Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc

dokumen-dokumen yang mirip
ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA

PENURUNAN TEKANAN DALAM PIPA ALIRAN FLUIDA II

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Panduan Praktikum 2012

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN DEBIT PADA SISTEM JARINGAN PIPA DENGAN METODA HARDY-CROSS MENGGUNAKAN RUMUS HAZEN-WILLIAMS DAN RUMUS MANNING

ANALISA PERHITUNGAN DEBIT DAN KEHILANGAN TINGGI TEKANAN (HEAD LOSS) PADA SISTEM JARINGAN PIPA DAERAH LAYANAN PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL TUGAS AKHIR

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

MENENTUKAN NILAI KOEFISIEN GESEK PADA PIPA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI MICROSOFT VISUAL BASIC. Irsan Mustafid Halomoan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0

BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA TERTUTUP

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

OLEH : AHMAD FARHUN (D )

Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUJIAN HEADLOSS ALIRAN FLUIDA TAK TERMAMPATKAN. Dwi Ermadi 1*,Darmanto 1

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

JURNAL ANALISA KERUGIAN ALIRAN AKIBAT PERLUASAN DAN PENYEMPITAN ANTARA DIAMETER PIPA AWAL 2 INCHI KE DIAMETER 1 INCHI

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE

STUDY EKSPERIMENTAL PERILAKU ALIRAN FLUIDA PADA SAMBUNGAN BELOKAN PIPA

Analisa Mercu Bendung Daerah irigasi Namurambe

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

JURNAL ANALISIS LAJU ALIRAN PADA PIPA BERCABANG DENGAN SUDUT 90 0 ANALYSIS OF THE FLOW RATE IN THE PIPE BRANCHED AT AN ANGLE OF 90 0

ANALISA PERANCANGAN INSTALASI GAS

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu penyediaan air bersih yang mampu menyediakan air yang dapat

ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN STABILITAS PIPA PDAM TIRTANADI SUNGGAL PADA KELURAHAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

RANCANG BANGUN PERANGKAT UJI RUGI-RUGI HEAD DENGAN FLUIDA KERJA AIR (H 2 O) DAN ANALISISNYA. Oleh : Tris Sugiarto ABSTAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det)

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

PERANCANGAN INTALASI ALAT TEST PENYEMPROTAN INJEKTOR MOBIL TOYOTA AVANZA 1.3 G (1300 cc) ENGINE TIPE K3-VE DENGAN KAPASITAS 40 LITER/JAM

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

MODUL III KEHILANGAN TINGGI TEKAN

PERANCANGAN SALURAN IRIGASI PADA EMBUNG KALEN DESA HARGOSARI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Menghitung Pressure Drop

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KINERJA POMPA REKONDISI TIPE VERTIKAL API 610 OH-4 MODEL 3900L DI PT.Y DENGAN CAE

ANALISIS JARINGAN PIPA DENGAN BANTUAN PROGRAM EPANET

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Journal of Mechanical Engineering Learning

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN PT.PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN DENGAN KAJIAN PEMBANDING EPANET

PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA

Kehilangan tenaga sekunder dalam pipa terjadi karena adanya perubahan penampang pipa, sambungan, belokan dan katup. Pada pipa panjang, kehilangan

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMENUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KENDAL

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

ANALISIS INSTALASI POMPA PEMADAM KEBAKARAN PADA KOMPLEKS TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK MERAUKE

Transkripsi:

Laporan Penelitian Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2010

KATA PENGANTAR Pertama sekali dipanjatan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan anugerahnya sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Peneliti menyadari bahwa dengan segala keterbatasannya laporan penelitian ini masih kurang dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan penelitian ini. Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini tanpa bantuan dari berbagai pihak, penelitian dan laporan penelitian ini tidak akan selesai sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Prof.Dr.Ir. Hasan Sitorus sebagai Ketua Lembaga Penelitian UHN. 2. Bapak Ir. Humisar Sibarani, MS.Met sebagai Dekan FT UHN. 4. Kepala Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika sebagai tempat pelaksanaan penelitian. 5. Serta pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi yang membacanya. Medan, Februari 2010 Peneliti i

ABSTRAK Kehilangan energi merupakan faktor yang mempengaruhi kapasitas pipa sebagai sarana penghantar aliran baik air maupun minyak. Kehilangan energi menyebabkan terjadinya pengurangan debit aliran. Kehilangan energi disebabkan beberapa faktor diantaranya kekasaran dinding pipa. Kekasaran dinding pipa berkaitan dengan material pipa yang biasanya terdiri dari PVC, baja/besi, kaca, kayu dan lain sebagainya. Pemilihan material ini dipengaruhi oleh kondisi lapangan dalam arti, jika pemakaian pipa pada daerah/permukaan tanah akan menggunakan pipa dari baja/besi, sedangkan jika pipa didalam tanah digunakan PVC hal ini berkaitan dengan faktor keamanannya. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa besar kehilangan energi yang terjadi pada berbagai meterial pipa dimaksud. Untuk mengetahui kehilangan energi yang terjadi, dilakukan pengujian dilaboratorium, pada penelitian ini pengujian dilakukan dilaboratorium Universitas HKBP nommensen dengan komposisi diameter yang berbeda dan material pipa yaitu baja dan PVC. Dari hasil pengujian dilaboratorium diperoleh bahwa kehilangan energi akan berbeda apabila diameter yang digunakan berbeda, dengan perkataan lain kehilangan energi dipengaruhi oleh diameter dan material pipa. ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 2 1.3. Tujuan Penelitian... 2 1.4. Kontribusi Manfaat Penelitian... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1. Pengertian Pipa... 3 2.2. Kehilangan energi pada sistem perpipaan... 3 2.2.1. Kehilangan energi primer (Mayor Losses)... 3 2.2.2. Kehilangan energi sekunder (Minor Losses)... 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 9 4.1. Hasil penelitian... 9 4.1.1. Pipa Baja... 9 4.1.2. Pipa PVC... 9 4.2. Kecepatan aliran... 10 4.3. Kehilangan Energi... 11 4.4. Pembahasan... 12 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 14 5.1. Kesimpulan... 14 5.2. Saran... 14 DAFTAR PUSTAKA... 15 iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum saluran dibagi 2 (dua), saluran terbuka dan saluran tertutup (Gambar1.). Saluran tertutup/pipa merupakan saluran yang digunakan untuk mengalirkan airdari satu tempat ke tempat lainnya (misalnya jaringan pipa air minum). Hal ini dilakukan agar terhindar dari kemungkinan tercemar (jika menggunakan saluran terbuka kemungkinan tercemar lebih besar. a. Saluran Terbuka a. Saluran Tertutup Gambar 1. Bentuk Saluran Aliran pada saluran tertutup adalah aliran bertekanan (aliran terjadi karena perbedaan tekanan/energi pada titik awal dan titik akhir), kehilangan tekanan/energi (kerugian) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : ukuran pipa, kekasaran permukaan pipa (jenis pipa), kecepatan aliran, nilai kekentalan, danpercepatan gravitasi. Koefisien kekasaran permukaan pipa dan jenis pipa merupakan faktor yang dominan/utama penyebab kehilangan energi. Kehilangan energi pada saluran tertutup/pipa (Gambar 2) diakibatkan oleh adanya gesekan air dengan dinding pipa lurus (kehilangan energi primer) dan diakibatkan perubahan arah aliran yang diakibatkan oleh belokan dan perubahan penampang pipa (kehilangan energi sekunder). Pada jaringan perpipaan (pipa air minum) kehilangan energi primer lebih besar dibandingkan dengan kehilangan energi sekunder (± 10 % dari kehilangan primer). a. Kehilangan energi primer b. Kehilangan energi sekunder Gambar 2. Bentuk-bentuk penyebab kehilangan energi 1

1.2. Perumusan Masalah Kehilangan energi pada saluran tertutup/pipa disebabkan gesekan fluida/air dengan dinding pipa disebut kehilangan energi primer (Mayor Losses) dan perubahan penampang pipa, perubahan arah aliran pada pipa dan belokan pipa disebut kehiangan energi sekunder (Minor Losses). Kekasaran pipa merupakan faktor penyebab besar/kecilnya gesekan fluida/air dengan dinding pipa. Kekasaran pipa yang terbuat dari pipa baja dan pipa pvc mempunyai perbedaan, yang akan menyebabkan kehilangan energi (Head Losses) yang berbeda. Kehilangan energi dapat diketahui dengan persamaan empiris dan dengan percobaan di laboratorium. 1.3. Tujuan Penelitian Kehilangan energi pada pipa dapat diketahui dengan persamaan empiris dan percobaan laboratorium. Persamaan empiris yakni persamaan Darcy-Weisbach dan Hansen-Williams, dapat digunakan apabila diketahui koefisien kekasaran pipanya. Koefisien kekasaran merupakan fungsi dari beberapa variabel, sehingga koefisien ini sulit diketahui secara pasti. Oleh karena itu untuk mengetahui kehilangan energi dilakukan dengan percobaan kehilangan energi (head losses), dan pada penelitian ini digunakan pipa baja dan pipa pvc, sehingga akan diperoleh perbedaan koefisien kekasarannya. 1.4. Kontribusi/Manfaat Penelitian Untuk mendapatkan pipa yang baik diperlukan koefisien kekasaran yang memberikan kehilangan energi yang minimum. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) Sebagai dasar pemilihan dan penggunaan jenis pipa yang baik, (2) Sebagai bahan referensi dalam perkuliahan bagi mahasiswa program studi teknik sipil, (3) Untuk memperoleh spesifikasi pipa yang baik. Penelitian ini juga memberikan kesempatan dalam hal pengembangan laboratorium. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pipa Pipa digunakan sebagai saluran untuk mengalirkan air, gas, minyak dan cairan-cairan lain. Pipa yang dimaksud dalam hal ini terdiri dari pipa itu sendiri dan juga termasuk fitting, katup dan komponen-komponen lainnya yang merupakan sistem perpipaan. Komponen-komponen pipa adalah : Pipa, flens (flanges), katup (valves), alat penyambung (fittings), dan lain sebagainya. 2.2. Kehilangan energi pada sistem perpipaan Kehilangan energi yang terjadi pada perpipaan disebabkan oleh : - akibat gesekan pipa dengan fluida/air (kehilangan energi primer) - akibat perubahan penampang pipa, belokan dan perubahan arah aliran pada pipa (kehilangan energi sekunder) 2.2.1. Kehilangan energi primer (Mayor Losses) Kehilangan energi primer, yang disebabkan oleh gesekan sekeliling pipa dan sepanjang pipa. Secara teoritis kehilangan energi primer dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan yang menurut White (1986), adalah persamaan yang disebut dengan Persamaan Darcy-Weisbach (persamaan 1.) yaitu : h f 2 L V = f D 2g (m)...(1.) dimana : f = faktor gesekan (Darcy friction factor), nilainya dapat diperoleh dari diagram Moody maupun secara persamaan empiris. L = panjang pipa (m) d = diameter pipa (m) V = kecepatan aliran (m/dtk) g = percepatan gravitasi Untuk menentukan koefisien gesekan (f), Balsius memberikan persamaan koefisein gesek untuk pipa halus pada batasan angka bilangan Reynolds tertentu. Prandtl 3

mengusulkan suatu rumus semi empiris yang dapat digunakan secara menyeluruh (berbagai angka Reynolds). Koefisien gesek juga dipengaruhi oleh jenis aliran, untuk aliran laimner (bilangan Reynolds kecil), f 64 =...(2.) R e Berdasarkan penelitian yang dilakukan Blasius, mengemukakan koefisien gesekan f untuk pipa halus dalam bentuk, 0.316 f =...(3.) 0.25 R e Rumus ini berlaku untuk 4.000 < R e < 10 5 Untuk pipa kasar nilai f tidak hanya tergantung pada angka Reynolds, tetapi juga pada dinding pipa yaitu kekasaran relative k/d, atau : f = φ( R, k / D)...(4.) e Nikuradse melakukan percobaan tentang pengaruh kekasaran pipa. Percobaan tersebut meliputi daerah aliran laminar dan turbulent sampai pada angka Reynolds R e = 10 6, dan untuk nilai k/d yang bervariasi antara 0.0333 sampai 0.0009. hasil percobaan merupakan hubungan antara f, R e dan k/d. Untuk menetukan nilai koefisien gesek (f) untuk alian melalui pipa hidraulis licin (persamaan 5.) dan untuk aliran pipa kasar (persamaan 6.). 1 Re f = 2log...(5.) f 2.51 1 3.7D = 2log...(6.) f k Untuk aliran didaerah transisi, Colebrook mengusulkan persamaan 7., yang merupakan gabungan dari persamaan 5 dan persamaan 6, 1 f Dimana nilai k, seperti pada tabel 1. k 2.51 = 2log +...(7.) 3.7D R f e 4

Tabel 1. : Nilai k untuk berbagai jenis pipa Jenis pipa (baru) Nilai k (mm) Kaca 0.0015 Besi dilapis aspal 0.06-0.24 Besi tuang 0.18-0.90 Plester semen 0.27-1.20 Beton 0.30-3.00 Baja 0.03-0.09 Baja dikeling 0.90-9.00 Pasangan batu 6.00 Persamaan Hazen Williams (persamaan 8.) juga dapat digunakan untuk menetukan kehilangan energi yang primer : 1,85 10,666 Q L = (m)...(8.) 4,85 C D h f 1,85 dimana : L = panjang pipa (m) C = koefisien Hazen-Williams D = diameter pipa (m) Q = debit aliran (m³/dtk) 2.2.2. Kehilangan energi sekunder (Minor Losses) Kehilangan energi sekunder adalah kehilangan energi yang disebabkan karena sambungan, belokan, katup, pembesaran / pengecilan penampang, dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (9.) seperti berikut: h 1 = h 0 +h bb + h cc (m)...(9.) a. Kerugian pada bagian pemasukan Untuk menghitung kehilangan energi pada bagian pemasukan digunakan persamaan (10.) : VV h 0 = kk 2 0 (m)...(10.) Dimana kk 0 = Koefisien gesek pada mulut pemasukan. 2gg 5

b. Kerugian karena sambungan Untuk menghitung kerugian Head karena belokan digunakan rumus Fuller ditulis dalam bentuk persamaan (11.), yaitu : h bb = f VV2 (m)...(11.) 2gg Dimana f = koefisien kehilangan karena sambungan, seperti pada persamaan (12.) berikut : f = 0.131 + 1,847 DD 2RR 3,5 θθ 90 0,5...(12.) R = jari jari lengkungan sumbu sambungan. c. Kerugian karena perubahan penampang Untuk menghitung kerugian energi karena perubahan penampang digunakan persamaan (13.) berikut : VV h cc = kk 2 cc (m)...(13.) Dimana kk cc = koefisien perubahan penampang. 2gg d. Kerugian pada belokan Ada dua macam belokan pipa, yaitu lengkung dan patah (mitter atau multipiece bend). Untuk belokan lengkung sering dipakai rumus Fuller (persamaan 14.), dinyatakan sebagai berikut : dimana : kk kkkk R D θθ kk kkkk = 0,131 + 1,847 DD 2RR 3,5 θθ 90 0,5...(14.) = Koefisien kerugian belokan = Jari jari belokan pipa (m) = Diameter pipa (m) = Sudut belokan (derajat) Dan untuk belokan lengkung, dimana koefisien kerugian seperti pada persamaan 15. sebagai berikut : dimana: kk kkkk tth = 0,0175 λλ RR θθ (15.) DD 6

dan λλ = 5 RRRR 0,45 DD 2RR 1400 Re DD 2RR < 5000 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang akan dilakukan adalah dengan melakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Merangkai jaringan pipa yang terdiri dari pipa baja dan pipa pvc seperti pada gambar 3 (percobaan kehilangan energi). 2. Menjalankan aliran air dengan menghidupkan pompa. 3. Melakukan pengukuran tekanan pada T4 dan T5 pada kondisi aliran permanen (pompa beroperasi ± 10 menit), atau pada pipa baja, sehingga diperoleh kehilangan energi (T4 T5). 4. Melakukan pengukuran tekanan pada T8 dan T9 pada kondisi aliran permanen (pompa beroperasi ± 10 menit), atau pada pipa pvc, sehingga diperoleh kehilangan energi (T8 T9). Gambar 3. : Rangkaian percoabaan kehilangan energi (head losses) 5. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari langkah 3 dan 4, maka diperoleh perbedaan koefisien kekasaran pipa baja dan pipa pvc. 6. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari langkah 3 dan 4, dengan menggunakan persamaan 1, diperoleh koefisien Darcy-Weisbach (koefisien kekasaran pipa, f), dan berdasarkan persamaan 8 diperoleh koefisien Hansen-Williams (koefisien C) 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pipa Baja. Dari penelitian rangkaian pipa didapat hasil tekanan pada setiap perubahan bentuk ataupun diameter pipa sebagai berikut, yaitu : Tabel 4.1. : Tekanan pada Pipa Baja ½ inchi. No. Volume (L) Detik (t) P1 P2 P11 P12 P13 P14 1 10 L 66,13 0,58 0,56 0,52 0,50 0,48 0,04 2 10 L 65,66 0,59 0,57 0,52 0,50 0,47 0,05 3 10 L 67,66 0,58 0,56 0,52 0,49 0,48 0,04 Tabel 4.2. : Tekanan pada pipa Baja 1 inchi. No. Volume (L) Detik (t) P3 P4 P5 P6 P11 P12 P13 P14 1 10 68,23 0.48 0.52 0,52 0,50 0,46 0,45 0,44 0,06 2 10 69,17 0,48 0,52 0,51 0,49 0,46 0,45 0,44 0,05 3 10 68,02 0,48 0,52 0,52 0,50 0,47 0,46 0,43 0,04 4.1.2 Pipa PVC Dari penelitian rangkaian pipa didapat hasil tekanan pada setiap perubahan bentuk ataupun diameter pipa sebagai berikut, yaitu : Tabel 4.3. : Tekanan pa pipa PVC ½ inchi. No. Volume (L) Detik (t) P7' P8' P11 P12 P13 P14 1 10 L 62,20 0,50 0,49 0,45 0,43 0,40 0,04 2 10 L 62,18 0,50 0,49 0,45 0,43 0,41 0,05 3 10 L 62,19 0,50 0,50 0,45 0,43 0,40 0,05 9

Tabel 4.4. : Tekanan pada pipa PVC 1 inchi. No. Volume (L) Detik (t) P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 1 10 62,18 0.46 0,49 0,50 0,48 0,45 0,44 0,43 0,04 2 10 61,78 0,46 0,50 0,50 0,49 0,45 0,44 0,43 0,05 3 10 62,43 0,46 0,49 0,49 0,47 0,44 0,43 0,42 0,04 4.2 Kecepatan aliran - Kecepatan aliran pada pipa Baja ½ inchi, dari tabel 4.1. diperoleh bahwa : Kecepatan aliran V = Q/A atau V = (Volume aliran/waktu)/luas penampang basah, Berdasarkan hasil penelitian, Volume aliran = 10 liter, Waktu = (66,13 + 65,66 + 67,66)/3 = 66,48 detik Diameter pipa = ½ inchi = 0,0127 m Maka kecepatan aliran = 1,187 m/dtk. - Kecepatan aliran pada pipa Baja 1 inchi, dari tabel 4.2. diperoleh bahwa : Kecepatan aliran V = Q/A atau V = (Volume aliran/waktu)/luas penampang basah, Berdasarkan hasil penelitian, Volume aliran = 10 liter, Waktu = (68,23 + 69,17 + 68,02)/3 = 68,47 detik Diameter pipa = ½ inchi = 0,0254 m Maka kecepatan aliran = 0,288 m/dtk. - Kecepatan aliran pada pipa PVC ½ inchi, dari tabel 4.3. diperoleh bahwa : Kecepatan aliran V = Q/A atau V = (Volume aliran/waktu)/luas penampang basah, Berdasarkan hasil penelitian, Volume aliran = 10 liter, Waktu = (62,20 + 62,18 + 62,19)/3 = 62,19 detik Diameter pipa = ½ inchi = 0,0127 m Maka kecepatan aliran = 1,269 m/dtk. - Kecepatan aliran pada pipa PVC 1 inchi, dari tabel 4.4. diperoleh bahwa : Kecepatan aliran V = Q/A atau V = (Volume aliran/waktu)/luas penampang basah, 10

Berdasarkan hasil penelitian, Volume aliran Waktu Diameter pipa = ½ inchi Maka kecepatan aliran = 10 liter, = (62,18 + 61,78 + 62,43)/3 = 62,13 detik = 0,0254 m = 0,318 m/dtk. 4.3 Kehilangan Energi Hasil pengukuran kehilangan energi akibat gesekan fluida dengan dinding pipa (mayor losses) adalah sebagai berikut : Pada pipa baja - Kehilangan energi pada pipa ½ inchi adalah 0,2 m - Kehilangan energi pada pipa 1 inchi adalah 0,167 m Pada pipa PVC - Kehilangan energi pada pipa ½ inchi adalah 0,267 m - Kehilangan energi pada pipa 1 inchi adalah 0,1 m Hasil perhitungan kehilangan energi akibat gesekan fluida dengan dinding pipa (mayor losses) adalah sebagai berikut : Pada pipa baja ½ inchi, Diameter pipa = 0,0127 m Panjang pipa = 1,5 m Koefisien gesekan pipa = 0,00256 Maka kehilangan energi berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach, h f = f x (L/D) x (V^2/2g) = 0,00256 x (1,5/0,0127) x (1,187^2/2*9,81) = 0,217 m Pada pipa baja 1 inchi, Diameter pipa = 0,0254 m Panjang pipa = 1,5 m Koefisien gesekan pipa = 0,0256 Maka kehilangan energi berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach, h f = f x (L/D) x (V^2/2g) = 0,0256 x (1,5/0,0254) x (1,288^2/2*9,81) = 0,127 m Hasil perhitungan kehilangan energi akibat gesekan fluida dengan dinding pipa (mayor losses) adalah sebagai berikut : 11

Pada pipa PVC ½ inchi, Diameter pipa = 0,0127 m Panjang pipa = 1,5 m Koefisien gesekan pipa = 0,0256 Maka kehilangan energi berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach, h f = f x (L/D) x (V^2/2g) = 0,0256 x (1,5/0,0127) x (1,187^2/2*9,81) = 0,248 m Pada pipa 1 inchi, Diameter pipa = 0,0254 m Panjang pipa = 1,5 m Koefisien gesekan pipa = 0,0256 Maka kehilangan energi berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach, h f = f x (L/D) x (V^2/2g) = 0,0256 x (1,5/0,0254) x (1,318^2/2*9,81) = 0,134 m 4.4. Pembahasan Kecepatan aliran pada pipa baja dan PVC Kecepatan aliran 3 2.5 PVC baja 2 1.5 1 0.5 Diameter pipa 0 1/2 inchi 1 inchi Grafik 4.1. : Kecepatan aliran pada pipa baja dan PVC Dari Grafik 4.1 diteliti bahwa kecepatan aliran pada pipa baja lebih kecil bila dibandingkan dengan kecepatan aliran pada Pipa PVC. Kehilangan energi (mayor losses) pada pipa baja dan PVC. 12

Kehilangan energi 0.5 Baja PVC 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 1/2 inchi 1 inchi Diameter pipa Grafik 4.2. : Kehilangan energi pada pipa baja dan PVC Dari Grafik 4.2diteliti bahwa kehilangan energi dikarenakan gesekkan antar fluida dan dinding pipa atau disebut dengan mayor losses (hf) pada pipa baja lebih besar dari pada Pipa PVC. 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu: 1. Kecepatan aliran pada diameter yang sama, kecepatan pada Pipa PVC lebih besar dari pada Pipa Baja yaitu : - Diameter pipa½ inchikecepatan aliran pada pipa PVC = 1,269 m/s dan pada pipa Baja = 1,187 m/s. - Diameter 1 inchikecepatan aliran pada pipa PVC = 1,318 m/s dan pada pipa Baja = 1,288 m/s. 2. Kehilangan energi pada diameter yang sama, kehilangan energi pada pipa Baja lebih besar dari pada pipa PVC. 3. Kehilangan energi pada jenis/material pipa yang sama, akan berbeda apabila diameter yang berbeda. 5.2. Saran Pada penelitian ini kehilangan energi belum menunjukkan perbedaan yang signifikan, oleh karena itu pd penelitian yang berikutnya disarankan dengan panjang pipa yang lebih panjang agar perbedaannya lebih besar. 14

DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum, Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan, Buku 1 Umum, Manual Konstruksi dan Bangunan, Direktorat Jendral Bina Marga, 2006 2. Departemen Pekerjaan Umum, Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan, Buku 3 Lapis Pondasi Agregat, Manual Konstruksi dan Bangunan, Direktorat Jendral Bina Marga, 2006 3. Departemen Pekerjaan Umum, Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan, Buku 8 Permasalahan Lapangan, Manual Konstruksi dan Bangunan, Direktorat Jendral Bina Marga, 2006 4. Departemen Pekerjaan Umum, Petunjuk Pelaksanaan Lapisan Atas Aspal Beton (Laston), Direktorat Jendral Bina Marga, 2010 5. http://id.wikipedia.org/wiki/bentonite(10/02/2013) 6. http://achmadinblog.wordpress.com/2010/11/30/bentonit/(10/02/2013) 7. Sukirman Silvia Perkerasan lentur jalan raya, Bandung, Bandung 1992. 42

43