BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu

BAB Ill STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. Konsep jenis kegiatan kampanye yang digunakan yaitu Ideologically or

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang penting dalam hidup seseorang, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejahatan terhadap anak kerap kali terjadi di Indonesia. Kondisi ini begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

PERANCANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG DAMPAK KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS PADA ANAK DALAM LINGKUNGAN RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE PENYALAHGUNAAN SILIKON DAN KOLAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL

BAB 4 KONSEP DESAIN Komponen Iklan Layanan Masyarakat

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB II KAJIAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga,

Gambar III.1 SWOT Sumber: Data Pribadi (15 juni 2016)

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tujuan Komunikasi

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai collaborative governance pada penyelenggaraan pelayanan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan seksual ini juga tidak hanya berlangsung di lingkungan

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Layout. Layout menurut Gavin Amborse & Paul Harris, (London 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan kelompok pariwisata merupakan kelompok

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UCAPAN TERIMAKASIH...

IV. KONSEP PERANCANGAN

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. Penggalangan kampanye sosial tentang anti rokok marak dilakukan. Hal ini dilatar

BAB 4 KONSEP DESAIN. Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul, Tipografi dalam Desain Grafis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. pihak lain, agar dapat saling mempengaruhi diantara keduanya.

SAMBUTAN pada PELATIHAN SATGAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jakarta, Mei 2016

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi bayi dan perkembangannya di kemudian hari. ASI dipercaya dapat menguatkan

A. Konsep. Dapat menarik perhatian khalayak Bisa digunakan untuk diskusi kelompok maupun pleno Bisa dipasang (berdiri sendiri)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. Dalam perancangan media kampanye sosial ini diperlukan adanya

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 4 KONSEP DESAIN. Untuk menemukan rujukan yang tepat sebelum melakukan pendekatan desain

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. sepia agar memberikan kesan dramatis. memiliki tingkat keterbacaan yang cukup baik.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Mellitus ataupun yang lebih sering dikenal dengan sebutan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu kekerasan seksual pada anak memang menjadi sebuah masalah yang beberapa tahun terakhir ini meningkat, baik kuantitas kasus maupun skalanya. Negara dianggap gagal dalam melindungi anak-anak, sehingga kekerasan ini terus-menerus berlangsung. Isu kekerasan seksual anak biasanya diikuti juga dengan praktek eksploitasi seksual anak. Eksploitasi seksual pada anak merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak berupa penggunaan kekerasan dan anak dijadikan objek seksual dan objek komoditas secara terusmenerus yang meliputi praktek-praktek pelacuran anak, pornografi anak, perdagangan seks anak, dan pariwisata seks anak. Kasus pedophilia yang pernah diberitakan media di Jakarta International School (JIS) menambah daftar panjang kasus kekerasan seksual pada anak-anak yang terjadi di Indonesia. Kasus serupa juga terjadi pada 11 pelajar di Medan, dilakukan oleh gurunya yang merupakan warga negara Singapura. Kasus berikutnya terjadi di Tenggarong, Kalimantan Timur, seorang guru melakukan sodomi kepada muridnya. Berita lain pada tahun 2010 lalu, kasus pedophilia yang disertai kasus pembunuhan dan mutilasi menimpa 14 anak jalanan di Jakarta, pelakunya adalah Babe Baikuni yang dikenal dengan sebutan 'Babe'. Andri Sobari alias Emon bin Nanang Sobari, menurut bukti-bukti yang telah didapatkan oleh pihak berwajib, sudah mencabuli 114 anak di Sukabumi. Kasus asusila itu dilakukan pelaku di pemandian Liosanta, Citamiang, Kota Sukabumi. Kasus kejahatan seksual yang dilakukan Emon di Sukabumi merupakan kasus yang sangat luar biasa, bahkan jumlah korbannya tertinggi di Indonesia. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak menyebutkan, bahwa kejahatan seksual yang terjadi saat ini sedang mengancam dunia anak. Kasus ini 1

2 perlu disikapi serius oleh berbagai pihak, khususnya pemerintah. Situasi kejahatan seksual terhadap anak sudah sangat darurat. Kasus kejahatan seksual saat ini tidak hanya terjadi di luar rumah, tetapi ada juga yang terjadi di dalam rumah, dengan pelakunya adalah orang tua sendiri, paman, kakak, hingga orang tua tiri. Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini menunjukkan betapa kurang sensitif dan pekanya orang tua terhadap keamanan anaknya, sehingga menjadi penyebab utama kejahatan seksual yang terjadi pada anak. Kondisi nyata yang terjadi adalah orang tua cenderung sibuk dengan kegiatannya, bahkan bagi kebanyakan keluarga yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas, sehingga para orangtuanya lebih mempercayakan anaknya kepada sekolah yang sudah dibayar mahal untuk pendidikannya atau kepada para pengasuh anak. Kondisi serupa juga terjadi pada keluarga yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, yakni para orang tua tersebut membiarkan anaknya bermain bebas di lingkungan rumahnya, sehingga kondisi tersebut membuat anak-anak sangat rawan akan tindak kejahatan seksual, karena kurangnya pengawasan dari para orang tuanya. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat setiap tahunnya ada sekitar kurang lebih 400 anak Indonesia yang menjadi korban kekerasan seksual, baik yang dilakukan oleh keluarga maupun orang dewasa lainnya. Masyarakat memerlukan adanya tim reaksi cepat perlindungan anak di sekolah hingga di lingkungan tingkat Rukun Tetangga (RT). Tim ini perlu melibatkan peran serta masyarakat. Informasi dan pengetahuan orang tua tentang masalah ini sangat diperlukan, karena tempat kejadian kekerasan setelah rumah adalah sekolah. Sekolah bisa melakukan simulasi-simulasi efektif dengan diberikan pengetahuan yang cukup, bahwa seorang anak hanya bisa disentuh oleh tiga orang yaitu dirinya sendiri, ibunya, dan dokter. Dokter juga harus didampingi pada saat memeriksa seorang anak, namun yang terpenting adalah kesigapan para orang tua untuk membangun komunikasi dua arah yang baik dengan anak. Langkah selanjutnya adalah para orang tua juga dihimbau untuk membekali anak dengan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi sejak usia dini dan cara membela diri secara tepat, sehingga kejahatan seksual terhadap anak dapat diminimalkan, bahkan dihindari.

3 P2TP2 (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan) didirikan Pemerintah Kota Bandung sejak tahun 2002, berdasarkan kajian dari Pusat Studi Wanita Universitas Padjajaran dan Program Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dalam upaya pelayanan penanganan masalah perempuan (Women Crisis) melalui Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor 260/Kep.1449-Huk/2002, tanggal 29 Oktober 2002. Jumlah pelayanan kasus yang terus meningkat terhadap Korban Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada tahun 2008, mengakibatkan Pemerintah Kota Bandung menjadikan lembaga P2TP2 ini memiliki pelayanan yang lebih profesional, berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 265, tanggal 26 Maret 2008, sehingga berubah menjadi UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) dan diperbarui kembali melalui Peraturan Walikota Bandung Nomor 413, tahun 2010, tanggal 17 Juni 2010. UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) menyadari bahwa tingkat kejahatan seksual di Indonesia semakin tinggi dan sudah sangat memprihatinkan. Jumlah korban dari berbagai daerah akibat kejahatan seksual semakin tinggi, serta belum efektifnya tindakan yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi tingkat kejahatan ini, sehingga dibutuhkan program khusus untuk membantu masyarakat agar lebih serius menanggapi kasus ini. Program khusus mengenai informasi bahaya kejahatan seksual terhadap anak yang dibuat memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai sarana pembantu dalam mencegah tindak kejahatan ini, agar para orang tua lebih bisa menjaga anak-anaknya, sehingga tindak kejahatan ini tidak menimpa anak-anak. Program khusus mengenai informasi bahaya tindak kejahatan seksual pada anak yang digagas oleh UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) saat ini menghadapi beberapa kendala, salah satunya adalah pengetahuan orang tua mengenai masalah ini yang dirasa masih kurang. Orang tua di Indonesia, khususnya di Kota Bandung, masih banyak yang belum mengetahui tentang kampanye informasi bahaya kejahatan seksual pada anak. Orang tua yang menyadari betapa pentingnya menjaga anak, sebagian besar belum mengetahui cara tepat untuk melakukan perlindungan yang baik terhadap anak dari tindak kejahatan seksual. Program khusus yang dicanangkan oleh UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan

4 Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) belum berjalan maksimal, sehingga dibutuhkan sebuah usaha tepat yang dapat membantu sosialisasi program ini, agar dapat diketahui oleh para orang tua di Indonesia, khususnya di Kota Bandung. Program khusus mengenai bahaya kejahatan seksual anak di Kota Bandung yang dicanangkan oleh UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) di Kota Bandung akan disosialisasikan dalam bentuk kampanye. Media kampanye yang akan dibuat dalam program khusus ini berupa poster, flyer/selebaran, brosur, sticker, dan slide presentasi. Rancang kampanye yang dibuat ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Kota Bandung dalam menginformasikan program Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung, agar orang tua mengetahui mengenai program tersebut dan paham mengenai menjaga keamanan anak dari pelaku tindak kejahatan seksual. 1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah Kampanye ini diharapkan dapat menjadi cahaya benderang bagi jutaan anak di Indonesia, khususnya Kota Bandung, yang menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual, serta menjadi usaha pencegahan efektif, dan sebagai landasan bagi semua upaya agar kedepannya tidak sampai terjadi tindak kejahatan seksual pada anak di Indonesia, khususnya di Kota bandung. 1.2.1 Perumusan Masalah Identifikasi masalah dalam program perancangan Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana cara yang tepat untuk menginformasikan dan mengajak para orang tua agar lebih peduli terhadap bahaya dan dampak kejahatan seksual pada anak, khususnya di Kota Bandung. 2. Bagaimana merancang visualisasi yang tepat dan komunikatif sehingga pesan dalam Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan

5 Seksual Pada Anak yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para orang tua, khususnya di Kota Bandung. 3. Bagaimana merancang berbagai media kampanye yang tepat dan dapat dijangkau informasinya oleh para orang tua, khususnya di Kota Bandung. 1.2.2 Pembatasan Masalah Proses perumusan masalah dalam perancangan Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung telah dirumuskan di atas, kemudian akan ditentukan fokus permasalahannya melalui pembatasan sebagai berikut: 1. Program Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung akan diinformasikan kepada para orang tua dalam bentuk kampanye sosial dengan penekanan pesan pada dampak jangka panjang yang akan diderita oleh anak korban kejahatan seksual, karena masih banyak orang tua yang belum mengetahui dampak jangka panjang dari korban pedophilia, sehingga perlu dilakukan kampanye sosial dengan gaya pendekatan pesan yang baru dan lebih informatif serta memberikan efek dramatis kepada para orang tua. 2. Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung yang dirancang ini akan menggunakan visual dengan pendekatan fotografi yang dramatis, cenderung kelam, dengan warna-warna gelap, dan penggunaan tipografi yang mendukung tema kampanye, serta dapat menginformasikan secara jelas dari maksud dan tujuan kampanye itu sendiri, karena efek dramatis dari visualisasi kampanye ini diharapkan agar para orang tua dapat dengan mudah dan langsung mengetahui informasi yang terkandung di dalam kampanye tersebut serta mampu menggugah rasa para orang tua untuk lebih menjaga keselamatan anaknya dari para pelaku kejahatan seksual. 3. Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung akan diinformasikan melalui berbagai media grafis yang bersifat below the line dibantu dengan media presentasi, seperti poster,

6 flyer/selebaran, brosur, sticker, dan slide/media presentasi dengan bantuan komputer atau alat sejenis, karena media-media tersebut akan efektif dalam menyampaikan pesan atau informasi kampanye ini, sehingga diharapkan rencana dari program ini dapat diketahui secara tepat dan dengan mudah dapat dijangkau informasinya oleh para orang tua, khususnya di Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Program khusus yang dibuat UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kota Bandung untuk menginformasikan bahaya kejahatan seksual terhadap anak bagi para orang tua memiliki maksud dan tujuan yang jelas. Program ini diharapkan mampu menjadi solusi nyata dalam meminimalkan situasi yang sudah meresahkan para orang tua, khususnya di Kota Bandung. 1.3.1 Maksud Rancang kampanye informatif mengenai bahaya kejahatan seksual pada anak di Kota Bandung, yang divisualisasikan secara dramatis dengan menggunakan efek visual kelam, serta diaplikasikan pada berbagai media grafis/tercetak yang efektif bagi para orang tua. 1.3.2 Tujuan Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung memiliki berbagai tujuan, antara lain: 1. Membuat para orang tua memahami dan menyadari betapa rawannya anak-anak dari berbagai tindak kejahatan seksual, sehingga lebih memperhatikan keamanan dan keselamatan anaknya. 2. Mengharmoniskan hubungan antara orang tua dengan anak, melalui komunikasi yang efektif dan intens.

7 3. Meluruskan pemikiran/pandangan yang selama ini terdapat di masyarakat, bahwa para orang tua tidak bisa menyerahkan sepenuhnya mengenai pendidikan anak-anaknya kepada sekolah, karena seharusnya para orang tua yang menjadi guru dan panutan bagi anak. 4. Menggugah perasaan para orang tua untuk lebih waspada terhadap lingkungannya, terutama pada lingkungan yang memiliki potensi untuk terjadinya kejahatan seksual pada anak. 1.4 Manfaat Proyek Akhir Rancang Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung memiliki dua manfaat, yaitu manfaat profesi dan manfaat akademis, dimana manfaat profesi adalah manfaat untuk lembaga yang bersangkutan, sedangkan manfaat akademis adalah manfaat untuk seluruh sivitas akademika Universitas Widyatama, khususnya mahasiswa Fakultas Desain Komunikasi Visual, baik yang sedang melaksanakan proyek akhir mengenai kampanye maupun yang hanya mencari referensi mengenai kampanye. 1.4.1 Manfaat Profesi Rancang kampanye yang dibuat akan memberi manfaat bagi UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kota Bandung sebagai inisiator program mengenai informasi bahaya kejahatan seksual pada anak di Kota Bandung, sehingga manfaat bagi institusi dalam kampanye ini akan diuraikan sebagai berikut: 1. Kampanye ini akan membantu UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kota Bandung dalam proses sosialisasi informasi bahaya kejahatan seksual pada anak di Kota Bandung. 2. Kampanye yang dibuat akan membantu UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan

8 Anak) Kota Bandung untuk menjelaskan kepada para orang tua mengenai bahaya kejahatan seksual yang mengancam anak mereka dan menjelaskan pula cara pencegahannya. 1.4.2 Manfaat Akademis Kampanye ini juga memiliki manfaat bagi segenap sivitas akademika Universitas Widyatama, khususnya bagi Fakultas Desain Komunikasi Visual, dengan manfaat yang akan diuraikan sebagai berikut: 1. Rancang kampanye ini dapat menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa Universitas Widyatama, khususnya mahasiswa Fakultas Desain Komunikasi Visual mengenai kampanye tentang Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung. 2. Rancang kampanye ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian dengan objek yang sama pada tahun-tahun berikutnya, khususnya bagi segenap sivitas akademika di lingkungan Fakultas Desain Komunikasi Visual, umumnya bagi seluruh mahasiswa Universitas Widyatama mengenai subjek kampanye. 1.5 Sistematika Penulisan Tahap sistematika penulisan Proyek Akhir Grafis dengan tema Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian penjelasan utama berdasarkan bab-bab penulisan. Bab I Pendahuluan Kasus kekerasan seksual pada anak memang menjadi sebuah masalah yang beberapa tahun terakhir ini meningkat di Indonesia. Pemerintah dianggap gagal dalam melindungi anak-anak dan menangani masalah ini, karena kuantitas kasus maupun skalanya yang setiap tahun semakin bertambah. Kasus pedophilia yang terjadi di Jakarta International School (JIS), Medan, dan

9 Tenggarong, menjadi kasus pedophilia yang disertai tindak pidana pembunuhan dan mutilasi, serta kasus dari pelaku Emon bin Nanang Sobari di Sukabumi yang merupakan kasus sangat luar biasa yang pernah ada di Indonesia. Kasus di atas hanya sedikit contoh dari kasus terakhir yang terjadi di Indonesia. Fenomena kejahatan seksual ini perlu disikapi dan ditindak secara serius oleh berbagai pihak, khususnya oleh pemerintah. Pemerintah Kota Bandung dalam menghadapi masalah tersebut menginisiasi sebuah program, yaitu program Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak melalui UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak), dimana program ini dapat membantu dalam mencegah tindak kejahatan seksual pada anak di Kota Bandung. Informasi mengenai bahaya kejahatan seksual pada anak saat ini belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat Kota Bandung, sehingga perlu dirancang sebuah kampanye untuk membantu Pemerintah Kota Bandung untuk menginformasikan program tersebut kepada masyarakat. Bab II Kajian Masalah Upaya mengajak masyarakat dalam program pencegahan tindak pelecehan pada anak, Little Warriors Organization yang bertempat di Kanada meluncurkan kampanye yang memiliki headline Make it Stop. Kampanye ini memberikan fakta dari dampak tindakan pelecehan seksual terhadap anak yang dialami para korbannya. Data yang tertera menunjukkan betapa sangat memprihatinkannya para korban dari tindak pelecehan seksual. Kampanye ini berupaya mengajak masyarakat agar lebih peduli dan tidak menganggap masalah ini sebagai masalah biasa serta mau bersama-sama bertanggung jawab dalam pencegahan permasalahan tindak pelecehan pada anak.

10 Bab III Analisis Masalah UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) merupakan lembaga pemerintah yang melayani penanganan masalah perempuan dan anak di Kota Bandung. Tindak kejahatan seksual pada anak atau lebih dikenal dengan pedophilia, bermakna orang-orang yang secara eksklusif mempunyai ketertarikan seksual pada anak-anak pra-remaja yaitu di bawah usia 13 tahun. Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak ini ditujukan kepada para orang tua yang memiliki anak pada pendidikan sekolah dasar atau di bawah usia 13 tahun, agar lebih menjaga lingkungan keamanan dan keselamatan anak-anaknya dari para pelaku tindak kejahatan seksual, sehingga tindak kejahatan seksual tersebut tidak terjadi pada anak-anaknya. Bab IV Pembatasan Masalah Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung ini akan menggunakan beberapa pendekatan seperti jenis kampanye ideologically course oriented campaigns, dimana kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi pada perubahan sosial. Tipografi yang akan digunakan adalah perpaduan antara huruf tanpa kait (sans serif) dengan huruf berkait (serif), karena dinilai lebih sederhana dan akrab serta memiliki tingkat keterbacaan yang cukup baik oleh audience. Warna yang akan digunakan adalah warna-warna gelap dan menyala yang akan memberikan kesan kelam dan tegas, karena sesuai dengan tujuan dari kampanye itu. Elemen estetis yang akan digunakan adalah shading-line. Elemen estetis ini digunakan untuk mempertegas informasi mengenai inisiator dari program kampanye, sekaligus menunjukkan logo kampanye ini. Gaya visual yang akan digunakan adalah realisme. Realisme dalam seni rupa adalah usaha untuk menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel

11 atau interpretasi tertentu. Bahasa visual yang akan digunakan adalah bahasa metafora. Bahasa visual metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu hal secara langsung dan memberikan makna tertentu sesuai dengan keinginan perancang grafisnya. Gaya gambar yang akan digunakan adalah gaya gambar fotografi. Gaya gambar fotografi adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Layout yang akan digunakan dalam kampanye ini meliputi elemen teks, elemen visual, dan invisible elements. Layout yang digunakan lebih menekankan kepada kemudahan alur baca dari audiens. Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak menggunakan pendekatan-pendekatan seperti di atas, bertujuan memberikan informasi secara tegas dan langsung, serta tersampaikan dengan baik pada target audience. Bab V Rincian Tugas Kampanye yang dirancang untuk program Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung harus dapat menyampaikan informasi secara tepat mengenai program tersebut kepada masyarakat Kota Bandung. Media kampanye akan dibuat melalui berbagai media grafis, yaitu poster, flyer/selebaran, brosur, sticker, dan slide/media presentasi, karena media-media tersebut dirasa tepat untuk penyebaran informasi bahaya kejahatan seksual pada anak dan dapat lebih mudah diketahui serta mudah dijangkau oleh para orang tua di Kota Bandung.