LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BANK INDONESIA TAHUN 2008 BANK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BANK INDONESIA BPK - RI LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN Nomor : Tanggal :

DAFTAR PUSTAKA. Bank Indonesia Laporan Tahunan Jakarta : Bank Indonesia

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. Laporan Auditor Independen..1. Neraca Laporan Surplus Defisit...6. Laporan Perubahan Ekuitas...7. Laporan Arus Kas...

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN 2001

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

BAB IV. Analisis Hasil dan Pembahasan

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

M E T A D A T A INFORMASI DASAR CAKUPAN DATA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Neraca STANDARD CHARTERED BANK WISMA STANDARD CHARTERED,.JL.SUDIRMAN KAV 33 A, Telp.

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah )

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009

DAFTAR ISI. Laporan Posisi Keuangan... Laporan Surplus Defisit... A. Informasi Umum B. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi yang Signifikan...

Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

N E R A C A Per 30 September 2009 Dan 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Pos - Pos

NERACA KONSOLIDASI. Tanggal 30 September 2002 dan ( Dalam jutaan rupiah )

PENGURUS BANK PEMILIK BANK

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM. PT BANK BALI Tbk ( Induk Perusahaan ) Per 31 Maret 2002 dan 2001.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKUNTANSI INVESTASI

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff *) - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

PT Bank Rabobank International Indonesia

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI

GUBERNUR BANK INDONESIA,

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

- 2 - b. kualitas piutang pembiayaan; c. rentabilitas; dan d. likuiditas.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

AKUNTANSI INVESTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 06 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 06 AKUNTANSI INVESTASI

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS. 31 Mar Dec 2012

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS. 31 Dec Dec 2011

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

Catatan 31 Maret Maret 2010

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

Akuntansi Keuangan Koperasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

BAB VIII KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 OKTOBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 OKTOBER 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JULI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JULI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JULI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JULI 2015

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

Transkripsi:

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BANK INDONESIA TAHUN 2008 BANK INDONESIA

DAFTAR ISI Kata Pengantar ---------------------------------------------------------------------------------- Laporan Auditor Independen ----------------------------------------------------------------- iii 1 Neraca ------------------------------------------------------------------------------------------- 3 Laporan Surplus Defisit ----------------------------------------------------------------------- 5 Laporan Perubahan Ekuitas dan Rasio Modal --------------------------------------------- 6 Laporan Arus Kas ------------------------------------------------------------------------------ 7 Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan A. Umum ----------------------------------------------------------------------------------- B. Kebijakan Akuntansi yang Signifikan --------------------------------------------- 9 10 C. Penjelasan Pos-Pos Neraca, Laporan Surplus Defisit dan Laporan Perubahan Ekuitas dan Rasio Modal ------------------------------------------------------------- D. Penjelasan Lainnya ------------------------------------------------------------------- 16 43 Lampiran Lampiran 1 : Struktur Organisasi Lampiran 2 : Daftar Singkatan ---------------------------------------------------------------

DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA Per Tanggal 31 Desember 2008 Duduk dari kiri ke kanan: Boediono, Gubernur Miranda S. Goeltom, Deputi Gubernur Senior Berdiri dari kiri ke kanan: Ardhayadi Mitroatmodjo, Deputi Gubernur S. Budi Rochadi, Deputi Gubernur Muliaman D. Hadad, Deputi Gubernur Siti Ch. Fadjrijah, Deputi Gubernur Budi Mulya, Deputi Gubernur Hartadi A. Sarwono, Deputi Gubernur

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersama ini kami sampaikan Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008 yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Laporan Keuangan ini terdiri dari Neraca per 31 Desember 2008, Laporan Surplus Defisit, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas, masing-masing untuk periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2008, berikut Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008 ini memperoleh Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK-RI. Perolehan pendapat tersebut secara berturut-turut dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir ini merupakan sebuah pencapaian yang membesarkan hati dan mencerminkan komitmen Bank Indonesia untuk senantiasa transparan dan akuntabel, dalam kerangka perwujudan tata kelola yang baik (good governance). Pada gilirannya, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan para stakeholders, sehingga Bank Indonesia dapat melaksanakan tugas di masa yang akan datang dengan lebih baik. Sesuai hasil pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008, rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia adalah sebesar 10,38%. Sementara itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Surplus Bank Indonesia dibagi sebesar 30% untuk Cadangan Tujuan (selama penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia belum berakhir Cadangan Tujuan ditetapkan sebesar 10%) dan sisanya dipupuk sebagai Cadangan Umum sehingga jumlah modal dan Cadangan Umum menjadi 10% dari kewajiban moneter. Dengan demikian, terdapat kelebihan surplus yang menjadi bagian Pemerintah sebesar 0,38% dari kewajiban moneter Bank Indonesia atau sebesar Rp2.646 miliar. Berdasarkan Kesepakatan Bersama antara Pemerintah dan Bank Indonesia tanggal 27 November 2006, sisa surplus tersebut akan digunakan untuk mengangsur pokok Obligasi Negara No.SRBI-01/MK/2003. Dengan angsuran tersebut, hingga saat ini telah dilakukan tiga kali angsuran pokok Obligasi Negara No.SRBI-01/MK/2003 melalui cara pelunasan yang bersumber dari surplus Bank Indonesia. Pada kesempatan ini, perkenankan pula Dewan Gubernur Bank Indonesia menyampaikan terima kasih kepada BPK-RI atas saran dan masukannya bagi perbaikan pelaksanaan tugas yang terus iii

menerus di Bank Indonesia. Selanjutnya, terima kasih dan penghargaan juga kami sampaikan kepada para pimpinan Satuan Kerja dan seluruh jajaran Bank Indonesia, yang telah menunjukkan kesungguhan, komitmen, dan kerjasama yang baik dalam melaksanakan tugas masing-masing serta dalam menindaklanjuti setiap saran dan masukan dari BPK-RI, sehingga Bank Indonesia dapat mempertahankan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Disamping dalam bentuk buku Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008, laporan keuangan ini dipublikasikan pula melalui situs resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id), dan sebagai bagian dari buku Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008. Akhir kata, semoga laporan keuangan ini dapat menjadi referensi yang dapat memberi manfaat dan nilai tambah bagi masyarakat. Jakarta, Mei 2009 DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA Ardhayadi M. iv

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 05/01/LHP/XV/04/2009 LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Kami telah mengaudit Neraca Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007, serta Laporan Surplus Defisit, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab Manajemen Bank Indonesia. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami juga telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern Bank Indonesia. Struktur pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan adalah tanggung jawab Manajemen Bank Indonesia. Laporan atas hasil pengujian ini dilaporkan dalam laporan-laporan terpisah dari laporan auditor independen atas Laporan Keuangan Bank Indonesia. Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang memberlakukan Standar Profesional Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Bank Indonesia per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan kebijakan akuntansi khusus atas transaksi yang umumnya dilakukan Bank Sentral seperti dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan butir B. 1

Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan butir C.9, Bank Indonesia mencatat tagihan kepada Pemerintah dalam bentuk Obligasi Negara Seri SRBI-01/MK/2003 senilai Rp129,34 triliun. Dalam salah satu persyaratan obligasi tersebut dinyatakan bahwa pelunasan obligasi bersumber dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah dan dilakukan apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia telah mencapai di atas 10% (sepuluh persen). Cara pelunasan seperti itu dapat menimbulkan adanya ketidakjelasan mengenai saat dan jumlah pelunasan obligasi tersebut oleh Pemerintah di masa mendatang. Hasil pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern kami sampaikan dalam laporan terpisah Nomor 05/02/LHP/XV/04/2009 dan Nomor 05/03/LHP/XV/04/2009 yang bertanggal sama, 15 April 2009. Jakarta, 15 April 2009 2

BANK INDONESIA NERACA Per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) AKTIVA Catatan 1. Emas B.6, C.1 22.230.636 18.492.363 2. Uang Asing B.4, B.7, C.2 11.055 8.844 3. Hak Tarik Khusus B.4, B.8, C.3 373.952 93.582 4. Giro B.4, B.9, C.4 34.263.410 24.767.545 5. Deposito B.4, B.10, C.5 7.078.295 42.730.046 6. Surat Berharga B.4, B.11, C.6 499.632.381 592.984.296 7. Surat Utang Negara Republik Indonesia B.12, C.7 19.558.846 15.849.567 8. Surat Berharga Repo B.13, C.8 2.885.392 239.466 9. Tagihan 284.512.763 286.986.045 9.1 Kepada Pemerintah B.4, B.14, C.9 263.735.827 264.174.935 9.2 Kepada Bank B.15, C.10 11.978.714 12.318.440 9.3 Kepada Lainnya B.4, B.16, C.11 8.798.222 10.492.670 10. Penyertaan B.17, C.12 932.753 894.711 11. Aktiva Lain-lain B.18, B.19, C.13 9.194.090 7.690.761 12. Penyisihan Aktiva B.20, C.14 (16.474.382) (17.710.243) JUMLAH AKTIVA 864.199.191 973.026.983 Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan. 3

BANK INDONESIA NERACA Per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) KEWAJIBAN DAN EKUITAS Catatan A. KEWAJIBAN 1. Uang dalam Peredaran B.21, C.15 264.399.922 220.794.779 2. Giro 185.447.235 192.066.106 2.1 Pemerintah B.4, B.22, C.16 97.228.550 21.918.360 2.2 Bank B.4, B.22, C.17 85.197.077 168.612.400 2.3 Lainnya B.4, B.22, C.18 3.021.608 1.535.346 3. Sertifikat Bank Indonesia B.23, C.19 175.342.804 244.570.156 4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah B.24, C.20 2.824.300 2.598.500 5. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia B.25, C.21 75.673.367 48.925.248 6. Surat Berharga Reverse Repo B.26 0 0 7. Pinjaman dari Pemerintah B.4, B.27, C.22 206.023 223.614 8. Pinjaman Luar Negeri B.4, B.28, C.23 7.479.880 6.798.280 9. Kewajiban Lain-lain B.19, C.24 2.980.279 145.420.665 JUMLAH KEWAJIBAN 714.353.810 861.397.348 B. EKUITAS 1. Modal C.25 7.610.885 7.610.885 2. Cadangan Umum C.26 49.663.865 50.767.097 3. Cadangan Tujuan C.26 13.364.549 13.683.337 4. Keuntungan Atau Kerugian Yang Belum Direalisasi B.29, C.27 61.957.127 40.990.336 5. Surplus (Defisit) Tahun Berjalan 17.248.955 (1.422.020) JUMLAH EKUITAS 149.845.381 111.629.635 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 864.199.191 973.026.983 Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan. 4

BANK INDONESIA LAPORAN SURPLUS (DEFISIT) Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2008 dan 1 Januari s.d. 31 Desember 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) Catatan 1 Januari 31 Desember 2008 1 Januari 31 Desember 2007 PENERIMAAN 1. Pengelolaan Moneter 44.731.394 28.387.328 1.1 Pengelolaan Devisa C.28 40.203.455 24.213.515 1.2 Kegiatan Pasar Uang 249.644 78.047 1.3 Pemberian Kredit dan Pembiayaan C.29 4.278.295 4.095.766 2. Pengelolaan Sistem Pembayaran C.30 168.974 153.123 3. Pengawasan Perbankan 180.546 145.864 4. Lainnya C.31 250.236 350.158 JUMLAH PENERIMAAN 45.331.150 29.036.473 BEBAN 1. Pengendalian Moneter 21.272.917 25.032.584 1.1 Operasi Pasar Terbuka C.32 20.837.295 24.463.229 1.2 Pengelolaan Devisa C.33 36.313 25. 624 1.3 Pinjaman Luar Negeri C.34 260.808 368.070 1.4 Lainnya 138.501 175.661 2. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran C.35 1.650.612 1.646.299 2.1 Sistem Pembayaran Tunai 1.585.365 1.568.871 2.2 Sistem Pembayaran Non Tunai 65.247 77.428 3. Pengaturan dan Pengawasan Perbankan 158.202 153.288 4. Umum dan Lainnya C.36 5.000.464 3.626.322 4.1 SDM dan Logistik 4.105.046 3.541.579 4.2 Lainnya 895.418 84.743 JUMLAH BEBAN 28.082.195 30.458.493 SURPLUS (DEFISIT) 17.248.955 (1.422.020) Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan. 5

BANK INDONESIA LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS DAN RASIO MODAL Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) I. EKUITAS 31 Desember 2007 Penambahan Pengurangan 31 Desember 2008 1. Modal 7.610.885 0 0 7.610.885 2. Cadangan Umum 50.767.097 318.788 1.422.020 49.663.865 3. Cadangan Tujuan 13.683.337 0 318.788 13.364.549 4. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi 40.990.336 20.966.791 0 61.957.127 5. Surplus (Defisit) Tahun Berjalan (1.422.020) 17.248.955 (1.422.020) 17.248.955 Jumlah 111.629.635 38.534.534 318.788 149.845.381 II. KEWAJIBAN MONETER 701.524.534 III.RASIO MODAL SEBELUM DIKURANGI SISA SURPLUS YANG MENJADI BAGIAN PEMERINTAH (Catatan C.37) 10,38% IV. SISA SURPLUS YANG MENJADI BAGIAN PEMERINTAH 2.646.356 V. RASIO MODAL SETELAH DIKURANGI SISA SURPLUS YANG MENJADI BAGIAN PEMERINTAH 10,00% Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan. 6

BANK INDONESIA LAPORAN ARUS KAS Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) 1 Januari - 31 Desember 2008 1. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 1.1 Surplus 17.248.955 1.2 Kenaikan Emas (3.738.273) 1.3 Kenaikan Uang Asing (2.211) 1.4 Kenaikan Hak Tarik Khusus (280.370) 1.5 Kenaikan Giro (9.495.865) 1.6 Penurunan Deposito 35.651.751 1.7 Penurunan Surat Berharga 93.351.915 1.8 Kenaikan Surat Utang Negara Republik Indonesia (3.709.279) 1.9 Kenaikan Surat Berharga Repo (2.645.926) 1.10 Penurunan Tagihan: 2.473.282 1.10.1 Penurunan Tagihan kepada Pemerintah 439.108 1.10.2 Penurunan Tagihan kepada Bank 339.726 1.10.3 Penurunan Tagihan kepada Lainnya 1.694.448 1.11 Kenaikan Aktiva lain-lain (1.480.779) 1.12 Penyesuaian-penyesuaian: (1.046.339) 1.12.1 Penyusutan Aktiva Tetap 197.725 1.12.2 Penyisihan Aktiva (1.235.861) 1.12.3 Amortisasi Aktiva Tidak Berwujud (8.203) 1.13 Kenaikan Uang dalam Peredaran 43.605.143 1.14 Penurunan Giro: (6.618.871) 1.14.1 Kenaikan Giro Pemerintah 75.310.190 1.14.2 Penurunan Giro Bank (83.415.323) 1.14.3 Kenaikan Giro Lainnya 1.486.262 1.15 Penurunan Sertifikat Bank Indonesia (69.227.352) 1.16 Kenaikan Sertifikat Bank Indonesia Syariah 225.800 1.17 Kenaikan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia 26.748.119 1.18 Kenaikan (Penurunan) Surat Berharga Reverse Repo 0 1.19 Penurunan Kewajiban Lain-lain (142.440.386) Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (21.380.686) Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan. 7

BANK INDONESIA LAPORAN ARUS KAS Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) 1 Januari - 31 Desember 2008 2. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 2.1 Penambahan Penyertaan (38.042) 2.2 Penambahan Aktiva Tetap (228.610) 2.3 Pengurangan (Penambahan) Aktiva Sewa Guna Usaha 0 2.4 Pengurangan Aktiva Tidak Berwujud 16.538 Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (250.114) 3. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN 3.1 Tambahan Modal dari Pemerintah 0 3.2 Penurunan Pinjaman dari Pemerintah (17.591) 3.3 Kenaikan Pinjaman Luar Negeri 681.600 3.4 Pengurangan Modal 0 3.5 Pengurangan Cadangan Umum (1.103.232) 3.6 Pengurangan Cadangan Tujuan (318.788) 3.7 Penambahan Keuntungan atau Kerugian yang Belum Direalisasi 20.966.791 3.8 Pembagian Defisit Tahun Lalu 1.422.020 Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan 21.630.800 4. KENAIKAN/PENURUNAN BERSIH ARUS KAS/SETARA KAS 0 Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan. 8

A. UMUM Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004. Sesuai Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut: (i) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; (ii) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan (iii) Mengatur dan mengawasi bank. Sehubungan dengan tugas tersebut, semua kegiatan Bank Indonesia dilakukan tidak atas dasar pertimbangan komersial, melainkan lebih diarahkan pada pengendalian nilai Rupiah, serta pemeliharaan sistem pembayaran dan perbankan nasional. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang terdiri dari seorang Gubernur dan seorang Deputi Gubernur Senior, serta sekurang-kurangnya 4 (empat) orang atau sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur. Adapun susunan Dewan Gubernur pada tanggal 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut: Gubernur : Boediono Deputi Gubernur Senior : Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur : Hartadi A. Sarwono Siti Ch. Fadjrijah S. Budi Rochadi Muliaman D. Hadad Budi Mulya Ardhayadi Mitroatmodjo Dalam kurun waktu 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2008, Gubernur Bank Indonesia Sdr. Burhanuddin Abdullah diberhentikan dengan hormat mengingat masa jabatan yang bersangkutan telah berakhir. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 34/P Tahun 2008 tanggal 15 Mei 2008, Sdr. Boediono diangkat menjadi Gubernur Bank Indonesia. Bank Indonesia berkantor pusat di Jalan M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta, memiliki 41 (empat puluh satu) Kantor Bank Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia dan 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di luar negeri dengan jumlah pegawai sebanyak 6.091 orang. 9

B. KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN Penyajian Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia per 31 Desember 2008 ini mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/82/INTERN tanggal 26 Desember 2006 tentang Laporan Keuangan Bank Indonesia. Kebijakan Akuntansi yang dianut Bank Indonesia diatur dalam Pedoman Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (PAKBI). PAKBI tersebut disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan (SAK), International Accounting Standard (IAS), Peraturan Intern Bank Indonesia, dan praktik-praktik yang lazim dilakukan oleh bank sentral negara lain, serta kesepakatan-kesepakatan antara Bank Indonesia dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. Agar senantiasa sejalan dengan perkembangan SAK dan IAS, PAKBI selalu disempurnakan, terakhir dengan Surat Edaran Nomor 8/50/INTERN tanggal 28 September 2006 tentang Pedoman Akuntansi Keuangan Bank Indonesia. Kebijakan akuntansi yang signifikan yang diterapkan oleh Bank Indonesia secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan untuk periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut: 1. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia disajikan dalam jutaan Rupiah, disusun atas dasar akrual dengan konsep nilai historis, kecuali untuk beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan masing-masing akun tersebut. 2. Taksiran Manajemen Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen membuat taksiran dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aktiva dan kewajiban, pengungkapan aktiva dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode pelaporan. Hasil aktual dapat berbeda dari taksiran-taksiran tersebut. 3. Pengakuan Pendapatan Bunga Pendapatan bunga dari penanaman dana Bank Indonesia diakui secara akrual. Akrualisasi pendapatan bunga dihentikan dan bunga yang telah diakui sebelumnya namun belum tertagih, dibatalkan pada saat penanaman dana yang bersangkutan digolongkan sebagai nonperforming. 4. Transaksi dalam Valuta Asing Transaksi valuta asing dibukukan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs pada saat transaksi. Guna penyusunan Laporan Keuangan, aktiva dan pasiva dalam valuta asing dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca yang berlaku pada tanggal yang bersangkutan. Selisih penjabaran tersebut dicatat dalam rekening Cadangan Selisih Kurs dan disajikan di neraca pada pos Keuntungan atau Kerugian Yang Belum Direalisasi dalam kelompok Ekuitas sampai dengan valuta asing yang bersangkutan berkurang. Bank Indonesia menggunakan metode Net Currency Position (NCP) dalam menatausahakan dan mencatat valuta asing. Dalam metode tersebut, hasil revaluasi aktiva dan pasiva valuta asing dihitung dari perkalian antara posisi netto valuta asing dengan selisih antara kurs neraca dengan harga pokok rata-rata valuta asing. 10

Kurs neraca Bank Indonesia untuk valuta asing utama pada tanggal 31 Desember 2008 adalah Rp10.950,00/USD, Rp15.432,40/EUR, Rp15.802,51/GBP, Rp16.948,52/SDR, dan Rp12.122,90/JPY100,00. 5. Pengertian Hubungan Istimewa dan Kebijakan Akuntansinya Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Bank Indonesia adalah: a. Lembaga/Badan Usaha yang dikendalikan atau berada di bawah pengendalian Bank Indonesia. Dalam pengertian ini antara lain meliputi badan usaha di mana Bank Indonesia memiliki penyertaan atas sahamnya dengan proporsi kepemilikan lebih dari 20%. b. Karyawan Bank Indonesia dan Badan/Yayasan/Perusahaan yang mewakili kepentingan karyawan Bank Indonesia. Dalam pengertian ini antara lain Dana Pensiun Bank Indonesia (DAPENBI) dan Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKKBI). c. Badan/Lembaga/Yayasan yang didirikan untuk menunjang pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Dalam pengertian ini antara lain Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI). Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat harga, persyaratan, dan kondisi yang sama dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, diungkapkan dalam laporan keuangan. 6. Emas Emas terdiri dari emas batangan, deposito berjangka emas, dan surat-surat berharga emas yang dinilai secara periodik berdasarkan harga pasar. Selisih karena perubahan harga pasar emas dicatat dalam rekening Cadangan Revaluasi Emas pada pos Keuntungan Atau Kerugian Yang Belum Direalisasi pada kelompok Ekuitas. 7. Uang Asing Uang asing disajikan di neraca sebesar nilai nominal. 8. Hak Tarik Khusus (Special Drawing Rights) Hak Tarik Khusus adalah simpanan wajib pada International Monetary Fund (IMF) dalam valuta SDR (Special Drawing Rights). Hak Tarik Khusus disajikan di neraca sebesar nilai nominal ditambah hasil akrualisasi bunga (interest on holding and remuneration) yang masih harus diterima. 9. Giro Giro Bank Indonesia dalam valuta asing pada bank sentral negara lain atau pada bank di luar negeri disajikan di neraca sebesar nilai nominal. 10. Deposito Deposito Bank Indonesia dalam valuta asing pada bank di luar negeri disajikan di neraca sebesar nilai nominal ditambah akrualisasi bunga yang masih harus diterima. 11

11. Surat Berharga Surat-Surat Berharga (SSB) dalam Rupiah dan dalam valuta asing yang dimiliki oleh Bank Indonesia dikelompokkan berdasarkan tujuan pemilikan, yaitu Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Held to Maturity - HTM) yang disajikan berdasarkan harga perolehan setelah amortisasi premi/diskonto, Diperdagangkan (Trading) dan Tersedia Untuk Dijual (Available for Sale - AFS) yang disajikan berdasarkan harga pasar. Selisih karena perubahan harga pasar atas SSB Tersedia Untuk Dijual dicatat dalam Rekening Cadangan Revaluasi SSB pada pos Keuntungan Atau Kerugian Yang Belum Direalisasi pada kelompok Ekuitas, sedangkan selisih karena perubahan harga pasar atas SSB Diperdagangkan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan. Bunga SSB yang masih harus diterima disajikan sebagai bagian dari pos Surat Berharga. 12. Surat Utang Negara Republik Indonesia Surat Utang Negara terdiri dari: a. Surat Perbendaharaan Negara (SPN) Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara dengan jangka waktu sampai dengan satu tahun. b. Obligasi Negara (ON) Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. SPN dan ON Tersedia Untuk Dijual yang dimiliki oleh Bank Indonesia disajikan berdasarkan harga pasar. Selisih karena perubahan harga pasar atas SPN dan ON Tersedia Untuk Dijual dicatat dalam Rekening Cadangan Revaluasi SSB pada pos Keuntungan Atau Kerugian Yang Belum Direalisasi pada kelompok Ekuitas. Bunga SPN dan ON yang masih harus diterima disajikan sebagai bagian dari pos Surat Utang Negara Republik Indonesia. 13. Surat Berharga Repo Surat Berharga Repo terdiri dari surat berharga milik bank yang dijual secara bersyarat kepada Bank Indonesia, dengan kewajiban pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Surat Berharga Repo disajikan sebesar harga penjualan oleh bank. Selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian kembali oleh bank diakui sebagai penerimaan bunga. 14. Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan kepada Pemerintah terdiri dari Surat Utang Pemerintah, Obligasi Negara, dan tagihan lainnya kepada Pemerintah. a. Surat Utang Pemerintah 1) Surat Utang Pemerintah adalah surat pengakuan utang jangka panjang Pemerintah kepada Bank Indonesia, yang tidak dapat dipindahtangankan dan/atau diperjualbelikan kepada pihak lain dan pembayaran pokok beserta bunganya sesuai jangka waktu yang telah diperjanjikan. 2) Surat Utang Pemerintah disajikan sebesar nilai surat utang yang belum dilunasi. 12

b. Obligasi Negara Obligasi Negara yang termasuk dalam pos ini adalah Surat Utang Negara dengan jangka waktu lebih dari satu tahun yang tidak dapat diperjualbelikan dan disajikan sebesar nilai nominal yang masih outstanding. c. Tagihan Lainnya kepada Pemerintah Tagihan Lainnya kepada Pemerintah, termasuk bunga atas tagihan kepada Pemerintah, disajikan di neraca sebesar jumlah tagihan yang belum dilunasi oleh Pemerintah. 15. Tagihan Kepada Bank Tagihan kepada Bank disajikan di neraca sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh bank ditambah bunga yang masih harus diterima. 16. Tagihan Kepada Lainnya Tagihan kepada Lainnya antara lain terdiri dari tagihan lainnya kepada Bank Beku Operasi/Bank Beku Kegiatan Usaha (BBO/BBKU), pemberian kredit channeling, serta sisa kredit program, yang disajikan di neraca sebesar jumlah bruto yang belum dilunasi nasabah. 17. Penyertaan Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004, Bank Indonesia dapat melakukan penyertaan modal pada badan hukum atau badan lainnya yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Penyertaan dengan kepemilikan saham kurang dari 20% disajikan sebesar harga perolehan (cost), sedangkan penyertaan dengan kepemilikan saham sebesar 20% ke atas disajikan sebesar harga perolehan ditambah bagian laba atau rugi dari perusahaan anak setelah penyertaan tersebut dilakukan. Penyertaan yang dilakukan sebelum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004, harus didivestasi selambat-lambatnya Januari tahun 2009, sehingga penyertaan dengan kepemilikan saham sebesar 20% ke atas disajikan sebesar harga perolehan dan tidak dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan Bank Indonesia. Apabila terdapat penurunan nilai secara permanen, maka nilai tercatat penyertaan harus disesuaikan sebesar nilai penurunan permanen tersebut. 18. Aktiva Tetap Aktiva Tetap disajikan di Neraca pada pos Aktiva Lain-lain sebesar nilai perolehan aktiva tetap dikurangi akumulasi penyusutan. Aktiva Tetap disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat aktiva yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus. Bank Indonesia telah melakukan penyesuaian kembali atas nilai aktiva tetap pada tahun 2000. Aktiva tetap yang telah disesuaikan kembali tersebut disajikan sebesar nilai revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai perolehan aktiva tetap disajikan di Neraca pada pos Modal dalam kelompok Ekuitas. 13

19. Imbalan Kerja Bank Indonesia membentuk cadangan atas imbalan kerja jangka panjang dan pasca kerja dari pegawai yang telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan. Bank Indonesia memiliki program pensiun manfaat pasti yang didanai melalui pembayaran kepada DAPENBI dan program Bantuan Pemilikan Rumah (Baperum) serta Bantuan Kesehatan Pensiunan (BKP) yang didanai melalui pembayaran kepada YKKBI. Jumlah biaya dan kewajiban imbalan kerja tersebut ditentukan oleh perhitungan aktuaris independen, yang dilakukan secara berkala. Biaya dan kewajiban imbalan kerja ditentukan secara terpisah untuk masing-masing program dengan menggunakan metode penilaian aktuaris projected unit credit. 20. Penyisihan Aktiva Bank Indonesia membentuk penyisihan aktiva secara gabungan atas tagihan, penanaman dana, dan aktiva lainnya baik dalam Rupiah maupun valuta asing, sehingga aktiva tersebut disajikan secara wajar. Penetapan persentase penyisihan aktiva dilakukan berdasarkan tingkat risiko yang melekat pada masing-masing aktiva tersebut yang tercermin antara lain dari rating penanaman dana, kondisi keuangan peminjam, kelancaran pembayaran pada masa lampau, peringkat komposit bank, hubungan, dan kesepakatan antara Bank Indonesia dengan peminjam dan faktorfaktor relevan lainnya. 21. Uang dalam Peredaran Uang dalam Peredaran disajikan sebagai komponen kewajiban sebesar nilai nominal jumlah uang kertas dan uang logam yang telah dinyatakan sebagai alat pembayaran yang sah oleh Bank Indonesia dan tidak berada dalam penguasaan Bank Indonesia. 22. Giro Giro atau simpanan pihak lain pada Bank Indonesia terdiri atas Giro dalam Rupiah dan Giro dalam Valuta Asing yang disajikan sebesar nilai nominal. Khusus untuk giro IMF yang digunakan untuk mencatat kewajiban kepada IMF, direvaluasi setiap tanggal 30 April dengan menggunakan kurs SDR terhadap Rupiah yang ditetapkan oleh IMF pada tanggal tutup buku IMF. Giro IMF disajikan di neraca sebesar nilai nominal. 23. Sertifikat Bank Indonesia Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI disajikan di neraca sebesar nilai nominal dikurangi diskonto dibayar di muka. 24. Sertifikat Bank Indonesia Syariah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai dengan PBI Nomor 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. SBIS adalah bukti penitipan dana berjangka pendek dengan menggunakan prinsip syariah yang disediakan oleh Bank Indonesia bagi bank syariah atau unit usaha syariah. SBIS disajikan sebesar nilai nominal. Imbalan bonus SBIS dicatat secara cash basis. 14

25. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) adalah fasilitas yang diberikan Bank Indonesia kepada bank untuk menempatkan dananya di Bank Indonesia. FASBI disajikan di neraca sebesar nilai nominal dikurangi diskonto dibayar di muka. 26. Surat Berharga Reverse Repo Surat Berharga Reverse Repo adalah surat berharga milik Bank Indonesia yang dibeli secara bersyarat oleh bank, dengan kewajiban penjualan kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Surat Berharga Reverse Repo disajikan sebesar harga pembelian oleh bank. Selisih antara harga pembelian dengan harga penjualan kembali oleh bank diakui sebagai pengeluaran bunga. 27. Pinjaman dari Pemerintah Pinjaman dari Pemerintah antara lain terdiri dari pinjaman dalam rangka program Two Step Loan (TSL) dalam Rupiah dan obligasi Pemerintah dalam valuta asing yang disajikan di neraca sebesar nilai yang belum ditarik oleh Pemerintah setelah dikurangi amortisasi diskonto. 28. Pinjaman Luar Negeri Pinjaman luar negeri atau fasilitas pinjaman yang diterima Bank Indonesia dari pihak lain di luar negeri dalam valuta asing disajikan sebesar nilai nominal yang belum dilunasi setelah memperhitungkan bunga yang masih harus dibayar. 29. Keuntungan Atau Kerugian Yang Belum Direalisasi Keuntungan Atau Kerugian Yang Belum Direalisasi merupakan penyajian atas pengakuan hasil revaluasi surat berharga, hasil penjabaran aktiva dan pasiva valuta asing ke dalam nilai Rupiah, dan hasil revaluasi aktiva lainnya. 30. Transaksi Derivatif BI melakukan transaksi derivatif dalam rangka lindung nilai terhadap risiko perubahan nilai tukar. Perubahan nilai wajar instrumen derivatif dalam rangka lindung nilai dicatat secara off-balance sheet. Pada tanggal jatuh tempo, perubahan nilai wajar tersebut diakui sebagai kewajiban dan pada akhir periode pelaporan diakui sebagai penerimaan atau beban dan disajikan sebagai bagian dari penerimaan atau beban selisih kurs. 15

C. PENJELASAN POS-POS NERACA, LAPORAN SURPLUS DEFISIT, DAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS DAN RASIO MODAL 1. Emas Saldo emas per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing TOZ2,347,046.3100 atau setara dengan Rp22.230.636 juta dan TOZ2,347,046.3100 atau setara dengan Rp18.492.363 juta. Nilai emas disajikan berdasarkan harga emas terkini yang tersedia di pasar London pada tanggal 31 Desember 2008, yaitu sebesar USD865.00/TOZ. 2. Uang Asing Saldo uang asing per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing setara dengan Rp11.055 juta dan Rp8.844 juta dengan rincian sebagai berikut: Uang Asing dalam persediaan: Valas Valas USD 996,209.83 10.908 922,103.87 8.685 JPY 1,023,146.00 124 1,473,969.00 123 GBP 1,303.41 21 1,546.63 29 SGD 218.25 2 1,090.14 7 11.055 8.844 3. Hak Tarik Khusus 4. Giro Hak Tarik Khusus merupakan rekening giro pada IMF sehubungan dengan keanggotaan di IMF yang dibukukan dalam valuta SDR. Saldo rekening ini berasal dari penerimaan alokasi SDR dan bertambah jika terdapat penambahan alokasi SDR, pembelian SDR, serta penerimaan dalam SDR seperti interest on SDR holding, remuneration, dan refund of charges. Saldo Hak Tarik Khusus berkurang jika terdapat pembayaran dalam SDR seperti commitment fee, service charges, periodic charges, charges alokasi SDR, dan assessment fee. Hak Tarik Khusus pada awalnya diterbitkan oleh IMF untuk anggotanya sesuai dengan proporsi kuota setiap anggota pada IMF. Hak Tarik Khusus berfungsi sebagai tambahan cadangan devisa. Saldo Hak Tarik Khusus per 31 Desember 2008 sebesar SDR22,064,022.00 atau setara dengan Rp373.952 juta dan per 31 Desember 2007 sebesar SDR6,339,299.39 atau setara dengan Rp93.582 juta. Jumlah giro valuta asing Bank Indonesia yang disimpan pada bank sentral dan bank koresponden di luar negeri per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing setara dengan Rp34.263.410 juta dan Rp24.767.545 juta dengan rincian sebagai berikut: 16

Bank Sentral Valas Bank Koresponden USD 2,426,963,216.36 23,627,732.04 26.833.971 15.350.166 JPY 24,301,672,854.00 9,154,581,294.86 4.055.868 6.173.278 EUR 53,765,694.53 3,969,339.10 890.990 816. 048 GBP 116,777,804.10 4,020,223.55 1.908.912 1.430.192 Valas lainnya 573.669 997.861 34.263.410 24.767.545 Di antara saldo giro pada bank sentral tersebut, terdapat giro yang ditempatkan pada Repo & Overnight, antara lain oleh Federal Reserve Bank of New York, New York, dan Bank of Japan, Tokyo, masing-masing sebesar USD2,425,900,000.00 atau setara dengan Rp26.563.605 juta, dan sebesar JPY24,292,825,279.00 atau setara dengan Rp2.944.995 juta. Pendapatan atas Repo & Overnight tersebut diakui pada saat jatuh tempo. 5. Deposito Saldo deposito dalam valuta asing per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing setara dengan Rp7.078.295 juta dan Rp42.730.046 juta dengan rincian sebagai berikut: Valas Valas Bank Koresponden: USD 0.00 0 1,873,755,831.74 17.648.906 GBP 145,000,000.00 2.291.364 750,000,000.00 14.103.075 EUR 0.00 0 60,000,000.00 825.585 AUD 200,000,000.00 1.511.102 766,000,000.00 6.303.353 NZD 437,000,000.00 2.764.152 402,000,000.00 2.915.561 6.566.618 41.796.480 Deposito Khusus : IBRD (USD) 0.00 0 24,000,000.00 226.056 IMF (SDR) 25,000,000.00 423.713 25,000,000.00 369.053 IMF Trust for PRGF (SDR) 4,850,030.00 82.200 4,850,030.00 71.597 Indover (EUR) 0.00 0 2,268,901.08 31.219 505.913 697.925 Bunga Deposito Yang Masih Harus Diterima 5.764 235.641 Total Deposito 7.078.295 42.730.046 a. Deposito khusus pada International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) merupakan deposito berjangka dalam rangka Central Bank Facility di IBRD, Washington DC. b. Deposito khusus pada IMF merupakan Poverty Reduction and Growth Facility (PRGF) pada IMF sebesar SDR25,000,000.00 atau setara dengan Rp423.713 juta pada tanggal 31 Desember 2008 dan setara Rp369.053 juta pada tanggal 31 Desember 2007. 17

c. Deposito khusus lainnya pada IMF merupakan Trust for PRGF Operations for the Heavily Indebted Poor Countries (HIPC) and Interim PRGF Subsidy Operations ( the Trust ) sebesar SDR4,850,030.00 atau setara dengan Rp82.200 juta pada tanggal 31 Desember 2008. d. Deposito khusus pada Indover Bank merupakan deposito sehubungan dengan pinjaman kepada anak perusahaan. Pada tanggal 30 April 2008, deposito tersebut telah dilunasi seluruhnya oleh Indover Bank. Adapun jangka waktu dan kisaran tingkat suku bunga rata-rata deposito tersebut adalah sebagai berikut: Nilai nominal menurut jangka waktu a. Deposito pada bank koresponden - Kurang dari 1 bulan 6.566.618 5.654.637-1- 3 bulan 0 32.892.288 - Lebih dari 3 bulan 0 3.249.555 b. Deposito khusus - Kurang dari 1 bulan 0 0-1- 3 bulan 0 0 - Lebih dari 3 bulan 505.913 697.925 7.072.531 42.494.405 Kisaran tingkat suku bunga setahun 31 Desember 2008 Bunga Setahun 31 Desember 2007 Bunga Setahun a. USD - Kurang dari 1 bulan - 5,100% - 5,300% - 1-3 bulan - 4,940% - 5,270% - Lebih dari 3 bulan - 5,260% - 5,350% b. GBP - Kurang dari 1 bulan 1,40% 6,250% - 6,490% - 1-3 bulan - 6,150% - 6,700% - Lebih dari 3 bulan - - c. EUR - Kurang dari 1 bulan - 4,500% - 1-3 bulan - 4,585% - 4,620% d. AUD - Kurang dari 1 bulan 3,75% - - 1-3 bulan - 6,880% - 7,120% - Lebih dari 3 bulan - - e. NZD - Kurang dari 1 bulan 4,65% 8,750% - 1-3 bulan - 8,650% - 8,900% - Lebih dari 3 bulan - 18

31 Desember 2008 Bunga Setahun 31 Desember 2007 Bunga Setahun f. JPY - - Kurang dari 1 bulan - 1-3 bulan - - g. SDR - Kurang dari 1 bulan - 1-3 bulan - Lebih dari 3 bulan - - <2,00% - - 4,504% 6. Surat Berharga Surat-Surat Berharga (SSB) yang dimiliki oleh Bank Indonesia saat ini adalah SSB dalam valas yang saldonya per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing setara dengan Rp499.632.381 juta dan Rp592.984.296 juta dengan rincian sebagai berikut: Harga Perolehan (setelah amortisasi premi/diskonto) Hasil Hasil Revaluasi Revaluasi Harga Pasar dan Bunga Yang Masih Harus Diterima Harga Perolehan (setelah amortisasi premi/diskonto) Harga Pasar dan Bunga Yang Masih Harus Diterima Dimiliki Hingga Jatuh Tempo 76.451.689 76.451.689 105.518.268 105.518.268 Tersedia Untuk Dijual : Portofolio BI 390.107.483 17.709.658 407.817.141 324.412.206 4.997.224 329.409.430 External Portfolio Manager: - Counterparty 4.434.339 182.909 4.617.248 3.851.398 (27.752) 3.823.646 - Asian Bond Fund 1.642.500 407.624 2.050.124 1.412.850 303.915 1.716.765 Automatic Investment 2.185.455 4.522 2.189.977 3.428.621 18.644 3.447.265 Reinvest Cash Collateral Securities Lending *) 0 0 0 143.207.029 143.207.029 Bunga Yang Masih Harus Diterima 6.506.202 5.861.893 474.821.466 499.632.381 581.830.372 592.984.296 Keterangan: *) termasuk return Reinvest Cash Collateral Securities Lending yang diakumulasikan. SSB ini merupakan penempatan dalam denominasi valuta asing terutama JPY, USD, GBP, EUR, AUD, dan NZD. Pada akhir tahun 2008 tidak terdapat surat-surat berharga yang diikutsertakan dalam Program Third Party Securities Lending (TPSL), sehingga saldo Reinvest Cash Collateral SL adalah Nihil. Untuk SSB Dimiliki Hingga Jatuh Tempo per 31 Desember 2008 sebesar Rp76.451.689 juta, diantaranya sebesar Rp30.778.488 juta akan jatuh tempo dalam periode kurang dari 1 tahun, sebesar Rp33.528.749 juta akan jatuh tempo dalam periode antara 1-5 tahun dan sebesar Rp12.144.452 juta akan jatuh tempo dalam periode antara 5-10 tahun. Untuk SSB Tersedia Untuk Dijual kategori Portofolio BI dan Automatic Investment, per 31 Desember 2008 sebesar Rp410.007.118 juta, diantaranya sebesar Rp144.183.252 juta akan jatuh tempo dalam periode kurang dari 1 tahun, sebesar Rp220.270.960 juta akan jatuh tempo dalam 19

periode antara 1-5 tahun dan sebesar Rp45.552.906 juta akan jatuh tempo dalam periode 5-10 tahun. 7. Surat Utang Negara Republik Indonesia Saldo Surat Utang Negara Republik Indonesia per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing adalah sebesar Rp19.558.846 juta dan Rp15.849.567 juta dengan rincian sebagai berikut: Harga Perolehan Harga Pasar dan Bunga Hasil Harga Hasil Yang Revaluasi Perolehan Revaluasi Masih Harus Diterima Harga Pasar dan Bunga Yang Masih Harus Diterima a. Obligasi Negara - Tersedia utk dijual 17.488.804 (1.036.609) 16.452.195 15.496.633 (39.204) 15.457.429 - Bunga Yang Masih Harus Diterima 0 0 411.668 0 0 392.138 17.488.804 16.863.863 15.496.633 15.849.567 b. Surat Perbendaharaan Negara - Tersedia utk dijual 2.637.609 57.374 2.694.983 0 0 0 - Bunga Yang Masih Harus Diterima 0 0 0 0 0 0 2.637.609 2.694.983 0 0 T o t a l 20.126.413 19.558.846 15.496.633 15.849.567 Surat Utang Negara Republik Indonesia yang dimiliki oleh Bank Indonesia terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) jenis Obligasi Negara (ON) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang dapat diperjualbelikan, yang dikelompokkan sebagai SSB Tersedia untuk Dijual. SUN untuk jenis ON tersebut diperoleh Bank Indonesia melalui pembelian di pasar sekunder mulai bulan April 2005 dalam rangka building stock SUN yang akan menggantikan SBI sebagai instrumen moneter sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang prosesnya masih dalam pembahasan antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Sedangkan untuk jenis SPN diperoleh Bank Indonesia melalui pembelian di pasar perdana mulai bulan Mei 2008. Obligasi Negara diantaranya sebesar Rp3.030.222 juta akan jatuh tempo dalam periode antara 1-5 tahun, sebesar Rp5.923.850 juta akan jatuh tempo dalam periode 5-10 tahun dan sebesar Rp7.498.123 juta akan jatuh tempo di atas 10 tahun. 8. Surat Berharga Repo Saldo Surat Berharga Repo per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing adalah sebesar Rp2.885.392 juta dan Rp239.466 juta. Surat Berharga Repo terdiri atas SBI dan SUN Repo yang berjangka waktu satu hari, transaksi Fine Tune Ekspansi (FTE) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Repo yang berjangka waktu paling lama 14 hari. 20

9. Tagihan kepada Pemerintah Saldo Tagihan kepada Pemerintah per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing adalah sebesar Rp263.735.827 juta dan Rp264.174.935 juta terdiri dari: - Tagihan kepada Pemerintah dalam Rupiah 263.703.880 264.147.455 - Tagihan kepada Pemerintah dalam Valas 31.947 27.480 263.735.827 264.174.935 a. Tagihan kepada Pemerintah dalam Rupiah Tagihan kepada Pemerintah dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing sebesar Rp263.703.880 juta dan Rp264.147.455 juta, terdiri dari: - Surat Utang Pemerintah 128.816.069 130.034.662 - Obligasi Negara Seri SRBI-01/MK/2003 129.344.302 129.344.302 - Tagihan kepada Pemerintah dalam Rupiah Lainnya 5.543.509 4.768.491 263.703.880 264.147.455 1) Surat Utang Pemerintah (SUP) Nilai SUP per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut: Nilai nominal: - SUP Nomor: SU-002/MK/1998 20.000.000 20.000.000 - SUP Nomor: SU-004/MK/1999 53.779.500 53.779.500 - SUP Nomor: SU-005/MK/1999 1.218.592 2.437.185 - SUP Nomor: SU-007/MK/2006 53.817.977 53.817.977 128.816.069 130.034.662 a) SUP Nomor: SU-002/MK/1998 (SU-002) SU-002 diterbitkan tanggal 23 Oktober 1998 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1998 tentang Pinjaman Dalam Negeri dalam Bentuk Surat Utang jo. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1998 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank Ekspor Impor Indonesia (PT BEII). Nilai nominal SU-002 adalah sebesar Rp20.000.000 juta yang tidak dapat dipindahtangankan dan diperjualbelikan. Sesuai surat Menteri Keuangan Nomor S-505/MK.08/2006 tanggal 24 November 2006, sejak tanggal 1 Januari 2006 ketentuan dan persyaratan SU-002 diubah menjadi sebagai berikut: (1) Bunga SU-002 sebesar 1% per tahun yang dihitung dari sisa pokok, tanpa indeksasi dan dibayar secara tunai oleh Pemerintah kepada Bank Indonesia 21

setiap 6 bulan sekali yaitu pada tanggal 1 April dan 1 Oktober. Pembayaran bunga pertama kali dilakukan tanggal 1 Desember 2006 untuk pembayaran bunga yang jatuh tempo tanggal 1 April 2006 dan tanggal 1 Oktober 2006. (2) Pokok SU-002 diangsur sebanyak 31 kali. Angsuran pertama jatuh tempo dan dibayar tanggal 1 April 2010 dan angsuran berikutnya jatuh tempo dan dibayar setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober setiap tahunnya sehingga angsuran terakhir jatuh tempo dan dibayar pada tanggal 1 April 2025. Pembayaran angsuran pokok dapat dilakukan secara tunai atau dibayar dengan SUN yang dapat diperdagangkan. Perubahan SU-002 tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan Kesepakatan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 18 April 2006 tentang Restrukturisasi Surat Utang Nomor SU-002/MK/1998 dan SU-004/MK/1999, yang didukung oleh Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dalam Rapat Kerja antara Komisi XI DPR-RI dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 11 Oktober 2006. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tanggal 10 November 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009, Menteri Keuangan telah menerbitkan addendum kelima SU-002 yang mengubah suku bunga dari 1% menjadi 0,1% per tahun dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2009. b) SUP Nomor SU-004/MK/1999 (SU-004) SU-004 diterbitkan tanggal 28 Mei 1999 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1998 tentang Pinjaman Dalam Negeri dalam Bentuk Surat Utang jo. Persetujuan Bersama Pemerintah dan Bank Indonesia tanggal 6 Februari 1999. Nilai nominal SU-004 adalah sebesar Rp53.779.500 juta yang tidak dapat dipindahtangankan dan diperjualbelikan. Sesuai surat Menteri Keuangan Nomor S-505/MK.08/2006 tanggal 24 November 2006, sejak tanggal 1 Januari 2006 ketentuan dan persyaratan SU-004 diubah menjadi sebagai berikut: (1) Bunga SU-004 sebesar 3% per tahun dihitung dari sisa pokok, tanpa indeksasi dan dibayar secara tunai oleh Pemerintah kepada Bank Indonesia setiap 6 bulan sekali yaitu pada tanggal 1 Juni dan 1 Desember. Pembayaran bunga pertama kali dilakukan pada tanggal 1 Desember 2006 untuk pembayaran bunga yang jatuh tempo tanggal 1 Juni 2006 dan tanggal 1 Desember 2006. (2) Pokok SU-004 diangsur sebanyak 32 kali. Angsuran pertama jatuh tempo dan dibayar tanggal 1 Juni 2010 dan angsuran berikutnya jatuh tempo dan dibayar setiap tanggal 1 Desember dan 1 Juni setiap tahunnya sehingga angsuran terakhir jatuh tempo dan dibayar tanggal 1 Desember 2025. Pembayaran angsuran pokok dapat dilakukan secara tunai atau dibayar dengan SUN yang dapat diperdagangkan. Perubahan SU-004 tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan Kesepakatan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 18 April 2006 tentang Restrukturisasi Surat Utang Nomor SU-002/MK/1998 dan SU- 004/MK/1999, yang didukung oleh Komisi XI DPR-RI dalam Rapat Kerja antara 22

Komisi XI DPR-RI dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 11 Oktober 2006. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tanggal 10 November 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009, Menteri Keuangan telah menerbitkan addendum kelima SU-004 yang mengubah suku bunga dari 3% menjadi 0,1% per tahun dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2009. c) SUP Nomor SU-005/MK/1999 (SU-005) Dalam rangka pembiayaan kredit program, Pemerintah telah menerbitkan SU-005 pada tanggal 29 Desember 1999 dengan nominal sebesar Rp9.970.000 juta. Dana SU-005 yang dapat ditarik oleh Pemerintah adalah sebesar jumlah Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang telah direalisasikan kepada bank pelaksana, yang jatuh tempo pada tahun 2000-2001 dan diterima kembali oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar Rp3.097.979 juta. Sampai dengan batas akhir penarikan dana SU-005 tanggal 10 November 2007, Pemerintah telah melakukan penarikan sebesar Rp3.046.481 juta. Sesuai surat Menteri Keuangan Nomor S-270/MK.06/2004 tanggal 18 Agustus 2004, ketentuan dan persyaratan SU-005 diubah menjadi sebagai berikut: (1) Bunga SU-005 dihitung dari jumlah realisasi pokok pinjaman yang pembayarannya dilakukan setiap 6 bulan. Bunga tersebut dihitung berdasarkan tingkat suku bunga SBI berjangka waktu 3 bulan yang ditetapkan secara periodik. (2) Jangka waktu pinjaman 10 tahun dengan masa tenggang 7 tahun 6 bulan. (3) Pokok pinjaman akan dibayarkan kembali dalam jangka waktu 2 tahun 6 bulan dengan pembayaran pokok pinjaman dilakukan sebanyak 5 kali angsuran secara prorata, dibayarkan setiap 6 bulan pada tanggal 10 Juni dan 10 Desember setiap tahunnya. Angsuran pertama dibayar tanggal 10 Desember 2007 dan angsuran terakhir tanggal 10 Desember 2009. Pada tanggal 10 Desember 2008, Pemerintah telah melakukan pembayaran angsuran ketiga SU-005 sebesar Rp609.296 juta sehingga baki debet SU-005 pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi sebesar Rp1.218.592 juta. d) SUP Nomor SU-007/MK/2006 (SU-007) SU-007 diterbitkan tanggal 24 November 2006 berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dan Kesepakatan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tentang Restrukturisasi Surat Utang Nomor SU-002/MK/1998 dan SU-004/MK/1999 tanggal 18 April 2006. Nilai nominal SU-007 adalah sebesar Rp54.862.150 juta dan tidak dapat diperdagangkan. SU-007 diterbitkan untuk mendudukkan tunggakan bunga dan hasil indeksasi SU-002 dan SU-004 sampai dengan tanggal 31 Desember 2005 dengan rincian sebagai berikut: (1) Tunggakan bunga SU-002 sebesar Rp4.637.583 juta. (2) Tunggakan bunga SU-004 sebesar Rp12.291.887 juta. 23

(3) Hasil indeksasi SU-002 sebesar Rp11.231.072 juta. (4) Hasil indeksasi SU-004 sebesar Rp26.701.608 juta. Adapun persyaratan Surat Utang ini adalah sebagai berikut: (1) SU-007 mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2006 dan jatuh tempo pada tanggal 1 Agustus 2025. (2) Bunga SU-007 sebesar 0,1% (satu perseribu) per tahun yang dihitung dari sisa pokok dan dibayar secara tunai oleh Pemerintah kepada Bank Indonesia setiap 6 (enam) bulan sekali yaitu pada tanggal 1 Februari dan 1 Agustus. Pembayaran bunga pertama kali dilakukan pada tanggal 1 Desember 2006 untuk pembayaran bunga yang jatuh tempo tanggal 1 Februari 2006 dan tanggal 1 Agustus 2006. (3) Pokok SU-007 diangsur sebanyak 38 (tiga puluh delapan) kali. Angsuran pertama jatuh tempo dan dibayar tanggal 1 Februari 2007 dan angsuran berikutnya jatuh tempo dan dibayar setiap tanggal 1 Agustus dan 1 Februari setiap tahunnya sehingga angsuran terakhir jatuh tempo dan dibayar tanggal 1 Agustus 2025. Pembayaran angsuran pokok dilakukan secara tunai atau dibayar dengan Surat Utang Negara yang dapat diperdagangkan. Pada tanggal 1 Februari 2008, Pemerintah telah melakukan pembayaran angsuran ketiga SU-007 sebesar Rp561.561 juta sehingga baki debet SU-007 pada tanggal 1 Februari 2008 turun menjadi sebesar Rp53.256.417 juta. Selanjutnya sesuai surat Menteri Keuangan Nomor S-33/MK.8/2008 tanggal 10 April 2008 dan Nomor S- 344/MK.08/2008 tanggal 10 Juli 2008 serta surat Bank Indonesia Nomor 10/12/DpG/DKBU tanggal 23 September 2008, angsuran pokok SU-007 yang telah dibayar pada tanggal 1 Februari 2008 dialihkan untuk membayar angsuran pokok SU-005 yang jatuh tempo tanggal 10 Desember 2008 sehingga baki debet SU-007 per tanggal 10 Desember 2008 kembali menjadi Rp53.817.977 juta. Hal ini telah ditindaklanjuti oleh Menteri Keuangan dengan menerbitkan addendum keempat SU- 007 tertanggal 24 Desember 2008. 2) Obligasi Negara Seri SRBI-01/MK/2003 (SRBI-01) SRBI-01 diterbitkan sebagai pengganti SUP Nomor SU-001/MK/1998 dan Nomor SU- 003/MK/1999 dalam rangka pelaksanaan Kesepakatan Bersama antara Pemerintah dan Bank Indonesia mengenai Penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia serta Hubungan Keuangan Pemerintah dan Bank Indonesia tanggal 1 Agustus 2003. Nilai nominal SRBI-01 adalah sebesar Rp129.344.302 juta. Adapun persyaratan SRBI-01 adalah sebagai berikut: a) SRBI-01 mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus 2003, tanpa indeksasi, berjangka waktu 30 tahun dan dapat diperpanjang. b) SRBI-01 dikenakan bunga tahunan sebesar 0,1 % dari sisa pokok, yang dibayar oleh Pemerintah setiap 6 bulan sekali, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. c) Pelunasan pokok SRBI-01 bersumber dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah dan dilakukan apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia telah mencapai di atas 10%. Dalam hal rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia kurang dari 3%, maka Pemerintah membayar charge kepada Bank Indonesia sebesar kekurangan dana yang diperlukan untuk mencapai rasio modal tersebut. Dalam hal SRBI-01 telah dilunasi dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah sebelum jangka waktu 30 tahun, maka SRBI-01 tersebut dinyatakan lunas dan tidak berlaku lagi. 24