BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BOGOR

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

1.1. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tabel Tata Guna Lahan... 5

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

B A B II EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2002, TAHUN 2003, DAN INDIKATOR PENCAPAIAN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

GUBERNUR GORONTALO, KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 30 / KPTS / I / 2015 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

BAB VII P E N U T U P

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

A. Gambaran Umum Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BAB IV PENUTUP

PERENCANAAN KINERJA DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Isu-Isu Strategis

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN... I-1

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

Transkripsi:

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menjelaskan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif organisasi suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban secara tepat, jelas dan terukur. Pemerintah Kabupaten Bogor dalam memberikan pertanggungjawaban tersebut kepada yang memberikan amanah yaitu masyarakat dilaksanakan melalui media penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai visi, misi serta tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna. Implementasi SAKIP atau manajemen kinerja yang baik tidak terlepas dari fungsi pengendalian yang dilakukan melalui evaluasi kinerja dengan melakukan pengukuran kinerja untuk mengetahui capaian hasil sehingga dapat dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses pengukuran capaian kinerja dilanjutkan dengan evaluasi dan analisis pencapaian kinerja yang berguna untuk melakukan berbagai perbaikan-perbaikan yang diperlukan guna peningkatan akuntabilitas dan kinerja di masa yang akan datang. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2013 memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Sasaran strategis yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2013 berdasarkan dokumen Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2008-2013 maupun yang tertuang dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2013 yang diukur melalui formulir Pengukuran 38

Kinerja sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 3.1 Kerangka Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan dan selanjutnya akan dilakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran srategis yang ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi instansi pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor tahun 2008-2013. Pengukuran Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor didasarkan pada Penetapan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2013 sesuai dengan APBD Perubahan tahun 2013, yang meliputi indikator kinerja input (masukan), output (keluaran) dan outcome (hasil) dibandingkan dengan realisasinya. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran (output). Untuk tahun 2013, indikator input ini diprioritaskan pada penggunaan dana kegiatan dari APBD Kabupaten Bogor (termasuk didalamnya dana APBN dan APBD Provinsi Jawa Barat). Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau non fisik. Indikator output yang digunakan bervariasi mulai dari output jumlah orang, m 2, terselenggaranya kegiatan (jumlah kegiatan), jumlah laporan, dan jumlah barang/jasa lainnya dari hasil pelayanan ataupun pelaksanaan tugas lainnya. Indikator hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output kegiatan pada jangka menengah (efek langsung), indikator ini menggunakan angka mutlak dan relatif. Pengukuran kinerja dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja yang diperoleh melalui sistem pengumpulan data kinerja dari dua sumber yaitu: 39

1) Data internal, yang berasal dari sistem informasi yang ada, baik laporan kegiatan reguler yang ada seperti bulanan, triwulanan, semesteran, laporan akuntabilitas kinerja organisasi perangkat daerah dan laporan kegiatan lainnya; 2) Data eksternal digunakan sepanjang relevan dengan pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor seperti data-data hasil pengukuran indikator kinerja makro dari BPS, Kepolisian, dsb. Perhitungan persentase pencapaian target dalam Penetapan Kinerja Sasaran memperhatikan karakteristik komponen realisasi dalam kondisi: a. Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, maka digunakan rumus: Realisasi % = X 100 % Target b. Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja maka digunakan rumus: % = Target (Realisasi Target) Target X 100% Untuk mempermudah interpretasi atas pencapaian sasaran dan program/kegiatan serta indikator makro diberlakukan nilai disertai makna dari nilai tersebut yaitu: Tabel 3.1 Skala yang digunakan Bilamana Indikator Sasaran mempunyai makna progress positif Rentang Kategori >100 Sangat Baik 85 s.d. 100 Baik Sekali 70 s.d. <85 Baik 55 s.d. <70 Cukup < 55 Kurang 40

Tabel 3.2 Skala yang digunakan Bilamana Indikator Sasaran mempunyai makna progress negatif Rentang Kategori >100 Kurang 85 s.d. 100 Cukup 70 s.d. <85 Baik 55 s.d. <70 Baik Sekali < 55 Sangat Baik 3.2 Pencapaian Indikator Makro Dalam rangka mewujudkan Visi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013 yakni Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya menuju Sejahtera menjadi sesuatu yang konkrit dan dapat diukur, maka perlu adanya suatu indikator yang dapat digunakan sebagai acuan pencapaian visi dan misi secara makro. Indikator tersebut terdiri dari indikator ekonomi dan sosial makro yang bermuara pada indikator IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Untuk itu, indikator komposit dari IPM tersebut, senantiasa dijadikan alat ukur untuk menelaah, merencanakan dan menganalisis kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Bogor. Pemilihan indikator komposit IPM sebagai indikator kinerja makro pembangunan sekaligus untuk ukuran pencapaian Visi Kabupaten Bogor, karena didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, antara lain sebagai berikut: 1. Dalam indikator IPM, terdapat ukuran kesejahteraan yang berkenaan dengan kebutuhan dasar penduduk, yaitu manusia yang berpengetahuan (indeks pendidikan), berumur panjang (indeks kesehatan) dan kemakmuran (indeks daya beli). 2. Dengan ukuran indikator IPM, berarti semua program/kegiatan pembangunan harus dipusatkan dan diarahkan sepenuhnya untuk memperbaiki harkat dan martabat manusia. 3. Indikator IPM menempatkan manusia sebagai tujuan terakhirnya, sedangkan upaya pembangunan yang dilakukan harus dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut. 41

No INDIKATOR KINERJA Tabel 3.3 Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bogor 2008 s.d 2013 Realisasi 2008 2009 2010 2011 2012*) 2013**) Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Komposit 70.66 71.35 72.16 72.58 73.08 73.45 a Angka Harapan Hidup (AHH) 68.03 68.44 68.86 69.28 69.70 70.00 b Angka Melek Huruf (AMH) 93.59 94.29 95.02 95.09 95.27 95.35 c Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) 7.20 7.54 7.98 7.99 8.00 8.04 2 Jumlah Penduduk (Jiwa) 4,505,679 4,643,186 4,771,932 4,857,612 4,989,939 5,111,769 3 Laju Pertumbuhan Penduduk 3.08 3.05 3.15 2.72 2.52 2.44 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 63.01 62.99 59.60 62.54 65.11 65.72 5 Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) 491.4 446.04 477.10 470.50 447.29 446.89 6 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Rp) 58,389,411.43 66,083,788.55 73,800,700.55 83,032,459.68 95,905,597.38 109,670,735.45 7 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Rp) 29,721,698.04 30,952,137.83 32,526,449.67 34,464,837.29 36,530,743.49 38,731,833.87 8 PDRB perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rp) 12,959,070.42 14,232,423.29 15,465,580.93 17,093,267.16 19,219,793.55 21,454,556.23 9 PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan (Rp) 6,596,497.01 6,666,142.13 6,816,201.42 7,095,016.50 7,320,879.77 7,576,992.20 10 Laju Pertumbuhan Ekonomi 5.58 4.14 5.09 5.96 5.99 6.03 11 Inflasi NA 2.77 6.99 3.57 2.99 8.57 Sumber: Bappeda Kab. Bogor Keterangan: *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara 42

Berikut ini rincian penjelasan dari indikator makro Kab. Bogor: 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM); Gambar 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Komposit Kabupaten Bogor 2008-2013 Salah satu indikator yang mengukur kualitas SDM adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana yang menjadi parameternya adalah bidang kesehatan, yaitu Angka Harapan Hidup (AHH); bidang pendidikan, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) dan Angka Melek Huruf (AMH). Indeks IPM Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 73,45 poin. IPM Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,37 poin atau 0,51% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 73,08 poin. Jika dilihat tren IPM Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 5 tahun (2008 s.d 2013), indikator IPM mengalami kenaikan dalam setiap tahunnya. Kriteria capaian IPM Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran masyarakat Kabupaten Bogor dapat dikelompokkan pada skala ordinal 66 IPM < 80 atau kategori menengah atas. IPM Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 2,79 poin atau 3,95% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 70,66 poin, selengkapnya disajikan pada gambar 3.1. 43

a. Angka Harapan Hidup (AHH); Gambar 3.2 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bogor 2008-2013 Salah satu indikator dalam bidang kesehatan yaitu Angka Harapan Hidup atau Life Expectancy Rate merupakan salah satu nilai komposit dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 70,00 tahun. AHH Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,3% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 69,70 tahun. Peningkatan angka harapan hidup dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dapat menggambarkan keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya, yang dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. AHH Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 1,97% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 68,03 tahun, selengkapnya disajikan pada gambar 3.2. 44

b. Angka Melek Huruf (AMH); Gambar 3.3 Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Bogor 2008-2013 Salah satu kebutuhan dasar penduduk untuk berkomunikasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Secara matematis, Angka Melek Huruf (AMH) memperlihatkan rasio antara jumlah penduduk yang dapat membaca/menulis dengan jumlah penduduk berusia di atas 10 tahun. Angka Melek Huruf (AMH) yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 95,35%. AMH Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,08% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 95,27%. Angka Melek Huruf (AMH) selama kurun waktu 5 (lima) tahun mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Indikator ini juga dapat menggambarkan mutu dari SDM yang ada pada suatu wilayah yang diukur dalam aspek pendidikan, karena semakin tinggi angka kecakapan baca tulis maka semakin tinggi pula mutu dan kualitas SDM. AMH Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 1,97% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 93,59%, selengkapnya disajikan pada gambar 3.3. 45

c. Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS); Gambar 3.4 Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) Kabupaten Bogor 2008-2013 Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) menunjukkan rata-rata lamanya penduduk berumur 15 (lima belas) tahun ke atas yang bersekolah. Indikator ini mempunyai kegunaan untuk melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam pendidikan formal. Tingginya angka Rata-rata Lama Sekolah (RRLS) menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka RRLS maka semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya. Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 8,04 tahun. RRLS Kabupaten Bogor tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,50% apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 sebesar 8,00 tahun. Pencapaian RRLS Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya, ini berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan masyarakat Kabupaten Bogor dalam mengenyam pendidikan formal. RRLS Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 0,84% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 7,20 tahun. Selengkapnya disajikan pada gambar 3.4. 46

2. Jumlah Penduduk (Jiwa); Gambar 3.5 Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Bogor 2008-2013 Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebanyak 5,111,769 jiwa. Penduduk Kabupaten Bogor mengalami kenaikan sebesar 121,830 jiwa atau 2,44% apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2012 yang berjumlah 4,989,939 jiwa. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 13,45% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 4,505,679 jiwa. Selengkapnya disajikan pada gambar 3.5. 3. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP); Gambar 3.6 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Bogor 2008-2013 47

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebanyak 2,44%. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bogor tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,08% apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 2012 sebesar 2,52%. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami trend peningkatan maupun penurunan setiap tahunnya. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami penurunan sebesar 20,78% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 3,08%. Selengkapnya disajikan pada gambar 3.6. 4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK); Gambar 3.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Bogor 2008-2013 TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labor supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 65,27%. TPAK Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,61% apabila dibandingkan dengan capaian pada 48

tahun 2012 sebesar 65,11%. Hal ini berarti pada tahun 2013 besaran dari pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa meningkat dari tahun 2012. TPAK Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 4,30% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 63,01%. Selengkapnya disajikan pada gambar 3.7. 5. Jumlah Penduduk Miskin; Gambar 3.8 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Bogor 2008-2013 Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor mengalami fluktuatif, dalam kurun waktu tersebut jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor paling banyak terjadi di tahun 2008 dan 2010, dimana jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada saat itu sebanyak 491.4 ribu jiwa, dan 477.10 ribu jiwa. Kenaikan jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor yang cukup tinggi, yaitu sebesar 3,15%. Fenomena ini menunjukan bahwa penambahan jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap kenaikan jumlah penduduk miskin. Sementara melihat kondisi akhir tahun 2013, Jumlah penduduk miskin Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 446.89 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin Kabupaten Bogor mengalami penurunan sebesar 400 ratus jiwa, apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin tahun 2012 sebesar 447.29 ribu jiwa. Dalam 49

kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) jumlah penduduk miskin Kabupaten Bogor mengalami trend peningkatan maupun penurunan yang beragam setiap tahunnya, hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi di setiap tahunnya, salah satunya kondisi ekonomi yang terjadi pada saat itu, akan berpengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan angka jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor. 6. Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB; Gambar 3.9 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) atas Harga Berlaku Kabupaten Bogor 2008-2013 Gambar 3.10 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) atas Harga Konstan Kabupaten Bogor 2008-2013 50

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) Nilai PDRB atas harga berlaku mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya, hal ini berarti pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dalam 5 (lima) tahun terakhir. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 diprediksi mencapai Rp109,67 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 14,35 persen dari tahun sebelumnya. Berikut ini sektor-sektor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2011 dan 2013: Tabel 3.4 Nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor 2011-2013 NO. LAPANGAN USAHA 2012*) 2013**) Distribusi Pertumbuh (1) (2) (3) (4) (5) (6) an I SEKTOR PRIMER 4,946,529.80 6,174,193.48 5.63 24.82 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3,584,125.89 4,492,110.97 4.10 25.33 2 Pertambangan & Penggalian 1,362,403.91 1,682,082.52 1.53 23.46 II SEKTOR SEKUNDER 64,040,698.89 71,287,409.57 65.00 11.32 3 Industri Pengolahan 57,150,219.71 63,192,527.95 57.62 10.57 4 Listrik, Gas dan Air 2,804,934.10 3,123,458.52 2.85 11.36 5 Konstruksi 4,085,545.08 4,971,423.11 4.53 21.68 III SEKTOR TERSIER 26,918,368.69 32,209,132.39 29.37 19.65 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 18,547,813.88 22,665,072.11 20.67 22.20 7 Pengangkutan & Komunikasi 4,001,149.29 4,672,465.38 4.26 16.78 8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 1,412,588.49 1,608,025.54 1.47 13.84 9 Jasa-jasa 2,956,817.04 3,263,569.36 2.98 10.37 PDRB KABUPATEN BOGOR 95,905,597.38 109,670,735.45 100.00 14.35 Sumber : Bappeda Kab. Bogor Keterangan : *)= Angka Perbaikan **) = Angka Sementara Dari Tabel diatas sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp63,17 trilyun atau memiliki andil sebesar 57,60 persen terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp18,55 trilyun (19,34 persen). Sedangkan sektor yang memiliki peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp1,58 trilyun (1,44 persen). Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok 51

sektor sekunder pada tahun 2013 mencapai Rp71,26 trilyun, atau meningkat 11,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 19,74 persen yaitu dari Rp26,92 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp32,23 trilyun pada tahun 2013. Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 24,82 persen atau dari Rp4,95 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp6,17 trilyun pada tahun 2013. Tabel 3.5 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2012 (Juta Rupiah) NO. LAPANGAN USAHA 2012*) 2013**) Distribusi Pertumbuh an (1) (2) (3) (4) (5) (6) I SEKTOR PRIMER 1.998.117,38 2.179.957,45 5,63 9,10 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 1.608.438,92 1.759.438,29 4,54 9,39 2 Pertambangan & Penggalian 389.678,46 420.519,15 1,09 7,91 II SEKTOR SEKUNDER 24.877.113,84 26.066.046,25 67,30 4,78 3 Industri Pengolahan 22.273.315,43 23.264.924,59 60,07 4,45 4 Listrik, Gas dan Air 1.326.483,67 1.379.464,92 3,56 3,99 5 Konstruksi 1.277.314,74 1.421.656,73 3,67 11,30 III SEKTOR TERSIER 9.655.512,28 10.485.830,17 27,07 8,60 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.392.800,62 7.024.861,02 18,14 9,89 7 Pengangkutan & Komunikasi 1.142.183,19 1.240.391,71 3,20 8,60 8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 662.344,81 700.746,03 1,81 5,80 9 Jasa-jasa 1.458.183,66 1.519.831,41 3,92 4,23 PDRB KABUPATEN BOGOR Sumber: Bappeda Kab. Bogor Catatan: *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara 36.530.743,49 38.731.833,87 100,00 6,03 Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB atas harga konstan tahun 2013 diprediksi mengalami peningkatan sebesar 6,03 persen, yaitu dari Rp36,53 triliun pada tahun 2012 naik menjadi Rp38,73 triliun pada tahun 2013. Kinerja kelompok sektor primer tahun 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 9,10 persen dari tahun sebelumnya, kelompok sektor sekunder meningkat 4,78 persen, dan kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 8,60 persen. Tabel 1.11 menunjukkan nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Bogor beserta distribusi dan pertumbuhannya pada tahun 2012 dan 2013. 52

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa kinerja perekonomian tertinggi dicapai oleh sektor konstruksi yang mendorong pertumbuhan sebesar 11,30 persen. Terlaksananya berbagai pembangunan infrastruktur serta kemudahan dan adanya subsidi bunga kepemilikian rumah meningkatkan kinerja perekonomian sektor konstruksi. Kinerja yang cukup tinggi juga ditunjukkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 9,89 persen. Kinerja sektor ini didukung oleh kinerja subsektor perdagangan yang mencapai 9,99 persen karena adanya peningkatan output berbagai barang dan jasa di Kabupaten Bogor. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan juga menunjukkan kinerja yang membaik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, sektor ini tumbuh sebesar 9,39 persen yang didorong oleh program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah mulai memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa nilai PDRB, baik berdasarkan harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi makro, kondisi ekonomi Kabupaten Bogor relatif meningkat, yang ditunjukkan oleh angka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 berdasarkan harga konstan mencapai 6,03 persen. Sisi lainnya, indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro salah satunya adalah pendapatan per kapita per tahun. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. PDRB per kapita dapat dijadikan pendekatan untuk indikator pendapatan per kapita. Pada tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor (yang dihitung dari angka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama). Gambar 3.11 dan Gambar 3.12 memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp21,45 juta dari tahun sebelumnya Rp19,22 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 11,63 persen pada tahun 2013. 53

Gambar 3.11 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rp) Kabupaten Bogor 2008-2013 Gambar 3.12 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (Rp) Kabupaten Bogor 2008-2013 Peningkatan PDRB per kapita di atas, masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat secara riil dapat digunakan PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga 54

konstan. Bila dilihat atas dasar harga konstan, PDRB per kapita atas dasar harga konstan naik menjadi Rp7,58 juta dari tahun sebelumnya Rp7,32 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 3,49 persen pada tahun 2013. Jika dibandingkan kenaikan PDRB atas harga berlaku dan konstan, maka kenaikan PDRB perkapita atas harga berlaku mencatatkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan harga konstan. Hal ini disebabkan pengaruh kenaikan harga-harga barang dan jasa. 7. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Indikator laju pertumbuhan ekonomi, dimana dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir (2009 s.d 2013) mengalami kenaikan, meskipun pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008. LPE Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 6,03%. LPE Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,04% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 5,99%. LPE Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 8,06% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 5,58%. Selengkapnya disajikan pada gambar 3.13. Gambar 3.13 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor 2008-2013 55

3.3 Evaluasi Pencapaian Sasaran dan Pengukuran Kinerja Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bogor 2008-2013 maka untuk mewujudkan visi Kabupaten Bogor, yaitu Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya menuju Sejahtera dicapai dengan 7 misi. Untuk mewujudkan 7 misi tersebut dicapai dengan 60 sasaran dan 514 indikator. Secara umum Pemerintah Kabupaten Bogor telah dapat melaksanakan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Dari 60 sasaran dan 514 indikator kinerja, pencapaian indikator kinerja sasaran adalah sebagai berikut: No Kategori Jumlah Indikator Kinerja 1 Misi 1 (29 Indikator Sasaran) Sangat Baik 10 35.71 Baik Sekali 15 53.57 Baik 1 3.57 Cukup - - Kurang 2 7.14 2 Misi 2 (168 Indikator Sasaran) Sangat Baik 60 34.88 Baik Sekali 89 51.74 Baik 17 9.88 Cukup 1 0.58 Kurang 5 2.91 3 Misi 3 (86 Indikator Sasaran) Sangat Baik 34 42.50 Baik Sekali 36 45.00 Baik 5 6.25 Cukup 3 3.75 Kurang 2 2.50 4 Misi 4 (59 Indikator Sasaran) Sangat Baik 17 51.50 Baik Sekali 12 36.36 Baik 1 3.03 Cukup 1 3.03 Kurang 2 6.06 5 Misi 5 (56 Indikator Sasaran) Sangat Baik 33 55.93 Baik Sekali 23 39.98 Baik 3 5.08 Cukup - - Kurang - - 56

No Kategori Jumlah Indikator Kinerja 6 Misi 6 (133 Indikator Sasaran) Sangat Baik 42 30.43 Baik Sekali 86 62.32 Baik 1 0.72 Cukup 1 0.72 Kurang 8 5.80 7 Misi 7 (1 Indikator Sasaran) Sangat Baik 1 100 Baik Sekali - - Baik - - Cukup - - Kurang - - Misi Pertama: Meningkatkan Kesolehan Sosial Masyarakat dalam Kehidupan Kemasyarakatan Misi Pertama Dicapai dengan 8 (delapan) sasaran, yaitu: 1. Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya; 2. Meningkatnya kualitas SDM dan prasarana peribadatan serta lembaga pendidikan keagamaan; 3. Meningkatnya harmonisasi hubungan antar dan intra umat beragama; 4. Meningkatnya pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 5. Meningkatnya kemajuan seni budaya dan lingkung seni serta terpeliharanya dan terlindunginya situs maupun benda-benda kepurbakalan; 6. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan; 7. Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan; 8. Meningkatnya kesejahteraan fakir miskin, penyandang cacat dan penyandang masalah sosial lainnya. Rata-rata pencapaian sasaran Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2013 pada Misi pertama. sebesar 108,95%, pencapaian tersebut termasuk dalam kategori Sangat Baik. Adapun rincian per sasaran untuk mendukung pencapaian misi ini adalah sebagai berikut: 57

1. Sasaran pertama yaitu Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya, rata-rata tercapai sebesar 98,55%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: No IndikatorSasaran Satuan 1 Rasio tempat ibadah per satuan penduduk Tabel 3.6 Evaluasi Pencapaian Sasaran 1 pada Misi 1 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Bagi Umat Beragama dalam Melaksanakan Ibadahnya Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi % 3.14 2.91 92.67 3.45 3.40 98.55 Rata - rata 92.67 98.55 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran pertama untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 1 (satu) indikator sasaran, yaitu Rasio tempat ibadah per satuan penduduk pada tahun 2013 dari target 3,45% terealisasi sebesar 3,40% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 98,55% kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 92,67% meningkat sebesar 5,88%. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor lebih pesat dibandingkan dengan penambahan sarana ibadah, Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 2,35% dari 1,05% menjadi 3,40%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Sekretariat Daerah, dengan 1 (satu) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp10.261.200.000,00 terealisasi sebesar Rp8.947.387.160,00 atau capaiannya sebesar 87,20%. Sasaran ini dicapai dengan 1 (satu) program, yaitu: 1. Program Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama. dengan anggaran sebesar Rp10.261.200.000,00 2. Sasaran kedua yaitu Meningkatnya kualitas SDM dan prasarana peribadatan serta lembaga pendidikan keagamaan, rata-rata tercapai sebesar 98,55%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: 58

No IndikatorSasaran Satuan 1 Rasio tempat ibadah per satuan penduduk Tabel 3.7 Evaluasi Pencapaian Sasaran 2 pada Misi 1 Meningkatnya Kualitas SDM dan Prasarana Peribadatan Serta Lembaga Pendidikan Keagamaan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi % 3.14 2.91 92.67 3.45 3.40 98.55 Rata - rata 92.67 98.55 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran kedua untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 1 (satu) indikator sasaran, yaitu Rasio tempat ibadah per satuan penduduk pada tahun 2013 dari target 3,45% terealisasi sebesar 3,40% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 98,55% kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 92,67% meningkat sebesar 5,88%. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor lebih pesat dibandingkan dengan penambahan sarana ibadah. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 2,35% dari 1,05% menjadi 3,40%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Sekretariat Daerah, dengan 1 (satu) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp10.261.200.000,00 terealisasi sebesar Rp8.947.387.160,00 atau capaiannya sebesar 87.20%. Sasaran ini dicapai dengan 1 (satu) program, yaitu: 1. Program Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama. dengan anggaran sebesar Rp10.261.200.000,00 3. Sasaran ketiga yaitu Meningkatnya harmonisasi hubungan antar dan intra umat beragama, rata-rata tercapai sebesar 100,00%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: No IndikatorSasaran Satuan Tabel 3.8 Evaluasi Pencapaian Sasaran 3 pada Misi 1 Meningkatnya Kualitas SDM dan Prasarana Peribadatan Serta Lembaga Pendidikan Keagamaan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 1 Kegiatan forum koordinasi kegiatan 6 6 100.00 6 6 100.00 59

No IndikatorSasaran Satuan antar umat beragama Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi Rata - rata 100.00 100.00 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran kedua untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 1 (satu) indikator sasaran, yaitu Kegiatan forum koordinasi antar umat beragama pada tahun 2013 dari target 6 kegiatan terealisasi sebesar 6 kegiatan sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,00%. Kondisi tersebut mengalami pencapaian yang sama apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, yaitu sebesar 100,00%. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 6,00% dari 0,00% menjadi 6,00%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya harmonisasi hubungan antar dan intra umat beragama dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik. dengan 1 (satu) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp1.375.731.000,00 terealisasi sebesar Rp1.275.978.750,00 atau capaiannya sebesar 92,75%. Sasaran ini dicapai dengan 1 (satu) program, yaitu: 1. Program Pendidikan Politik Masyarakat. dengan anggaran sebesar Rp1.375.731.000,00 4. Sasaran keempat yaitu Meningkatnya pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, rata-rata tercapai sebesar 94,00%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori baik sekali. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Evaluasi Pencapaian Sasaran 4 pada Misi 1 Meningkatnya pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda dan peraturan perundang-undangan yang berlaku No IndikatorSasaran Satuan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 1 Penegakan PERDA % 14.65 14.69 100.27 14.65 15.37 104.91 2 Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman,keindahan) di % 14.65 14.69 100.27 14.65 15.37 104.91 60

No IndikatorSasaran Satuan Kabupaten Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi Cakupan patroli petugas Sat 3 Pol PP 4 Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Rasio Jumlah Polisi Pamong 5 Praja per 10.000 penduduk Angka kriminalitas yang 6 tertangani Hari 1,095 1,095 100.00 1,460 1,460 100.00 Rasio 36.14 36.17 100.08 36.54 18.00 49.26 Angka 0.80 0.89 111.25 0.87 0.89 102.30 Angka 9.29 4.32 46.50 9.22 3.70 40.13 7 Angka Kriminalitas Angka 9.29 7.54 118.84 9.22 8.02 113.02 8 Jumlah demo Demo 12 16 133.31 16 22 137.50 Rata rata 101.31 94.00 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran keempat untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 8 (delapan) indikator sasaran, yaitu: 1) Penegakan PERDA pada tahun 2013 dari target 14,65% terealisasi sebesar 15,37% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 104,91%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,27% meningkat sebesar 4,64%. Hal ini terjadi karena salah satu kegiatan yang melebihi target dan menjadi fokus kegiatan tahun 2013 adalah penertiban bangunan tanpa ijin/vila di kawasan Puncak dari target jumlah bangunan yang ditertibkan 200 bangunan terrealisasi sejumlah 211 bangunan atau sebesar 105%. 2) Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman,keindahan) di Kabupaten pada tahun 2013 dari target 14,65% terealisasi sebesar 15,37% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 104,91%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,27% meningkat sebesar 4,64%. 3) Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan pada tahun 2013 dari target 36.54 terealisasi sebesar 18.00 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 49,26%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,08% menurun sebesar 50,82%, Hal ini terjadi karena pada tahun 2012 Sat Pol PP belum melakukan pendataan sehingga data yang diambil adalah data sebelumnya dari pemegang fungsi linmas (sebelumnya Fungsi Linmas 61

terdapat di Kantor Kesbang) kemudian pada tahun 2013 Sat Pol PP melalui Unit Sat Pol PP yang ada di Kecamatan melakukan pendataan sehingga diperoleh angka 7984 poskamling aktif di 434 Desa/kelurahan. 4) Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10,000 penduduk pada tahun 2013 dari target 0.87 terealisasi sebesar 0.89 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 102,30%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 111,25% menurun sebesar 50,82%. Hal ini terjadi karena data jumlah linmas yang digunakan yaitu anggota linmas yang mendapatkan insentif yaitu 10 orang perdesa (4340 linmas) masih sama di tahun 2013 yang membedakan hanya jumlah penduduk yang ditahun 2013 yaitu mencapai 5,111,769. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,04 dari 0,85 menjadi 0,89, 5) Angka kriminalitas yang tertangani pada tahun 2013 dari target 9,22 terealisasi sebesar 3,7 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 40,13%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 46,50% menurun sebesar 6,37%. Hal ini terjadi karena data tersebut data jumlah kriminalitas yang tertangani dari POLRES Bogor, turunnya angka krimalitas yang tertangani diakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk menangani satu kasus berbeda, kemudian jumlah SDM di kepolisian pun terbatas tidak seimbang dengan jumlah tindak pidana yang dilaporkan ke Kepolisian. 6) Angka kriminalitas pada tahun 2013 dari target 9,22 terealisasi sebesar 8,02 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 113,02%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 118,84% menurun sebesar 5,82%. Hal ini terjadi karena meningkatnya tindak pidana yang terjadi dan dilaporkan sedangkan faktor penyebabnya kondisi psikologis, sosial, ekonomi dan unsur moral serta keagamaan. 7) Jumlah demo pada tahun 2013 dari target 16 demo terealisasi sebesar 22 demo sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 137,50%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 133,31% meningkat sebesar 62

4,19%. Hal ini terjadi karena maraknya demo/unjukrasa Buruh di tahun 2013 yang menuntut dihapuskannya sistem kerja outsourcing dan kenaikan Upah minimum Kabupaten. Sedangkan indikator Cakupan patroli petugas Sat Pol PP pada tahun 2013 mengalami pencapaian kinerja yang sama dengan capaian kinerja tahun 2012, yaitu telah mencapai 100%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Satuan Polisi Pamong Praja, dengan 8 (delapan) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp17.868.804.000,00 terealisasi sebesar Rp16.625.653.392,00 atau capaiannya sebesar 93,04%. Sasaran ini dicapai dengan 3 (tiga) program, antara lain: 1. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan. dengan anggaran sebesar Rp16.264.141.000,00 2. Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat sebesar Rp237.392.000,00 3. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan sebesar Rp1.367.271.000,00 5. Sasaran kelima yaitu Meningkatnya kemajuan seni budaya dan lingkung seni serta terpeliharanya dan terlindunginya situs maupun benda-benda kepurbakalan, rata-rata tercapai sebesar 544,00%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.10 Evaluasi Pencapaian Sasaran 5 pada Misi 1 Meningkatnya kemajuan seni budaya dan lingkung seni serta terpeliharanya dan terlindunginya situs maupun benda-benda kepurbakalaan No IndikatorSasaran Satuan 1 2 3 Penyelenggaraan festival seni budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan Tampila n Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 50 52 104.00 55 77 140.00 Event 5 5 100.00 5 5 100.00 % 6.06 6.06 100.00 6.06 6.06 100.00 4 Jumlah grup kesenian Grup 5 5 100.00 5 114 2280.00 63

No IndikatorSasaran Satuan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 5 Jumlah gedung kesenian Buah 1 1 100.00 1 1 100.00 Rata rata 100.80 544.00 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran kelima untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 5 (lima) indikator sasaran, antara lain: 1) Penyelenggaraan festival seni budaya pada tahun 2013 dari target 55 tampilan terealisasi sebanyak 77 tampilan sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 140,00%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 104,00% meningkat sebesar 36,00%. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 69 tampilan dari 8 tampilan menjadi 77 tampilan. 2) Jumlah Grup Kesenian pada tahun 2013 dari target 5 grup terealisasi sebesar 114 grup sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 2280,00%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% meningkat sebesar 2180,00%. Hal ini terjadi karena jumlah sanggar seni yang terdata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2013 sebanyak 223 sanggar, penambahan yang cukup besar ini disebabkan pada tahun 2013 terdapat kegiatan fasilitasi sarana dan prasarana sanggar seni dengan anggaran sebesar Rp150.000.000,00. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu peningkatan kualitas sarana dan prasarana sanggar seni. Dengan adanya kegiatan ini membuat banyak sanggar seni yang sebelumnya tidak aktif dikarenakan alatalat kesenian mereka sudah banyak yang rusak menjadi aktif kembali. Hal ini mengakibatkan pencapaian kinerja meningkat dari yang ditargetkan sebelumnya sebanyak 5 grup kesenian terealisasi sebanyak 114 grup seni. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 24 grup dari 90 grup menjadi 114 grup. Sedangkan indikator Sarana penyelenggaraan seni dan budaya, Benda situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan, indikator Jumlah gedung kesenian, dan 64

Indikator Jumlah grup kesenian pada tahun 2013 mengalami pencapaian kinerja yang sama dengan capaian kinerja tahun 2012, yaitu telah mencapai 100%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya kemajuan seni budaya dan lingkung seni serta terpeliharanya dan terlindunginya situs maupun benda-benda kepurbakalan dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Dinas Kebuadayaan dan Pariwisata, dengan 5 (lima) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp4.520.000.000,00 terealisasi sebesar Rp4.358.208.594,00 atau capaiannya sebesar 96,42%. Sasaran ini dicapai dengan 3 (tiga) program. antara lain: 1. Program Pengembangan Nilai Budaya, dengan anggaran sebesar Rp775.000.000,00 2. Program Pengelolaan Keragaman Budaya, dengan anggaran sebesar Rp3.345.000.000,00 3. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya sebesar Rp400.000.000,00 6. Sasaran keenam yaitu Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, rata-rata tercapai sebesar 95,32%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori baik sekali. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.11 Evaluasi Pencapaian Sasaran 6 pada Misi 1 Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan No IndikatorSasaran Satuan 1 2 3 4 5 Peningkatan pemahaman masyarakat tentang perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak jumlah tenaga kerja di bawah umur Partisipasi angkatan kerja perempuan partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Partisipasi perempuan di lembaga swasta Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi Orang 500 500 100.00 600 500 83.33 % 0.46 0.46 100.00 0.44 0.46 95.45 % 50.15 50.15 100.00 50.30 50.15 99.70 % 16.40 16.40 100.00 16.70 16.40 98.20 % 44.55 44.55 100.00 44.60 44.55 99.89 Rata rata 100.00 95.32 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran keenam untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 5 (lima) indikator sasaran, antara lain: 65

1) Peningkatan pemahaman masyarakat tentang perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak pada tahun 2013 dari target 600 orang terealisasi sebesar 500 orang sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 83,33%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 16,67%. Hal ini disebabkan masih rendahnya pemahaman masyarakat di Kabupaten Bogor untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 200 orang dari 300 orang menjadi 500 orang. 2) jumlah tenaga kerja di bawah umur pada tahun 2013 dari target 0,44% terealisasi sebesar 0,46% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 95,45%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 4,55%. 3) Partisipasi angkatan kerja perempuan pada tahun 2013 dari target 50,30% terealisasi sebesar 50,15% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 99,70%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 0,30%. Hal ini terjadi karena semakin terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya angkatan kerja perempuan yang mengalami PHK pada tahun 2013. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 4,76% dari 45,39% menjadi 50,15%. 4) partisipasi perempuan di lembaga pemerintah pada tahun 2013 dari target 16,70% terealisasi sebesar 16,40% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 98,20%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 1,80%. Hal ini terjadi karena masih terbatasnya partisipasi perempuan aktif dan bekerja di lembaga pemerintah, Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,40% dari 16,00% menjadi 16,40%. 66

5) Partisipasi perempuan di lembaga swasta pada tahun 2013 dari target 44,60% terealisasi sebesar 44,55% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 99,89%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 0,11%. Hal ini terjadi karena banyaknya angkatan kerja perempuan yang mengalami PHK pada tahun 2013. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,15% dari 44,40% menjadi 44,55%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dengan 5 (lima) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp2.853.068.000,00 terealisasi sebesar Rp2.740.795.083,00 atau capaiannya sebesar 96,06%. Sasaran ini dicapai dengan 3 (tiga) program, antara lain: 1. Program Keserasian Kebijakan Kualitas Anak dan Perempuan, dengan anggaran sebesar Rp927.222.000,00 2. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak, dengan anggaran sebesar Rp 848.085.000,00 3. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan, dengan anggaran sebesar Rp1.077.761.000,00 7. Sasaran ketujuh yaitu Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan, rata-rata tercapai sebesar 135,43%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.12 Evaluasi Pencapaian Sasaran 7 pada Misi 1 Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan No IndikatorSasaran Satuan 1 Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi % 33.33 33.33 100.00 36.84 39.37 106.87 2 Rasio KDRT % 0.009 0.00004 199.49 0.007 0.00004 199.43 67

No IndikatorSasaran Satuan 3 Terbentuknya kecamatan ramah anak Kec/de sa Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 1/2 ½ 100.00 1/2 1/2 100.00 Rata rata 133.16 135.43 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran ketujuh untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 3 (tiga) indikator sasaran, yaitu: 1) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan pada tahun 2013 dari target 36,84% terealisasi sebesar 39,37% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 106,87%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% meningkat sebesar 6,87%. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 15,84% dari 23,53% menjadi 39,37%. 2) Rasio KDRT pada tahun 2013 dari target 0,007% terealisasi sebesar 0,00004% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 199,43%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 199,49% menurun sebesar 0,06% menjadi 199,43% pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya tindak kekerasan terhadap perempuan, serta meningkatnya jumlah kasus pengaduan kekerasan perempuan yang telah diselesaikan. Sedangkan indikator Terbentuknya kecamatan ramah anak pada tahun 2013 mengalami pencapaian kinerja yang sama dengan capaian kinerja tahun 2012, yaitu telah mencapai 100%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, dengan 3 (tiga) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp1.645.352.000,00 terealisasi sebesar Rp1.581.021.350,00 atau capaiannya sebesar 96,09%. Sasaran ini dicapai dengan 2 (dua) program, antara lain: 68