BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Layanan perpustakaan..., Destiya Puji Prabowo, FIB UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan

Institute for Criminal Justice Reform

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. penyiksaan dan diskriminatif secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa

2016 PROFIL JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH TARUNA WIYATA MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. perampokan, pembunuhan, narkoba, penipuan dan sebagainya. Dari semua tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pidana penjara atau pemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan normanorma

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

UU 12/1995, PEMASYARAKATAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:12 TAHUN 1995 (12/1995) Tanggal:30 Desember 1995 (JAKARTA) Tentang:PEMASYARAKATAN

1 dari 8 26/09/ :15

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENGHAMBAT DALAM PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA (STUDI KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA DENPASAR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Terabaikannya pemenuhan hak-hak dasar warga binaan pemasyarakatan

FUNGSI SISTEM PEMASYARAKATAN DALAM MEREHABILITASI DAN MEREINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Sri Wulandari

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan prinsip pemasyarakatan : 1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup sebagai

BAB 3 METODE PENELITIAN

elr 24 Sotnuqri f,ole NPM EIALAMA}.{ PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, Tanda Tangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dimana penanganan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keluarga, suku dan masyarakat. untuk menjunjung tinggi norma-norma kehidupan mencapai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tempat atau kediaman bagi orang-orang yang telah dinyatakan bersalah oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

: : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu melengkapi individu dengan self understanding, pengetahuan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

PEMBINAAN BAGI TERPIDANA MATI. SUWARSO Universitas Muhammadiyah Purwokerto

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lesi Oktiwanti, 2014 Pembinaan Kesadaran Beragama Berbasis Pendidikan Orang Dewasa

SELF EFFICACY ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LAPAS ANAK KLAS IIA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk menyimpan buku atau bahan pustaka lainnya yang disusun. menurut sistem tertentu (Sulistyo Basuki, 1991 : 3).

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga pemasyarakatan atau disingkat ( LAPAS) merupakan institusi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan tentang Peranan dan Lembaga Pemasyarakatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VIII/2010 Tentang UU Pengadilan Anak Sistem pemidanaan terhadap anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus suatu bangsa. Baik ataupun buruknya masa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Pemerintah dalam menegakan hukum dan memberantas korupsi

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga pemasyarakatan sebagai institusi rehabilitasi narapidana, merupakan suatu lembaga yang berusaha membina dan memperbaiki kondisi mental seseorang yang telah divonis bersalah oleh pengadilan mengenai suatu perkara tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut maka suatu sistem pembinaan terhadap narapidana merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Pembinaan ini dilakukan agar jika seorang narapidana kelak kembali ke masyarakat, ia akan menjadi orang yang baik dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Pembinaan terhadap narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan berupa pembinaan mental dan berbagai pendidikan keterampilan. Pemikiran-pemikiran baru mengenai fungsi pemidanaan di Indonesia tidak lagi sekedar penjeraan terhadap narapidananya tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan yang telah melahirkan suatu sistem pembinaan yang dikenal dengan nama sistem pemasyarakatan. Berdasarkan pemikiran tersebut, sejak tahun 1964 sistem pembinaan bagi narapidana dan anak narapidana telah berubah secara mendasar, yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Begitu pula institusi yang semula disebut rumah penjara dan rumah pendidikan negara berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan. (Surat Instruksi Kepala Direktorat Pemasyarakatan No. J.H.G.8/506 tanggal 17 Juni 1964) Walaupun telah diadakan berbagai perbaikan mengenai tatanan pemidanaan seperti pranata pidana bersyarat, pelepasan bersyarat, dan pranata khusus penuntutan serta penghukuman terhadap anak, namun pada dasarnya sifat pemidanaan masih bertolak dari asas dan sistem pemenjaraan. Sistem ini sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan, sehingga institusi yang dipergunakan sebagai tempat pembinaan adalah rumah penjara bagi narapidana dan rumah pendidikan negara bagi anak yang bersalah. (Penjelasan UU RI No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan) 1

2 Salah satu lembaga pemasyarakatan yang merehabilitasi narapidana adalah Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang. Pelaksanaan pembinaan narapidana anak mempunyai metode yang berbeda dengan pembinaan narapidana dewasa, hal ini terkait dengan karakteristik yang melekat pada diri anak. Anak merupakan individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang sehingga segala perlakuan terhadap anak harus dapat menciptakan kondisi yang kondusif dalam rangka mendukung proses tumbuh kembang tersebut. Narapidana anak berhak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin hak-hak mereka untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar baik keluarga maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak maupun elektronik, memperoleh pendidikan yang layak, dan lain sebagainya. Salah satu hak narapidana anak adalah mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang (UU RI No. 12 Tahun 1995 Pasal 6). Dalam mewujudkan hal tersebut, lembaga pemasyarakatan harus memiliki sarana yang disebut perpustakaan. Perpustakaan untuk narapidana banyak terdapat di negara-negara maju seperti Amerika dan Inggris. Pendirian perpustakaan di lembaga pemasyarakatan ini sesuai dengan misi dari perpustakaan lembaga pemasyarakatan yaitu untuk menyediakan sumber-sumber informasi yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan informasi, pendidikan, dan hiburan bagi narapidana. Sumber-sumber tersebut harus tersedia dengan segera saat dibutuhkan dengan maksud untuk memperkaya pengetahuan narapidana yang akhirnya dapat membantu mereka untuk menyalurkan aspirasinya dan memungkinkan mereka untuk memperoleh peran yang berguna sepenuhnya saat mereka kembali ke masyarakat (Shimmon, 1992:497). Perpustakaan lembaga pemasyarakatan dapat bermanfaat sebagai sarana yang menghubungkan para narapidana dengan dunia luar, sebagai sarana untuk mengatasi kebosanan, dan yang lebih penting adalah sebagai sarana pembinaan mental sehingga dapat mengubah perilaku para narapidana menjadi lebih baik. Penyediaan bahan bacaan untuk narapidana sangat perlu sebagai pengobatan mental agar mereka tersembuhkan dari keadaan jiwa yang sedang frustasi dan

3 untuk mencapai kepuasan daya pikirnya serta sebagai bekal kehidupannya baik selama di lembaga pemasyarakatan maupun di masyarakat setelah keluar. Perpustakaan lembaga pemasyarakatan sebagai salah satu perangkat penunjang visi dan misi lembaga pemasyarakatan harus mampu menjadi sarana dalam membina narapidana, yang meliputi pendidikan formal atau non-formal, kerohanian, ketrampilan kerja, olahraga, seni, dan kegiatan sosial bermasyarakat. Perpustakaan lembaga pemasyarakatan berfungsi sebagai sarana hiburan dan pengalihan aktivitas yang dilakukan oleh narapidana di lembaga pemasyarakatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah perpustakaan di dalam lembaga pemasyarakatan yaitu lokasi, ukuran, keamanan, dan kinerja (Vogel, 1994:120). Sedangkan menurut Ross Shimmon, perpustakaan lembaga pemasyarakatan harus memiliki sistem yang baik meliputi organisasi dan administrasi, anggaran yang cukup, sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan, penyediaan bahan bacaan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan narapidana, serta layanan perpustakaan yang berkaitan dengan kebutuhan informasi narapidana. Sistem tersebut haruslah sesuai dan sejalan dengan peraturan yang terdapat pada lembaga pemasyarakatan (Shimmon, 1992: 497). Hal inilah yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun penelitian ini, yaitu layanan perpustakaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria kelas IIA, Tangerang yang terletak di Jalan Daan Mogot No.29C, Tangerang Banten. Dalam penelitian, istilah narapidana diubah menjadi anak didik sesuai dengan istilah yang digunakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang. Anak didik pemasyarakatan kemudian dikelompokkan lagi menjadi tiga (3) yaitu anak pidana, anak negara, dan anak sipil. 1.2 Perumusan Masalah Anak didik sama halnya dengan manusia pada umumnya memerlukan bahan bacaan. Kebutuhan akan bahan bacaan ini menjadi hal yang penting bagi anak didik, karena dengan bahan bacaan tersebut anak didik dapat mengatasi rasa kebosanan akibat rutinitas yang dilakukan. Bagi anak-anak yang bebas, tentunya mudah untuk mendapatkan bahan bacaan yang mereka inginkan, mereka dapat

4 membelinya di toko buku, meminjam di perpustakaan sekolah, atau dari perpustakaan umum. Berbeda dengan anak-anak didik yang sedang mengalami hukuman di lembaga pemasyarakatan, ruang dan gerak anak didik sangat terbatas sehingga satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan bahan bacaan adalah melalui perpustakaan yang terdapat di dalam lembaga pemasyarakatan. Di Indonesia, layanan perpustakaan di lembaga pemasyarakatan belum menjadi sarana yang efektif untuk membina anak didik (Widiada, 1988:60). Dalam perkembangannya pun, perpustakaan belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh anak didik. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka harus dibina hubungan antara anak didik dan perpustakaan. Dengan adanya keinginan untuk membaca, mereka akan merasakan bahwa adanya perpustakaan sangatlah penting. Namun keinginan itu sendiri baru akan muncul ketika anak didik mulai menyadari akan kegunaan perpustakaan bagi dirinya. Dalam penelitian ini, hal-hal yang menjadi acuan untuk melihat layanan perpustakaan adalah : 1. Apakah organisasi dan administrasi perpustakaan sudah dapat menunjang layanan perpustakaan di lembaga pemasyarakatan? 2. Apakah sumber daya manusia yang ada sudah cukup untuk memenuhi persyaratan untuk terselenggaranya layanan perpustakaan? 3. Apakah anggaran yang tersedia cukup untuk terselenggaranya layanan perpustakaan? 4. Bagaimana koleksi yang ada di perpustakaan lembaga pemasyarakatan? 5. Layanan apa saja yang sudah diadakan di perpustakaan lembaga pemasyarakatan? 1.3 Tujuan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diketahui kondisi layanan perpustakaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang dilihat dari organisasi dan administrasi, sumber daya manusia, anggaran, koleksi, serta layanan perpustakaan.

5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan masukan kepada pengelola perpustakaan, untuk pengembangan layanan perpustakaan yang benar-benar dibutuhkan dan sesuai untuk anak didik. 2. Memberikan masukan kepada kepala lembaga pemasyarakatan mengenai kebutuhan pengguna perpustakaan berkaitan dengan usaha pengembangan layanan perpustakaan di lembaga pemasyarakatan. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu tipe penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu (Arikunto, 1992:207) yaitu bagaimana layanan perpustakaan di lembaga pemasyarakatan dijalankan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan penulis untuk memahami suatu gejala dengan lebih mendalam dan lebih terperinci tanpa dihambat oleh batasan-batasan variabel yang akan mampu mempengaruhi kedalaman, keterbukaan, dan kerincian informasi yang diperoleh dari subjek. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam. Wawancara menggunakan pedoman wawancara tak berstruktur, dengan maksud agar informan dapat mengungkapkan apa yang ingin diketahui oleh penulis dengan lebih bebas dan lebih mendalam. Informan yang penulis tetapkan dalam penelitian ini adalah dua orang yaitu petugas perpustakaan dan penanggung jawab perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA Tangerang. Penulis juga akan mengambil informan dari pengguna perpustakaan dan pustakawan perpustakaan umum untuk mendukung dan memperkaya laporan penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan kemudian di analisis. Analisis data dilakukan dengan memahami konsep, kategori, atau pola-pola dalam data yang hasil akhirnya dijelaskan secara deskriptif.