PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

NOMOR 22 /PMK05/2010 TENT ANG PERUBAHAN KEDUA AT AS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015

2015, No Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tent

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BUKU KUMPULAN PERATURAN TAHUN 2016 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) K R E D I T U S A H A R A K Y A T KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. MEMINJAMKAN UANG, DAN MENERBITKAN PROMES ATAU YANG DIKENAL SEBAGAI BANKNOTE

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

PEDOMAN KOPERASI SEBAGAI PENYALUR KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN IMBAL JASA PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT

Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Jakarta, Pebruari 2010

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-22/M.

2016, No Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

PENANDATANGANAN MOU. Divisi Bisnis Usaha Kecil

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Review Dialog BENARKAH KUR TANPA JAMINAN? Jakarta, 5 November 2008, Gedung Jurnal Nasional Jam

2016, No Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; M

PEDOMAN UMUM LINKAGE PROGRAM ANTARA BANK UMUM DENGAN KOPERASI

LAPORAN KAJIAN PERAN LEMBAGA LINKAGE DALAM MENINGKATKAN PEMBIAYAAN/ KREDIT KEPADA UMKM

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 171/PMK.05/2009 TENTANG SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ciawi, 21 Agustus 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat; c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tent

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 34/PER/LPDB/2010 TENTANG

SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER AGUSTUS 2012

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG

ANALISIS KINERJA IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TINGKAT PROPINSI DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

2016, No dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 010/PER/LPDB/2011 TENTANG

BAB III KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama

NOMOR TENTANG. : a. dalam. dimaksud : 1. Nomor. sebagaimana. Tahun 4033); Belitung. Kabupaten. Lembaran. Lembaran

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam memajukan perekonomian suatu Negara peranan Perbankan sangat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. sektor riil yang sangat penting keberadaannya adalah Usaha Mikro Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG. memperluas. pembiayaan; Undang-Undang. 2. Tahun 2003

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

TENTANG KREDIT PENGEMBANGAN ENERGI NABATI DAN REVITALISASI PERKEBUNAN MENTERI KEUANGAN

BAB III PELAKSANAAN DAN DASAR HUKUM KREDIT USAHA RAKYAT DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penunjukan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No efisien, perlu diatur ketentuan mengenai pedoman pengunaan Sistem Informasi Kredit Program dengan mendasarkan pada ketentuan sebagaiman

BUPATI PAKPAK BHARAT

Abstrak. Kata Kunci : Efektivitas, KUR, Kesempatan Kerja, Pendapatan.

Perkembangan Perekonomian Daerah Propinsi Maluku Triwulan II 2008 PERKEMBANGAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PERBANKAN DI MALUKU

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

Nomor : /Dep.2/II/2018 Jakarta, Februari 2018 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Koperasi sebagai Penyalur KUR

14 Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM

INTEGRASI EKONOMI NUSANTARA Pokok Pembahasan Kredit Usaha Rakyat & Manajamen Pelabuhan KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 36/PER/LPDB/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/SR.230/6/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT USAHA RAKYAT DI SEKTOR PERTANIAN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT

Transkripsi:

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT http://www.siperubahan.com I. PENDAHULUAN Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dinyatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama, selain telah meningkatkan kesejahteraan rakyat juga telah menumbuhkembangkan Usaha Besar, Usaha Menengah, Usaha Kecil, dan Koperasi. Melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Pemerintah telah berupaya untuk lebih mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007, Pemerintah telah mencanangkan upaya peningkatan akses Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) pada sumber pembiayaan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135 /PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.05/2011 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat.

Program KUR dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan permodalan dalam rangka pelaksanaan kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. KUR bersumber dari dana perbankan yang disediakan untuk keperluan modal kerja dan investasi dan disalurkan kepada pelaku UMKM perorangan dan/atau kelompok usaha dalam wadah koperasi, yangmemiliki usaha feasible tetapi belum bankable. II. PERMASALAHAN Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka terdapat beberapa hal yang akan dibahas dalam tulisan hukum ini, yaitu : A. Apa yang menjadi landasan hukum dari Kredit Usaha Rakyat (KUR )? B. Apa yang dimaksud dengan KUR, tujuan dan sasaran program KUR, siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program KUR? C. Bagaimana mekanisme pelaksanaan KUR dan jangka waktu KUR? D. Bagaimana pembinaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan penjaminan KUR? II. PEMBAHASAN A. Landasan Hukum dari Kredit Usaha Rakyat (KUR ) Yang menjadi landasan hukum dari Kredit Usaha Rakyat adalah : 1. Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pemerintah Melalui Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. 2. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi tahun 2008-2009 Untuk Menjamin Implementasi atau Percepatan Pelaksanaan KUR. 3. Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.05/2011 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. 4. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan. 5. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 5 Tahun 2008 tentang Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan bagi UMKMK. 6. MoU antara Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 9 Oktober 2007. 7. Addendum I MoU Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 14 Februari 2008. 8. Perjanjian Kerja Sama antara Bank Pelaksana dengan Lembaga Penjaminan.

9. Addendum II Nota Kesepahaman Bersama antara Kementerian Teknis dengan Perusahaan Penjamin dan Bank Pelaksana tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi tanggal 12 Januari 2010. 10. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi Nomor : KEP-07/M.EKON/01/2010 tentang Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat. 11. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP- 08/M.EKON/01/2012 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi Nomor : KEP-07/M.EKON/01/2010 tentang Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat. 12. Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat. B. Pengertian, Tujuan dan Sasaran dan Pihak yang Terkait dalam Pelaksanaan KUR Beberapa pengertian terkait penyaluran Kredit Usaha Rakyat antara lain : 1 1. Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. 2. Usaha Produktif adalah usaha untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha. 3. Kredit/pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank Pelaksana dengan debitur KUR yang mewajibkan Debitur KUR untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 4. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank pelaksana dengan Debitur KUR yang mewajibkan Debitur KUR untuk mengembalikan 1 Lampiran Keputusan Deputi Bidang Koperasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi No.Kep-01/D.I.I.EKON/01/2010 Tanggal 25 Januari 2010, Huruf E Pengertian Umum.

dana atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan/bagi hasil/marjin. 5. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial debitur KUR dengan maksimal penjaminan oleh perusahaan penjamin adalah 70% (tujuh persen) dari plafon kredit. 6. Perusahaan penjamin adalah PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) dan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) yang melakukan dan memberikan sebagian penjaminan kredit/pembiayaan secara otomatis (automatic cover) kepada Bank Pelaksana. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.KEP- 07/M.EKON/01/2012 tentang Penambahan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat dalam Pasal pertama menambah perusahaan penjamin KUR yaitu PT Penjamin Kredit Daerah Jawa Timur dan PT Penjamin Kredit Daerah Bali Mandara. 7. Lembaga Linkage adalah lembaga yang meneruspinjamkan KUR dari Bank Pelaksana kepada UMKMK yaitu Koperasi Sekunder, Koperasi Primer (Koperasi Simpan Pinjam, Unit Simpan Pinjam Koperasi) Badan Kredit Desa (BKD), Baitul Mal Wa Tamwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/BPRS), Lembaga Keuangan Non Bank, Kelompok Usaha, Lembaga Keuangan Mikro. Tujuan program KUR adalah mengakselerasi pengembangan kegiatan perekonomian di sektor riil dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut: 2 Mempercepat pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKMK; Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKMK kepada Lembaga Keuangan; dan Sebagai upaya penanggulangan/pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Program Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada UMKMK adalah upaya meningkatkan akses pembiayaan UMKMK pada sumber pembiayaan yang didukung fasilitas penjaminan. 3 2 http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/diunduh pada tanggal 15 Mei 2015. 3 Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135 /pmk.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yaitu: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,-. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria :memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,- s/d Rp500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,- s/d Rp2.500.000.000,- 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria :memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- s/d Rp10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,-s/d Rp50.000.000.000,- Sedangkan Koperasi adalah koperasi primer sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yaitu badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan. UMKMK yang dapat menerima fasilitas penjaminan KUR adalah usaha barang dan jasa produktif yang di bidang usaha produktif dan layak (feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan (bankable) dengan ketentuan sebagai berikut: 4 1. merupakan calon debitur yang tidak sedang menerima kredit modal kerja dan/atau investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima kredit program dari Pemerintah yang dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi Debitur pada saat permohonan KUR diajukan; 4 Pasal 5 Ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2010 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat.

2. debitur yang sedang menerima kredit konsumtif (kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kartu kredit dan kredit konsumtif lainnya) masih dapat menerima KUR; 3. untuk linkage program dengan pola executing, lembaga linkage yang menyalurkan KUR wajib tidak sedang menerima kredit program; 4. untuk linkage program dengan pola channeling, lembaga linkage yang menyalurkan KUR dapat sedang menerima kredit program; 5. untuk KUR sampai dengan Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan KUR melalui lembaga linkage sampai dengan Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) per UMKMK, tidak diwajibkan melampirkan hasil Sistem Informasi Debitur. Ada tiga (3) pilar penting dalam pelaksanaan program ini, antara lain yaitu : 5 1. Pemerintah, yaitu Bank Indonesia (BI) dan Departemen Teknis (Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, dan Kementerian Koperasi dan UKM). Pemerintah berfungsi membantu dan mendukung pelaksanaan pemberian berikut penjaminan kredit. 2. Lembaga penjaminan yang berfungsi sebagai penjamin atas kredit dan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan. Bertindak sebagai lembaga penjaminan dalam program ini adalah PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT. Askrindo), Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo), PT Penjamin Kredit Daerah Jawa Timur dan PT Penjamin Kredit Daerah Bali Mandara. 3. Bank Penyalur terdiri dari 7 (tujuh) Bank Umum dan 26 (dua puluh enam) Bank Pembangunan Daerah (BPD). Bank Umum penyalur KUR sampai saat ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, Bank Negara Indonesia, Syariah (BNI Syariah) dan Bank Bukopin. Sedangkan 26 BPD penyalur KUR diantaranya adalah Bank Nagari, Bank DKI, Bank Jatim, Bank Jateng, BPD DIY, Bank Jabar Banten, Bank NTB, Bank Kalbar, Bank Kalteng, Bank Kalsel, Bank Sulut, Bank Maluku, Bank Papua, BPD Kaltim, BPD Kaltim, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD Riau-Kepri, BPD NTT, BPD Sulsel, BPD Sumsel-Babel, BPD Sulawesi Tengah, BPD Sumut, BPD Aceh, BPD Jambi, BPD Sulawesi Tenggara dan BPD Bali. 6 Pihak-pihak yang terkait dengan penyaluran KUR di tingkat daerah disesuaikan dengan keberadaan masing-masing bank di daerahnya. Tujuh bank umum selaku penyalur 5 http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/diunduh tanggal 15 Mei 2015. 6 Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP-08/M.EKON/01/2012 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi Nomor : KEP-07/M.EKON/01/2010 tentang Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat

secara umum berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Untuk bank pembangunan daerah selaku bank penyalur tergantung daerah masing-masing sesuai dengan tugas penyaluran KUR. Koordinasi program KUR secara umum dilakukan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPK Daerah) melalui kelompok program berbasis pemberdayaan usaha ekonomi Mikro dan Kecil. Di beberapa daerah, keberadaan TKPK Daerah ini didukung oleh Tim Percepatan Penyalur KUR di bawah koordinasi Biro Ekonomi Pemerintah Tingkat I dan II. C. Mekanisme Pelaksanaan Program KUR Penyaluran KUR diharapkan dapat membantu pengembangan usaha produktif di sektor pertanian, sektor perikanan, sektor kehutanan, dan sektor industri. Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% bersumber dari dana Bank Pelaksana. KUR yang disalurkan oleh Bank Pelaksana dijamin secara otomatis (automatic cover) oleh perusahaan penjamin dengan nilai penjaminan sebesar 70% dari plafon KUR. Mekanisme pelaksanaan KUR dapat digambarkan dalam skema berikut: 7 1. Pemerintah melakukan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada perusahaan penjamin kredit. 2. Pemerintah membayar Imbal Jasa (IJP) sebesar 3,25% per tahun dari outstanding KUR. 3. MoU antara Pemerintah, Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin yang mengatur mekanisme KUR serta hak dan kewajiban masing-masing pihak. 4. Bank menyalurkan KUR. Dana yang disalurkan sebagai KUR, 100% merupakan dana komersil bank. 5. Penerima KUR wajib memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan cicilan pokok kepada bank. 6. Bank Pelaksana mengajukan Daftar Nominatif Penerima KUR. 7. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menerbitkan Sertifikat Penjamin (SP) dengan penjaminan sesuai dengan yang ditetapkan dalam Standard Operating Procedure (SOP) KUR. 8. Bank Pelaksana mengajukan klaim penjamin untuk kredit dengan kolektabilitas 4 dan 5. 9. Perusahaan Penjamin Kredit membayar klaim yang diajukan setelah melakukan verifikasi. 7 http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/diunduh tanggal 15 Mei 2015.

Mekanisme penyaluran KUR terdiri dari: 8 1. Langsung dari Bank Pelaksana ke UMKMK 2. Tidak langsung, melalui lembaga linkage 9 dengan pola executing 3. Tidak langsung, melalui lembaga linkage dengan pola channeling 10 Skema penyaluran KUR yang dilakukan secara langsung ke UMKMK adalah sebagai berikut: Bank Pelaksana a b Perusahaan Penjamin UMKMK Keterangan: a = Bank melakukan penilaian secara individu terhadap calon debitur KUR. Apabila dinilai layak dan disetujui oleh Bank Pelaksana, maka Debitur KUR menandatangani Perjanjian Kredit b = Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada Perusahaan Penjamin maksimal penjaminanan 70% (tujuh puluh persen) dari plafon kredit yang diberikan dan selanjutnya perusahaan penjamin menerbitkan sertifikat penjaminan Skema penyaluran KUR yang dilakukan secara tidak langsung melalui lembaga linkage dengan pola executing 11 adalah sebagai berikut: c Bank Pelaksana Perusahaan Penjamin PK a b d Lembaga Linkage e UMKMK 8 http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/diunduh tanggal 15 Mei 2015. 9 Lembaga Linkage yaitu Koperasi Sekunder, Koperasi Primer (Koperasi Simpan Pinjam, Unit Simpan Pinjam Koperasi), Badan Kredit Desa (BKD), Baitul Mal Wa Tanwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/BPRS), Lembaga Keuangan Non Bank, Kelompok Usaha, Lembaga Keuangan Mikro 10 Pola Chaneling adalah KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada UMKMK melalui Lembaga Linkage. Kewajiban pengembalian KUR menjad tanggung jawan dari UMKMK selaku penerima KUR 11 Pola Executing adalah KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada Lembaga Linkage untuk diteruspinjamkan kepada UMKMK. Kewajiban pengembalian KUR menjadi tanggung jawab dari lembaga linkage selaku penerima KUR

Keterangan: a = Lembaga linkage mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada Bank Pelaksana b = Bank Pelaksana melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur dan analisa kelayakan. Apabila dinyatakan layak dan disetujui, maka Bank Pelaksana menandatangani Perjanjian Kredit/Pembiayaan dengan Lembaga Linkage. c = Bank Pelaksana mengajukan permintaan penjaminan kredit/pembiayaan kepada Perusahaan Penjamin. Perusahaan Penjamin menerbitkan sertifikat penjamin atas nama Lembaga Linkage d = Lembaga Linkage menyalurkan kredit/pembiayaan yang diterima dari Bank Pelaksana kepada debitur UMKMK dari Lembaga Linkage. e = Debitur UMKMK melakukan pembayaran kewajiban kredit/pembiayaan kepada Lembaga Linkage. Skema penyaluran KUR yang dilakukan secara tidak langsung melalui Lembaga linkage dengan pola channeling adalah sebagai berikut: Bank Pelaksana d Perusahaan Penjamin PK KK b c e Lembaga Linkage UMKMK Keterangan: a a b = Untuk mendapatkan kredit/pembiayaan dari Bank Pelaksana, UMKMK memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage untuk mengajukan kredit dan menjaminkan agunan kepada Bank Pelaksana; = Lembaga Linkage mewakili UMKMK mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana.

c d e = Bank Pelaksana melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur dan analisa kelayakan. Apabila layak dan disetujui maka Bank Pelaksana: 1. Berdasarkan kuasa dari Bank Pelaksana, maka Lembaga Linkage menandatangani Perjanjian Kredit/Pembiayaan dengan UMKMK atau 2. Berdasarkan kuasa dari UMKMK, maka Lembaga Linkage menandatangani Perjanjian Kredit/Pembiayaan dengan Bank Pelaksana. = Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada perusahaan penjamin. Perusahaan penjamin menerbitkan sertifikat penjaminan atas nama masingmasing UMKMK = Lembaga Linkage menerus pinjamkan kredit/pembiayaan yang diterima dari Bank Pelaksana kepada debitur UMKMK. Debitur UMKMK melakukan pembayaran kewajiban kredit/pembiayaan kepada Bank Pelaksana melalui Lembaga Linkage. Penyaluran KUR Mikro secara langsung telah disepakati Bank Rakyat Indonesia sebagai Pelaksana. Dalam hal bank lainnya akan menyalurkan KUR Mikro secara langsung maka dipersyaratkan mendapatkan persetujuan dari Komite Kebijakan. 12 Ketentuan penyaluran KUR kepada lembaga linkage dengan pola executing adalah sebagai berikut: 13 1. Lembaga Linkage tersebut diperbolehkan sedang memperoleh kredit/pembiayaan dari perbankan. 2. Lembaga Linkage tersebut tidak sedang memperoleh Kredit Program Pemerintah. 3. Plafon KUR yang dapat diberikan oleh Bank Pelaksana kepada Lembaga Linkage maksimal sebesar Rp1.000.000.000,- dengan jangka waktu sesuai ketentuan KUR. 4. Suku bunga KUR dari Bank Pelaksana kepada Lembaga Linkage maksimal sebesar 14 % efektif per tahun. 5. Suku bunga dan plafon kredit/pembiayaan dari Lembaga Linkage kepada UMKMK ditetapkan maksimal sebesar 22% efektif per tahun dan maksimal Rp100 juta perdebitur. 12 Lampiran Keputusan Deputi Bidang Koperasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi No.Kep-01/D.I.I.EKON/01/2010 Tanggal 25 Januari 2010, BAB II, huruf B 13 http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/diunduh tanggal 15 Mei 2015.

6. Lembaga Linkage bertanggung jawab atas pengembalian KUR yang diterima dari Bank Pelaksana. 7. KUR yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin adalah KUR yang diterima oleh Lembaga Linkage yang masih termasuk dalam kriteria terjamin sesuai dengan perjanjian kerjasama Bank Pelaksana dengan Perusahaan Penjamin. Ketentuan penyaluran KUR kepada lembaga Linkage dengan pola channeling adalah sebagai berikut: 14 1. Lembaga Linkage diperbolehkan sedang memperoleh kredit/pembiayaan dari perbankan maupun Kredit Program Pemerintah. 2. Jumlah KUR yang disalurkan oleh Bank Pelaksana adalah sesuai dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh Lembaga Linkage. 3. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui Lembaga Linkage kepada debitur mengikuti ketentuan KUR Retail dan KUR Mikro. 4. Atas penyaluran KUR tersebut, Lembaga Linkage berhak memperoleh fee dari Bank Pelaksana yang besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan Bank Pelaksana. 5. Debitur KUR bertanggung jawab atas pengembalian KUR. 6. Jumlah kredit yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin adalah sesuai dengan yang diterima oleh Debitur KUR. Keputusan untuk memberikan KUR sepenuhnya menjadi wewenang Bank Pelaksana. 15 Agunan dan pengikatan terdiri dari agunan pokok yaitu kelayakan usaha dan obyek yang dibiayai; agunan tambahan yaitu sesuai dengan ketentuan Bank Pelaksana, dalam hal diperlukan pengikatan maka dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Bank Pelaksana. Jangka waktu KUR ditetapkan sebagai berikut: 16 a. Jangka waktu KUR tidak melebihi 3 (tiga) tahun untuk modal kerja dan 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi. b. Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi dan restrukturisasi maka jangka waktu sebagaimana diatur pada huruf a dapat diperpanjang menjadi maksimal 6 (enam) tahun 14 http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/diunduh tanggal 15 Mei 2015. 15 Lampiran Keputusan Deputi Bidang Koperasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi No.Kep-01/D.I.I.EKON/01/2010 Tanggal 25 Januari 2010, BAB II, huruf F 16 Lampiran Keputusan Deputi Bidang Koperasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi No.Kep-01/D.I.I.EKON/01/2010 Tanggal 25 Januari 2010, BAB II, huruf D

untuk kredit/pembiayaan modal kerja dan 10 (sepuluh) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi terhitung sejak tanggal perjanjian kredit awal. Ketentuan tentang perpanjangan, tambahan pinjaman (suplesi), dan restrukturisasi diatur dalam Lampiran Keputusan Deputi Bidang Koperasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi No.Kep-01/D.I.I.EKON/01/2010 Tanggal 25 Januari 2010, BAB II, huruf G : a. Kepada debitur KUR yang usahanya meningkat dan memerlukan tambahan kredit maka dapat diberikan perpanjangan berupa tambahan plafon kredit maupun jangka waktu terhadap debitur KUR tersebut tanpa menunggu pinjaman yang bersangkutan dilunasi, dengan ketentuan : 1) Debitur yang bersangkutan masih belum dapat dikategorikan bankable: 2) Total pinjaman setelah penambahan tidak melebihi Rp5.000.000,-(lima juta rupiah untuk KUR Mikro dan tidak melebihi sebesar Rp500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) untuk KUR Ritel atau tidak melebihi Rp1.000.000.000,-(satu milyar rupiah) untuk KUR yang diberikan kepada Lembaga Linkage dengan pola executing. 3) Ketentuan lainnya, sesuai dengan ketentuan KUR Mikro atau KUR Ritel atau KUR melalui Lembaga Linkage b. Debitur KUR yang bermasalah dimungkinkan untuk direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di Bank Pelaksana, dengan ketentuan : 1) Tidak diperbolehkan penambahan plafon pinjaman KUR. 2) Ketentuan lainnya sesuai dengan ketentuan KUR Mikro atau KUR Ritel. 3) Terhadap KUR yang direstrukturisasi tidak menggugurkan hak klaim dari Bank pelaksana kepada Perusahaan penjamin KUR yang disalurkan kepada setiap UMKMK dapat digunakan baik untuk kredit modal kerja maupun kredit investasi, dengan ketentuan sebagai berikut: 17 1. paling tinggi sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dengan tingkat bunga kredit/margin pembiayaan paling tinggi sebesar/setara 22% (dua puluh dua persen) efektif per tahun, atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan; 2. di atas Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dengan tingkat bunga kredit/margin pembiayaan yang 17 Pasal 5 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2010 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat

dikenakan paling tinggi sebesar/setara 14% (empat belas persen) efektif per tahun, atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan. KUR yang disalurkan melalui linkage program pola executing, dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: 18 1. plafon yang diberikan kepada setiap lembaga linkage paling tinggi sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah); 2. tingkat bunga kredit/margin pembiayaan yang dikenakan paling tinggi sebesar/setara 14% (empat belas persen) efektif per tahun atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan; 3. tingkat bunga kredit/margin pembiayaan yang dikenakan lembaga linkage kepada UMKMK paling tinggi sebesar/setara 22% (dua puluh dua persen) efektif per tahun, atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan. UMKMK yang telah menerima KUR dapat menerima fasilitas penjaminan dalam rangka perpanjangan, restrukturisasi, dan tambahan pinjaman (suplesi) dengan syarat masih dikategorikan belum bankable, dengan ketentuan sebagai berikut: 19 1) perpanjangan jangka waktu kredit, restrukturisasi dan suplesi dapat diberikan sepanjang tidak melebihi 6 (enam) tahun untuk kredit modal kerja dan 10 (sepuluh) tahun untuk kredit investasi terhitung sejak tanggal efektifnya perjanjian kredit awal antara Bank Pelaksana dan UMKMK; 2) dalam hal kredit/pembiayaan investasi untuk usaha perkebunan tanaman keras, perpanjangan jangka waktu kredit, restrukturisasi dan suplesi tidak dapat diberikan; 3) tambahan pinjaman dapat diberikan dengan syarat plafon pinjaman dan tingkat bunga yaitu : a) paling tinggi sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dengan tingkat bunga kredit/margin pembiayaan paling tinggi sebesar/setara 22% (dua puluh dua persen) efektif per tahun, atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan; b) di atas Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dengan tingkat bunga kredit/margin pembiayaan yang dikenakan paling tinggi sebesar/setara 14% (empat belas persen) efektif per tahun, atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan. 18 Pasal 5 Ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2010 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat 19 Pasal 5 Ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2010 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat

4) mekanisme pelaksanaan perpanjangan jangka waktu kredit, restrukturisasi dan tambahan pinjaman (suplesi) diatur lebih lanjut dalam perjanjian kredit antara Bank Pelaksana dan debitur. D. Pembinaan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan KUR Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan Penjaminan KUR dilakukan oleh Komite Kebijakan sesuai bidang tugas wewenang masing-masing. Dalam rangka menilai kepatuhan terhadap ketentuan penjaminan KUR, dilakukan verifikasi secara periodik atau sewaktu-waktu oleh Menteri Keuangan c.q. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Rapat Evaluasi Penyelenggaraan Penjaminan KUR dilaksanakan secara periodik atau sewaktu-waktu atas prakarsa Komite Kebijakan dengan mengikutsertakan Perusahaan Penjaminan dan Bank Pelaksana. Ketiga hal tersebut diatur dalam Standard Operating Procedure yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan. 20 Komite Kebijakan melakukan monitoring dan evaluasi setiap 3 (tiga) bulan, hasil kegiatan disampaikan dalam bentuk laporan. 21 Komite Kebijakan melakukan pengawasan atas pelaksanaan KUR sebagai tindakan yang bersifat preventif dan melakukan verifikasi secara selektif melalui Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dalam melakukan pengawasan tersebut, BPKP akan bekerjasama dengan unit audit internal Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin. Pelaksanaan pengawasan oleh BPKP akan diatur sendiri dalam SOP Pengawasan KUR dengan berpedoman pada SOP Pelaksanaan KUR dan perjanjian kerjasama antara Bank Pelaksana dengan Perusahaan Penjamin. Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin mempunyai kewajiban untuk melakukan pelaporan yaitu : 22 1. Bank Pelaksana melaporkan pelaksanaan KUR setiap bulan kepada Komite Kebijakan melalui Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan dengan tembusan kepada Perusahaan Penjamin dengan format laporan : 20 Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159//PMK.05/2011 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135//PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. 21 Lampiran Keputusan Deputi Bidang Koperasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi No.Kep-01/D.I.I.EKON/01/2010 Tanggal 25 Januari 2010, BAB II, huruf F 22 Lampiran Keputusan Deputi Bidang Koperasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi No.Kep-01/D.I.I.EKON/01/2010 Tanggal 25 Januari 2010, BAB II, huruf K

a. Realisasi total penyaluran KUR dari Baki debet, termasuk jumlah debiturnya; b. Realisasi penyaluran KUR menurut sektor ekonomi, termasuk jumlah debiturnya; sektor pertanian dalam arti luas mencakup : pertanian, kehutanan, dan kelautan/ perikanan. Pertanian dalam arti sempit meliputi : tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan peternakan. c. Realisasi penyaluran KUR menurut provinsi, termasuk jumlah debiturnya; d. Jumlah kredit bermasalah (Non Perfoming Loan = NPL), termasuk jumlah debitur, sektor ekonomi, dan provinsi e. Realisasi total penyaluran KUR dari lembaga Linkage kepada UMKMK menurut pola executing dan channeling, termasuk jumlah Lembaga Linkage dan jumlah debiturnya. 2. Perusahaan Penjamin setiap bulannya melaporkan pengajuan dan realisasi klaim dari setiap Bank Pelaksana kepada Komite Kebijakan melalui Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Ketua Tim Pelaksana, dengan tembusan kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Kementerian Keuangan selaku regulator dan kepada Bank Pelaksana dengan format laporan : a. Pengajuan penjaminan kredit/pembiayaan; b. Pengajuan klaim kredit/pembiayaan; c. Realisasi pembayaran klaim, presentase Non Performing Guarantee (NPG); d. Klaim yang masih dalam proses e. Klaim yang ditolak. Laporan sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2 berisi data posisi akhir bulan dan disampaikan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Kementerian teknis mempunyai kewajiban yaitu : 23 a. Mempersiapkan UMKMK yang melakukan usaha produktif yang bersifat individu, kelompok, kemitraan dan/atau cluster yang dapat dibiayai dengan KUR; b. Menetapkan kebijakan dan prioritas bidang usaha yang akan menerima penjaminan KUR; 23 Lampiran Keputusan Deputi Bidang Koperasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi No.Kep-01/D.I.I.EKON/01/2010 Tanggal 25 Januari 2010, BAB II, huruf L

c. Melakukan pembinaan dan pendampingan UMKMK selama masa kredit/pembiayaan atau ketika usulan kredit/pembiayaan UMKMK ditolak oleh Bank Pelaksana; dan d. Memfasilitrasi hubungan antara UMKMK dengan pihak lainnya seperti perusahaan inti/offtaker yang memberikan kontribusi dan dukungan untuk kelancaran usaha. IV. PENUTUP KUR merupakan salah satu program yang sangat membantu gerak laju perekonomian mikro dengan tujuan mulia yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan rentan miskin. Di masa mendatang tantangan dari program KUR ini yaitu bisa diakses oleh semua pemilik usaha mikro, kecil dan menengah dengan fasilitas pelatihan dan bimbingan manajemen wirausaha. Saat ini hanya sebagian kecil saja masyarakat miskin yang berwirausaha mengingat kemampuan SDM maupun sistem bisnis mereka yang belum Bankable. Sehingga dengan adanya program KUR dari pemerintah melalui berbagai bankbank nasional diharapkan ada pendidikan perbankan maupun pemberdayaan ekonomi mikro kecil dan menengah bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Target yang ingin dicapai melalui program pemberdayaan masyarakat dengan program KUR ini adalah semua kegiatan bisnis semua skala bisa mengakses permodalan dan semua bisnisnya bersifat bankable. Dengan demikian semua arus perputaran barang dan jasa semakin lancar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Daftar Pustaka: Peraturan Perundang-undangan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pemerintah Melalui Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009 Untuk Menjamin Implementasi atau Percepatan Pelaksanaan KUR. Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.05/2011 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP-08/M.EKON/01/2012 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi Nomor : KEP-07/M.EKON/01/2010 tentang Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat. Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat. Internet http: //www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/, diunduh tanggal 15 Mei 2015. http: //komite-kur.com/ files/kumpulan_peraturan_terbaru_kur.pdf/, diunduh tanggal 16 Juni 2015. Penulis: Tim JDIH BPK Pusat Disclaimer: Seluruh informasi yang disediakan dalam tulisan hukum adalah bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi.