Dr. Lukita D. Tuwo Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala BAPPENAS disampaikan dalam Rakornas Kominfo Tahun 2013 Jakarta, 16 September 2013

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI

Kebijakan Akselerasi Pengembangan Broadband di Indonesia

UPAYA AKSELERASI PEMBANGUNAN BROADBAND DI INDONESIA

PEMANFAATAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN BROADBAND

SAMBUTAN KUNCI (KEYNOTE SPEECH)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PITALEBAR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

INDONESIA BROADBAND PLAN

- 2 - Pitalebar Indonesia dibangun dengan memperhatikan komitmen internasional dan sejalan dengan agenda pembangunan nasional.

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunika

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT

Peluang dan Hambatan Bisnis Industri Telekomunikasi di Era Konvergensi

LOGO. NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper

Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN

Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Komunikasi dan Informatika

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA VISI, MISI, DAN SASARAN STRATEGIS

URGENSI PENGATURAN E-GOVERNMENT DALAM UNDANG-UNDANG

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Perjuangan Menyebarkan Internet

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BAPPEDA Planning for a better Babel

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

HANDOUT PRESENTASI MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PADA SEMINAR BROADBAND ECONOMY DI JAKARTA PADA TANGGAL 11 DESEMBER 2012

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL

Strategi dan Kebijakan Pembangunan di Bidang Komunikasi dan Informatika Selasa, 19 Juni 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN RISET NASIONAL

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP

Jakarta, 10 Maret 2011

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi. Teknologi telekomunikasi. berkomunikasi, berikut perkembangan teknologi telekomunikasi:

Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika

Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Komunikasi

AKSELERASI PERTUMBUHAN BISNIS ICT. PASCA PAKET EKONOMI JILID XIV tentang E-COMMERCE MIRA TAYYIBA ASDEP PENINGKATAN DAYA SAING EKONOMI KAWASAN

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Kondisi ICT di Indonesia saat ini Indonesia ICT Whitepaper

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Motivasi Kebijakan E-Government

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

INDONESIA NEW URBAN ACTION

Pita Lebar untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi melalui Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF)

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MASUKAN PUSAT KEBIJAKAN INDUSTRI DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI ITB ATAS RPM LELANG 2100 MHZ DAN 2300 MHZ

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan

Transkripsi:

RENCANA PEMBANGUNAN BROADBAND NASIONAL Dr. Lukita D. Tuwo Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala BAPPENAS disampaikan dalam Rakornas Kominfo Tahun 2013 Jakarta, 16 September 2013

OUTLINE 1 RPJPN 2005-2025 DAN KONSEP PEMIKIRAN RPJMN 2015-2019 2 KONSEP INDONESIA BROADBAND PLAN 3 PENUTUP 2

RPJPN 2005-2025 DAN KONSEP PEMIKIRAN RPJMN 2015-2019 3

TAHAPAN RPJPN 2005-20252025 RPJMN - 1 (2005-2009) Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. RPJMN - 2 (2010-2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian RPJMN - 3 (2015-2019) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek RPJMN - 4 (2020-2024) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif. 4

IPTEK Background Study SDM SDA KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RPJMN 2015-20192019 PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN EVALUASI RPJMN - 2 MASUKAN STAKEHOLDERS 9 Bidang 1. Sosial Budaya & Kehidupan Beragama 2. Ekonomi 3. Iptek 4. Sarana dan Prasarana 5. Politik 6. Hankam 7. Hukum dan Aparatur 8. Wilayah dan Tata Ruang 9. SDA dan LH Pengarusutamaan Tantangan & Kendala *Sumber UU 17/2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025 DAYA SAING EKONOMI Inclusive Development 5

DAYA SAING INDONESIA Kamboja Mobile BB Fixed BB Philipina Indonesia Brunei Thailand Malaysia Vietnam Singapura #88 Sumber: The Global Competitiveness Report 2013-2014, World Economic Forum Mobile Subs Fixed Line #38 #26 #37 #24 #70 #2/148 0 20 40 60 80 100 120 140 160 #59 6 Data Global Competitiveness indeks, Indonesia berada pada posisi ke-38 dari 148 negara pada tahun 2013 dan telah meningkat cukup signifikan dari tahun 2012 dengan peringkat ke 50. Termasuk dalam kelompok efficiency-driven (Tahap 2) dengan kompetensi kompetisi yang lebih maju. Akan tetapi subindeks terkait ICT tergolong masih rendah, dapat dilihat dari peringkat daya saing fixed phone dari peringkat 78 menurun menjadi peringkat 82 pada tahun 2013, namun untuk Cellular Phone meningkat dari peringkat 90 meningkat menjadi peringkat 62. Hal ini menyatakan pula bahwa infrastruktur ICT belum berkontribusi secara optimal terhadap peningkatan daya saing nasional. Untuk meningkatkan daya saing, Indonesia harus mempercepat pembangunan broadband.

RELEVANSI BROADBAND DALAM RPJMN 2015-20192019 DAYA SAING EKONOMI SUMBER DAYA ALAM SUMBER DAYA MANUSIA IPTEK Green with ICT: Penggunaan broadband dapat mengurangi emisi lingkungan (Green House Gas/GHG emission), misalnya melalui teleworking dan teleconference tanpa harus ke tempat kerja/rapat, implementasi smart grid dan smart/green building yang secara pintar dapat mengelola efisiensi energi. Penggunaan solusi berbasis ICT dapat mengurangi 7,8 Gt emisi pada tahun 2020 atau 15% dari total emisi global Green ICT: Memerlukan penanganan limbah perangkat ICT 7 Penggunaan broadband dapat memperluas dan meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan kesehatan. Saat ini, jardiknas baru mencapai 9,8% dari total sekolah. Kualitas internet Sistem Kesehatan Nasional baru 128 kbps padahal untuk diagnosa diperlukan 2 Mbps. Broadband dapat mengoptimalkan bonus demografi karena 20% populasi Indonesia adalah penduduk muda (10-24 tahun) yang merupakan adaptor teknologi Masyarakat yang berkemampuan ICT (ICT-literate) mempercepat adopsi dan meningkatkan kualitas pemanfaatan broadband Broadband memungkinkan pengaksesan, pertukaran dan kolaborasi riset secara lebih cepat Memerlukan dukungan untuk pengembangan industri dan aplikasi ICT dalam negeri

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN BROADBAND SAAT INI Keterbatasan infrastruktur broadband dan mahalnya layanan Permasalahan: Terlalu bergantungnya pembangunan infrastruktur broadband kepada pasar padahal dukungan pendanaan Pemerintah sangat diperlukan untuk mempercepat roll out terutama di wilayah non komersial Tingginya regulatory cost yang disebabkan oleh tidak sinkronnya regulasi pusat/daerah, tingginya retribusi daerah, lamanya proses perijinan terutama di daerah, dan tidak adanya kepastian hukum yang melindungi investasi jangka panjang akibat kriminalisasi kebijakan Belum efektifnya pengelolaan spektrum frekuensi sebagai moda akses utama broadband sehingga terjadi krisis spektrum Belum optimalnya dukungan infrastruktur lain seperti ketersediaan listrik sehingga investasi penyelenggara telekomunikasi menjadi lebih besar Pemanfaatan broadband yang belum berkualitas Permasalahan: Belum mengakarnya e-leadership di tingkat nasional. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa pengembangan ICT di tahap awal memerlukan pendekatan top down. Masih kurang efektifnya koordinasi dan sinergi multi sektor untuk menjamin harmonisasi kebijakan/program dan penggunaan sumber daya secara efisien Belum optimalnya pengembangan industri, aplikasi, dan konten ICT dalam negeri Kurangnya dukungan untuk pengembangan inovasi dan insentif untuk menjaga tidak larinya SDM ICT berkualitas ke luar negeri (brain drain) 8

KONSEP ARAH PEMBANGUNAN BROADBAND RPJMN 2015-20192019 Sebagian besar infrastruktur broadband diperkirakan sudah akan beroperasi di seluruh Indonesia sebelum pertengahan RPJMN - 3. Oleh karena itu, pengembangan broadband pada RPJMN - 3 lebih difokuskan kepada tingkat dan kualitas pemanfaatannya. 2012 TARGET 2014 Indeks e-government Infrastruktur Broadband 2,3 (kurang) 1,1% (fixed), 22,2% (mobile) thdp populasi Semua, kecuali Maluku & Papua 79,2% kab/kota 3,0 (baik) 30% populasi 100% pulau besar 88% kab/kota Agenda pemanfaatan broadband Menutup Blank Spot (Program USO) 93,7% (telepon) 100,6% (internet) 100% Agenda pembangunan infrastruktur broadband RPJMN - 2 RPJMN - 3 perlu kerja keras 9 on-track

10 KONSEP INDONESIA BROADBAND PLAN

LATAR BELAKANG IBP Pembangunan broadband nasional sudah dimulai namun perlu dipercepat untuk merealisasikan potensi broadband dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Pemerintah perlu segera menata ulang strategi pembangunan broadband nasional melalui sinkronisasi, sinergi, dan koordinasi lintas sektor/wilayah untuk mendorong pembangunan dan pemanfaatan broadband. Untuk itu, diperlukan upaya bersama, komitmen nasional yang kuat dan konsisten, serta langkah terobosan/inovasi. Sebagai langkah awal, Pemerintah berkolaborasi dengan dunia usaha menyusun Rencana Pembangunan Pita Lebar Indonesia (Indonesia Broadband Plan atau IBP). IBP bertujuan untuk memberikan arah dan panduan bagi percepatan perluasan pembangunan broadband nasional yang komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan sumber daya secara efisien. 11

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 KETERKAITAN IBP DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN MP3EI 2011-2025 Medium Term Term Nat. Nat. Plan Plan (Pres.Regulations) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Medium Rencana Kerja Term Pemerintah Nat. Plan (Pres.Regulations) (RKP) Indonesia Broadband Plan Arah serta Kebijakan dan Strategi pengembangan broadband Rencana pembangunan yang memerlukan dukungan anggaran pemerintah (APBN) 12 Indonesia Broadband Plan mengelaborasi rencana pembangunan broadband nasional untuk mencapai visi pembangunan nasional sebagaimana dituangkan dalam RPJPN dan MP3EI. Arah pembangunan, kebijakan dan strategi IBP disusun dengan memperhatikan RPJMN dan sebaliknya juga digunakan untuk memperkaya penyusunan RPJMN periode selanjutnya. Pengalokasian APBN untuk mendukung pembangunan broadband (bila diperlukan) dilakukan melalui mekanisme RKP dan RAPBN.

KERANGKA DISAIN IBP VISI INDONESIA 2025 VISI BROADBAND INDONESIA TUJUAN BROADBAND INDONESIA PILAR UTAMA PRINSIP DASAR 13 INFRA- STRUKTUR DAN KEAMANAN Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur Mendukung transformasi Indonesia menjadi negara maju melalui pengembangan dan pemanfaatan broadband sebagai meta-infrastructure 1. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing bangsa 2. Mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia Indonesia 3. Menjaga kedaulatan bangsa ADOPSI DAN UTILISASI KREATIF LEGISLASI DAN REGULASI PENDANAAN Prinsip dasar dan persyaratan pengembangan broadband nasional

PRASYARAT KEBERHASILAN IMPLEMENTASI IBP Pengembangan broadband Indonesia akan dilakukan secara bertahap dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari strategi pembangunan nasional. Untuk merealisasikan potensi broadband, beberapa prasyarat harus dipenuhi, yaitu adanya: 1. Kepemimpinan Pemerintah (government leadership) dalam memberikan arah dan panduan; 2. Komitmen nasional untuk menjamin konsistensi dan keberlanjutan program pengembangan broadband nasional; 3. Koordinasi dan sinergi multi sektor untuk menjamin harmonisasi program dan penggunaan sumber daya secara efisien. 4. Kerjasama Pemerintah (pusat dan daerah) dan dunia usaha sesuai dengan tugas pokok, kewenangan, dan kapasitas masing-masing. 14

Infrastruktur: KEBIJAKAN UTAMA PEMBANGUNAN BROADBAND NASIONAL Percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur broadband untuk memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan layanan dengan berorientasi locally integrated, globally connected Pemanfaatan: Perluasan adopsi dan peningkatan kualitas utilisasi broadband baik di sektor pemerintahan, ekonomi, pertahanan dan keamanan, maupun sosial budaya Kerangka Regulasi: Regulasi (sektor dan lintas sektor) yang memfasilitasi pengembangan pasar dan menekan regulatory cost sehingga memungkinkan dunia usaha untuk menjadi aktor utama dalam pengembangan broadband nasional Pendanaan: Pendanaan pemerintah digunakan untuk akselerasi, fungsi fill in the gap, dan debottlenecking pembangunan broadband tanpa mengambil alih peran atau berkompetisi dengan penyelenggara 15

1. Aspek Supply/Infrastruktur: availability, accessibility, affordability Kompetisi dalam penyelenggaraan wireline broadband Optimalisasi pemanfaatan spektrum Optimalisasi pemanfaatan right of ways Infrastructure sharing Teknologi netral Open access Keamanan jaringan dan sistem 16 PEMBANGUNAN BROADBAND NASIONAL didukung oleh: 3. Aspek Pendanaan 2. Aspek Demand/Utilisasi dan Adopsi: awareness dan ability Literasi digital (e-literacy) Aggregating demand, antara lain: E-government E-education E-health E-procurement E-logistic Green ICT dan Green with ICT Optimalisasi penggunaan Dana USO dan PNBP sektor ICT Kerjasama pemerintah dan swasta (public private partnership) Perencanaan dan pendanaan ICT dalam APBN yang lebih efisien dan efektif 4. Aspek Kerangka Regulasi dan Kelembagaan STRATEGI UTAMA Kebijakan dan kerangka regulasi untuk menciptakan iklim investasi dan berusaha yang kondusif Kelembagaan pengawas dan pelaksana implementasi Indonesia Broadband Plan

TAHAPAN TARGET 2014 100% wilayah USO dijangkau layanan telepon dan internet 88% kab/kota dijangkau layanan broadband Tingkat penetrasi broadband: 30% populasi Tingkat penetrasi TV digital: 35% populasi Indeks e-government nasional: 3,0 dari 4,0 17 RPJMN 2010-2014: KONEKTIVITAS Menyediakan konektivitas dasar melalui penutupan blank spot dan memulai modernisasi infrastruktur ICT RPJMN 2020-2025: TRANSFORMASI RPJMN 2015-2019: INOVASI Visi RPJPN 2025: Masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur Menyelesaikan modernisasi konektivitas nasional melalui penggelaran broadband ke kab/kota, sekolah, dan fasilitas publik; Meningkatkan konektivitas pemerintah (government connectivity) melalui konsolidasi fasilitas data dan informasi pemerintah; Meningkatkan adopsi dan kualitas utilisasi broadband

TARGET 2013 2017* 2013 Infrastruktur Fixed broadband : 15% rumah tangga (1Mbps), 30% gedung (100 Mbps), dan 5% populasi; Mobile broadband : 12% populasi (512 kbps) 2017 Infrastruktur (minimal) Fixed broadband : 40%-75% rumah tangga (2Mbps), 50%- 80% gedung (1 Gbps), dan 25% populasi; Mobile broadband : 75% populasi (1 Mbps) Prioritas Utilisasi/Adopsi: e-government; e-pendidikan; e-kesehatan; e-logistik, e-procurement * Target 2019 sedang dalam perhitungan 18

AKSELERASI BROADBAND INDONESIA Intervensi Pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan broadband Indonesia 2012 2015 2025 Pengembangan broadband di Indonesia bertumpu kepada mekanisme pasar yang berbasis investasi dunia usaha (swasta/ BUMN). Intervensi Pemerintah akan dilakukan untuk (1) mempercepat/akselerasi pertumbuhan broadband; (2) mengisi ruang yang tidak dilakukan dunia usaha (fill in the gap); dan (3) membuka sumbatan (debottlenecking). Intervensi dilakukan dalam ruang lingkup: (1) percepatan dan pemerataan penggelaran infrastruktur; serta (2) agregasi demand, percepatan adopsi, dan peningkatan kualitas utilisasi. Intervensi dilakukan melalui instrumen: (1) kebijakan/regulasi; dan/atau (2) pendanaan. 19

INSTRUMEN AKSELERASI: REGULASI Kebijakan dan regulasi pengembangan broadband nasional dimaksudkan untuk memastikan layanan broadband dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia dengan harga terjangkau. Kebijakan dan regulasi tersebut dapat bersifat sektoral (pengaturan dalam sektor ICT), lintas sektor (pengaturan oleh sektor lain), maupun regional (pengaturan oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota). Untuk itu diperlukan harmonisasi antarkebijakan dan regulasi. Secara spesifik, kebijakan dan regulasi pengembangan broadband nasional ditetapkan untuk: 1. Menciptakan iklim berusaha yang kondusif dengan menekan regulatory cost dan menciptakan insentif; 2. Menciptakan kompetisi, open access, mencegah terjadinya perilaku monopoli, dan menghilangkan barrier to entry; 3. Memastikan pengalokasian dan penggunaan sumber daya (infrastruktur, spektrum frekuensi) secara efektif dan efisien, serta memastikan tidak terjadinya pemusatan sumber daya terbatas; 4. Memungkinkan penggunaan berbagai teknologi dengan mendorong teknologi netral; 5. Mendukung pengembangan aplikasi, konten, dan industri ICT dalam negeri serta penggunaannya; 6. Memberikan perlindungan konsumen atas keamanan data/informasi dan kualitas layanan. 20

INSTRUMEN AKSELERASI: PENDANAAN Dukungan pendanaan Pemerintah diberikan dengan memperhatikan: 1. Kondisi dan kapasitas keuangan negara. Pemberian dukungan pendanaan diutamakan berasal dari PNBP sektor ICT seperti Dana USO dan BHP Frekuensi. 2. Kemampuan pasar. Pembangunan broadband dilakukan melalui kolaborasi antara Pemerintah dan dunia usaha. Dengan demikian, Pemerintah tidak mengambil alih peran dan tidak bersaing dengan penyelenggara. Pemberian dukungan pendanaan Pemerintah harus dipastikan tidak menimbulkan kegagalan pasar. 3. Skema pendanaan yang sesuai yaitu tepat sasaran (efektif), tanpa duplikasi investasi (efisien), dan menjamin keberlanjutan. 4. Inovasi model bisnis dengan pengelolaan risiko yang proporsional dan tidak hanya berbasis aset. Sesuai dengan trend global yang beralih dari belanja modal (capex) ke belanja operasional (opex) menuntut Pemerintah untuk teliti dalam melakukan investasi. 21

TINDAK LANJUT 2013 Penyusunan Indonesia Broadband Plan dijadwalkan selesai pada akhir tahun 2013 dan menjadi rujukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Timeline pekerjaan sebagai berikut. Penyusunan Konsep Dokumen: Kebijakan dan Rencana Pembangunan Perbaikan dokumen termasuk melalui diskusi dengan sektor lain dan industri dalam proses Jan-Mei Jun-Jul Agst-Okt Nov-Des Konsultasi publik (forum dan online) Proses Perpres/ Inpres dan Launching Dokumen 22

23 PENUTUP

Pembangunan broadband suatu negara tidak dapat dipisahkan dari strategi negara tersebut untuk meningkatkan daya saing. Oleh karena itu, pembangunan broadband akan menjadi salah satu agenda pembangunan nasional 2015-2019. Hal ini sejalan dengan fokus RPJMN 2015-2019 yaitu pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis kepada tiga pilar yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kemampuan iptek. Pembangunan pita lebar (broadband) sangat relevan dengan ketiga pilar tersebut. Pembangunan broadband lima tahun ke depan akan diarahkan untuk mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia dengan memperhatikan aspek pembangunan yang berkeberlanjutan dan menumbuhkan kekuatan industri ICT dalam negeri. Untuk itu diperlukan ekosistem broadband yang kokoh baik dalam aspek supply (infrastruktur), demand (industri, aplikasi, layanan, konten), maupun pendukung (kebijakan, regulasi, dan pendanaan). 24

Untuk mempercepat pertumbuhan broadband, Pemerintah harus berperan lebih dari sekedar fasilitator. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa pengembangan broadband tidak dapat sepenuhnya diserahkan kepada dunia usaha terutama dalam perekonomian global saat ini. Pemerintah harus berperan lebih aktif sebagai katalisator tanpa mengambil alih atau bersaing dengan penyelenggara. Pola pembangunan yang inovatif, komprehensif, dan terintegrasi sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekosistem broadband nasional dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Tanpa adanya terobosan, Indonesia akan mengalami potential loss yang besar, tertinggal dari negara lain. Dalam implementasinya, pembangunan ekosistem broadband memerlukan komitmen nasional yang kuat dan konsisten baik dari perencana dan pelaksana pembangunan, pemeriksa, maupun penegak hukum, serta dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah pusat dan daerah serta dunia usaha. Sebagai bentuk affirmative action, Pemerintah perlu memberikan insentif dan/atau dukungan pendanaan secara selektif. Kementerian Kominfo memiliki sumber pendanaan yang berkelanjutan yaitu Dana USO. Kami mendorong agar Dana USO dapat segera ditransformasikan untuk mendukung pengembangan broadband nasional secara utuh (tidak saja infrastruktur). 25

TERIMA KASIH Kementerian PPN/BAPPENAS Jl. Taman Suropati No.2, Menteng, Jakarta 10310 Email: broadband.plan@bappenas.go.id 26

27 LAMPIRAN

1 KEBIJAKAN Mentransformasi Kewajiban Pelayanan Universal (Universal Service Obligation) menjadi broadband-ready INFRASTRUKTUR: KEBIJAKAN DAN STRATEGI STRATEGI Menyusun ulang definisi dan ruang lingkup Universal Service Obligation (USO) untuk mengakomodasi broadband Melakukan reformulasi kebijakan penggunaan USO yang lebih berorientasi kepada ekosistem broadband (tidak hanya untuk penyediaan infrastruktur dan tidak hanya pada daerah perdesaan) Memperkuat kelembagaan pengelola Dana USO 2 28 Mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas Melakukan spectrum refarming (penataan ulang) alokasi frekuensi seefisien dan seoptimal mungkin dengan prinsip netralitas teknologi Optimalisasi frekuensi dan jaringan infrastruktur wireless instansi Pemerintah eksisting dengan implementasi konsep government radio network (GRN) Konsolidasi infrastruktur dan spektrum bagi penyelenggara jaringan bergerak seluler, FWA, dan BWA maupun lembaga penyiaran dengan memperhatikan kebijakan dan regulasi kompetisi yang fair Memastikan migrasi TV analog ke digital sesuai jadwal yang telah ditetapkan

INFRASTRUKTUR: KEBIJAKAN DAN STRATEGI (2) 2 KEBIJAKAN Mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas (lanjutan) STRATEGI Mempercepat ketersediaan spektrum di sub- 1 GHz termasuk alokasi frekuensi digital dividend yang memadai untuk mempercepat distribusi broadband Mendorong penggunaan spektrum frekuensi secara dinamis dan fleksibel: spectrum sharing, spectrum consolidation, mobile virtual network operator (MVNO) Memfasilitasi netralitas teknologi agar industri dapat menggunakan teknologi wireless yang paling efisien dengan ekosistem yang mendukung dengan memperhatikan efisiensi spektrum Melakukan optimalisasi dan konsolidasi sumber daya satelit nasional termasuk frekuensi maupun slot orbit, mendorong kerjasama dengan industri satelit global, dengan memperhatikan kepentingan nasional dan efisiensi spektrum 29

3 KEBIJAKAN Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband INFRASTRUKTUR: KEBIJAKAN DAN STRATEGI (3) Mendorong pembangunan dan penggunaan bersama infrastruktur pasif seperti dark fiber, duct, tiang, menara, right of way, fasilitas pusat data (data center) dan pemulihan data (data recovery center) Mendorong peran aktif Pemerintah Daerah dan BUMD dalam pembangunan infrastruktur pasif yang dikoordinasikan dengan penyelenggara telekomunikasi Memastikan tidak terjadinya perilaku monopoli dalam penyelenggaraan infrastruktur yang berstruktur monopoli alamiah Memastikan open access STRATEGI Mendorong pemanfaatan teknologi netral Mendorong terjadinya kompetisi Mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (renewable energy) sebagai sumber energi terutama di daerah yang belum dialiri listrik PLN 30

INFRASTRUKTUR: KEBIJAKAN DAN STRATEGI (4) 4 KEBIJAKAN Mendorong dunia usaha sebagai aktor utama dalam pembangunan broadband Menciptakan iklim berusaha yang kondusif melalui pengaturan yang jelas, konsisten, berkelanjutan (tidak disruptive), dan transparan termasuk berkemampuan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi baru Mengoptimalkan bauran teknologi (technology mix) serta multi moda backbone dan akses yang memungkinkan penggunaan berbagai teknologi baik berbasis fixed maupun spektrum termasuk satelit Menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta dengan memperhatikan ketepatan pengelolaan risiko Menyederhanakan perizinan STRATEGI Memberikan insentif untuk mendorong pembangunan infrastruktur broadband ke daerah marginal Pemerintah tidak melaksanakan fungsi operasi untuk keperluan komersial 31

INFRASTRUKTUR: KEBIJAKAN DAN STRATEGI (5) 5 KEBIJAKAN Membangun infrastruktur broadband di daerah perbatasan negara STRATEGI Membangun jaringan broadband sebagai sabuk pengaman informasi di daerah perbatasan negara melalui kerjasama dengan penyedia right of way sektor lain seperti jalan, tiang listrik Membangun hub/simpul sebagai opsi gateway internasional 6 Memberikan perlindungan kualitas dan keamanan informasi kepada pengguna layanan Memastikan pemenuhan komitmen pembangunan penyelenggara Memastikan pemenuhan tingkat layanan yang diperjanjikan penyelenggara Memastikan terlindunginya aset strategis seperti infrastruktur serat optik dari segala bentuk gangguan (bencana, vandalisme) serta data pengguna dari penyalahgunaan 32

1 33 KEBIJAKAN Mempercepat implementasi e- government dengan mengutamakan prinsip keamanan, interope rabilitas, dan cost effective UTILISASI/ADOPSI: KEBIJAKAN DAN STRATEGI STRATEGI Menetapkan Masterplan e-government Nasional sebagai rujukan bagi pengembangan e-government di seluruh instansi pemerintah Melakukan moratorium pembangunan fasilitas pusat data dan pusat pemulihan data oleh instansi pemerintah untuk kemudian bermigrasi ke pusat data bersama Mendorong pengembangan e-government yang berbasis kemitraan baik antar instansi pemerintah maupun dengan badan usaha Menerapkan prinsip penggunaan bersama (sharing): Membangun infrastruktur bersama yaitu jaringan komunikasi pemerintah yang aman (secured government network) serta fasilitas pusat data dan pusat pemulihan data yang terkonsolidasi Menggunakan aplikasi umum yang telah ada dan terbukti berjalan baik untuk interoperabilitas dan mempercepat roll out aplikasi Menyimpan aplikasi dalam repositori bersama sehingga dapat digunakan, didistribusikan, dikustomisasi untuk kepentingan e- government Memastikan keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi dalam penyelenggaraan e-government Memastikan adanya unit kerja di setiap instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan e-government

UTILISASI/ADOPSI: KEBIJAKAN DAN STRATEGI (2) 2 KEBIJAKAN Pemerintah sebagai fasilitator untuk mendorong penggunaan broadband STRATEGI Mengkoordinasikan potensi demand penggunaan ICT di sektor pemerintah Memastikan terselenggaranya layanan publik berbasis elektronik (egovernment) di seluruh instansi pemerintah Memastikan penggunaan pengadaan berbasis elektronik (eprocurement) di seluruh instansi pemerintah Memastikan sinkronisasi kebijakan, peraturan, dan program ICT pemerintah lintas sektor Memfasilitasi tersedianya dukungan ICT untuk mendukung pengembangan sektor prioritas seperti pendidikan dan kesehatan Memfasilitasi penyediaan akses ICT sebagai fasilitas publik 34

UTILISASI/ADOPSI: KEBIJAKAN DAN STRATEGI (3) 3 KEBIJAKAN Mendorong tingkat literasi ICT STRATEGI Memastikan aparatur pemerintah dan siswa Indonesia paham ICT Memastikan terciptanya digital inclusion antara lain melalui pelatihan, sosialisasi, dan edukasi untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat luas di bidang ICT 4 Mendorong inovasi Mendorong tumbuhnya inovasi ICT di masyarakat melalui kegiatan penelitian dan pengembangan dengan mengoptimalkan penggunaan PNBP di sektor ICT Mengoptimalkan penggunaan Dana USO untuk mendukung pengembangan aplikasi 35