KATA PENGANTAR. Malang, 2012 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

Indeks Pembangunan Manusia

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

Katalog BPS :

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

1.1 LATAR BELAKANG. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB II URAIAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup


Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

Katalog BPS:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

2.1. Konsep dan Definisi

jayapurakota.bps.go.id

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

KATA SAMBUTAN WALIKOTA MADIUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia


BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

Kerjasama : Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS Dengan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kudus Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA PAREPARE 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Bupati Kepulauan Anambas


BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

Lokasi: Dermaga Desa Kota Batu, Kec.Warkuk Ranau Selatan. suatu paradigma yang menempatkan manusia sebagai titik

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PAREPARE TAHUN 2014

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan ridho-nya sehingga telah tersusun buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Malang Tahun 2011 yang merupakan lanjutan dari publikasi IPM Kabupaten Malang Tahun 2010. Buku Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang Tahun 2011 adalah salahsatu produk buku yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang yang menyajikan data indeks komposit dari tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu, lamanya hidup (Longetivity), pengetahuan (Knowledge) dan hidup layak (Decent living). Indeks ini sangat penting untuk melihat sampai seberapa jauh pertumbuhan dan pemerataan pembangunan manusia secara nyata sehingga diharapkan dengan terbitnya buku ini dapat memberi informasi serta bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan perencanaan pembangunan manusia seutuhnya. Kepada semua pihak yang telah ikut membantu penyusunannya, disampaikan terima kasih. Kritik dan saran diharapkan, guna penyempurnaan dalam penyusunan berikutnya. Demikian, semoga buku IPM Kabupaten Malang Tahun 2011 ini dapat memberikan manfaat bagi penggunanya. Malang, 2012 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang Dr.Nehruddin, SE. MM. Pembina Utama Muda NIP 19531110 197903 1 021 i

D A F T A R I S I KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... Iv BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Maksud dan Tujuan... 1.3 Ruang Lingkup... 1.4 Sistimatika Penulisan... 1 1 4 5 5 BAB II PEMBANGUNAN MANUSIA... 7 2.1 Konsep Pembangunan Manusia... 7 2.2 Ukuran Pembangunan Manusia... 11 2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pembangunan Manusia... 13 2.4 Manfaat IPM Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah... 14 BAB III METODOLOGI... 15 3.1 Konsep dan Difinisi... 16 3.2 Metode Penghitungan... 22 3.3 Sumber Data... 31 3.4 Metode Analisis... 31 BAB IV GAMBARAN UMUM... 32 4.1 Gambaran Wilayah... 32 4.2 Penduduk... 35 4.3 Potensi Wilayah... 39 BAB V ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA... 45 5.1 Indikator Pendidikan... 48 5.2 Indikator Kesehatan... 57 5.3 Indikator Perumahan... 63 5.4 Indikator Ketenagakerjaan... 67 BAB VI I P M... 73 6.1 IPM Kabupaten Malang Antar Waktu... 73 6.2 Kecepatan Pencapaian Pembangunan Manusia... 75 6.3 IPM per Kecamatan... 77 BAB VII PENUTUP... 92 ii

Tabel 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 4.1. 4.2. Indikator Komponen IPM. Dimensi IPM Tingkatan Status IPM.. Jenjang Prndidikan dan Skor Untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Penduduk Kabupaten Malang Berdasarkan Hasil Susenas Tahun 2008 2011.... Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Tahun 2007-2011.. DAFTAR TABEL Halaman 23 24 25 40 5.1. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Yang dapat Membaca dan Menulis di Kabupaten Malang Tahun 2009-2011 50 5.2. Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas di Kabupaten Malang dan Sekitarnya Tahun 2009-2011.. 54 5.3. Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Malang dan Sekitarnya Tahun 2011... 56 5.4. Persentase Angka Harapan Hidup Kabupaten Malang dan Sekitarnya Tahun 2009 2011... 60 5.5. Presentase Angka Kematian Bayi Kabupaten Malang dan Sekitarnya Tahun 2009 2011.. 62 5.6. Presentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Perumahan Tahun 2009 2011.... 64 5.7. Presentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Perumahan Tahun 2009 2011.... 66 5.8. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Malang dan Sekitarnya Tahun 2009 2011... 68 5.9. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Kabupaten Malang dan Sekitarnya Tahun 2009 2011.. 70 5.10. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Malang dan Sekitarnya Tahun 2007 2009... 71 6.1. Indeks Komponen IPM Kabupaten Malang dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2010 2011... 74 6.2. Indeks Pembangunan Manusia dan Shortfall di Kabupaten Malang dan Sekitarnya 2010-2011... 76 6.3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang dan Komponennya Dirinci Menurut Kecamatan 2011. 79 6.4. IPM Kabupaten Malang dan Reduksi Shortfall Menurut Kecamatan Tahun 2010-2011... 81 28 37 iii

DAFTAR GRAFIK Grafik Halaman 4.1. Piramida Penduduk Kabupaten Malang Tahun 2011 38 5.1. Rata-rata Lamanya Sekolah Penduduk Kabupaten Malang Tahun 2009-2011 53 iv

1.1 Latar Belakang Undang-Undang (UU) nomor 22 dan 25 tahun 1999 tentang otonomi daerah bermakna bahwa sebagian besar wewenang dan tanggung jawab penyelenggara pembangunan telah didelegasikan kepada pemerintah daerah. Dengan asumsi bahwa pemerintah daerah lebih mengetahui dan memahami kondisi, situasi, potensi dan kebutuhan spesifik daerahnya maka perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah diharapkan akan lebih tepat sasaran. Sebagaimana diketahui bahwa issue utama pembangunan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan. Semua itu mengarah pada pembangunan sumber daya manusia. Menurut pandangan the United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan bahwa pembangunan manusia (human development) adalah pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dan bukan hanya sebagai alat pembangunan semata. Hal ini berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi. Asumsi yang dipakai adalah suksesnya pembangunan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Padahal pembangunan 1

yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi justru cukup banyak yang berdampak negatif pada kualitas sumber daya manusia. Untuk itulah maka prioritas pembangunan tidak boleh hanya memfokuskan pada bidang ekonomi (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi yang terkendali, surplus neraca pembayaran, dan orientasi skala makro lainnya) yang merupakan penggerak pembangunan, tetapi juga memperhatikan pembangunan sumber daya manusia seutuhnya. Sejalan dengan semangat perencanaan pembangunan berbasis kinerja, maka diperlukan suatu indikator guna mengukur kinerja pembangunan manusia. Setidaknya ada dua indikator komposit yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas pembangunan manusia. Kedua indikator tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Inti dari kegiatan pembangunan manusia adalah terbentuknya manusia yang sejahtera jasmani dan rohani. Atau dengan kata lain mampu melahirkan generasi yang kuat secara fisik, cerdas dan luas wawasannya serta mempunyai akhlak yang terpuji. UNDP merekomendasikan tingkat keberhasilan pembangunan manusia di suatu negara secara minimal dapat direfleksikan dengan tingkat pemenuhan tiga unsur, yaitu: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Oleh karena itu, UNDP menyusun IPM berdasarkan pada 3 (tiga) kriteria, yaitu : 1). Angka harapan hidup (life expectancy at age 0 : e0) untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat, 2). Angka melek huruf dewasa (adult literacy rate: Lit) dan rata-rata Lama Sekolah (mean years of schooling: MYS) untuk mengukur tingkat pendidikan sekaligus ketrampilan dan 3). Purchasing Power Parity (merupakan ukuran 2

pendapatan yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli) untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Sedangkan IKM adalah indeks komposit yang mengukur keterbelakangan dalam tiga dimensi yaitu lamanya hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup layak (decent living). Indeks ini disusun dari tiga indikator; penduduk yang diperkirakan tidak berumur panjang yang diukur dengan peluang suatu populasi untuk tidak bertahan hidup sampai usia 40 tahun; ketertinggalan dalam pendidikan yang diukur dengan angka buta huruf penduduk dewasa atau usia 10 tahun ke atas; dan keterbatasan akses terhadap pelayanan dasar. Adapun keterbatasan akses pelayanan dasar meliputi persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih, persentase penduduk yang tidak memiliki akses ke sarana kesehatan dan persentase anak berumur lima tahun ke bawah (balita) dengan status gizi kurang. Dalam studi ini kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Malang hanya diukur dan digambarkan dengan hasil penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan IKM tidak dibahas pada laporan ini. Indeks komposit Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM) berbeda dengan indikatorindikator lainnya yang hanya mengukur sisi sosial atau ekonominya saja, IPM mengukur dari sisi sosial dan ekonomi secara bersamaan. UNDP menggunakan IPM ini sejak tahun 1990. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi bahan diskusi yang menarik dan menjadi perhatian banyak pihak sejak diterbitkan dan dipublikasikan oleh BPS dan UNDP pada tahun 1997. Sebagai alat ukur yang tunggal dan sederhana, IPM sangat cocok sebagai alat ukur kinerja 3

pembangunan, khususnya pembangunan manusia yang dilakukan di suatu wilayah pada waktu tertentu atau secara lebih spesifik IPM merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah, maka pada tahun 2011 ini Pemerintah Kabupaten Malang yang diwakili oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menindaklanjuti dengan menyajikan data yang berkaitan dengan kinerja pembangunan manusia, yaitu Indeks Pembangunan manusia (IPM) keadaan Tahun 2011. Pentingnya penyajian data tersebut didasarkan pada urgensi data IPM dalam menunjang keberhasilan pembangunan, yaitu dimaksudkan sebagai dasar pengambilan kebijakan utamanya berkaitan dengan kebijakan pembangunan bidang kesehatan, pendidikan dan upaya peningkatan pendapatan masyarakat. 1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan IPM Dalam penyusunan penghitungan IPM Kabupaten Malang, secara umum mempunyai maksud untuk memberikan gambaran umum bagi Pemerintah Kabupaten Malang mengenai kinerja pembangunan manusia di seluruh kecamatan se Kabupaten Malang. Dengan demikian diharapkan agar pembangunan manusia yang akan dilakukan lebih tepat sasaran dan sekaligus sebagai bahan evaluasi pembangunan manusia sehingga keputusankeputusan yang diambil oleh pihak yang berwenang dapat menguntungkan semua pihak. Selain tujuan pokok tersebut, masih ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yakni : 1. Memberikan gambaran umum bagi pemerintah Kabupaten Malang mengenai kinerja pembangunan manusia di seluruh kecamatan se Kabupaten Malang 2. Menumbuhkan kerjasama yang up to date dalam segala bidang khususnya dalam mengadakan suatu penelitian. 4

3. Menumbuhkan kebiasaan pada pihak penentu kebijakan agar menggunakan data dalam mengambil keputusan terutama dikaitkan dengan upaya perencanaan berbasis kinerja. 4. Menumbuhkan rasa cinta statistik dikalangan masyarakat, khususnya aparat pemerintah daerah. 1.3 Ruang Lingkup Penentuan ruang lingkup bertujuan agar penelitian yang dilakukan dapat lebih fokus dan tidak tumpang tindih antara bahasan yang satu dengan yang lain. Ruang lingkup penelitian pada dasarnya di bagi dua bagian besar, yaitu ruang lingkup studi dan ruang lingkup wilayah. Ruang lingkup studi mengambarkan bidang apa saja yang akan diteliti dan dianalisis. Pada penelitian ini ruang lingkup studinya adalah bidang kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan kemampuan daya beli masyarakat. Sedangkan ruang lingkup wilayah menggambarkan wilayah yang akan diteliti dan dianalisis. Pada penelitian ini ruang lingkup wilayahnya adalah seluruh kecamatan di Kabupaten Malang. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penyajian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Malang Tahun 2011 ini mencakup 7 bab dengan perincian sebagai berikut : 1. Bab I merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penyajian. 2. Bab II berisi pembangunan manusia yang membahas tentang konsep pembangunan manusia, pengukuran serta manfaat IPM bagi perencanaan pembangunan daerah. 5

3. Bab III merupakan bab metodologi yang membahas tentang konsep dan definisi, metode penghitungan IPM, serta sumber data dan metode analisisnya 4. Bab IV membahas mengenai gambaran umum keadaan di Kabupaten Malang yang mencakup gambaran wilayah, pemerintahan, kependudukan, potensi ekonomi dan sarana prasarana. 5. Bab V membahas mengenai analisis pembangunan manusia dari komponen IPM seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan ketenagakerjaan. 6. Bab VI membahas mengenai hasil dan pembahasan IPM yang meliputi hasil penghitungan IPM. 7. Bab VII merupakan kesimpulan dan saran-saran yang selanjutnya bisa diaplikasikan dalam pertimbangan penyusunan berbagai kepentingan. Selanjutnya, penulisan ini dilengkapi dengan lampiran beberapa tabel-tabel yang dianggap relevan. 6

2.1 Konsep Pembangunan Manusia Beberapa kalimat Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.tujuan utama dari pembuka pada Human pembangunan adalah menciptakan Development Report (HDR) lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, pertama yang dipublikasikan sehat dan menjalankan kehidupan yang oleh United Nations produktif.hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana.tetapi hal ini Development Programme seringkali terlupakan oleh berbagai (UNDP) pada tahun 1990 kesibukan jangka pendek untuk secara jelas menekankan mengumpulkan harta dan uang. pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik ditingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensip yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia memperluas pembahasan tentang konsep pembangunan dari diskusi tentang cara-cara (pertumbuhan Produk Domestik Bruto) ke diskusi tentang tujuan akhir dari pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu 7

masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Sebagaimana dinyatakan di dalam HDR pertama tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Diantara pilihan lain yang tak kalah pentingnya adalah kebebasan politik, jaminan atas hak asasi dan harga diri. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan peningkatan kemampuan manusia, seperti meningkatkan kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia juga mementingkan apa yang bisa dilakukan oleh manusia dengan kemampuan yang dimiliki untuk bersenang-senang, untuk melakukan kegiatan produktif, atau untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan budaya, sosial dan politik. Pembangunan manusia harus menyeimbangkan berbagai aspek tersebut. Pembangunan manusia mensyaratkan adanya kebebasan. Tujuan utama dari pembangunan manusia, yaitu untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia tidak mungkin tercapai tanpa adanya kebebasan untuk memilih apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka menjalani kehidupan. Manusia harus bebas untuk melakukan apa yang menjadi pilihannya di dalam sistem pasar yang berfungsi dengan baik, dan mereka harus memiliki suara yang menentukan dalam membentuk kerangka politik mereka. Orang yang memiliki kebebasan politik dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kerangka aturan- 8

aturan yang demokratis menuju konsensus dan konsolidasi, dan bukannya didekte oleh elite yang otokratis.dalam hal ini pembangunan manusia dan hak asasi manusia mempunyai kesamaan visi dan tujuan, yaitu untuk menjamin kebebasan, kemakmuran dan harga diri semua orang dimanapun mereka berada. Untuk menghindari salah pengertian, perbedaan antara cara pandang pembangunan manusia terhadap pembangunan dengan pendekatan konvensional yang menekankan pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal manusia, pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan rakyat dan pemenuhan kebutuhan dasar perlu diperjelas. Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi.model pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan sumberdaya manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi sebagai alat bukannya sebagai tujuan akhir. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses produksi. Adapun pendekatan kebutuhan dasar terfokus pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang. Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi dan distribusi komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat, pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia.pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu jender.dengan demikian, pembangunan manusia 9

tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor. Pembangunan manusia mempunyai empat elemen yaitu produktifitas, pemerataan, berkelanjutan dan pemberdayaan. Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan meningkat sehingga mereka akan menjadi agen pertumbuhan yang efektif. Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasilnya.pemerataan kesempatan harus tersedia baik untuk generasi sekarang maupun generasi penerus.semua orang, perempuan ataupun laki-laki harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak anti terhadap pertumbuhan.dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir.pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia.walaupun demikian, tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan pembangunan manusia.dalam jangka pendek, dengan pengeluaran publik teratur, suatu daerah dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembangunan manusia, meskipun tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti.meskipun demikian, bukanlah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai arti penting bagi pembangunan manusia. Dalam jangka panjang tidak akan ada kemajuan yang berkelanjutan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi. 10

Perhatian pembangunan manusia tidak hanya terfokus pada laju pertumbuhan (ekonomi) tetapi juga pada aspek pendistribusiannya. Jadi bukan hanya masalah berapa besar pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan yang seperti apa. Perhatian harus lebih ditujukan pada struktur dan kualitas dari pertumbuhan untuk menjamin bahwa pertumbuhan diarahkan untuk mendukung perbaikan kesejahteraan manusia baik bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Perhatian utama dari kebijakan pembangunan haruslah ditekankan pada bagaimana keterkaitan tersebut dapat diciptakan dan diperkuat. 2.2 Ukuran Pembangunan Manusia Ukuran yang dipakai untuk mengetahui status dan kemajuan pembangunan manusia ada empat macam indeks komposit yang dikembangkan oleh UNDP yaitu Indeks Pembangunan Manusia atau IPM (Human Development Indeks atau HDI), Indeks Pembangunan Gender atau IPGJ (Gender Related Development Indeks atau GDI), Indeks Pemberdayaan Gender atau IDG (Gender Empowerment Measure atau GEM), dan Indeks Kemiskinan Manusia atau IKM (Human Poverty Indeks atau HPI). 2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM mengukur capaian suatu daerah dalam tiga dimensi pembangunan manusia yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan standart kehidupan yang layak.indeks ini diukur dengan angka harapan hidup, capaian pendidikan dan tingkat pendapatan yang disesuaikan. 2.2.2 Indeks Pembangunan Gender (IPG) IPG mengukur pencapaian dalam dimensi dan variabel yang sama dengan IPM tetapi dengan memperhitungkan kesenjangan pencapaian antara perempuan dan laki-laki. IPG adalah IPM yang 11

disesuaikan (dikurangi) oleh adanya ketimpangan gender.makin besar kesenjangan antar gender dalam pembangunan manusia, makin rendah nilai IPG suatu daerah dibandingkan dengan nilai IPM-nya. 2.2.3 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) IDG menunjukkan apakah wanita dapat secara aktif berperan serta dalam kehidupan ekonomi dan politik. IDG menitikberatkan pada partisipasi, dengan cara mengukur ketimpangan gender dibidang ekonomi, partisipasi politik dan pengambilan keputusan. Indeks ini mengukur persentase wanita di parlemen, persentase wanita di antara tenaga profesional, teknisi, pegawai dan manajer, serta persentase penghasilan wanita dibandingkan penghasilan laki-laki. Berbeda dengan IPG, IDG melihat ketimpangan kesempatan di beberapa bidang. 2.2.4 Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) IKM mengukur kemiskinan di negara berkembang. Variabelvariabel yang digunakan adalah persentase penduduk yang diperkirakan tidak mencapai usia 40 tahun, persentase penduduk dewasa yang buta huruf, dan deprivasi dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi secara keseluruhan, baik yang bersifat publik atau bukan, yang diwakili oleh persentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih, dan persentase anak berumur lima tahun ke bawah dengan berat badan rendah (kurang gizi). Dalam Publikasi " Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang Tahun 2011 " ukuran yang dipakai untuk mengukur status dan kemajuan pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 12

2.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dalam PembangunanManusia Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pembangunan manusia pada hakekatnya adalah suatu proses memperbesar pilihan-pilihan manusia. Dalam definisi tersebut di tegaskan bahwa focus pembangunan yang sesungguhnya adalah penduduk atau manusia itu sendiri. Menurut UNDP, penduduk adalah kekayaan nyata suatu bangsa. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa konsep pembangunan manusia sebagai upaya pembangunan kemampuan diri sendiri, yang mengandung empat unsur yaitu produktifitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan. Namun Kependudukan merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan yang mencakup antara lain mengenai distribusi, jumlah, dan komposisi penduduk. Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas merupakan modal pelaksanaan pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun sebaliknya penduduk yang berjumlah besar tanpa diupayakan pengembangan kualitasnya akan menjadi beban bagi pembangunan yang seharusnya dinikmati oleh keseluruhan penduduk tersebut. Penduduk selalu dinamis karena dalam kehidupannya akan mengalami pergeseran komposisi dari segi jumlah yang disebabkan oleh kelahiran, kematian dan perpindahan. Data Kependudukan merupakan salah satu informasi yang seharusnya dibutuhkan untuk perencanaan pembangunan. Variabel demografis (Kelahiran, Kematian dan perpindahan) akan mempengaruhi dinamika penduduk (Perubahan jumlah penduduk, komposisi dan pertumbuhan penduduk). Dinamika penduduk tersebut akan 13

mempengaruhi kebutuhan terhadap mutu manusia seperti kesehatan, pendidikan, keamanan dan lainnya. 2.4 Manfaat IPMDalam Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah, pemanfaatan IPM antara lain : a) Sebagai alat advokasi kepada para pengambil keputusan dan perumus kebijakan tentang langkah-langkah pada masa mendatang yang perlu dilakukan. b) Sebagai salah satu ukuran dan patokan dasar dalam penentuan sasaran dan tujuan pembangunan daerah. c) Sebagai alat ukur pemantauan status pembangunan manusia, IPM sangat sensitif terhadap perubahan yang sedang terjadi, misalnya akibat krisis moneter ada indikasi nilai IPM turun sebagai akibat menurunnya tingkat pendapatan. d) Sebagai Sistem Informasi Pembangunan Manusia guna pembuatan kajian tentang status pembangunan manusia, baik tentang tingkat dan pencapaian selama satu periode dan bagian yang memusatkan perhatian pada kemajuan dan pencapaian program sektoral serta kaitannya dengan program nasional. e) Sebagai sumber data pemantauan pembangunan manusia untuk memperoleh gambaran lebih dalam dan rinci tentang situasi pembangunan manusia diperlukan indikator ekonomi, sosial dan kependudukan yang relevan dengan aspek pembangunan. Indikatorindikator ini bisa dimanfaatkan untuk membuat suatu kajian tentang situasi pembangunan manusia disuatu wilayah. 14

Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kondisi hasil pembangunan suatu Negara atau daerah diantaranya dapat dilihat dari unsur-unsur pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Dimana Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah indeks komposit yang dibuat lebih dari satu indeks yang digabung menjadi indeks tunggal. Indeks ini penting untuk melihat sampai seberapa jauh pertumbuhan dan pemerataan hasil pembangunan mampu secara nyata memberikan output berupa peningkatan kebutuhan fisik dasar manusia dan perluasan kemampuan manusia untuk melakukan pilihan-pilihan. Agak berbeda dengan Indeks Mutu Hidup (IMH) yang berfungsi sebagai indikator fisik (mengukur tingkat kemajuan), maka IPM cenderung berfungsi sebagai indikator posisi (membandingkan keberhasilan pembangunan antar waktu atau wilayah). Sebagai ukuran kemajuan pembangunan manusia, IPM dapat digunakan untuk mengkaji kemajuan pembangunan manusia dalam dua aspek. Pertama, untuk perbandingan antar wilayah yang memperlihatkan posisi suatu wilayah relatif terhadap wilayah yang lain berdasarkan besaran IPM yang disusun dalam suatu peringkat dari kemajuan pembangunan manusia di berbagai wilayah dalam kawasan yang sama. Kedua, untuk mengkaji kemajuan dari pencapaian setelah berbagai program diimplementasikan dalam suatu periode. Pembangunan manusia yang berhasil akan membuat usia rata-rata masyarakatnya meningkat; juga ditandai dengan peningkatan pengetahuan yang bermuara pada peningkatan kualitas SDM. Pencapaian dua hal tersebut selanjutnya akan meningkatkan 15

produktivitas sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu hidup dalam arti hidup layak. Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang tersedia. Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula, definisi yang diuraiakan dalam publikasi ini pada dasarnya untuk tujuan penyusunan IPM. Definisi IPM merupakan suatu ukuran komposit yang mengukur pencapaian keseluruhan suatu negara yang dipresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan serta kualitas hidup yang layak. Dalam buku teks yang relevan, sering disebutkan bahwa besaran IPM dihitung melalui 3 komponen yaitu Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Kemampuan Daya Beli. Mengawali penjelasan mengenai konsep dan definisi, berikut ini dijelaskan mengenai beberapa istilah yang berhubungan dengan pengukuran pembangunan manusia difokuskan pada tiga dimensi yang dianggap esensial bagi kehidupan manusia yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup layak (decent living standards). Kejelasan pengertian dari tiga istilah ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan IPM. Disamping itu pada bab ini juga akan dijelaskan konsep dan definisi lain yang digunakan dalam pembangunan tentang IPM. 3.1 Konsep dan Definisi Supaya lebih mudah memahami isi bahasan di publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Malang disini perlu dijelaskan mengenai konsep dan definisi masing-masing sub bahasan. 16

3.1.1. Usia Hidup Komponen ini diukur melalui pendekatan angak harapan hidu waktu lahir yang biasa dinotasikan dengan e 0. Karena di Indonesia tidak memiliki sistem registrasi penduduk yang baik, maka e 0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup per wanita usia 15-49 tahun menurut kelompok umur lima tahunan. 3.1.2. Pengetahuan Komponen pengetahuan di ukur melalui dua indikator, yaitu angak melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sumber data kedua indikator ini adalah Sensus Penduduk dan Susenas. Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis sedangkan ratarata sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. 3.1.3. Standar Hidup Layak Standar hidup layak merupakan komponen ketiga selain dua komponen diatas yang juga diakui secara luas sebagai unsur dasar pembangunan manusia. Berbeda dengan UNDP yang mengunakan GDP riil yang disesuaikan untuk mengukur standar hidup layak, BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran perkapita riil ysng disesuaikan dengan formula atkinson. 3.1.4. Definisi-Definisi Lainnya Beberapa konsep dan defenisi yang perlu diketahui untuk memudahkan pemahaman tentang IPM antara lain adalah : Pembangunan manusia adalah suatu proses memperbesar pilihan-pilihan bagi bidang penduduk (a process of ebfarging people s choces of people). 17

Penduduk adalah setiap orang yang menetap di suatu wilayah selama enam bulan atau lebih dan atau domisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap lebih dari enam bulan. Angka Beban Ketergantungan (Dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang termasuk dalam usia tidak produktif (0-14 tahun/penduduk usia muda dan 65 tahun keatas/penduduk usia tua) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun). Akses terhadap air bersih :persentase rumahtangga yang menggunakan air minum yang berasal dari air meneral, air leding/pam, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung. Akses terhadap sanitasi : persentase rumah tangga yang memiliki kamar mandi sendiri atau dapat menggunakan fasilitas kamar mandi umum. Angka buta huruf (ABH) : proporsi penduduk berusia 10 tahun keatas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurangi dengan angka melek huruf (dewasa). Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir :perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Kematian Bayi (IMR) : jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka Melek Huruf (AMH) : proporsi penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Angka Morbiditas : proporsi dari keseluruhan penduduk yang menderita akibat masalah kesehatan (keluhan) hingga mengganggu aktifitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. 18

Angka Partisipasi Sekolah : proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu ( 7-12, 13 15, 16 18, dan 19 24 ) yang masih duduk dibangku sekolah. Angka Partisipasi Tenaga Kerja: proporsi dari penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja. Angka Putus Sekolah : proporsi dari penduduk berusia antara 7 hingga 15 tahun yang tidak terdaftar pada berbagai tingkatan pendidikan dan tidak menyelesaikan sekolah dasar atau sekolah menengah tingkat pertama. Angkatan Kerja: jumla penduduk usia kerja yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk usia kerja adalah jumlah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Bekerja : kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama 1 (satu) jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Enrolment, Gross enrolment ratio : adalah jumlah pelajar yang terdaftar di suatu tingkat pendidikan, tanpa memperhatikan umur, sebagai persentase terhadap jumlah populasi usia sekolah resmi untuk pendidikan tersebut. Net enrolment ratio adalah jumlah pelajar pada kisaran usia resmi yang terdaftar di tingkat pendidikan tertentu sebagai persentase dari jumlah penduduk yang berada pada usia resmi untuk tingkat pendidikan tersebut. Usia sekolah resmi di Indonesia adalah 7 hingga 12 untuk sekolah dasar, 13 hingga 15 untuk sekolah menengah pertama, 16 hingga 18 untuk sekolah menengah atas, dan 19 hingga 24 untuk perguruan tinggi Indeks Daya Beli : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia yang didasarkan pada paritas daya beli 19

(PPP) disesuaikan dengan rumus Atkinson. Nilai indeks berkisar 0 100. Indeks Harapan Hidup : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Nilai indeks ini berkisar antara 0 100. Indeks Harga Konsumen (IHK) : indeks yang menunjukkan perbandingan relatif antara tingkat harga pada saat bulan survei dan tingkat harga pada bulan sebelumnya, yang ditimbang dengan nilai konsumsi pada kedua bulan tersebut. IHK dihitung dengan formula Laspeyres yang dikembangkan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) : indeks komposit yang disusun dari tiga indikator: lamanya hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standart hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP rupiah). Nilai indeks berkisar antara 0 100. Indeks Pendidikan: salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf dikalangan penduduk dewasa dan ratarata lamanya sekolah. Nilai indeks tersebut berkisar antara 0 hingga 100. Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity PPP) : PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan rumus Atkinson. 20

Pengangguran Terbuka : proporsi dari keseluruhan penduduk yang sedang mencari pekerjaan dibandingkan dengan keseluruhan angkatan kerja. Pengobatan sendiri : suatu usaha yang dilakukan oleh anggotaangota rumahtangga untuk melakukan perawatan sendiri dengan menggunakan obat-obatan modern maupun tradisional, pemijatan atau bentuk-bentuk perawatan dan pengobatan tradisional lainnya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diderita. Persalinan bayi yang ditolong tenaga kesehatan: persentase anak umur 0 hingga 4 tahun yang kelahirannya dibantu oleh petugas kesehatan (dokter, juru rawat, bidan, dan tenaga paramedik lainnya). Pertumbuhan ekonomi: perubahan relatif nilai riil produk domestik bruto dalam suatu periode tertentu. Produk domestik regional bruto: jumlah nilai tambah bruto (total output dari barang dan jasa) yang diproduksi oleh semua sektor ekonomi di suatu negara selama periode tertentu. Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku: merujuk pada nilai produk domestik bruto berdasarkan nilai uang yang berlaku pada tahun tersebut. Produk domestik bruto atas dasar harga konstan : merujuk pada nilai produk domestik bruto berdasarkan nilai uang pada tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasar. Produk domestik bruto per kapita : nilai dari produk domestik bruto dibagi dengan jumlah penduduk pada tengah tahun. Rata-rata lama sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. 21

Rasio Jenis Kelamin : Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki terhadap perempuan dikalikan 100 Tingkat pengangguran terbuka : perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat kesempatan kerja : perbandingan penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. 3.2 Metode Penghitungan Secara umum, metodologi penghitungan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti metodologi yang telah diterapkan oleh UNDP dalam menyusun Human Development Index (HDI) tahun 1994, yang juga telah diterapkan BPS. Teknik dan perumusan penghitungan dikutip dari publikasi BPS (1994). IPM disusun dari tiga komponen: lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua pertiga) dan rata-rata lamanya sekolah (dengan bobot sepertiga); dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuiakan (PPP rupiah). Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai 0 (buruk) dan 1 (terbaik) untuk memudahkan analisa biasanya dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut : 3 1 3 i= 1 IPM = I dimana ( i) I ( i) { X ( i) Min. X ( i) } = { Max. X Min. X ( i) ( i) } 22

Dimana : I (i) X (i) Max.X (i) Min. X (i) : Indeks komponen IPM ke i (i=1,2,3) : Nilai indikator komponen IPM ke i : Nilai maksimum X (i) (lihat tabel di bawah) : Nilai minimum X (i) (lihat tabel di bawah) Nilai maksimum dan minimum yang digunakan dalam penghitungan IPM menurut BPS, sebagai berikut : Tabel 3.1 Indikator Komponen IPM Indikator Komponen IPM Nilai Minimum Nilai Maksimum Catatan Angka Harapan Hidup 25,0 85,0 Standart UNDP Angka Melek Huruf 0 100 Standart UNDP Rata-rata Lama Sekolah 0 15 Standart UNDP Purchasing Power Parity *) 360.000 b) 732.720 a) Disesuaikan Sumber : UNDP Catatan * a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi di Indonesia yang memiliki angkatertinggi (Jakarta) pada 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5 persen pertahun selama 1993 2018. b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990 (daerah pedesaan di Sulawesi Selatan). Untuk tahun 1999, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp. 360.000 Penyesuaian ini dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara drastis sebagimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan 23

penurunan upah riil. Penambahan sebesar Rp. 60.000 didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp. 5000 per bulan (= Rp. 60.000 per tahun). Seperti yang diuraikan diatas bahwa IPM ( Indeks Pembagunan Manusia) disusun dari tiga dimensi yaitu Umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kualitas hidup yang layak. Uraian dimensi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.2 Dimensi IPM Dimensi Indikator Indeks Dimensi Umur Panjang Dan sehat Angka harapan hidup pd saat lahir Indeks Harapan Hidup ( e 0 ) X 1 Pengetahuan 1. Angka Melek Huruf Indeks Pendidikan ( AMH ) IPM 2. Rata-rata lama sekolah ( MYS ) X 2 Kehidupan Pengeluaran perkapita riil Indeks Pendapatan yang layak yang disesuaikan ( PPP Rupiah ) X 3 24

IPM = Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3 3 dimana : a. Indeks X 1 : Indeks Lamanya Hidup b. Indeks X 2 : Indeks Pendidikan terdiri dari dua komponen : i. AMH : Angka Melek Huruf Diberi bobot 2/3 ii. MYS : Rata-rata Lamanya Sekolah Diberi bobot 1/3 c. Indeks X 3 : Indeks Pendapatan Hasil penghitungan IPM akan memberikan gambaran seberapa jauh suatu wilayah telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali dan tingkat pengeluaran konsumsi yang telah mencapai standart hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah terhadap angka 100 maka semakin dekat dengan sasaran yang dicapai. Untuk memahami makna nilai IPM, maka PBB melalui UNDP (United Nation Development Programme) memberikan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.3 Tingkatan Status IPM Tingkatan Status Rendah Menengah bawah Menengah Atas Tinggi Kriteria IPM < 50 50 IPM < 66 66 IPM < 80 IPM 80 Disamping itu, IPM juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pencapaian terhadap sasaran ideal (IPM = 100 ) yang biasanya disebut reduksi shortfall per tahun. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah ditempuh dengan yang harus ditempuh untuk mencapai kondisi yang ideal. Dalam pengertian sehari-hari reduksi shortfall dikatakan sebagai suatu 25

kepekaan terhadap perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia.semakin tinggi nilai reduksi shortfall disuatu wilayah, maka semakin cepat kenaikan IPM yang dicapai dalam suatu periode. Penghitungan adalah dengan formula sebagai berikut : 1/t R = IPM t1 - IPM to IPM ref IPM to X100 dimana : R : Reduksi shortfall per tahun; IPM t 0 : IPM tahun awal; IPM t1 : IPM tahun terakhir dan IPM ref : IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100. Ada 4 kategori reduksi shortfall pertahun, yaitu sangat lambat jika < 1,3; lambat jika 1,3 1,5; menengah jika 1,5 1,7 dan cepat jika >1,7. Semakin besar reduksi shortfall pertahun maka semakin besar kemajuan yang dicapai daerah tersebut dalam periode itu. Kemudian untuk penghitungan masing-masing komponen adalah sebagai berikut : a. Angka Harapan Hidup (e 0 ) Seperti halnya UNDP usia hidup diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth ) yang biasa dinotasikan dengan e 0. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital registrasi yang baik maka e 0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup/alh (live births) dan rata-rata anak yang masih hidup/amh (still living) per wanita usia 15 49 tahun menurut 26

kelompok umur lima tahunan. Penghitungan e 0 dilakukan dengan menggunakan software Mortpak Lite. Angka e 0 yang diperoleh dengan metode tidak langsung ini merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei. Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode langsung. Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin pada kelompok umur 15-19 tahun. b. Angka Melek Huruf (L it ) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Kedua, indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan. Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Dari indikator diatas Lit dianggap tidak terlalu peka menggambarkan variasi propinsi, maka untuk mengurangi kelemahan tersebut maka dimasukkan rata-rata lamanya sekolah (MYS) dalam penghitungan rata-rata indeks pendidikan (IP) dihitung dengan cara sebagai berikut : IP = 2/3 Indeks Lit + 1/3 Indeks MYS Populasi yang digunakan dalam penghitungan MYS dibatasi pada penduduk berumur 25 tahun keatas, dengan alasan penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga angka lebih mencerminkan pada kondisi yang sebenarnya. Namun populasi yang digunakan oleh BPS adalah penduduk berumur 15 tahun keatas karena penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk dinyatakan rata-rata lama 27

sekolahnya. Langkah penghitungannya adalah dengan memberi bobot variabel pendidikan yang ditamatkan/jenjang pendidikan, selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya yang dirumuskan sebagai berikut : MYS = fi si fi dimana : MYS : rata-rata lama sekolah (dalam tahun) fi : frekuensi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan ke-i si : skor masing-masing jenjang pendidikan i i : jenjang pendidikan (i=1,2,...), lihat tabel di bawah ini Tabel 3.4Jenjang Pendidikan dan Skor untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Jenjang Pendidikan Skor 1. Tidak/belum pernah sekolah 0 2. Sedang Sekolah SD kelas 1 s/d 6 1 s/d 6 3. Tamat SD 6 4. Sedang Sekolah SMP kelas 1 s/d 3 7 s/d 9 5. Tamat SMP 9 6. Sedang Sekolah SMA kelas 1 s/d 3 10 s/d 12 7. Tamat SMA 12 8. Sedang Sklh Diploma Tk 1s/d 3 13 s/d 15 9. Tamat D III 15 10. Tamat D IV/ Sarjana 16 11. Magister (S2) 18 12. Doktor (S3) 21 28

Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lamanya sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Rata-rata lamanya sekolah secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut: misal di Kabupaten Malang ada 5 orang tamatan SD, 5 orang tamatan SMP, 5 orang tamatan SMA, dan 5 orang tidak sekolah sama sekali, maka rata-rata lamanya sekolah di Kabupaten Malang adalah {5(6) + 5(9) + 5(12) + 5 (0) } : 20 = 6,25 tahun. c. Kemampuan Daya Beli Dengan dimasukkannya variabel Purchasing Power Parity sebagai ukuran paritas daya beli, IPM secara konseptual jelas lebih lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia, dan dianggap lebih baik dibanding IMH (Indeks Mutu Hidup).Ukuran yang digunakan dalam hal ini adalah konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan.sumber data yang digunakan adalah angka Susenas 2007. Adapun batasan nilai Purchasing Power Parity/konsumsi perkapita yang disesuaikan antara nilai minimal sampai yang maksimal pada kondisi tahun berjalan, angka ini didapat dari mengalikan PPP minimal dan maksimal tahun tersebut dengan angka laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun dasar dan tahun berjalan. Penghitungan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dilakukan melalui 5 (lima) tahapan sebagai berikut : 29

1) Menghitung rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dengan menggunakan data Susenas 2010. Hasil penghitungan dikali 12 untuk memperoleh angka tahunan (E) 2) Menghitung nilai pengeluaran riil (E) yaitu dengan membagi ratarata pengeluaran dengan IHK pada tahun yang bersangkutan. 3) Menghitung PPP (unit) semacam faktor pengali R untuk menghilangkan perbedaan antar daerah. 4) Menghitung nilai PPP dalam rupiah (Y*) dengan rumus: Y* = E R Dimana Y* : PPP (rupiah) E : Pengeluaran per tahun dalam harga konstan R : PPP (unit ) 5) Menghitung penyesuaian PPP (rupiah) atau rata-rata konsumsi riil dengan menggunakan formula Atkinson(Y**) : Y** = Y* jika Y* Z = Z + 2(Y* - Z) (1/2) jika Z < Y * 2Z = Z + 2Z (1/2) + 3 (Y* -2Z) (1/3) jika 2Z < Y* 3Z = Z + 2Z (1/2) + 3 (Y*-2Z) (1/3) + 4 (Y*-3Z) (1/4) jika 3Z < Y* 4Z) dimana : Y* : Nilai PPP dari nilai riil pengeluaran perkapita Z : batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp. 549.500 perkapita per tahun atau Rp. 1500 perkapita per hari Pengertian paritas daya beli secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: misalkan ada 3 orang di Kabupaten Malang (X, Y, Z) yang berasal dari 3 kecamatan berbeda (A, B, C). Tiga orang tersebut mempunyai penghasilan bulanan, yang kalau diukur dengan rupiah, sama persis. Namun, penghasilan X di 30

kecamatan A, apabila seluruh penghasilan sebulan dibelikan beras, memperoleh 5 kwintal, dengan penghasilan yang sama Y di kecamatan B dapat membeli 4 kwintal; dan Z dikecamatan C dapat membeli 10 kwintal. Paritas daya beli masing-masing X, Y, Z menggambarkan daya beli riil yaitu 5, 4 dan 10 kwintal beras. 3.3 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari hasil pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 dan 2011, hasil penghitungan IHK Kota Malang tahun 2011 serta data sekunder yang berasal Publikasi Daerah Dalam Angka BPS Kabupaten Malang dan Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Timur Tahun 2009-2011. 3.4 Metode Analisis Kesimpulan yang dihasilkan dari sebuah penelitian akan akurat, dapat dipercaya (reliable), tepat waktu (up to date) dan dapat diperhitungkan (accountable), salah satunya tergantung dari ketepatan dalam memilih dan menggunakan metode analisis. Kesalahan dalam memilih dan menggunakan metode analisis akan berakibat fatal sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak tepat, yang pada akhirnya menyebabkan salah dalam pengambilan kebijakan. Pada dasarnya metode analisis statistik dibagi menjadi 2 kelompok yaitu statistik diskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data yang memberikan informasi yang berguna. Statistik Inferensia mencakup semua metode analisis data dengan menggunakan berbagai macam prosedur pengujian secara statistik. Dalam penyusunan laporan ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif karena tidak ada pengujian secara statistik di dalamnya. 31

4.1 Gambaran Wilayah Sebagian besar wilayah Kabupaten Malang merupakan daerah pegunungan dan perbukitan, hanya sedikit yang merupakan daerah datar. Secara rata-rata berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan air laut. Empat gunung yang sudah diakui dan dikenal secara nasional terdapat di Kabupaten Malang, satu diantaranya merupakan gunung tertinggi di pulau Jawa. Gununggunung tersebut adalah gunung Kelud (1.731 m), Welirang (3.156 m), Arjuno (3.339 m), dan Semeru (gunung tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 m di atas permukaan air laut). Selain itu masih banyak lagi gunung yang belum dikenal secara nasional. Keindahan gunung Bromo juga bisa dinikmati dari desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo. Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah dari 38 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Secara astronomis Kabupaten Malang terletak diantara 112 17 sampai 122 57 Bujur Timur dan 7 55 sampai 6 35 Lintang selatan, dikelilingi enam kabupaten dan samudra Indonesia, yaitu sebelah utara-timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo; sebelah timur, berbatasan dengan kabupaten Lumajang; sebelah selatan, berbatasan dengan samudra Indonesia; sebelah barat, berbatasan 32