INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012
|
|
- Shinta Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012 Katalog BPS : ISSN Ukuran Buku 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : xxii + 74 Halaman Naskah : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara & Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012 ii
2 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2012 ini dapat diterbitkan. Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar mampu memiliki lebih banyak pilihan,khususnya dalam pendapatan,kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak dan masing-masing dimensi direpresentasikan oleh indikator. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup; dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan ratarata lamanya sekolah; serta dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga dimensi pembangunan manusia ini terangkum dalam satu nilai tunggal,yaitu angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kepada semua pihak yang telah membantu dalam upaya penerbitan publikasi ini kami ucapkan banyak terima kasih. Selanjutnya saran, kritik dan komentar dari berbagai pihak terutama dari pengguna data sangat kami harapkan. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi para pengguna data dan masyarakat pada umumnya. Boroko, Juli 2013 Kepala Bappeda Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Bolaang Mongondow Kepala, Drs. Asripan Nani, M.Si Ferdinand D. Terok, S.sos, M.si NIP NIP Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012 iii
3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Hari Statistik... iii iv vi vii viii 1 Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 2 B. Maksud dan Tujuan... 6 C. Sistematika Penulisan Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia... 8 A. Indikator... 9 B. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) C. Keterbatasan IPM D. Penyempurnaan IPM E. IPM di Indonesia F. Sumber Data G. Konsep dan Metodologi Komponen Penyusun IPM Trend Indeks Pembangunan Manusia A. Trend Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012 iv
4 B. Grafik IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Komponen C. Indeks Pembangunan Manusia dan Persentase Penduduk Miskin IPM dan Komponen Penyusunnya Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012 v
5 DAFTAR TABEL No. Tabel Hal. 1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Pengeluaran Riil per Kapita yang Dissuaikan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012 vi
6 DAFTAR GRAFIK No. Grafik Hal. 1 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara Angka Harapan Hidup Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara Angka Melek Huruf Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara Pengeluaran Riil per Kapita Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara Indeks Pembangunan Manusia dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012 vii
7 HARI STATISTIK Hari Statistik ditetapkan tanggal 26 September, karena pada tanggal tersebut terjadi peristiwa yang dinilai sangat bersejarah bagi kegiatan Statistik di Indonesia, yaitu ditetapkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1960 tentang Statistik, sebagai pengganti Statistiek Ordonatie 1934 yang merupakan produk kolonial serta dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan. Hari Statistik tersebut telah disetujui oleh Presiden RI sebagaimana tercantum dalam surat B.259/M.Sesneg/ Hari Statistik dimaksud untuk menggugah dan menumbuhkan SADAR STATISTIK bagi para responden, penyelenggara dan konsumen data menuju terwujudnya Sistem Statistik Nasional (SSN) yang andal, akurat, dan terpercaya. Badan Pusat Statistik sebagai lembaga yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan statistik merasa terpanggil guna memprakarsai terwujudnya hari statistik tersebut serta mengenalkan-nya kepada masyarakat. Kegiatan perstatistikan di Indonesia diawali dengan didirikannya Central Kantoor Voor de Statistiek (CKS) pada tanggal 24 September kemudian pada bulan juni 1942, pemerintah Jepang mengganti nama CKS menjadi Shomubu Chosasitsu Gensekanbu Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia kegiatan statistik di Indonesia dilakukan oleh Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia (KAPPURI), sementara Pemerintah Pendudukan Belanda mengaktifkan CKS. Berdasarkan Surat Edaran Kementrian Kemakmuran tanggal 12 Juni 1950 Nomor 219/S.C, KAPPURI dan CKS dilebur menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS). Dengan Keputusan Presiden RI No. 172 Tahun 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik. Pada tahun 1997, Sesuai dengan amanat Undang-undang no. 16 tahun 1997 tentang statistik, BPS yang sebelumnya kepanjangan dari Biro Pusat Statistik diganti nama dengan Badan Pusat Statistik, sementara kantor perwakilan BPS di propinsi semula bernama KSP atau Kantor Statistik Provinsi, menjadi Badan Pusat Statistik Provinsi, sedangkan Kantor Statistik Kabupaten (KSK) diubah sebutannya menjadi Badan Pusat Statistik Kabupaten. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012 viii
8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan statistik, Kepala BPS diamanatkan untuk menyelenggarakan statistik dasar dan mengumumkan hasilnya secara teratur dan transparan kepada masyarakat. Sedangkan menurut keputusan Presiden Nomor 166 tahun 2000, BPS ditetapkan sebagai salah satu lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang menjalankan kewenangan dibidang statistik dasar, baik di pusat maupun di daerah-daerah. Secara organisasi semua jajaran BPS di daerah adalah instansi vertikal sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik. Semoga hari Statistik 26 September mampu memancarkan nuansa kesadaran akan arti dan pentingnya Statistik dalam era pembangunan nasional pada saat ini dan masa yang akan datang. Dirgahayu Hari Statistik 26 September Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012 ix
9 A BAB I PENDAHULUAN A Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. Beberapa kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik di tingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Sebagaimana dinyatakan di dalam HDR pertama tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
11 berumur panjang dan sehat, untuk berilmupengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Model pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan PDRB daripada memperbaiki kualitas manusia. Pembangunan sumberdaya manusia cenderung memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi sebagai alat, bukan sebagai tujuan akhir. Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak anti pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan - pilihan bagi manusia. Agar konsep pembangunan manusia dapat mudah diterjemahkan ke dalam pembuatan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau dengan mudah. Selama bertahun-tahun, HDR global telah mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia. Meskipun demikian, masih terdapat berbagai kesulitan dalam penyederhanaan konsep holistik pembangunan manusia menjadi satu angka. Oleh karenanya, penting untuk disadari bahwa konsep pembangunan manusia lebih mendalam dan lebih kaya dari ukurannya. Sangatlah tidak mungkin untuk menghasilkan ukuran yang komprehensif -atau bahkan suatu kumpulan indikator yang komprehensif- karena banyak dimensi penting dari pembangunan manusia yang tidak terukur. Pada HDR pertama (1990), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan. Indeks Pembangunan Manusia menyajikan ukuran kemajuan pembangunan yang Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
12 lebih memadai dan lebih menyeluruh daripada ukuran tunggal pertumbuhan PDRB perkapita. Implementasi Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah berimplikasi pada munculnya hak, wewenang, serta kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan penerapan kedua undang-undang tersebut, paradigma manajemen pemerintah daerah mengalami pergeseran, yaitu dari sentralistis menuju sistem desentralistis. Dampak yang langsung dirasakan adalah semakin besarnya tanggungjawab yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam membangun daerahnya sesuai dengan kondisi yang diperlukan. Untuk itu, pemerintah daerah dituntut dapat memanfaatkan sumber daya (resources) yang ada di daerahnya secara lebih optimal. Lebih lanjut, PP No. 38 Tahun 2007 Pasal 7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menyatakan bahwa urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota, di antaranya adalah pelayanan dasar yang mencakup kegiatan statistik dan perencanaan pembangunan. Terkait dengan perencanaan pembangunan, ketersediaan data mengenai kondisi sumber daya manusia sangat dibutuhkan. Selain dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan yang telah dilaksanakan, data tersebut juga akan bermanfaat dalam memberikan informasi sebagai bahan masukan bagi perencanaan Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
13 pembangunan di masa yang akan datang sebagai bentuk pelaksanaan Undangundang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-undang mengenai Perencanaan Nasional merupakan dasar bagi kegiatan penyusunan perencanaan di tingkat daerah. Diharapkan data tersebut dapat memberikan ukuran kondisi ekonomi dan sosial secara tepat sebagai representasi kondisi masa lalu dan masa kini serta sasaran yang hendak dicapai pada masa yang akan datang. Lebih lanjut, dikatakan bahwa perencanaan pembangunan yang baik didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, perencanaan yang sistematis dan komprehensif hanya dapat diwujudkan apabila setiap tahapan perencanaan dilengkapi dengan data yang akurat. Demikian halnya dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah, akan memerlukan data statistik sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Kebijaksanaan dan strategi yang telah dilakukan perlu dimonitor dan dilihat hasilnya, sehingga data statistik tersebut sangat diperlukan. Untuk itu dibutuhkan ketersediaan data mengenai pembangunan manusia yang representatif dalam menggambarkan kondisi sosial ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, khususnya terkait dengan masalah pembangunan manusia. Oleh karena itu penerbitan publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dipandang perlu sebagai sumber informasi penyusunan perencanaan yang terkait dengan pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
14 dengan adanya publikasi ini diharapkan Pemerintah maupun masyarakat luas dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas pembangunan yang telah dilakukan, sekaligus dapat mengidentifikasi kebutuhan daerah bagi pembangunan di masa yang akan datang. B. Maksud dan Tujuan Secara umum maksud penyusunan Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2008 antara lain bertujuan: a. Menyediakan informasi yang lengkap dan menyeluruh mengenai pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dilengkapi dengan indikator-indikator relevan. b. Sebagai dasar perencanaan pada tingkat makro, terutama terkait dengan masalah pendidikan dan kesehatan masyarakat. c. Menyediakan pembahasan mengenai keterkaitan pembangunan manusia dengan dimensi lain pembangunan, seperti pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. d. Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi Pemerintah Daerah mengenai kebijakan anggaran, terutama terkait dengan kebijakan alokasi bagi pelayanan publik untuk bidang pendidikan dan kesehatan. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
15 C. Sistematika Penulisan Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang memuat latar belakang serta maksud dan tujuan disusunnya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun Bab II memuat pengertian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sumber data IPM serta konsep dan definisi yang dianggap penting. Berdasarkan uraian Bab II ini diharapkan pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan Indeks Pembangunan Manusia serta komponen-komponen yang mendukung penyusunan Indeks Pembangunan Manusia. Bab III berisi trend Indeks Pembangunan Manusia serta komponen- komponen penyusunnya. Bab IV berisi tabel-tabel tentang pembangunan manusia untuk umur panjang dan hidup sehat. Bab V berisi tabel-tabel tentang pembangunan manusia untuk memperoleh pengetahuan. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
16 A BAB II PENGHITUNGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA A Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
17 BAB II PENGHITUNGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA A. Indikator Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahanperubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (proxy) Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan indikator antara lain: Simple, Measurable, Attributable, Reliable, dan Timely yang dapat disingkat SMART. a. Simple yaitu Sederhana Artinya indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk mendapatkannya. b. Measurable yaitu Dapat Diukur Artinya indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan jelas ukurannya. Dengan demikian dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
18 Kejelasan pengukuran juga akan menunjukkan bagaimana cara mendapatkan datanya. c. Attributable yaitu Bermanfaat Artinya indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa indikator itu harus merupakan pengejawantahan dari informasi yang memang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Jadi harus spesifik untuk pengambilan keputusan tertentu. d. Reliable yaitu Dapat Dipercaya Artinya indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti. Indikator yang tidak/belum bisa didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti, seyogyanya tidak digunakan dulu. e. Timely yaitu Tepat Waktu Artinya indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan. Selain indikator dikenal pula apa yang disebut dengan Indeks atau Indikator Komposit (Composite Indices), yaitu suatu istilah yang digunakan untuk indikator yang lebih rumit. Indeks atau indikator komposit memiliki ukuran-ukuran yang multidimensional yang merupakan gabungan dari sejumlah indikator. Indeks ini biasanya dikembangkan melalui penelitian khusus karena penggunaannya secara praktis sangat terbatas. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
19 B. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB-dalam konteks nasional dan PDRB-dalam konteks regional, hanya mampu memotret pembangunan ekonomi saja. Untuk itu dibutuhkan suatu indikator yang lebih komprehensif, yang mampu menangkap tidak saja perkembangan ekonomi akan tetapi juga perkembangan aspek sosial dan kesejahteraan manusia. Pembangunan manusia memiliki banyak dimensi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran agregat dari dimensi dasar pembangunan manusia dengan melihat perkembangannya. Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya: 1. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih. 2. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana. 3. Membentuk satu indeks komposit daripada menggunakan sejumlah indeks dasar. 4. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi. Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi berikut ini: 1. Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan hidup; Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
20 2. Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan kombinasi dari angka partisipasi sekolah untuk tingkat dasar, menengah dan tinggi; dan 3. Standar hidup yang layak, dengan indikator PDRB per kapita dalam bentuk Purchasing Power Parity (PPP). C. Keterbatasan IPM Seperti indeks komposit lainnya, IPM memiliki beberapa keterbatasan. Hal tersebut perlu dipahami untuk menghindari kesalahan pada penggunaan indeks tersebut. Lebih lanjut, dengan memahami keterbatasan tersebut, diharapkan menjadi bahan masukan untuk pengembangan ketersediaan dan reliabilitas data, serta untuk melakukan monitoring perkembangan pembangunan manusia. Keterbatasan tersebut meliputi: Indeks tersebut bukan merupakan suatu ukuran yang komprehensif mengenai pembangunan manusia. Indeks tersebut hanya mencakup tiga aspek dari pembangunan manusia, tidak termasuk aspek penghargaan diri, kebebasan politik dan masalah lingkungan. Indeks tersebut tidak dapat menilai perkembangan pembangunan manusia dalam jangka pendek, karena dua komponennya, yaitu angka melek huruf dan angka harapan hidup, tidak responsif terhadap perubahan kebijakan dalam jangka pendek. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
21 IPM memasukkan variasi pembangunan manusia dalam suatu wilayah. Ini berarti bahwa IPM yang sama dari dua wilayah tidak mengindikasikan bahwa kedua wilayah tersebut memiliki pembangunan manusia yang identik. Dengan kata lain, mungkin terdapat perbedaan bagaimana pembangunan manusia didistribusikan antarsub wilayah atau antarkelompok sosial. Dalam perjalanannya, IPM terus diteliti dan mengalami penyempurnaan. Oleh karena itu, indeks tersebut diterima secara luas sebagai indikator yang baik dalam melihat tingkat pembangunan manusia. Beberapa alasan mengapa IPM merupakan indikator yang cukup baik sebagai ukuran pembangunan manusia, adalah: 1. IPM menterjemaahkan secara sederhana konsep yang cukup kompleks ke dalam tiga dimensi dasar yang terukur. 2. IPM membantu dalam pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang hanya terfokus pada ekonomi menjadi berfokus pada manusia. 3. IPM berfokus pada kapabilitas yang releven, baik untuk negara maju dan berkembang, sehingga menjadikan indeks tersebut sebagai alat yang universal. 4. IPM menstimulasi diskusi mengenai pembangunan manusia. 5. IPM memberikan motivasi bagi pemerintah untuk berkompetisi secara sehat dengan negara/wilayah lain melalui keterbandingan angka IPM. D. Penyempurnaan IPM Pada Human Development Report (HDR) 1990, IPM pertama kali diperkenalkan. Index tersebut disusun dari pendapatan nasional (sebagai ukuran standar hidup yang layak) dan dua indikator sosial, yaitu angka harapan hidup Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
22 (indikator umur panjang) serta angka melek huruf usia dewasa (indikator pencapaian pengetahuan). Indeks tersebut merupakan pendekatan yang mencakup dimensi dari berbagai pilihan yang dimiliki manusia. Akan tetapi indeks tersebut masih memiliki kelemahan pada indikator pendapatan, dimana angka rata-rata secara nasional tidak dapat merepresentasikan ketimpangan yang terjadi antar wilayah dan dalam wilayah. Penyempurnaan terus dilakukan dengan mempertahankan ketiga komponen inti tersebut, yaitu lama hidup, pengetahuan dan standar hidup layak, untuk menjaga konsep awal IPM. Pada tahun 1991, terdapat penambahan satu indikator baru yaitu rata-rata lama bersekolah kedalam komponen pengetahuan sebagai ukuran pencapaian pendidikan. Angka melek huruf diberi bobot dua pertiga, sedangkan ratarata lama bersekolah diberi bobot sepertiga. Hal tersebut mengindikasikan bahkan pembentukan keterampilan tingkat tinggi adalah penting, serta sebagai pembeda dari negara-negara yang mengelompok pada peringkat atas. Pada tahun yang sama, pendapatan minimal sebesar US$ 5000 per kapita diterapkan. Hal tersebut berdasarkan pada asumsi bahwa setiap orang sebagai anggota masyakat secara umum memerlukan minimal pendapatan sebesar nilai tersebut untuk membangun kapabilitas dasar. Pendapatan di atas nilai tersebut, disesuaikan dengan menggunakan suatu formula. Nilai minimum dan maksimum yang tetap diperkenalkan pada tahun 1994, berdasarkan trend dari variabel - variabel IPM dan nilai probilitanya dalam 25 tahun mendatang. Selanjutnya, di tahun 1995 rata-rata lama sekolah diganti dengan Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
23 rasio gabungan partisipasi sekolah pada tingkat dasar, menengah dan tinggi, karena data sebelumnya tidak selalu merepresentasikan kondisi sesungguhnya. Pada tahun 1999, indikator pendapatan disempurnakan. Hal tersebut berdasarkan pemikiran bahwa manusia tidak membutuhkan suatu jumlah pendapatan yang tidak terbatas untuk kehidupan yang layak. Seiring peningkatan besaran pendapatan, maka besaran nilai hidup layak pun akan menyesuaikan menurun dengan menggunakan formula matematis sebelum dimasukkan kedalam penghitungan IPM. E. IPM di Indonesia Penghitungan IPM pertama kali di Indonesia dilakukan atas kerjasama BPS dan UNDP Indonesia pada tahun IPM yang dihasilkan menunjukkan keterbandingan antarprovinsi di Indonesia untuk tahun 1990 dan Karena Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) sebagai sumber data penghitungan IPM baru dilaksanakan tahun 1990, maka indeks untuk sebelum tahun tersebut tidak dapat dilakukan. Dalam publikasi ini, indikator hidup layak yang digunakan adalah pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan (rata-rata propinsi) yang diperoleh dari Susenas dan diukur berdasarkan tahun dasar 1988/1989. Penghitungan IPM di Indonesia juga sempat mengalami perubahan, khususnya dalam penghitungan standar kehidupan di tingkat propinsi. UNDP menggunakan PDB riil perkapita yang disesuaikan sebagai proxy dari pendapatan untuk menghitung IPM global. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
24 Nilai maksimum yang digunakan adalah target yang ingin dicapai pada akhir pembangunan jangka panjang kedua (tahun 2018). Sedangkan nilai ambang batas tingkat pendapatan ditetapkan dari suatu tingkat pendapatan tertentu yang telah disesuaikan untuk kondisi Indonesia. Penghitungan IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dilakukan dengan tetap menggunakan prinsip-prinsip dasar penghitungan IPM dalam HDR global. Akan tetapi, karena faktor ketersediaan data dan alasan- alasan lainnya, dilakukan beberapa modifikasi. Salah satu perbedaannya adalah dalam penghitungan pencapaian pendidikan yang merupakan salah satu komponen IPM. Walaupun terdapat pergantian indikator pada tahun 1995 dalam HDR global dari rata-rata lama tahun sekolah (mean years of schooling-mys) dengan angka partisipasi sekolah yang merupakan gabungan dari sekolah dasar, menengah pertama dan atas. Laporan IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tetap menggunakan MYS. Karena beberapa alasan, di antaranya adalah MYS merupakan indikator dampak yang lebih baik daripada angka partisipasi biasa, yang biasa dianggap sebagai indikator proses. Oleh karena itu, MYS cenderung lebih stabil daripada angka partisipasi yang cenderung lebih berfluktuasi. Namun demikian, MYS kurang sensitif untuk menangkap dampak jangka pendek dari krisis terhadap kehadiran di sekolah. Perbedaan lainnya adalah variabel yang digunakan sebagai proxy pendapatan. Laporan HDR menggunakan PDB per kapita, sedangkan laporan IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menggunakan pengeluaran rumahtangga per kapita. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
25 Hal ini dilakukan karena nilai PDRB per kapita, sebagai ukuran pendapatan untuk tingkat wilayah, tidak mampu menggambarkan daya beli riil dari masyarakat. PDRB yang digunakan untuk mengukur produksi yang dihasilkan suatu daerah, belum tentu didistribusikan dan dinikmati oleh masyarakat tersebut disebabkan karena tingginya mobilitas antarbarang antarwilayah. Oleh karena itu pengeluaran per kapita yang diperoleh dari kegiatan SUSENAS merupakan pendekatan dari daya beli masyarakat lokal yang lebih baik. Ketersediaan data IPM di wilayah adalah penting dalam mengukur tingkat pencapaian kinerja pembangunan manusia di wilayah tersebut. Indikator tersebut dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi, terutama bagi Pemerintah Daerah, dalam menyusun kebijakan pembangunan yang tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, akan tetapi juga yang berpihak bagi peningkatan kualitas hidup manusia. IPM juga diharapkan dapat dimanfaatkan secara luas bagi masyarakat umum atau peneliti dalam melakukan kajian-kajian terkait dengan pembangunan manusia. F. Sumber Data Sumber data bagi penghitungan IPM terutama adalah dari data yang berasal dari kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
26 G. Konsep dan Metodologi Komponen Penyusun IPM Dalam publikasi ini terdapat beberapa variabel yang digunakan dalam menganalisa kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Konsep dan definisi dari variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (e 0 ) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. 2. Angka Melek Huruf (AMH) penduduk dewasa merupakan proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. 3. Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years Schooling - MYS) adalah rata- rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. 4. Indeks Pendidikan merupakan indeks komposit yang merupakan rata- rata tertimbang dari indikator pendidikan, yaitu angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. 5. Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity PPP), memungkinkan dilakukan perbandingan harga-harga riil antar provinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Penghitungan didasarkan pada harga 27 komoditas yang ditanyakan pada modul konsumsi SUSENAS. Harga di Jakarta Selatan digunakan sebagai standar harga. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
27 konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan Formula Atkinson. 6. IPM merupakan rata-rata sederhana dari tiga komponen yaitu (1) lamanya hidup yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; (2) tingkat pendidikan, yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga); dan (3) tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP Rupiah). Formula penghitungan IPM adalah sebagai berikut: IPM = 1 / 3 [X (1) + X (2) + X (3) ] (1) dimana : X (1) X (2) X (3) : Indeks harapan hidup : Indeks pendidikan = 2 / 3 (indeks melek huruf) + 1 / 3 (indeks rata-rata lama sekolah) : Indeks standar hidup layak Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ; Indeks X (i) = X (i) - X (i)min / [X (i)maks - X (i)min ] (2) dimana : X (1) : Indikator ke-i (i = 1, 2, 3) X (2) : Nilai maksimum sekolah X (i) Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
28 X (3) : Nilai minimum sekolah X (i) Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X (i) disajikan pada tabel 1 Tabel 1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM (=X(I)) Nilai maksimum Nilai Minimum Catatan Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi per kapita yang disesuaikan a) (1996) (1999) b) UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1990 (di daerah pedesaan Sulawesi Selatan Untuk tahun 1999, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp Penyesuaian ini dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
29 secara drastis. Penambahan sebesar Rp didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp per bulan atau setara dengan Rp per tahun. Untuk pengukuran standar hidup layak, atau indeks ketiga, penghitungan didekati dengan menggunakan pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut: 1. Menghitung pengeluaran per kapita dari data modul SUSENAS (Y). 2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y1), karena diperkirakan berdasarkan studi bahwa data dari SUSENAS lebih rendah sekitar 20%. 3. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasi Y1 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) (=Y2). 4. Menghitung nilai daya beli- Purchasing Power Parity (PPP) untuk tiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relatif terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar, yaitu Jakarta Selatan. 5. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh nilai rupiah yang sudah disetarakan antardaerah (=Y3). 6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=Y4). Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
30 Angka IPM berkisar antara 0 hingga 100. Semakin mendekati 100, maka hal tersebut merupakan indikasi pembangunan manusia yang semakin baik. Berdasarkan nilai IPM, UNDP membagi status pembangunan manusia kedalam tiga kriteria yaitu: rendah untuk IPM kurang dari 50, kategori sedang atau menengah untuk nilai IPM antara 50-80, dan tinggi untuk nilai IPM 80 keatas. Sedangkan untuk keperluan perbandingan antar kabupaten/kota tingkatan status menengah dirinci lagi menjadi menengah-bawah bila nilai IPM antara 50-66, dan menengah-atas bila nilai IPM antara Lebih lanjut, angka IPM suatu daerah menunjukkan jarak yang harus ditempuh (shortfall) untuk mencapai nilai maksimum, yaitu 100. Dengan kata lain, nilai tersebut mengukur keberhasilan dengan melihat apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai. Angka ini dapat diperbandingkan antardaerah. Sehingga merupakan tantangan bagi setiap daerah untuk mengurangi nilai shortfall. Dengan menghitung rata-rata reduksi shortfall per tahun, dapat diperoleh perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu tertentu. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Asumsi yang digunakan dalam pengukuran ini adalah bahwa laju perubahan tidak bersifat linier, laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Nilai reduksi shortfall juga dapat dihitung untuk masing-masing komponen IPM. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
31 A BAB III TREND INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA A Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
32 BAB III TREND INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Sebagai ukuran komposit tunggal, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengartikan tingkatan status pembangunan manusia di suatu wilayah yang kemudian akan berfungsi sebagai patokan dasar perencanaan jika dibandingkan: a. Antarwaktu untuk memberikan gambaran kemajuan setelah suatu periode, atau b. Antarwilayah untuk memberikan gambaran tentang tingkat kemajuan suatu wilayah relatif terhadap wilayah lain. IPM merupakan indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia tetapi mampu mengukur tiga dimensi pokok manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasari itu adalah: a. umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup ataupun harapan hidup b. berpengetahuan dan berketerampilan, serta c. akses terhadap sumber daya yang dibutukan untuk mencapai standar hidup layak Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
33 Untuk lebih memberikan petunjuk tentang status pembangunan manusia di suatu wilayah, sebagai alat ukur komposit, IPM harus dikaitkan dengan setiap indikator komponennya dan berbagai indikator lain yang relevan. A. Trend Indeks Pembangunan Manusia Sesuai dengan fungsinya sebagai suatu indikator, IPM dihitung untuk melihat keterbandingan antar wilayah atau daerah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat posisi relatif pembangunan manusia di suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Untuk itu, dengan membandingkan besaran IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan IPM kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Utara, maka dapat diperoleh gambaran mengenai posisi relatif pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dibandingkan wilayah lainnya di Sulawesi Utara. Dengan melihat secara rinci terlihat bahwa terdapat tren positif pada besaran besaran IPM masing-masing Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara, di mana terdapat peningkatan nilai IPM pada setiap tahunnya. Ini berarti bahwa secara umum terdapat peningkatan pada bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan. Perbedaan terdapat pada tingkat kelajuan peningkatan IPM. Karena IPM tersusun dari beberapa komponen tersebut, maka peningkatan yang berbeda pada ketiga komponen tersebut akan menjadi pembeda tingkat kelajuan peningkatan IPM. Ketersediaan infrastruktur juga mendukung aktivitas ekonomi suatu daerah. Hal ini dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, sebagai daerah dengan kepadatan penduduk yang cukup Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
34 tinggi, merupakan pasar bagi setiap usaha ekonomi. Sehingga semakin membuka peluang bagi setiap masyarakat yang berada di perkotaan dalam berusaha bahkan melakukan diversifikasi usaha bagi peningkatan kesejahteraan. Tabel 2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara No. Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1.Kab. Bolaang Mongondow 70,70 71,60 71,80 71,98 72,11 72,52 72,99 73,39 2.Kab. Minahasa 73,50 74,00 74,19 74,50 74,86 75,28 75,74 76,07 3. Kab. Kepulauan Sangihe 72,80 73,40 73,77 74,19 74,67 75,21 75,58 75,99 4. Kab. Kepulauan Talaud 71,80 72,30 73,03 73,77 74,34 74,83 75,30 75,70 5. Kab. Minahasa Selatan 71,20 71,50 72,34 73,32 73,79 74,18 74,68 75,01 6. Kab. Minahasa Utara 72,70 73,70 74,23 74,90 75,33 75,57 76,08 76,45 7. Kab. Bolaang Mongondow Utara 70,49 71,30 71,84 72,27 72,63 73,06 8. Kab. Minahasa Tenggara 70,75 71,45 71,87 72,31 72,71 73,07 9. Kep. Siau Tagulandang Biaro 70,76 72,10 72,58 72,86 73,30 73, Kab. Bolaang Mongondow Selatan 69,65 70,03 70,36 71, Kab. Bolaang Mongondow Timur 71,49 71,85 72,27 72, Kota Manado 75,90 76,30 76,40 76,76 77,28 77,79 78,02 78, Kota Bitung 73,20 73,60 73,71 74,15 74,61 75,00 75,52 75, Kota Tomohon 72,90 73,30 74,65 75,12 75,65 76,09 76,39 76, Kota Kotamobagu 72,56 73,90 74,46 75,03 75,53 75,98 Sulawesi Utara 73,40 74,20 74,37 74,68 75,16 75,68 76,09 76,51 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
35 Tabel 3 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara No. Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1.Kab. Bolaang Mongondow 70,40 70,70 70,80 70,97 71,19 71,38 71,58 71,70 2.Kab. Minahasa 71,50 71,70 71,90 72,07 72,18 72,33 72,47 72,54 3. Kab. Kepulauan Sangihe 71,90 71,90 72,00 72,28 72,50 72,75 73,01 73,19 4. Kab. Kepulauan Talaud 70,20 70,30 70,70 70,86 71,29 71,59 71,89 72,12 5. Kab. Minahasa Selatan 71,40 71,30 71,50 71,72 71,89 72,09 72,28 72,41 6. Kab. Minahasa Utara 71,50 71,60 71,80 72,10 72,20 72,40 72,60 72,73 7. Kab. Bolaang Mongondow Utara 69,00 69,18 69,45 69,68 69,91 70,06 8. Kab. Minahasa Tenggara 69,50 69,66 69,77 69,90 70,03 70,10 9. Kep. Siau Tagulandang Biaro 68,00 68,18 68,31 68,46 68,62 68, Kab. Bolaang Mongondow Selatan 71,20 71,25 71,29 71, Kab. Bolaang Mongondow Timur 71,22 71,28 71,35 71, Kota Manado 72,00 72,00 72,10 72,26 72,37 72,50 72,64 72, Kota Bitung 69,60 69,60 69,90 70,08 70,20 70,35 70,50 70, Kota Tomohon 71,60 71,60 71,70 71,96 72,16 72,39 72,62 72, Kota Kotamobagu 70,90 71,08 71,35 71,58 71,80 71,96 Sulawesi Utara 71,00 71,70 71,80 72,00 72,01 72,12 72,22 72,33 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
36 Tabel 4 Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara No. Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1.Kab. Bolaang Mongondow 98,50 98,60 98,61 98,61 98,22 98,23 98,29 98,29 2.Kab. Minahasa 99,50 99,50 99,52 99,52 99,52 99,68 99,71 99,71 3. Kab. Kepulauan Sangihe 98,40 98,50 98,50 98,50 98,50 98,54 98,70 98,70 4. Kab. Kepulauan Talaud 97,40 97,50 97,50 99,30 99,30 99,36 99,53 99,53 5. Kab. Minahasa Selatan 99,40 99,40 99,40 99,40 99,40 99,42 99,78 99,78 6. Kab. Minahasa Utara 99,50 99,50 99,68 99,68 99,68 99,70 99,74 99,74 7. Kab. Bolaang Mongondow Utara 98,30 98,30 98,30 98,31 98,39 98,39 8. Kab. Minahasa Tenggara 99,00 99,33 99,38 99,48 99,48 99,48 9. Kep. Siau Tagulandang Biaro 98,10 99,54 99,61 99,68 99,76 99, Kab. Bolaang Mongondow Selatan 98,21 98,31 98,32 98, Kab. Bolaang Mongondow Timur 99,38 99,50 99,51 99, Kota Manado 99,50 99,60 99,70 99,83 99,83 99,86 99,86 99, Kota Bitung 99,70 99,60 98,78 98,93 99,03 99,13 99,38 99, Kota Tomohon 99,60 99,60 99,83 99,83 99,83 99,84 99,84 99, Kota Kotamobagu 98,90 99,49 99,49 99,60 99,62 99,62 Sulawesi Utara 99,10 99,30 99,30 99,30 99,31 99,41 99,45 99,45 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
37 Tabel 5 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara No. Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1.Kab. Bolaang Mongondow 7,20 7,30 7,34 7,39 7,39 7,39 7,39 7,39 2.Kab. Minahasa 8,70 8,80 8,80 8,80 8,80 9,01 9,20 9,22 3. Kab. Kepulauan Sangihe 7,60 7,70 7,70 7,70 7,70 7,71 7,71 7,72 4. Kab. Kepulauan Talaud 7,80 7,90 8,21 8,47 8,47 8,65 8,75 8,78 5. Kab. Minahasa Selatan 8,40 8,40 8,44 8,54 8,54 8,54 8,75 8,75 6. Kab. Minahasa Utara 8,60 8,70 9,07 9,07 9,07 9,09 9,37 9,37 7. Kab. Bolaang Mongondow Utara 7,10 7,10 7,10 7,31 7,31 7,42 8. Kab. Minahasa Tenggara 8,00 8,08 8,08 8,09 8,39 8,39 9. Kep. Siau Tagulandang Biaro 7,00 8,24 8,24 8,30 8,45 8, Kab. Bolaang Mongondow Selatan 6,05 6,10 6,29 6, Kab. Bolaang Mongondow Timur 6,30 6,35 6,72 7, Kota Manado 10,40 10,50 10,50 10,58 10,58 10,59 10,60 10, Kota Bitung 8,90 9,20 9,20 9,20 9,20 9,20 9,42 9, Kota Tomohon 8,70 8,80 9,60 9,60 9,60 9,89 9,89 10, Kota Kotamobagu 7,50 8,85 8,85 9,00 9,12 9,14 Sulawesi Utara 8,60 8,80 8,80 8,80 8,80 8,82 8,89 8,89 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
38 Tabel 6 Pengeluaran Riil per Kapita yang Disesuaikan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara ( dalam Ribu Rupiah ) No. Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1.Kab. Bolaang Mongondow 596,30 605,90 606,67 607,31 608,55 612,39 617,02 621,25 2.Kab. Minahasa 608,20 612,40 613,14 615,99 619,74 621,74 624,74 628,37 3. Kab. Kepulauan Sangihe 609,80 616,50 620,54 623,94 628,55 633,60 636,09 640,04 4. Kab. Kepulauan Talaud 610,10 614,30 618,28 619,00 623,35 625,68 628,16 631,23 5. Kab. Minahasa Selatan 582,90 586,90 595,92 606,01 610,86 614,47 616,43 619,90 6. Kab. Minahasa Utara 599,80 609,40 611,34 617,82 622,71 624,14 626,56 630,43 7. Kab. Bolaang Mongondow Utara 605,90 615,13 620,13 622,01 624,89 628,18 8. Kab. Minahasa Tenggara 595,00 601,26 605,77 610,08 611,42 615,60 9. Kep. Siau Tagulandang Biaro 618,10 618,20 623,27 625,12 627,98 632, Kab. Bolaang Mongondow Selatan 589,52 593,25 595,40 598, Kab. Bolaang Mongondow Timur 607,37 610,81 612,19 614, Kota Manado 618,50 622,80 623,48 625,98 631,88 637,32 639,30 643, Kota Bitung 615,80 617,40 619,69 623,60 628,47 632,04 634,89 639, Kota Tomohon 599,90 604,00 612,02 616,19 621,61 622,79 624,98 629, Kota Kotamobagu 613,45 614,84 620,26 624,16 627,95 632,32 Sulawesi Utara 611,90 616,10 616,88 619,39 625,58 631,00 634,88 639,47 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
39 B. Grafik IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Komponen Grafik atau diagram yang menampilkan data atau hubungan antar data kumpulan data yang ditampilkan dalam bentuk gambar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, grafik berarti lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (turun naiknya hasil, statistik, dsb). Grafis, yang berasal dari bahasa Inggris graphic, adalah presentasi visual pada sebuah permukaan seperti dinding, kanvas, layar komputer, kertas, atau batu bertujuan untuk memberi tanda, informasi, ilustrasi, atau untuk hiburan. Grafik 1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara ,00 76,00 74,37 74,68 75,16 75,68 76,09 76,51 74,00 72,00 71,30 71,84 72,27 72,63 73,06 70,49 70, Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Utara Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
40 Grafik 2 Angka Harapan Hidup Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara ,00 72,00 71,80 72,00 72,01 72,12 72,22 72,33 70,00 69,00 69,18 69,45 69,68 69,91 70,06 68,00 66, Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Utara Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
41 Grafik 3 Angka Melek Huruf Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara ,60 99,40 99,20 99,00 98,80 98,60 98,40 98,20 98,00 97,80 97,60 99,41 99,45 99,45 99,30 99,30 99,31 98,30 98,30 98,30 98,31 98,39 98, Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Utara Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
42 Grafik 4 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara ,00 8,80 8,80 8,80 8,82 8,89 8,89 8,60 8,20 7,80 7,40 7,10 7,10 7,10 7,31 7,31 7,42 7, Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Utara Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
43 Grafik 5 Pengeluaran Riil per Kapita yang Disesuaikan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara ,00 640,00 630,00 620,00 616,88 619,39 615,13 625,58 620,13 631,00 622,01 634,88 624,89 639,47 628,18 610,00 605,90 600, Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Utara B. Indeks Pembangunan Manusia dan Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan bersama-sama dengan masalah pengangguran dan kesenjangan yang ketiganya saling mengait. Dalam konteks pembangunan manusia, masalah kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
44 ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan 1997 lalu. Kemiskinan menjadi semakin sering didiskusikan karena adanya peningkatan jumlah penduduk miskin yang cukup tajam yang diakibatkan oleh krisis ekonomi tersebut (Herdiana, 2005). Pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada peningkatan pemerataan pendapatan, yang pada akhirnya diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan antar golongan pendapatan dan penduduk bahkan antar wilayah sehingga dapat mengentaskan kemiskinan. Berbagai kebijakan publik dalam pengentasan kemiskinan belum menjadikan pembangunan manusia sebagai pusatnya. Pengentasan kemiskinan masih diprioritaskan pada satu dimensi yakni pendekatan pendapatan/income semata. Diperlukan pendekatan yang lebih multidimensi yang mencakup pemenuhan hak dasar manusia. Pembangunan sumber daya manusia dilakukan tidak hanya sekadar untuk memenuhi hak-hak dasar warga negara tetapi juga untuk meletakkan dasar bagi pertumbuhan ekonomi dan menjamin kelangsungan demokrasi dalam jangka panjang. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
45 Grafik 6 Indeks Pembangunan Manusia dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ,00 74,00 13,03 14,00 13,00 73,00 72,00 71,00 71,30 10,44 71,84 72,27 9,93 72,63 10,23 73,06 8,98 12,00 11,00 10,00 9,00 70, IPM 71,30 71,84 72,27 72,63 73,06 Persentase Penduduk Miskin 13,03 10,44 9,93 10,23 8,98 8,00 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
46 A BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 2012 A Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
47 BAB IV IPM DAN KOMPONEN PENYUSUNNYA TAHUN 2012 Pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Hal ini ditunjukkan dengan angka Indeks Pembangunan Manusia tahun 2012 sebesar 73,48. Angka indeks ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2011, indeks pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 73,06. IPM tahun 2012 ini merupakan kontribusi dari ketiga indiktor (kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat). Indikator kesehatan yang diwakili oleh angka harapa hidup pada tahun 2012 sebesar 70,22. Artinya, jika seorang dilahirkan pada kohort tahun ini maka akan mempunyai harapan untuk hidup 70 tahun lagi. Indikator pendidikan diwakili oleh indikator angka melek huruf dan indikator rata-rata lama sekolah. Pada tahun 2012, angka meek huruf di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 98,43. Artinya, sudah terdapat 98,43 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin ataupun huruf lainnya. Sementara indikator rata-rata lama sekolah yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 7,44. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
48 Artinya, penduduk usia 15 tahun ke atas yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara rata-rata bersekolah selama 7 tahun atau sampai pada kelas satu sekolah menengah pertama (SMP). Indikator daya beli masyarakat diwakili oleh indikator pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Pengeluaran riil per kapita yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun 2012 sebesar 632,27 ribu rupiah. Artinya, jika menggunakan hasil sensus penduduk tahun 2010, rata-rata anggota rumah tangga yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 4,07 (rata-rata anggota rumah tangga terdiri dari suami, istri dan dua orang anak) maka rata-rata dalam satu rumah tangga memiliki pengeluaran 2,57 juta rupiah per bulan. Jika melihat peringkat IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara di Provinsi Sulawesi Utara pada urutan ke-13 di tahun 2011, mak pembangunan yang ada masih harus terus ditingkatkan dengan menitikberatkan pada pembangunan manusia tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
No. 33/05/Th. XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya
Lebih terperinciANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014
ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No. 42/06/Th. X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Utara Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2015 mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang
Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan
Lebih terperinciHalaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)
Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari
Lebih terperinciIV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR 4.1 Dinamika Pendidikan Dasar Sampai tahun 2012 Provinsi Sulawesi Utara mengalami pemekaran yang cukup pesat. Otonomi daerah membuat Sulawesi Utara yang sebelumnya hanya mempunyai
Lebih terperinciBAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciJumlah penduduk Sulawesi Utara berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 2,26 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,41 persen per tahun
Jumlah penduduk Sulawesi Utara berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 2,26 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,41 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah
Lebih terperinciSebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan
Lebih terperinciIPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014
IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)
Lebih terperinciBeberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:
BAB II METODOLOGI 2. 1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan
Lebih terperinciProyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015
Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara 2010-2020 BADAN PUSAT STATISTIK UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dari berbagai indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah, implementasinya terkadang
Lebih terperinciIndeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia Kuliah Pengantar: Indeks Pembangunan Sub Bidang Pembangunan Perdesaan Di Program Studi Arsitektur, ITB Wiwik D Pratiwi, PhD Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam
V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun
Lebih terperinciBAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan
Lebih terperinciBAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinciData Mining untuk Indeks Pembangunan Manusia
Data Mining untuk Indeks Pembangunan Manusia Nabilah Izatani - 18209024 1 Program Studi Sistem dan Teknologi Informasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10
Lebih terperinciANALISIS CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTARA RIAU DARATAN DAN RIAU PESISIR
ANALISIS CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTARA RIAU DARATAN DAN RIAU PESISIR Oleh : Lapeti Sari ABSTRAK Diantaranya tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan termasuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang
BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan
Lebih terperinciKEMISKINAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016
No. 01 /06/7108/Th. I,... Juni 2017 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO KEMISKINAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian
32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA K o t a B a t a m Tahun 2015 No. Publikasi : 2171.15.07 No. Katalog BPS : 4102.002.2171 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : viii + 50 Naskah : Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Konsep Pembanguanan Manusia dan Pengukurannya UNDP mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013
BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BPS KABUPATEN WONOSBO Visi: Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Nilai-nilai Inti BPS: Profesional Integritas Amanah Pelopor Data Statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013
REPUBLIK INDONESIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 2013 : Badan Pusat Statistik Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya ISSN : 2086-2369 Nomor Publikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Lebih terperinciINDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015
INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka pangjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG
1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010
Lebih terperinciSecara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)
Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah
Lebih terperinciIndeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat
Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya, pembangunan memiliki
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016
No. 30/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN TERUS MENGALAMI KEMAJUAN Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan,
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015
No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN MENINGKAT MENJADI TINGGI Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016
BADAN PUSAT STATISTIK No. 25/04/52/th II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang
Lebih terperincihttps://bulungankab.bps.go.id
No. 01/07/65/Th.XX, 26 Juli 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BULUNGAN Pada Tahun 2016 IPM Kabupaten Bulungan Mencapai 69,88 Level Menengah Atas Indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciHUMAN DEVELOPMENT INDEX
HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu
Lebih terperinciKAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN
KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/6474/Th. V, 07 Desember 2015 1. Metodologi INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2014 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2014
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN
BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya
Lebih terperinciBAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi bupati dan wakil bupati pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan semua proses yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Pada intinya pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah
Lebih terperinciPemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN
Lebih terperinciCAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak
CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciKatalog BPS: 4102002.1274 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TEBING TINGGI Jl. Gunung Leuser No. Telp (0621) 21733. Fax (0621) 21635 Email: bps1274@mailhost.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TEBING TINGGI STATISTICS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang Undang nomor 22 tahun 1999 dan telah direvisi menjadi Undang Undang nomor 32 tahun 2004 telah membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 No. 48/06/21/Th. XI, 15 Juni 2016 IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia
Lebih terperinciMengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data
Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014
BPS KABUPATEN SEKADAU No.02/11/6109/Th. I, 30 November 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 IPM KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 61,98 MENINGKAT SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR IPM pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :
Lebih terperinci2.1. Konsep dan Definisi
2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi
Lebih terperinci