BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
Kronologi perubahan sistem suara terbanyak

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

RINGKASAN PUTUSAN.

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

BAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 142/PUU-VII/2009 Tentang UU MPR, DPR, DPD & DPRD Syarat menjadi Pimpinan DPRD

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

BAB I PENDAHULUAN (UUD NRI Tahun 1945) terutama pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan,

BAB XIII AMANDEMEN UNDANG UNDANG DASAR 1945

Muchamad Ali Safa at

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibuktikan dengan bunyi pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kedaulatan

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Ringkasan Putusan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati sehingga perbincangan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

AMANDEMEN (amendment) artinya perubahan atau mengubah. to change the constitution Contitutional amendment To revise the constitution Constitutional

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

Hubungan antara MPR dan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

BAB IX oleh : Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.M.Hum Politik Hukum Pasca Pemilu 1999

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : SMP NEGERI 1 Prambanan, Sleman. Alokasi Waktu : 6 X 40 Menit ( 3 x pertemuan )

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

SOAL - SOAL LATIHAN UNTUK MENEMBUS CPNS 2013

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Dermawan Zebua DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM,

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

Tugas Lembaga PKN. Disusun oleh: Rafi A. Naufal R. Raden M. Adrian Y.

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 51/PUU-X/2012 Tentang Ambang Batas Perolehan Suara

CATATAN KRITIS REVISI UNDANG-UNDANG MD3 Oleh : Aji Bagus Pramukti * Naskah diterima: 7 Maret 2018; disetujui: 9 Maret 2018

IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri negara demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu) yang terjadwal dan berkala. Amandemen UUD 1945 yakni Pasal 1 ayat (2), menyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, tetapi dilaksanakan menurut ketentuan UUD. Salah satu wujud kedaulatan rakyat adalah penyelenggaraan pemilihan umum untuk memilih DPR, DPD, dan DPRD atau yang sering disebut dengan pemilihan umum legislatif. Tanpa terselenggaranya pemilu maka hilanglah sifat demokratis suatu negara. Demikian pula, agar sifat negara demokratis tersebut dapat terjamin oleh adanya pemilu, maka penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, jujur, adil dan berkualitas. Seiring dengan dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 23 Desember 2008, Mahkamah Konstitusi (MK) dalam sidang yang dipimpin Ketua MK Mahfud MD menghapuskan sistem nomor urut dalam menentukan anggota legislatif terpilih seperti yang sebelumnya diatur dalam Pasal 214 huruf a, b, c, d, e UU No 10/2008 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD. Majelis hakim Konstitusi menilai bahwa pasal diatas tidak sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat seperti yang diatur dalam UUD 1945. 1

2 Menurut majelis hakim konstitusi, Pasal 214 huruf a, b, c, d, e yang menentukan pemenang pemilu legislatif adalah yang memiliki suara di atas 30% bilangan pembagi pemilih (BPP) dan menduduki nomor urut lebih kecil adalah inkonstitusional 1. Putusan Mahkamah Konstitusi diatas menimbulkan reaksi politik di berbagai daerah khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Keanekaragaman partai politik di Daerah Istimewa Yogyakarta menimbulkan sikap pro dan kontra atas putusan tersebut. Bagi kalangan yang pro terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi ini menilai bahwa hal ini sebagai langkah maju dimana kedaulatan rakyat melalui pilihan masyarakat betul-betul mendapat penghargaan, dan keputusan Mahkamah Konstitusi ini dinilai sebagai cara terbaik untuk menjunjung tinggi demokrasi di Indonesia. Sementara itu bagi kalangan yang kontra pemberlakuan sistem suara terbanyak dikhawatirkan dapat mengurangi wibawa partai dalam pembinanan kader, ikatan emosial calon legislatif dengan partai politik menjadi kurang, kader andalan partai justru bisa dikalahkan seorang calon legislatif yang hanya bermodalkan popularitas, putusan Mahkamah Konstitusi juga menjadikan bertambahnya kesibukan dan kerepotan partai karena pelaksanaan pemilu legislatif yang sudah sangat dekat yaitu 9 April 2009. Sistem suara terbanyak juga menimbulkan masalah internal partai karena masing-masing calon legislatif berusaha untuk bisa memenangkan 1 Asep Maulana, Menulis Referensi dari Internet, 02 Oktober 2009, http://www.csis.or.id/scholars_opinion_view.asp?op_id, jam. 15.09

3 pertarungan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa penerapan sistem suara terbanyak akan menimbulkan persaingan antar calon legislatif dalam partai politik sendiri. Bahkan, beberapa calon legislatif sudah secara terbuka mengatakan bahwa pesaing utama mereka adalah calon legislatif-calon legislatif dari partai politik mereka sendiri. Partai politik merupakan salah satu institusi terpenting dalam demokrasi. Salah satu peranan partai politik dalam kaitannya dengan pemilihan umum adalah merekrut dan menghasilkan kader-kader untuk berpartisipasi dalam pemilu, dan menominasikan kandidat untuk menduduki posisi dalam pemerintahan (untuk di Indonesia, posisi ini adalah kursi legislatif). Jadi, partai politik berperan sangat penting dalam memberikan alternatif pilihan bagi pemilih dalam pemilu di Indonesia, calon legislatifcalon legislatif yang ikut dalam pemilu harus melalui jalur partai politik. Jadi idealnya, partai politik menjadi institusi yang ikut menyaring, memilih, dan menominasikan calon legislatif-calon legislatif yang layak. Di Indonesia, sebelum diterapkannya sistem suara terbanyak, partai politik diberikan peranan yang lebih besar lagi. Bukan hanya ia berperan untuk menominasikan kandidat dalam pemilu, partai politik juga berperan dalam memberikan kesempatan yang lebih besar bagi individu-individu tertentu untuk terpilih, yaitu dengan menentukan nomor urut kandidat-kandidat yang maju dalam pemilihan umum. Partai politik juga akan semakin didorong untuk mengajukan calon legislatif-calon legislatif yang berkualitas karena dalam pemilu-pemilu

4 mendatang, figur calon legislatif akan menjadi semakin penting dibandingkan dengan partai politik itu sendiri. Meski demikian, digunakannya sistem suara terbanyak dalam pemilu legislatif 2009 juga dapat berimplikasi negatif jika tidak disikapi dan ditanggapi secara kritis, hati-hati, dan bijaksana. Penerapan sistem suara terbanyak berpotensi mendorong modernisasi partai politik dimana kader-kader partai politik yang maju menjadi calon legislatif, tidak lagi akan bergantung sepenuhnya pada partai. Namun, modernisasi partai politik ini akan tercapai jika partai politik-partai politik yang ada sekarang mampu meredam potensi konflik internal dan menjaga kedisiplinan para kader dan calon legislatifnya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peran partai politik terhadap pemilu legislatif pasca Putusan Mahkamah Konstitusi di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Bagaimana partai politik memposisikan calon legislatifnya pada pemilu legislatif pasca Putusan Mahkamah Konstitusi di Daerah Istimewa Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian selalu mempunyai tujuan dan manfaat tertentu. Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah :

5 1. Untuk mengetahui dan mengkaji peranan partai politik dalam pemilihan umum legislatif tahun 2009 pasca Putusan Mahkamah Konstitusi di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji partai politik dalam memposisikan calon legislatifnya pada pemilu legislatif pasca Putusan Mahkamah Konstitusi di Daerah Istimewa Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu Pengetahuan Untuk memberikan sumbangan kepada Ilmu Pengetahuan hukum khususnya Hukum Tata Negara 2. Memberikan masukan bagi partai politik sebagai peserta pemilu dan sekaligus sebagai pendukung dalam rangka melaksanakan pembangunan di bidang politik agar dapat berhasil sesuai dengan peran dan tujuannya.