Modernisme Asia Perkembangan yang Beragam di Indonesia, Philipina, dan Thailand

dokumen-dokumen yang mirip
RANCAK KECAK PASOLA DI PURA LUHUR ULUWATU PERANG SAMBIL BERKUDA MEMBER OF INFLIGHT MAGAZINE OF BATIK AIR NOVEMBER 2017 NOVEMBER 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu yang paling populer ialah seni minum teh.

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

PAMERAN (EKSPRESI DAN APRESIASI SENI KRIYA)

Studi Kawasan Islam. Islamic Area Studies. National Institutes for the Humanities of Japan (NIHU) Program

Pelatihan dan Pameran Konservasi Lukisan: Pencegahan, Restorasi dan Perawatannya

UNDANGAN TERBUKA PAMERAN BESAR SENI RUPA 2016 Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN ORGANISASI PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya ingin mengukur kualitas pelayanan Rumah

BAB V KESIMPULAN. Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. makna koleksi tersebut dalam konteks budaya tempat koleksi berasal. Perbedaan. koleksi epigrafi Jawa Kuno, dan koleksi etnik Aceh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

2 diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

Visit Indonesia 2008: Tantangan dan Peluang Kamis, 27 Maret 2008

LAPORAN KNOWLEDGE SHARING: KETERLIBATAN PUSTAKAWAN DALAM KONFERENSI INTERNASIONAL

MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA

Berbagai Catatan atas Tesis S-2 Grace Samboh PEMETAAN RUANG SENI RUPA YANG MENYATAKAN-DIRI KONTEMPORER DI BALI

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN GELAR BATIK NUSANTARA 2015 JAKARTA CONVENTION CENTER JUNI 2015

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

PASAR SENI DI YOGYAKARTA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. sebagai kota pariwisata ini dilakukan di Jogja Gallery. Sebuah galeri seni yang

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

UOB Indonesia Mengundang Para Seniman untuk Berpartisipasi dalam UOB Painting of the Year 2017

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

SILABUS PEMBELAJARAN

PERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

BAB I PENDAHULUAN I.1

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERINGATAN HARI BATIK NASIONAL DI MUSEUM TEKSTIL JAKARTA, 2 OKTOBER 2015

GUDANG GARAM INDONESIA ART AWARD 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI)

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

Analisis Koizumi Doctrine dalam Konteks Persaingan Jepang dengan Cina di ASEAN. Tesis

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta Ke-45, Jakarta, 14 Juni 2012 Kamis, 14 Juni 2012

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OPTIMALISASI MUSEUM PENDIDIKAN INDONESIA SEBAGAI SUMBER WIDYA-WISATA DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. (Sebuah sumbangan pemikiran pengembangan)

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Menteri Basuki Melihat Pembangunan Wisma Atlet Olimpiade Tokyo 2020 dan Traffic Control Jalan Tol di Jepang

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

Menteri Basuki : Kejar Ketertinggalan, Percepatan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Diperlukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Modernisme Asia Perkembangan yang Beragam di

Modernisme Asia P«kernbangan yang Bm.garn di

Modernisme Asia Perkembangan yang Beragam di

Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [Tokyo) 28 Oktober - 3 Desember 1995 Forum dalam rangka pembukaan Asia Center Kurator: Tatehata Akira Mizusawa Tsutomu Shioda Junichi Ko-Kurator: Jim Supangkat Alice G. Guillermo Somporn Rodboon Penasehat Khusus: Ishii Yoneo [Manila) 6 Pebruari - 6 Maret 1996 Metropolitan Museum of Manila Metropolitan Museum of Manila Kedutaan Besar Jepang di Philipina [Bangkok) 6-28 Mei 1996 The National Gallery, Bangkok The Fine Arts Department, Ministry of Education, Thailand [Jakarta) 21 Juni - 7 Juli 1996 Gedung Pameran Seni Rupa Direktorat Jenderal Kebudayaan Pusat Kebudayaan Jepang the Japan Foundation Asian Modernism Modernjsme Asia: Perkembangan yang beragam di Dirancang oleh Kondo Kazuya Diproduksi oleh Cogito Inc. Diterbitkan oleh Hak cipta dilindungi Dicetak di Indonesia Dengan ini saya ingin menyampaikan penghargaan yang sangat tinggi atas prakarsa Pusat Kebudayaan Jepang the Japan Foundation untuk bersama-sama Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan Pameran Senirupa "Asian Modernism" yang melibatkan tiga negara, yaitu Filipina, Thailand, dan Indonesia, di Jakarta pada bulan Juni 1996. Pameran ini diselenggarakan dalam rangkaian kegiatan Pameran Senirupa "Asian Modernism" yang telah diselenggarakan di Filipina, masing-masing pada bulan Februari dan Mei 1996, yang telah berhasil menarik minat banyak pengunjung mengenai keindahan warisan seni budaya yang berkembang di ketiga negara. Pameran di Jakarta kali ini berusaha menampilkan 139 karya senirupa terpilih dari ketiga negara dikaitkan dengan penyelenggaraan Simposium mengenai "Asian Modernism" yang diharapkan dapat menjadi arena bersama guna meningkatkan hubungan saling pengertian dan mendorong kerjasama serta pertukaran kebudayaan di antara Filipina, Thailand, dan Indonesia sebagai tiga bangsa yang memiliki khazanah warisan kebudayaan yang khas di kawasan Asia. Kita tentu menyadari betapa masyarakat dan kebudayaan bangs a-bangs a Asia sangat beragam corak dan nilai-nilai fi losofis yang hidup dan terkandung di dalamnya. Peradaban Asia adalah mozaik kehidupan yang begitu luas dengan perbedaan-perbedaan kultural yang sangat tajam antara satu sarna lain. Meskipun warisan kebudayaan ketiga bangs a Filipina, Thiland, dan Indonesia yang ditampikan dalam pameran ini sudah tentu belumlah mencerminkan wajah Asia secara keseluruhan, namum dalam perjalanan sejarah kebudayaan yang dilalui ketiga bangsa ini dan persentuhannya dengan pengaruh berbagai kebudayaan Asia lainnya seperti Cina, India, dan Arab, maka ciri-ciri umun dari kebudayaan besar Asia cukup luas pengaruhnya dalam ketiga kebudayaan bangsa Filipina, Thailand, dan Indonesia. Di samping itu, ketiga negara ini hidup di kawasan Asia Tenggara yang merupakan daerah perlintasan antar kebudayaan-kebudayaan besar dunia. Karena itu, kebudayaan-kebudayaan besar dari Eropah, seperti Portugis, Spanyol, dan Inggeris juga luas dan mendalam pengaruhnya disini, serta turut mewarnai perjalanan kebudayaan ketiga bangs a Filipina, Thailand, dan Indonesia tersebut menuju modernisasi. Di tengah-tengah pergaulannya dengan sesama kebudayaan-kebudayaan besar Asia dan Eropah itulah, kebudayaan ketiga bangsa ini tumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu, tema "Asian Modernism" memang merupakan pilihan yang tepat dalam rangka penyelenggaraan pameran dan simposium ini. Karena karya senirupa pada pokoknya mencerminkan citra dan persepsi suatu masyarakat ten tang nilai-nilai tertentu yang diwujudkan dalam bentuk rupa tertentu dengan kandungan nilai seni yang tinggi. Karya senirupa juga dapat memberikan gambaran tentang modernisme ataupun kemoderenan suatu bangsa. Dengan demikian, karya-karya senirupa yang ditampilkan daiam pameran ini dapat diharapkan memberikan gambaran mengenai modernisme di kawasan Asia, khususnya melalui penampilan karyakarya para perupa dari Filipina, Thailand, dan Indonesia. Akhirnya, sambil mengucapkan selamat, saya mendo'akan semoga pameran dan simposium "Asian Modernism" ini dapat terselenggara dengan sebaik-baiknya dan meninggalkan jejak yang kreatif serta konstruktif untuk kemajuan ketiga bangsa Filipina, Thailand, dan Indonesia. Mudah-mudahan prakarsa seperti ini dapat diteruskan dan bahkan lebih ditingkatkan lagi di masa-mada mendatang. Terima ksaih. Jakarta, Juni 1996 Prof. Dr.-Ing. Wardiman Djojonegoro

Sambutan Direktur Jenderal Kebudayaan Kata pertama yang perlu saya sampaikan adalah "Terima Kasih", baik kepada the Japan Foundation Asia Center yang memprakarsai dan menyelenggarakan pameran ini, maupun para seniman dan pemilik koleksi yang telah mengizinkan peminjaman karya-karya seni untuk elitampilkan dalam pameran "Asian Modernism" ini. Dipamerkannya karya-karya ini untuk khalayak eli Indonesia, khususnya Jakarta, merupakan peluang bagi lebih banyak orang untuk menikmati dan mendalami pesan-pesan yang dilontarkan oleh sejumlah seniman dari tiga negara ASEAN sekaligus, dalam hal ini Philippina, Thailand, dan Indonesia seneliri. Dari Philippina ditampilkan 35 karya dari 18 orang senirupawan, dari Thailand 45 karya dari 17 seniman, dan dari Indonesia 59 karya dari 15 seniman. Dari ketiga negeri itu ditampilkan karya-karya yang meliputi rentang waktu yang panjang, dari awal munculnya apa yang dinamakan seni rupa 'modern' yang pada dasarnya merupakan perpanjangan garis tradisi seni rupa 'barat' (Eropa), sampai kepada karya-karya mutakhir dari tahun 1995. Seperti diketahui pameran ini telah dikelilingkan, mulai dari Tokyo (pembukaan 28 Oktober 1995), Manila, Bangkok, dan kini terakhir di Jakarta. Karya tertua dari Thailand dan Indonesia berasal dari tahun 1851, sedangkan dari Philippina hampir seabad sebelum itu. Selama masa perkembangan yang panjang itu, melintasi berbagai perubahan sosial, besar dan kecil, di masing-masing negeri itu terlihat pula keanekaragaman pendorong yang menggerakkan para seniman untuk mewujudkan karyanya. Saya ucapkan selamat kepada para kurator dan ko-kurator yang dengan cermat dan penuh pertimbangan telah memilih karya-karya untuk mewakili keseluruhan bentangan aspirasi yang pernah berkembang dalam dunia: seni rupa di masing-masing negara. Dijajarkannya karya-karya dari rentang waktu yang kurang lebih sarna ini memungkinkan pula pemirsa untuk memperoleh perbandingan-perbandingan. Saya sampaikan pula penghargaan yang tinggi atas tulisan-tulisan pengantar dalam katalog pameran ini yang walaupun sing kat telah memberikan landasan pengetahuan yang mendalam kepada pemirsa mengenai perkembangan seni rupa 'modern' di ketiga negara ini. Jakarta, Juni 1996 Prof. Dr. Edi Sedyawati Sambutan Presiden Sejak didirikannya pada tahun 1972, the Japan Foundation telah mengadakan berbagai macam pameran sebagai bagian dari program pertukaran kebudayaan dalam bidang seni antara Jepang dan negara-negara lain, baik di Jepang maupun di luar Jepang. Dalam kesempatan kali ini, the Japan Foundation menyelenggarakan pameran seni rupa dengan tema "Asian Modernism - Modernisme Asia: Perkembangan yang Beragam di " dari sudut pandang terbaru. Melalui karya-karya seni dari Indonesia, Philipina, tiga negara yang memiliki latar belakang budaya yang sangat berbeda baik dalam bahasa, agama, dan sejarahnya, pameran ini berusaha menganalisa proses asimilasi modernisme barat dan situasi sekarang ini eli ketiga negara tersebut, dengan berpusat pada satu pertanyaan, Apa arti modern bagi Asia? Sekitar 140 karya dari 50 seniman dipamerkan, termasuk lukisan-iukisan cat minyak yang sangat berharga dari pertengahan abad 19 dimana teknik -teknik barat pertama kali diperkenalkan di tiga negara ini; karya-karya seni beraliran modernisme pada periode awal yaitu antara tahun 1920-an dan 1930-an; karya pasca perang dunia kedua antara tahun 1960-an dan 1970-an; serta karya-karya baru dari seniman-seniman yang aktif sekarang ini. Pameran ini membuka kesempatan untuk menelusuri sejarah modernisme di masing-masing negara dan membuat perbandingan yang berarti antara negara-negara terse but. Dalam kaitan dengan pelaksanaan pameran ini, tiga kurator seni Jepang yang masing-masing memerlukan berkunjung ke satu negara yang berbeda, merancang suatu pameran jenis baru yang melingkupi berbagai bidang yang berbeda dengan memperhatikan saran dan masukan dari ahli setempat dan bekerjasama dengan kurator dari masing-masing negara. Kami berharap hasil usaha ini akan diminati banyak pengunjung. Pameran ini yang telah dimulai di Tokyo pada bulan Oktober 1995 lalu, dan dilanjutkan di Philipina pada bulan Februari, Thailand pada bulan Mei, akan berakhir di Indonesia pada bulan Juni 1996 ini. Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada museummuseum, para kolektor, dan para seniman yang telah meminjamkan karya-karya seni yang sangat berharga dalam pameran ini, juga kepada para pejabat dan staf instansi pemerintah dan seluruh kalangan seni rupa di masing-masing negeri yang telah memberi bantuan dan masukan bermakna sejak tahap awal perencanaan. Khususnya untuk penyelenggaraan eli Jakarta ini, kami sangat berterima kasih kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang telah bersedia untuk bekerjasama dan kepada semua pihak di Indonesia yang telah banyak membantu terselenggaranya pameran ini. Juni 1996 Asao Shinichiro