PINTERS ARAHAN KABADAN PADA RAPAT KRDINASI TEKNIS BADAN LITBANG KEHUTANAN 2012 Meningkatkan Peran dan Profesionalisme Badan Litbang Kehutanan dalam mendukung Kinerja Pembangunan Sektor Kehutanan Rakornis Badan Litbang Kehutanan kali ini lebih difokuskan pada konsolidasi internal dan untuk mengkaji lebih dalam (restropeksi) Sebagai awal konsolidasi, diperlukan refleksi perjalanan pelaksanaan penelitian terutama dalam hal pengelolaan sumber daya baik anggaran maupun SDM dalam proses menghasilkan paket IPTEK Bagaimana perjalanan Badan Litbang Kehutanan selama 5 tahun terakhir. Apa output Iptek yang sudah dihasilkan? Apakah perjalanan pelaksanaan RPI sudah on the track? Apakah output RPI dan penelitian sudah match dengan kebutuhan pengguna? Berapa besar sumbangsih hasil litbang terhadap kebutuhan pengguna? 1
HASIL LITBANG YANG TEPAT GUNA DAN TEPAT WAKTU Setting 25 RPI telah dibuat komprehensif dan holistik: tantangan dan permasalahan sektor kehutanan yang memerlukan jawaban riset telah terakomodir RPI akan menjadi komprehensif dan holistik apabila tidak dijadikan sebagai gantungan/kapstok puluhan judul-judul penelitian Penelitian litbang tidak bisa lagi bersifat reaktif terhadap isu yang muncul, tapi harus proaktif, one-step ahead, visionaries. Litbang harus mempunyai curiosity dan selalu well informed dengan berbagai dinamika perkembangan dan perubahan yang terjadi di sektor kehutanan. Interaksi dengan eselon-i lain sangat diperlukan untuk mengetahui secara jelas kebutuhan dukungan yang diminta pengguna. Komunikasi dan interaksi peneliti dengan pengguna harus difasilitasi agar permintaan dukungan teknis dapat langsung tertangkap maksudnya 2
PENDUKUNG PENELITIAN Badan Litbang diberi amanah untuk mengelola 33 KHDTK yang dipakai selain untuk tujuan utama yaitu penelitian, juga dapat digunakan untuk melaksanakan konservasi genetik, sumber benih, dan untuk koleksi tanaman (arboretum). 10 KHDTK diantaranya ditargetkan untuk mendapatkan pengakuan melalui sertifikasi SFM. Jalan menuju sertifikasi tersebut telah dirintis dengan adanya SK Kabadan tentang Kriteria Indikator Pengelolaan KHDTK. Persoalan yang menimpa KHDTK sangat bervariasi dan rumit, baik menyangkut 10 KHDTK target untuk sertifikasi, maupun KHDTK lainnya. Untuk itu perlu dipetakan persoalannya dan ditentukan tindak lanjutnya. Perlu Tim kerja yang mengevaluasi dinamika dan kinerja KHDTK. Tim kerja perlu memetakan kondisi seluruh KHDTK yang ada berdasarkan data dan informasi yang telah tersedia, serta memberikan rekomendasi langkah-langkah yang konkrit dan rasional sebagai tindaklanjut pengelolaan KHDTK 3
DEWAN RISET DEWAN RISET harus berperan dalam mengawal implementasi dan perjalanan RPI, termasuk secara periodik melakukan self-evaluation pelaksanaan RPI, permasalahan, maupun capaian output dan outcomenya. Tapi sampai saat ini peran tersebut belum kelihatan. Dewan Riset perlu memainkan peran yang lebih strategis mengontrol dan mengarahkan kegiatan-kegiatan penelitian dalam payung RPIsehingga akan secara sinergis terfokus dan mengarah pada output IPTEK yang betul-betul match dengan kebutuhan pengguna Dalam cakupan yang lebih luas, Dewan Riset juga berperan dalam mengintegrasikan relevansi antar RPI sehingga mampu menghasilkan informasi ilmiah atau paket IPTEK yang lebih solid, utuh dan terintegrasi 4
SDM Proses penataan SDM di Badan Litbang Kehutanan sedang berjalan. Penempatan SDM didasarkan pada pertimbangan yang menyeluruh dan harus selalu ditekankan untuk pengembangan institusi Nomenklatur dan struktur organisasi Badan Litbang Kehutanan yang ada saat ini memang masih belum sepenuhnya mewujudkan batas (boundary) yang jelas antara satu unit kerja dengan unit kerja lainnya (terutama di tingkat Puslitbang). Implikasinya, kepakaran seorang peneliti bisa saja dibutuhkan oleh unit kerja yang berbeda. Untuk itu, persoalan mendasarnya sebetulnya bukan dimana peneliti tersebut seharusnya berada, tapi bagaimana mengoptimalkan keterkaitan dan sinergi satu sama lain dalam menggarap penelitiannya. Peran peneliti di UPT dan peneliti di Puslitbang harus jelas. Peneliti di Pusat hanya melakukan riset yang sifatnya strategis, visioner dan berdampak lebih luas. Peneliti di UPT melakukan penelitian yang sifatnya lebih teknis, yang nantinya akan menjadi basis atau fondasi yang kuat untuk membangun riset strategis di tingkat pusat. Sistem dan mekanisme kerja yang ada harus diarahkan agar pembagian peran itu dapat menjadi jelas. Pembinaan integritas bagi peneliti dan pejabat struktural perlu dilakukan secara terus menerus di setiap satuan kerja. Etika pelayanan dan upaya menghindari penyelewengan agar terus ditingkatkan. Bagi peneliti, etika peneliti terus dijaga, jangan sampai terjadi plagiarisme dan hal-hal tercela lainnya. Kekompakan antara struktural sebagai fasilitator dan peneliti agar terus dijaga. 5
RENCANA 2013 Muara dari Rakornis ini adalah penyusunan anggaran dan kegiatan Badan Litbang Kehutanan 2013. Penajaman substansi penelitian pada rakornis ini akan lebih mengefektifkan pendayagunaan anggaran APBN rientasi APBN 2013 adalah mengoptimalkan alokasi anggaran untuk Belanja Modal (penambahan asset) dan menekan alokasi Belanja Barang (termasuk belanja perjalanan dan pertemuan-pertemuan yang tidak penting). Beberapa prioritas yang perlu diperhatikan untuk Belanja Modal, antara lain: Fasilitas pengelolaan hasil penelitian, sehingga hasil penelitian lebih mudah diakses dan mudah didiseminasikan Sarana dan prasarana penanganan dokumen dan kearsipan Sarana dan prasarana perpustakaan sebagai sumber referensi informasi dan ilmiah yang layak untuk mendukung kegiatan penelitian., Sarana dan prasarana journal ounline untuk wahana publikasi hasil penelitian, Sarana dan prasarana untuk mendukung sistem informasi dan dokumentasi kepegawaian, Sarana dan prasarana penelitian dan laboratorium. 6
Pengelolaan kerjasama luar negeri di Badan Litbang merupakan kegiatan terbesar dibandingkan eselon I lain, karena memang kegiatan itu diperlukan dalam rangka pelaksanaan Tupoksi. Proses penelitian kerjasama harus dikawal betul agar dapat memberikan hasil yang mendukung Badan Litbang. Demikian halnya pengelolaan Keuangan dan BMN hasil kerjasama tersebut, juga harus dikelola berdasarkan perundangan yang ada. LAIN LAIN Berdasarkan SK Mendagri No 120/1013/SJ tahun 2012 tentang Koordinasi Vertikal oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah. UPT harus selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Gubernur. Surat Edaran Sekjen juga meminta agar Korwil menyelenggarakan pertemuan 2 mingguan seperti di Pusat, yang menampilkan hasil kegiatan UPT dan mengundang wartawan untuk diekspos. Bila kegiatan ini telah berjalan, saya minta agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mempublikasi dan mendiseminasikan hasil litbang yang relevan dengan kebutuhan daerah. 7
Perlu diperhatikan pula PP12/2010 tentang Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan Latihan Kehutanan. Ada dua hal penting yang perlu ditindaklanjuti yaitu tentang hirarki perencanaan dan tentang penyelenggaraan litbang Menurut PP12 tersebut, Perencanaan Kehutanan dibagi menjadi 3 jenjang yaitu Perencanaan Jangka Panjang (20 tahun), Perencanaan jangka Menengah (5 tahu) dan Perencanaan jangka Pendek (1 tahun). Khusus untuk Perencanaan jangka Panjang (Pasal 11) kita perlu menyesuaikan Roadmap Kehutanan 2010-2025, terutama jangka waktu pelaksanaannya bila Roadmap tersebut kita pakai sebagai Perencanaan jangka Panjang. Bila mengacu pada PP12 tersebut, penyelenggara Litbang baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan harus melaporkan kepada Kepala Badan Litbang Kehutanan (Pasal 18 ayat 4 dan pasal 19). leh karena itu kita perlu menindaklanjuti dengan mekanisme pelaporan yang jelas agar dapat diikuti oleh pihak-pihak penyelenggara litbang kehutanan. Perlu diformulasikan mekanisme pelaksanaan penelitian yang sifatnya cross cutting, misalnya mengenai kebijakan tata ruang. Perlu expertise tentang kebijakan, analisa spasial tata ruang dan hal-hal teknis lainnya. Fasilitas GIS untuk analisa spasial sudah ada di Puskonser, Puspijak dan tersentral di Sekretariat Badan. 8
PENUTUP Para UPT litbang di daerah diharapkan untuk selalu membangun koordinasi dan komunikasi dengan Gubernur sebagai wakil Pemerintah dalam melaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan khususnya di bidang penelitian maupun diseminasi hasil-hasil penelitian. Spirit dan kinerja Badan Litbang tidak boleh terbelenggu oleh berbagai keterbatasan. Kekurangan dan keterbatasan justru menjadi tantangan yang harus ditaklukkan dengan semangat Auksin. Dalam keterbatasannya, Badan Litbang Kehutanan harus mampu tetap eksis mengejar mimpi besarnya sebagai lembaga penyedia Iptek Kehutanan yang handal, diperhitungkan, dicari dan dibutuhkan oleh pengguna. 9