjir. Sebagian informasi mengenai prediksi sebaran daerah rawan banjir di kepulauan Maluku adalah seperti yang disajikan pada Tabel berikut ini. Tabel 2. Prediksi daerah rawan banjir Kabupaten /Kota Kecamatan Lokasi Kota Ambon Nusaniwe S.Batu Gadjah S.Batu Gantung S.Tomu S.Heru Sirimau S.Batu merah S.Ruhu S.Tonahitu

lama genangan banjir (jam) tinggi genangan banjir (cm) luas daerah genangan banjir (ha) PIT HATHI XXVII, Surabaya, 29 JulI - 1 Agustus 2010 40 35 1984 1989 1996 tahunan 30 25 20 15 10 5 0 Ruhu Batu Merah Tomu Batu Gadjah Batu Gantung Gambar 9. Informasi luas daerah genangan banjir 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 1984 1989 1996 tahunan Ruhu Batu Merah Tomu Batu Gadjah Batu Gantung Gambar 10. Informasi tinggi genangan banjir 30 25 1984 1989 1996 tahunan 20 15 10 5 0 Ruhu Batu Merah Tomu Batu Gadjah Batu Gantung Gambar 11. Informasi lama genangan banjir

Lima sungai utama pada kawasan rawan banjir Kota Ambon memiliki karakteristik yang relatif sama baik aspek topografi dan geologi serta morfologi yaitu mempunyai kemiringan dasar sungai yang terjal, mencapai sekitar 10%, serta panjang sungai yang tidak lebih dari 13 km. Ditunjang oleh tinggi curah hujan tahunan rata-rata mencapai hingga 3000 mm, maka sangatlah potensial terjadi bencana banjir bilamana tidak dikelola dengan baik. Berikut ini adalah gambar potongan memanjang dari kelima sungai yang dimaksud. Jarak dari Muara (km) Gambar 12. Profil memanjang sungai Kota Ambon sangat sering dilanda banjir. Dalam satu tahun bisa dua sampai tiga kali mengalami bencana banjir,dengan lama genangan rata-rata 1-3 jam, bahkan pada tahun 2008 tercatat lima kali kejadian banjir akibat meluapnya sungai Ruhu,Batu merah, Tomu, Batu gadjah, dan Batu gantung. Untuk itu maka perlu dilakukan beberapa langkah untuk menanggulangi serta mengantisipasi bencana banjir rutin ini. Berangkat dari studi yang pernah dilakukan, analisis terhadap beberapa kajian terdahulu serta kondisi terkini, maka dalam kajian ini kemudian diusulkan beberapa sistem serta infrastuktur pengendali banjir yang sesuai dengan kondisi setempat antara lain berupa perencanaan dan pembangunan embung / bendungan kecil pada sungai Ruhu, Batu merah, Tomu, Batu gadjah, dan Batu gantung. Diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengendali banjir, sekaligus sumber air baku bagi kota Ambon dan kawasan sekitarnya.

Gambar 13. Rencana lokasi pembangunan bendungan IV. Kesimpulan dan saran IV.1. Kesimpulan Dari perubahan pola karakteristik curah hujan terlihat adanya kecenderungan peningkatan frekuensi fenomena banjir.dengan demikian perlu suatu pedoman, ataupun landasan bagi perencanaan dan pengembangan sistem pengendalian daya rusak air, khususnya untuk mereduksi resiko bencana banjir di Ambon secara komprehensif, terpadu dan berwawasan lingkungan. Mengacu pada kondisi topografi dan geologi

maka embung / bendungan kecil menjadi pilihan utama untuk pengendalian banjir, sekaligus sebagai sumber air baku. IV.2. Saran 1. Perlu dipertimbangkan pemanfaatan aliran sungai untuk pembangkit listrik mikro hidro. 2. Perlu rekaman informasi kejadian banjir sebanyak mungkin untuk mendukung analisis mengenai peningkatan frekuensi, maupun intensitas kejadian banjir. V. Daftar Pustaka BMKG stasiun Pattimura Ambon,2010, Data iklim dan curah hujan. Happy Mulya, Tiny, Wasis, 2009, Mengubah Bencana Menjadi Berkah (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon), PIT XXVI HATHI, Banjarmasin. Ponce,V.G., 1989, Engineering Hydrology Principles and Practices, Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Jersey. Yachiyo Engineering Co.,LTD., 1997, The Study on Flood Control for Ambon and Pasahari Area,Final Report, Jakarta. Dipresentasikan pada : Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXVII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), Surabaya 29 Juli - 01 Agustus 2010 Identitas Makalah : a. Judul Prosiding : Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXVII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), Surabaya b. ISBN : ISBN 978-979-17093-3-0 c. Tahun Terbit : 2010 d. Penerbit : HATHI Cabang Jawa Timur e. Jumlah halaman : 513