POINTERS ARAHAN KABADAN PADA RAPAT KOORDINASI TEKNIS BADAN LITBANG KEHUTANAN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANTAR UMUM RAPAT KOMISI. Royal Ambarrukmo Hotel - Yogyakarta, tanggal 19 Juni 2014

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

B. KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN SATKER LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Renstra kementrian Kehutanan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 06/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

KOMPILASI HASIL IDENTIFIKASI RESIKO UPT BADAN LITBANG. Bogor, 16 Desember 2014 PROGRESS

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN CILACAP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Kepala Badan, Dr. Ir. R. Iman Santoso, M.Sc. NIP

DUKUNGAN MANAJEMEN BADAN LITBANG KEHUTANAN TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 57

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

Perjalanan Penyusunan Renstra BLI Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Proses penyusunan RPPI Kebijakan Penyusunan dan Profil RPPI Arahan Pimpinan untuk RPPI Implikasi RPPI terhadap IKK Rekomendasi dan Tindak

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

PANDUAN TEKNIS PENILAIAN PROPOSAL PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2017

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN ALOR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

ARAHAN Penyusunan Program Litbang (RENSTRA) dan Kegiatan Penelitian Integratif (RPI) BADAN LITBANG KEHUTANAN

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

PENGANTAR. Jakarta, 29 Agustus 2016 KEPALA BADAN, Dr. Ir. Bambang Soepijanto, MM NIP

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

LAKIP. Tahun Kementerian Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL RENCANA KERJA PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 01/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. UPT. Pembenihan. Tanaman. Klasifikasi. Kriteria.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR P.18/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

POKOK-POKOK PIKIRAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI 2016 DALAM RANGKA PERSIAPAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 27/Menhut-II/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PEDOMAN PENYELENGGARAAN ANUGERAH IPTEK BUDHIPURA TINGKAT PROPINSI SE INDONESIA

KATA PENGANTAR. Kepanjen, Februari 2016 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI BALI RENCANA STRATEGIS TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

Revisi ke 02 Tanggal : 13 Juli 2017

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 03 TAHUN 2005 T E N T A N G

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 26 /Menhut-II/2011 TENTANG

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 36 /SM/Kp/XI/2013 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2002 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 534 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN GARUT

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENSTRA SKPD)

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN ALOR

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterb

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016

Transkripsi:

PINTERS ARAHAN KABADAN PADA RAPAT KRDINASI TEKNIS BADAN LITBANG KEHUTANAN 2012 Meningkatkan Peran dan Profesionalisme Badan Litbang Kehutanan dalam mendukung Kinerja Pembangunan Sektor Kehutanan Rakornis Badan Litbang Kehutanan kali ini lebih difokuskan pada konsolidasi internal dan untuk mengkaji lebih dalam (restropeksi) Sebagai awal konsolidasi, diperlukan refleksi perjalanan pelaksanaan penelitian terutama dalam hal pengelolaan sumber daya baik anggaran maupun SDM dalam proses menghasilkan paket IPTEK Bagaimana perjalanan Badan Litbang Kehutanan selama 5 tahun terakhir. Apa output Iptek yang sudah dihasilkan? Apakah perjalanan pelaksanaan RPI sudah on the track? Apakah output RPI dan penelitian sudah match dengan kebutuhan pengguna? Berapa besar sumbangsih hasil litbang terhadap kebutuhan pengguna? 1

HASIL LITBANG YANG TEPAT GUNA DAN TEPAT WAKTU Setting 25 RPI telah dibuat komprehensif dan holistik: tantangan dan permasalahan sektor kehutanan yang memerlukan jawaban riset telah terakomodir RPI akan menjadi komprehensif dan holistik apabila tidak dijadikan sebagai gantungan/kapstok puluhan judul-judul penelitian Penelitian litbang tidak bisa lagi bersifat reaktif terhadap isu yang muncul, tapi harus proaktif, one-step ahead, visionaries. Litbang harus mempunyai curiosity dan selalu well informed dengan berbagai dinamika perkembangan dan perubahan yang terjadi di sektor kehutanan. Interaksi dengan eselon-i lain sangat diperlukan untuk mengetahui secara jelas kebutuhan dukungan yang diminta pengguna. Komunikasi dan interaksi peneliti dengan pengguna harus difasilitasi agar permintaan dukungan teknis dapat langsung tertangkap maksudnya 2

PENDUKUNG PENELITIAN Badan Litbang diberi amanah untuk mengelola 33 KHDTK yang dipakai selain untuk tujuan utama yaitu penelitian, juga dapat digunakan untuk melaksanakan konservasi genetik, sumber benih, dan untuk koleksi tanaman (arboretum). 10 KHDTK diantaranya ditargetkan untuk mendapatkan pengakuan melalui sertifikasi SFM. Jalan menuju sertifikasi tersebut telah dirintis dengan adanya SK Kabadan tentang Kriteria Indikator Pengelolaan KHDTK. Persoalan yang menimpa KHDTK sangat bervariasi dan rumit, baik menyangkut 10 KHDTK target untuk sertifikasi, maupun KHDTK lainnya. Untuk itu perlu dipetakan persoalannya dan ditentukan tindak lanjutnya. Perlu Tim kerja yang mengevaluasi dinamika dan kinerja KHDTK. Tim kerja perlu memetakan kondisi seluruh KHDTK yang ada berdasarkan data dan informasi yang telah tersedia, serta memberikan rekomendasi langkah-langkah yang konkrit dan rasional sebagai tindaklanjut pengelolaan KHDTK 3

DEWAN RISET DEWAN RISET harus berperan dalam mengawal implementasi dan perjalanan RPI, termasuk secara periodik melakukan self-evaluation pelaksanaan RPI, permasalahan, maupun capaian output dan outcomenya. Tapi sampai saat ini peran tersebut belum kelihatan. Dewan Riset perlu memainkan peran yang lebih strategis mengontrol dan mengarahkan kegiatan-kegiatan penelitian dalam payung RPIsehingga akan secara sinergis terfokus dan mengarah pada output IPTEK yang betul-betul match dengan kebutuhan pengguna Dalam cakupan yang lebih luas, Dewan Riset juga berperan dalam mengintegrasikan relevansi antar RPI sehingga mampu menghasilkan informasi ilmiah atau paket IPTEK yang lebih solid, utuh dan terintegrasi 4

SDM Proses penataan SDM di Badan Litbang Kehutanan sedang berjalan. Penempatan SDM didasarkan pada pertimbangan yang menyeluruh dan harus selalu ditekankan untuk pengembangan institusi Nomenklatur dan struktur organisasi Badan Litbang Kehutanan yang ada saat ini memang masih belum sepenuhnya mewujudkan batas (boundary) yang jelas antara satu unit kerja dengan unit kerja lainnya (terutama di tingkat Puslitbang). Implikasinya, kepakaran seorang peneliti bisa saja dibutuhkan oleh unit kerja yang berbeda. Untuk itu, persoalan mendasarnya sebetulnya bukan dimana peneliti tersebut seharusnya berada, tapi bagaimana mengoptimalkan keterkaitan dan sinergi satu sama lain dalam menggarap penelitiannya. Peran peneliti di UPT dan peneliti di Puslitbang harus jelas. Peneliti di Pusat hanya melakukan riset yang sifatnya strategis, visioner dan berdampak lebih luas. Peneliti di UPT melakukan penelitian yang sifatnya lebih teknis, yang nantinya akan menjadi basis atau fondasi yang kuat untuk membangun riset strategis di tingkat pusat. Sistem dan mekanisme kerja yang ada harus diarahkan agar pembagian peran itu dapat menjadi jelas. Pembinaan integritas bagi peneliti dan pejabat struktural perlu dilakukan secara terus menerus di setiap satuan kerja. Etika pelayanan dan upaya menghindari penyelewengan agar terus ditingkatkan. Bagi peneliti, etika peneliti terus dijaga, jangan sampai terjadi plagiarisme dan hal-hal tercela lainnya. Kekompakan antara struktural sebagai fasilitator dan peneliti agar terus dijaga. 5

RENCANA 2013 Muara dari Rakornis ini adalah penyusunan anggaran dan kegiatan Badan Litbang Kehutanan 2013. Penajaman substansi penelitian pada rakornis ini akan lebih mengefektifkan pendayagunaan anggaran APBN rientasi APBN 2013 adalah mengoptimalkan alokasi anggaran untuk Belanja Modal (penambahan asset) dan menekan alokasi Belanja Barang (termasuk belanja perjalanan dan pertemuan-pertemuan yang tidak penting). Beberapa prioritas yang perlu diperhatikan untuk Belanja Modal, antara lain: Fasilitas pengelolaan hasil penelitian, sehingga hasil penelitian lebih mudah diakses dan mudah didiseminasikan Sarana dan prasarana penanganan dokumen dan kearsipan Sarana dan prasarana perpustakaan sebagai sumber referensi informasi dan ilmiah yang layak untuk mendukung kegiatan penelitian., Sarana dan prasarana journal ounline untuk wahana publikasi hasil penelitian, Sarana dan prasarana untuk mendukung sistem informasi dan dokumentasi kepegawaian, Sarana dan prasarana penelitian dan laboratorium. 6

Pengelolaan kerjasama luar negeri di Badan Litbang merupakan kegiatan terbesar dibandingkan eselon I lain, karena memang kegiatan itu diperlukan dalam rangka pelaksanaan Tupoksi. Proses penelitian kerjasama harus dikawal betul agar dapat memberikan hasil yang mendukung Badan Litbang. Demikian halnya pengelolaan Keuangan dan BMN hasil kerjasama tersebut, juga harus dikelola berdasarkan perundangan yang ada. LAIN LAIN Berdasarkan SK Mendagri No 120/1013/SJ tahun 2012 tentang Koordinasi Vertikal oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah. UPT harus selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Gubernur. Surat Edaran Sekjen juga meminta agar Korwil menyelenggarakan pertemuan 2 mingguan seperti di Pusat, yang menampilkan hasil kegiatan UPT dan mengundang wartawan untuk diekspos. Bila kegiatan ini telah berjalan, saya minta agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mempublikasi dan mendiseminasikan hasil litbang yang relevan dengan kebutuhan daerah. 7

Perlu diperhatikan pula PP12/2010 tentang Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan Latihan Kehutanan. Ada dua hal penting yang perlu ditindaklanjuti yaitu tentang hirarki perencanaan dan tentang penyelenggaraan litbang Menurut PP12 tersebut, Perencanaan Kehutanan dibagi menjadi 3 jenjang yaitu Perencanaan Jangka Panjang (20 tahun), Perencanaan jangka Menengah (5 tahu) dan Perencanaan jangka Pendek (1 tahun). Khusus untuk Perencanaan jangka Panjang (Pasal 11) kita perlu menyesuaikan Roadmap Kehutanan 2010-2025, terutama jangka waktu pelaksanaannya bila Roadmap tersebut kita pakai sebagai Perencanaan jangka Panjang. Bila mengacu pada PP12 tersebut, penyelenggara Litbang baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan harus melaporkan kepada Kepala Badan Litbang Kehutanan (Pasal 18 ayat 4 dan pasal 19). leh karena itu kita perlu menindaklanjuti dengan mekanisme pelaporan yang jelas agar dapat diikuti oleh pihak-pihak penyelenggara litbang kehutanan. Perlu diformulasikan mekanisme pelaksanaan penelitian yang sifatnya cross cutting, misalnya mengenai kebijakan tata ruang. Perlu expertise tentang kebijakan, analisa spasial tata ruang dan hal-hal teknis lainnya. Fasilitas GIS untuk analisa spasial sudah ada di Puskonser, Puspijak dan tersentral di Sekretariat Badan. 8

PENUTUP Para UPT litbang di daerah diharapkan untuk selalu membangun koordinasi dan komunikasi dengan Gubernur sebagai wakil Pemerintah dalam melaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan khususnya di bidang penelitian maupun diseminasi hasil-hasil penelitian. Spirit dan kinerja Badan Litbang tidak boleh terbelenggu oleh berbagai keterbatasan. Kekurangan dan keterbatasan justru menjadi tantangan yang harus ditaklukkan dengan semangat Auksin. Dalam keterbatasannya, Badan Litbang Kehutanan harus mampu tetap eksis mengejar mimpi besarnya sebagai lembaga penyedia Iptek Kehutanan yang handal, diperhitungkan, dicari dan dibutuhkan oleh pengguna. 9