EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU DODOL RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo dan analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

PENGARUH PERLAKUAN VARIASI JENIS GULA TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL PEPAYA (Carica vasconcellea)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

sampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

1 Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil PerikananFakultas Ilmu-Ilmu Pertanian UNG 2 Tenaga Pengajar di Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

Pengaruh Penambahan Tepung Tulang Ikan Tuna terhadap Karakteristik Hedonik Kue Bagea Khas Gorontalo

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

I. PENDAHULUAN. lahan pertanian mengakibatkan impor beras semakin tinggi, atau bahkan krisis

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

DIVERSIFIKASI OLAHAN BUAH SIRSAK BAGI KELOMPOK PEREMPUAN DI DESA BALE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

Proses pengolahan dodol susu terbagi atas pengadaan bahan, persiapan bahan, pernasakan, pendinginan, pengirisan, pembungkusan, dan pengepakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

Transkripsi:

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN Ira Maya Abdiani Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan FPIK Universitas Borneo Tarakan (UBT) Kampus Pantai Amal Gedung E, Jl. Amal Lama No. 1, Po. Box. 170 Tarakan KAL-TIM. HP.081347139481/E-mail : iramayaabdiani@gmail.com ABSTRAK Dodol rumput laut adalah salah satu jenis produk makanan yang berbahan dasar rumput laut. Proses pengolahan dodol rumput laut yang ada saat ini sangat sederhana, sehingga perlu dikembangkan upaya memodifikasi teknologi pengolahan dodol rumput laut agar mampu meningkatkan preferensi (kesukaan) konsumen. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memberikan formula terbaik dengan penambahan tepung kanji dan tepung ketan pada dodol rumput laut (Eucheuma cottoni) terhadap tingkat penerimaan konsumen. Penelitian ini menggunakan dua perlakuan yaitu Perlakuan A (konsentrasi tepung kanji masing-masing 20%, 30%, 40% dan 50%) dan Perlakuan B (konsentrasi tepung ketan (20%, 30%, 40% dan 50%) dengan tiga ulangan. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini berupa uji organoleptik/uji hedonik (rasa, warna, dan aroma) dan uji proksimat (kadar air dan serat kasar). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan B1 dengan penambahan tepung kanji 20% menghasilkan penilaian organoleptik terbaik untuk rasa dan aroma dodol rumput laut dengan skor rata-rata masing-masing 5,9 dan 5,6, sedangkan penilaian organoleptik terbaik untuk warna terdapat pada perlakuan B2 dengan penambahan tepung kanji 30% dengan skor rata-rata 5,4. Kadar air dodol rumput laut berkisar antara 33,637-15,356% (bb), sedangkan kadar serat kasar berkisar antara 0,037-0,460%. Kata kunci : Dodol, Rumput laut, Eucheuma cottoni, Tepung kanji, Tepung ketan PENDAHULUAN Tarakan adalah kota sebuah pulau yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur bagian utara, yang mempunyai luas wilayah kurang lebih 250,80 km 2 dan luas laut Kota Tarakan 406,53 km 2 (Anonim, 2006). Didukung luas laut 406,53 km 2, menjadikan Kota Tarakan kaya akan sumberdaya hayati perairan, salah satunya adalah rumput laut jenis Eucheuma cottoni. Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil perikanan dari Kota Tarakan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Pesatnya perkembangan produksi budidaya rumput laut di Kota Tarakan, terkadang tidak diimbangi dengan jumlah pasar yang tersedia sehingga menyebabkan harga jualnya semakin turun. Oleh karena itu, perlu adanya strategi agar produksi rumput laut dapat terus tumbuh namun tidak mengakibatkan turunnya harga rumput laut yang mengakibatkan kerugian pada pembudidaya. Salah satu strategi adalah dengan mengolah rumput laut menjadi produk makanan yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013 43

Dodol rumput laut adalah salah satu jenis produk makanan yang berbahan dasar rumput laut. Dodol rumput laut merupakan produk yang mempunyai prospek untuk dikembangkan, karena memiliki aroma dan cita rasa yang khas yang dapat menarik minat konsumen. Proses pengolahan dodol rumput laut yang ada saat ini sangat sederhana, sehingga perlu dikembangkan upaya memodifikasi teknologi pengolahan dodol rumput laut agar mampu meningkatkan preferensi (kesukaan) konsumen. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memberikan formula terbaik dengan penambahan tepung kanji dan tepung ketan pada dodol rumput laut terhadap tingkat penerimaan konsumen. MATERI DAN METODE Bahan yang digunakan dalam pengolahan dodol rumput laut adalah tepung kanji, tepung ketan, gula pasir dan rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Rumput laut ini diperoleh dari perairan Tarakan propinsi Kalimantan Timur. Bahan yang digunakan untuk analisis yaitu H 2 SO 4, NaOH, Aquades, dan Alkohol. Penelitian ini menggunakan dua perlakuan yaitu Perlakuan A (konsentrasi tepung kanji masing-masing 20%, 30%, 40% dan 50%) dan Perlakuan B (konsentrasi tepung ketan (20%, 30%, 40% dan 50%) dengan tiga kali ulangan. Rumput laut yang telah direndam selama beberapa malam ditiriskan dan ditimbang, kemudian dipotong-potong dicampur air kemudian diblender sampai membentuk bubur yang halus. Bubur rumput laut ditambahkan gula pasir, kemudian dipanaskan dalam panci sambil diaduk sampai kental (padat). Setelah itu masing-masing perlakuan ditambahkan tepung kanji (20%, 30%, 40%, 50%) dan tepung ketan (20%, 30%, 40%, 50%) serta essence aduk sampai rata. Adonan dicetak ke dalam loyang stainles kemudian didinginkan dan diamkan semalam. Setelah itu dodol dipotong sesuai selera dan dijemur selama 4-5 hari apabila kondisi cuaca cerah. Setelah dodol rumput laut kering, dilakukan uji organoleptik dengan menggunakan uji hedonik terhadap rasa, warna, dan aroma pada panelis sebanyak 30 orang. Sedangkan uji proksimat (kadar air dan serat kasar) dilakukan pada perlakuan ulangan yang terbaik. Langkah-langkah pembuatan dodol rumput laut dapat dilihat pada Gambar 1. Rumput laut yang telah direndam Potong-potong & diblender Dimasak sampai mendidih Tambahkan pewarna & essence Tambahkan tepung kanji atau tepung ketan Angkat dan tuang ke cetakan, dinginkan Konsentrasi 20%, 30%, 40%, 50% Potong sesuai selera Penjemuran Dodol Rumput Laut Gambar 1. Langkah-langkah pengolahan dodol rumput laut 44 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013

Evaluasi Sensori Konsumen Pada Dodol Rumput Laut (Ira Maya Abdiani) HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Organoleptik Penilaian organoleptik produk dodol rumput laut menggunakan uji hedonik (tingkat kesukaan) yang meliputi rasa, warna, dan aroma. Tujuan dilakukan uji organoleptik adalah mengetahui apakah suatu komoditi atau produk tertentu dapat diterima oleh konsumen atau tidak. Pada uji organoleptik diperlukan panelis sebagai perwakilan dari konsumen. Uji organoleptik pada produk pangan harus dilakukan karena berhubungan dengan selera dan penerimaan konsumen terhadap produk tersebut di pasaran. 1. Rasa Rasa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai penerimaan seseorang terhadap suatu makanan. Umumnya makanan tidak hanya terdiri dari satu kelompok rangsangan saja, tetapi merupakan gabungan berbagai rasa yang terpadu yang menimbulkan rasa enak pada makanan. Hasil pengujian hedonik untuk parameter rasa memiliki skor rata-rata 4,8 hingga 5,9 yang berarti panelis memberikan penilaian antara biasa sampai suka. Histogram nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap rasa dodol rumput laut dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Histogram nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap rasa dodol rumput laut Keterangan : Konsentrasi tepung ketan 20% (Perlakuan A1) Konsentrasi tepung ketan 30% (Perlakuan A2) Konsentrasi tepung ketan 40% (Perlakuan A3) Konsentrasi tepung ketan 50% (Perlakuan A4) Konsentrasi tepung kanji 20% (Perlakuan B1) Konsentrasi tepung kanji 30% (Perlakuan B2) Konsentrasi tepung kanji 40% (Perlakuan B3) Konsentrasi tepung kanji 50% (Perlakuan B4) Apabila dilihat dari Gambar 2, nilai rata-rata tertinggi yang diberikan panelis terhadap rasa dodol rumput laut terdapat pada perlakuan B1 yaitu penambahan tepung kanji 20% sebesar 5,9. Gambar 2 juga menunjukkan kecenderungan tingkat kesukaan terhadap rasa semakin berkurang seiring dengan bertambahnya konsentrasi tepung (ketan atau kanji). Hal ini diduga penambahan tepung akan mengurangi dari rasa manis dodol rumput laut, mengingat jumlah gula yang ditambahkan pada masing-masing perlakuan sama banyaknya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Murtiningrum dan Isak (2010) yaitu semakin besar penambahan tepung ketan pada dodol buah merah maka nilai rata-rata organoleptik untuk rasa dodol rumput laut cenderung menurun. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung ketan atau tepung kanji berpengaruh nyata terhadap nilai organolpetik untuk rasa dodol rumput laut. 2. Warna Warna mempunyai arti dan peranan penting pada komoditas pangan. Warna merupakan parameter pertama yang menentukan penerimaan konsumen untuk penilaian secara subyektif dengan penglihatan dan sangat menentukan dalam penilaian suatu bahan. Menurut Winarno (1997) sebelum faktor lain dipertimbangkan secara visual, faktor warna akan tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Hasil uji hedonik menunjukkan tingkat penilaian panelis terhadap warna produk dodol rumput laut memiliki skor rata-rata 4,8 sampai 5,4 yang berarti panelis memberikan penilaian antara biasa sampai agak suka. Histogram nilai rata-rata Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013 45

penerimaan panelis terhadap warna dodol rumput laut ditunjukkan pada Gambar 3. menganggap sangat penting melakukan uji aroma karena dapat dengan cepat memberikan penilaian produksinya disukai atau tidak disukai. Histogram nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap aroma dodol rumput laut ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 3. Histogram nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap warna dodol rumput laut Nilai rata-rata organoleptik terhadap warna pada Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi yang diberikan panelis terhadap warna dodol rumput laut adalah perlakuan B2 yaitu penambahan tepung kanji 30%. Pada penelitian ini, menghasilkan dodol rumput laut yang berwarna putih, hal ini disebabkan menggunakan gula pasir serta penambahan tepung kanji dan tepung ketan. Menurut Imeson (1992) kappa keragenan membentuk gel yang kuat dan tidak jernih. Gel tersebut akan menjadi jernih dengan penambahan gula. Selain itu, proses karamelisasi dari pemasakan tidak dibiarkan hingga berwarna coklat, hal ini disebabkan agar adonan tidak cepat mengeras sehingga mudah untuk dicetak. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung ketan dan tepung kanji tidak berpengaruh nyata terhadap nilai organoleptik warna dodol rumput laut. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan tepung ketan dan tepung kanji memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap penilaian organoleptik untuk warna dodol rumput laut. 3. Aroma Cita rasa suatu produk ditentukan oleh faktor aroma yang ditimbulkan dari komposisi bahan penyusunnya. Menurut Soekarto (1985) dalam industri pangan Gambar 4. Histogram nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap aroma dodol rumput laut Hasil uji hedonik menunjukkan tingkat penilaian panelis terhadap aroma produk dodol rumput laut memiliki skor rata-rata 4,7 sampai 5,6 yang berarti panelis memberikan penilaian antara biasa sampai suka. Hasil uji statistik Kruskal- Wallis menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung ketan dan tepung kanji berpengaruh nyata terhadap nilai organoleptik untuk aroma dodol rumput laut. Dodol rumput laut yang dihasilkan dalam penelitian ini mempunyai aroma yang khas, karena adanya penambahan essence dan sirup leci. Pada Gambar 4 di atas terlihat bahwa nilai aroma yang tertinggi terdapat pada perlakuan B1 yaitu penambahan tepung kanji 20%. Hal ini diduga karena penjemuran perlakuan B1 yang tidak sempurna yang dapat ditunjukkan dari kadar air yang cukup tinggi, sehingga aroma leci tidak banyak yang hilang saat dilakukan pengeringan. Menurut Winarno et. al., (1980) mengatakan bahwa selama pengeringan bahan pangan akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimia, salah satunya adalah perubahan sensori seperti tekstur, aroma, warna dan rasa. 46 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013

Evaluasi Sensori Konsumen Pada Dodol Rumput Laut (Ira Maya Abdiani) Uji Proksimat 1. Kadar Air Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa didalam pengolahan pangan air tersebut sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan dan pengeringan (Winarno et al., 1980). Berdasarkan hasil penelitian, kadar air dodol rumput laut berkisar antara 33,637-15,356% (bb). Nilai kadar air produk dodol rumput selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai kadar air dodol rumput laut Perlakuan Nilai Kadar Air (%) A1 16,640 A2 17,289 A3 18,893 A4 16,688 B1 33,637 B2 17,125 B3 17,035 B4 15,356 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai kadar air pada dodol rumput laut rata-rata berkisar pada nilai kadar air yang ditetapkan SNI 01-2986-1992 Departemen Perindustrian yaitu maksimal 20%, kecuali pada perlakuan B1. Hal ini diduga karena menggunakan metode pengeringan secara alami (natural drying) sehingga sangat tergantung pada cuaca serta hasil pengeringannya tidak merata. Menurut Moeljanto (1992) mengatakan bahwa kelemahan dari pengeringan alami adalah pengeringan berjalan lambat karena tergantung cuaca sehingga terjadi pembusukan sebelum produk kering. 2. Kadar Serat Kasar Serat yang terdapat dalam bahan pangan yang tidak tercerna mempunyai sifat positif bagi gizi dan metabolisme. Dietary fiber atau serat makanan merupakan komponan dari jaringan tanaman yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus (Winarno, 1996). Nilai kadar serat kasar produk dodol rumput laut ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Nilai kadar serat kasar dodol rumput laut Perlakuan Nilai Kadar Serat Kasar (%) A1 0,111 A2 0,037 A3 0,074 A4 0,081 B1 0,112 B2 0,460 B3 0,174 B4 0,105 Analisa kadar serat kasar dimaksudkan untuk mengetahui jumlah serat kasar yang terkandung dalam dodol rumput laut. Hasil analisa serat kasar yang ditunjukkan Tabel 2, pada dodol rumput laut berkisar antara 0,037-0,460%. Hal ini masih dalam kisaran SNI 01-2986-1992 Departemen Perindustrian yaitu maksimal 1,0%. Semua komponen serat pangan total memberikan karakteristik fungsional pada serat yang meliputi kemampuan daya ikat air, kapasitas untuk mengembang membentuk gel dengan viskositas yang berbeda, pertukaran kation serta memberikan warna. Serat juga memberikan struktur dan tekstur dalam makan yang diproses (Toharisman, 1995). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlakuan penambahan tepung ketan dan tepung kanji memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai organoleptik untuk rasa dodol rumput laut. Perlakuan B1 dengan penambahan tepung kanji 20% menghasilkan penilaian organoleptik terbaik untuk rasa dodol rumput laut dengan skor rata-rata 5,9 (suka). 2. Perlakuan penambahan tepung ketan dan tepung kanji tidak memberikan Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013 47

pengaruh yang nyata terhadap nilai organoleptik untuk warna dodol rumput laut. Perlakuan B2 dengan penambahan tepung kanji 30% menghasilkan penilaian organoleptik terbaik untuk warna dodol rumput laut dengan skor rata-rata 5,4 (agak suka) 3. Perlakuan penambahan tepung ketan dan tepung kanji memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai organoleptik untuk aroma dodol rumput laut. Perlakuan B1 dengan penambahan tepung kanji 20% menghasilkan penilaian organoleptik terbaik untuk aroma dodol rumput laut dengan skor rata-rata 5,6 (suka) 4. Berdasarkan hasil penelitian, kadar air dodol rumput laut berkisar antara 33,637-15,356% (bb). Sedangkan kadar serat kasar berkisar antara 0,037-0,460%. Saran Direkomendasikan untuk melakukan uji lanjutan dengan menggunakan jenis tepung yang berbeda, seperti tepung beras, tepung jagung dan tepung terigu. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2006). Buku Saku Statistik Kota Tarakan 2006. Badan Pusat Statistik Kota. Imeson, A., (1992). Thickening and Gelling Agents for Food. Blackie Academic and Profesional. London. Moeljanto, R., (1992). Pengolahan Hasil Sampingan Ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Murtiningrum dan Isak Silamba, (2010). Pemanfaatan Pasta Buah Merah (Pandanus conoideus L) sebagai Bahan Substitusi Tepung Ketan dalam Pembuatan Dodol. Agrotek 4 (1): 1-7 Soekarto, S.Y., (1985). Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhrata Karya Aksara. Jakarta. Toharisman, A., (1995). Dietary fiber dari Ampas Tebu. Prosiding Gula dan Prospek Pengembangannya. Dinas Perkebunan. Jakarta. Winarno, F. G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz, (1980). Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarno, F. G., (1996). Teknologi Pengolahan rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Winarno, F.G., (1997). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 48 Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013