BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pemerintah Provinsi Bali

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Keuangan Daerah APBD BAB VI EKONOMI

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

5.1 ARAH PENGELOLAAN APBD

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L P E M E R I N T A H K A B U P A T E N J E M B R A N A

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Pemerintah Kota Cirebon

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Transkripsi:

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan melalui Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah yang juga merupakan penjelasan atas analisis statistik perekonomian daerah. Bab ini juga membahas kinerja perekonomian daerah Kabupaten Sleman berikut dinamika faktor eksternal dan internalnya. Berdasarkan gambaran kerangka ekonomi daerah tersebut, maka disusun prioritas pembangunan, dan pengambilan kebijakan untuk menghadapi tantangan dan penyelesaian masalah pembangunan agar arah pembangunan daerah Tahun 2016 dapat dicapai sesuai dengan sasaran program dan kegiatan yang ditetapkan. Pada sisi yang lain, perkiraan sumber-sumber pendapatan dan besaran pendapatan dari sektor-sektor potensial merupakan dasar kebijakan anggaran untuk mengalokasikan perencanaan anggaran berbasis kinerja secara efektif dan efisien. 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah kebijakan ekonomi daerah Tahun 2016 berdasarkan pada perkembangan ekonomi daerah, nasional dan global termasuk kebijakan MEA serta tantangan yang masih akan dihadapi adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi inklusif adalah pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak signifikan, luas dan merata bagi semua stakeholder dan lingkungan. Penerapan kebijakan tersebut dalam konsep yang lebih implementatif adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar internasional Program dan kegiatan diarahkan pada: a. Peningkatan daya saing produk dan tenaga kerja; b. Peningkatan investasi yang memperhatikan aspek lingkungan dan berdampak langsung pada perekonomian masyarakat; c. Peningkatan peran BUMD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat; RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 1

d. Peningkatan inovasi dan pemanfaatan teknologi; e. Akselerasi pertumbuhan ekonomi; f. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur, sarana dan prasarana ekonomi; g. Pengembangan sektor pariwisata, pertanian, perindustrian, perdagangan dan koperasi; h. Pengembangan industri, perdagangan, koperasi dan UMKM; i. Penyediaan lapangan dan kesempatan kerja yang berkualitas melalui regulasi, dan fasilitasi pengembangan kewirausahaan. 2. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor ekonomi lokal potensial dan strategis. Program dan kegiatan diarahkan pada: a. Menuju kemandirian pangan; b. Peningkatan akses dan fungsi intermediasi bagi pengembangan ekonomi lokal potensial dan strategis; c. Pengembangan sektor ekonomi potensi lokal potensial dan strategis dari hulu sampai dengan hilir. 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Perkembangan kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari indikator ekonomi makro serta perkembangan perekonomian daerah. Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Terdapat faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti kebijakan pemerintah pusat yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Selain itu juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik turunnya harga minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing, dan yang terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang berdampak pada kelesuan pasar ekspor. Capaian indikator ekonomi daerah adalah sebagai berikut : a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB Kabupaten Sleman Tahun 2013 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp.19.105.499,- menjadi Rp.20.865.667,- pada tahun 2014. Pada tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp.22.694.421,- PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 (ADHK 2000) sebesar Rp7.471.899 pada tahun 2013, pada tahun 2014 sebesar RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 2

Rp7.905.974 dan pada tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp.8.378.243,- Struktur perekonomian daerah cenderung berubah dari sektor primer beralih ke sektor sekunder dan tersier. Dari PDRB ADHB, pada tahun 2013 sektor primer sebesar 13,46%, sektor sekunder sebesar 28,16% dan sektor tersier sebesar 58,38%. Pada tahun 2014 sektor primer sebesar 13,13%, sektor sekunder sebesar 27,91% dan sektor tersier sebesar 58,96%. Diperkirakan pada tahun 2015 sektor primer sebesar 12,88%, sektor sekunder sebesar 27,82%, dan sektor tersier sebesar 59,30%. Empat lapangan usaha pendukung utama perekonomian di Kabupaten Sleman adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; jasa-jasa; industri pengolahan dan pertanian. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sleman pada tahun 2013 mencapai 5,70%. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,81% dan pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 5,84%. b. PDRB Per Kapita PDRB per kapita menurut harga berlaku (ADHB) pada tahun 2013 sebesar Rp.16.733.992,- pada tahun 2014 sebesar Rp. 17.926.293,- dan pada tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp.19.687.867,- PDRB per kapita menurut harga konstan (ADHK 2000) tahun 201 3 sebesar Rp.6.544.434,- menjadi Rp.6.792.249,- pada tahun 2014, dan perkiraan pada tahun 2015 sebesar Rp.7.268.294,- c. Inflasi Pada tahun 2014 inflasi sebesar 5,85%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 8,41% dan inflasi terendah pada kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 2,16%. Sedangkan inflasi pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 5,50%. d. Investasi Investasi daerah merupakan salah satu kekuatan penting untuk mengakselerasi pembangunan daerah. Disamping untuk mendorong perekonomian daerah, peningkatan investasi juga diharapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Nilai investasi PMA pada tahun 2014 sebesar US$ 231.963.752,71 sedangkan pada tahun 2015 diperkirakan sebesar US$ 245.664.459,30. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 3

Nilai investasi PMDN pada tahun 2014 sebesar Rp.1.868.199.326.172,00 sedangkan perkiraan nilai investasi PMDN pada Tahun 2015 adalah Rp2.802.298.989.258,00 Kebutuhan investasi tersebut dibiayai oleh pemerintah pusat, daerah dan masyarakat. e. Ekspor Nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 40.976.227,96 dan pada tahun 2015 diperkirakan sebesar US$ 41.000.000. Komoditi ekspor tertinggi pada pakaian jadi dan sarung tangan kulit. Perkembangan indikator makro ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut : NO Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI 2014 PROYEKSI 2015 A Pertumbuhan Ekonomi* 1 Pertumbuhan Ekonomi % 5,81 5,84 2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Rp. 7.905.974 8.367.683,02 2000 3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Rp. 20.865.667 23.098.595,72 B Share PDRB Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha* 1 Pertanian % 13,31 12,75 2 Pertambangan dan Penggalian % 0,31 0,48 3 Industri Pengolahan % 13,84 13,50 4 Listrik, Gas dan Air Bersih % 0,93 0,94 5 Bangunan % 12,02 12,18 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran % 23,58 23,89 7 Pengangkutan dan Komunikasi % 6,17 6,20 8 Keuangan, Persewaan dan % 11,34 11,49 Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa % 18,30 18,56 C Pendapatan perkapita* Rp. 17.926.293 19.672.581 D Investasi 1 Nilai Investasi PMDN Rp. 1.868.199.326.172 2.802.298.989.000 2 Nilai Investasi PMA Rp. 2.319.637.527.100 2.456.645.000 3 Nilai investasi Non PMA / PMDN Rp. 3.895.422.023.615 5.009.128.407.000 4 Penyerapan TK. Investasi PMDN Orang 9.922 10.127 5 Penyerapan TK Investasi PMA Orang 7.492 7.661 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 4

NO E INDIKATOR KINERJA SATUAN REALISASI 2014 PROYEKSI 2015 6 Penyerapan TK Investasi Non PMA/PMDN Orang 268.779 281.292 7 Tingkat Pengangguran Terbuka % 6.17 6,10 Koperasi 1 Jumlah Koperasi unit 630 638 2 Koperasi Aktif unit 573 580 Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Sleman, 2015 *angka sementara 3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan Tahun 2017 Seiring dengan perkembangan kondisi, maka kebijakan ekonomi daerah tetap diarahkan dan diupayakan dengan cara-cara: (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) menekan l aju inflasi agar tidak melebihi satu digit, (3) menekan laju pertumbuhan penduduk. Sebagaimana gambaran diatas, agar pertumbuhan perekonomian daerah berjalan pada jalur yang benar perlu dijaga terciptanya kondisi keuangan yang mantap, yaitu dengan mengupayakan terciptanya pelaksanaan pembangunan yang aman secara politis dan layak secara ekonomis. Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian Kabupaten Sleman serta mempertimbangkan kondisi lingkungan internal dan eksternal, maka tantangan dan prospek perekonomian daerah yang dihadapi pada Tahun 2016 dan 2017 adalah sebagai berikut : a. Tantangan Diperkirakan perekonomian Kabupaten Sleman masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pengaruh dari dinamika internal maupun lingkungan perekonomian global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Beragam tantangan dimaksud perlu disikapi secara arif dan komprehensif serta dengan langkah-langkah yang lebih nyata. Tantangan dimaksud antara lain masih mencakup: 1) Menurunkan angka kemiskinan; 2) Menurunkan angka pengangguran; 3) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi potensi lokal dan strategis; 4) Meningkatkan pemerataan pembangunan ekonomi antar wilayah; 5) Meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif dan konstruktif; 6) Menyediakan infrastruktur yang memadai dan berkualitas; RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 5

7) Meningkatkan daya saing produk dan sumber daya manusia agar dapat bersaing di pasar global; dan 8) Meningkatkan peran pemerintah, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi. b. Prospek Perekonomian Daerah Adanya situasi keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Berkaitan dengan kondisi yang digambarkan diatas serta mendasarkan pada kondisi perekonomian tahun 2016 dan perkiraan tahun 2017 serta tantangan yang dihadapi pada masa mendatang maka usahausaha yang harus dilakukan dalam pemantapan ekonomi daerah adalah: 1) Menyediakan infrastruktur perekonomian yang memadai dan berkualitas untuk menunjang pertumbuhan dan distribusi ekonomi daerah; 2) Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan usaha; 3) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di sektor ekonomi lokal dan strategis; dan 4) Meningkatkan aksesibilitas dan sinergitas antara masyarakat, dunia usaha dan lembaga pendidikan dengan pemerintah daerah. Berdasarkan kondisi perekonomian daerah tahun 2014 dan perkiraan tahun 2015, maka prospek perekonomian pada Tahun 2016-2017 sebagai berikut : 1) Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan sebesar 5,84% dan pada tahun 2016 mampu tumbuh 5,86%. Target tahun 2017 sebesar 5,88%. 2) Inflasi pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 5,50%, target pada tahun 2016 sebesar 5,30% dan tahun 2017 sebesar 5,00%. 3) Nilai ekspor daerah pada tahun 2015 diperkirakan sebesar US$ 41.000.000 dan tahun 2016 diperkirakan sebesar US$ 41.205.000 dan target tahun 2017 sebesar US$ 41.411.000. 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Efektivitas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam RKPD Tahun 2016 sebagai pelaksanaan agenda RPJPD tahun 2006-2025 di tahun kesebelas, tidak terlepas dari kapasitas anggaran yang dapat terkelola oleh pemerintah daerah. Untuk itu, RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 6

kebutuhan belanja pembangunan daerah akan selalu mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis dalam implementasi RKPD, yang akan selalu berdampingan dengan sumber-sumber pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana kemitraan swasta, swadaya masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility (CSR). APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran, yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah (penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Untuk pendapatan daerah bersumber dari: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD ) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3) Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Pemerintah Provinsi, dan Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Selanjutnya untuk pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Selain dana dari penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan dan urusan bersama, yang dialokasikan untuk menunjang program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan berdasarkan prioritas dan bersifat penugasan kepada perangkat daerah. 3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, pendanaan penyelenggaraan pemerintahan telah diatur sesuai kewenangan yang diserahkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibiayai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan kewenangan yang menjadi tanggungjawab Pemerintah dibiayai dari APBN, baik kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan kepada Gubernur atau dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 7

Berdasarkan pada hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah, selanjutnya dirumuskan kebijakan di bidang keuangan daerah yang terdiri dari kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan. Kebijakan-kebijakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2016. 3.2.2. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Perencanaan pendapatan daerah pada Tahun 2016 dihitung dengan asumsi sebagai berikut : 1) Pendapatan asli daerah dihitung dengan memperhatikan realisasi perkembangan pendapatan, serta prakiraan masing-masing potensi jenis pendapatan asli daerah; 2) Proyeksi pendapatan diasumsikan naik sebesar 10,47% dari tahun 2015, yaitu kenaikan dari komponen PAD (PBB sebagai penyumbang terbesar); 3) Dana perimbangan berupa bagi hasil pajak/bukan pajak dihitung dengan memperhatikan potensi masing-masing jenis pajak. Sedangkan DAU dan DAK, ADD dari APBN diasumsikan sama dengan tahun lalu. 4) Lain-lain pendapatan yang sah sementara diperhitungkan pada sumber-sumber pendapatan yang dapat dipastikan. Untuk mewujudkan peningkatan Pendapatan Daerah di Kabupaten Sleman, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Meningkatkan manajemen tata-kelola pemungutan dan penerimaan Pendapatan Daerah sesuai dengan mekanisme dan standar baku serta memanfaatkan teknologi terkini; 2) Meningkatkan Pendapatan Daerah melalui perluasan obyek dan intensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara optimal; 3) Pendayagunaan asset daerah; 4) Optimalisasi hasil usaha Badan Umum Milik Daerah (BUMD) agar memberikan kontribusi yang optimal kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada khususnya dan Penerimaan Daerah pada umumnya; dan 5) Mengadakan peninjauan kembali ( annual-review) atas berbagai Peraturan Daerah yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 8

Adapun realisasi dan proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Sleman tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Tahun 2013 s.d Tahun 2017 No Uraian Realisasi Tahun 2013 Anggaran Tahun 2014 Anggaran Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 4.1 Pendapatan asli daerah 449.270.304.864,83 474.917.917.941,46 564.060.923.221,00 624.613.341.400,00 669.613.341.400,00 4.1.1 Pajak daerah 274.628.955.500,77 282.100.000.000,00 330.600.000.000,00 360.700.000.000,00 400.700.000.000,00 4.1.2 Retribusi daerah 48.001.679.730,61 35.114.444.240,00 40.757.507.280,00 42.480.836.400,00 42.480.836.400,00 4.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (Bagian laba BUMD) 15.551.529.372,17 23.747.000.000,00 45.797.000.000,00 61.747.000.000,00 61.747.000.000,00 4.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 111.088.140,261,28 133.956.473.701,46 146.906.415.941,00 159.685.505.000,00 165.685.505.000,00 4.2 Dana perimbangan 1.474.578.471,25 1.058.511.113.184,00 1.075.629.278.043,00 1.098.718.975.043,00 1.094.389.955.954,00 4.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 50.369.188.677,00 47.735.401.184,00 52.064.420.273,00 52.064.420.273,00 52.064.420.273,00 4.2.2 Dana alokasi umum 891.589.912.000,00 952.102.502.000,00 984.410.612.000,00 984.410.612.000,00 984.410.612.000,00 1.2.3 Dana alokasi khusus 50.823.330.000,00 48.673.210.000,00 14.433.000.000,00 14.433.000.000,00 14.433.000.000,00 1.2.5 Dana Insentif Daerah 32.095.325.000,00 25.878.507.000,00 25.876.507.000,00 23.089.697.000,00 23.089.697.000,00 1.2.6. Alokasi Dana Desa dari APBN 24.721.245.770,00 24.721.245.770,00 24.721.245.770,00 4.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 170.814.576.297,00 445.835.169.192,24 551.134.176.397,01 510.043.929.397,01 502.896.073.646,15 4.3.1 Pendapatan Hibah 1.016.000.000,00 0 1.250.000.000,00 1.250.000.000,00 1.250.000.000,00 4.3.2 Dana darurat --- --- 4.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya 134.451.960.504,00 136.308.645.122,24 173.528.827.397,01 173.528.827.397,01 173.528.827.397,01 4.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus --- --- 4.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah daerah lainnya**) 28.336.200.000,00 28.830.787.000,00 33.280.550.000,00 15.280.000.000,00 15.280.000.000,00 4.3.6 Dana pendapatan PBB-P2 6.756.185.723,00 --- --- 4.3.7 Dana penguatan desentralisasi fiscal --- --- 4.3.8 Tunjangan pendidikan (sertifikasi+insentif) 254.817.230.070,00 254.817.230.070,00 343.074.799.000,00 319.985.102.000,00 319.985.102.000,00 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 1.899.525.636.838,81 1.969.264.200.317,70 2.190.824.377.661,01 2.233.376.245.840,01 2.694.196.791.891,42 Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Sleman, 2015 3.2.3. Arah Kebijakan Belanja Daerah Perencanaan belanja daerah pada Tahun 2016 dihitung dengan asumsi sebagai berikut : 1) Proyeksi belanja daerah diasumsikan naik sebesar 9,5% dari tahun 2015; RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 9

2) Perhitungan gaji menggunakan basis data tahun 2015 dengan acress 2,5% dan kenaikan gaji pegawai sebesar 7%. Berkaitan dengan kondisi pendapatan sebagaimana diuraikan di atas dan dikaitkan dengan permasalahan/isu yang dihadapi maka kebijakan-kebijakan belanja daerah masih diarahkan sebagai berikut : a. Belanja daerah yang bersifat tetap dan mengikat seperti belanja pegawai menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku pada tahun berkenaan. b. Belanja daerah berupa hibah dan bantuan sosial diberikan secara selektif, akuntabel, transparan dan berkeadilan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah serta berpedoman pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. c. Dana Desa, Alokasi Dana Desa dan Belanja bagi hasil pajak dan retribusi daerah pada pemerintahan desa merupakan bentuk distribusi fiskal yang ditentukan berdasarkan proporsi besaran dana perimbangan (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan pendapatan asli daerah (pajak daerah dan retribusi daerah) sesuai peraturan perundangan yang berlaku. d. Belanja daerah berupa bantuan keuangan kepada desa diarahkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan aturan pelaksanaannya yang pada tahun 2016 dapat direalokasikan dari belanja hibah dan belanja bantuan sosial. e. Belanja tidak terduga diarahkan untuk menyediakan anggaran siaga (standby budget) terutama disiapkan untuk antisipasi dan penanganan bencana alam maupun sosial. f. Belanja daerah berupa belanja langsung setiap SKPD diarahkan untuk mendukung operasional dan peningkatan kinerja SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang melekat. g. Belanja daerah berupa belanja langsung urusan wajib dan pilihan digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan dan pemulihan pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. Belanja langsung program diutamakan untuk membiayai 9 (sembilan) prioritas pembangunan Tahun 2016. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 10

h. Mendukung program/kegiatan strategis yang terkait dengan agenda provinsi dan nasional, dengan tetap memprioritaskan pembangunan daerah serta memiliki skala pelayanan regional maupun nasional. Adapun realiasi dan proyeksi belanja daerah Kabupaten Sleman tahun 2013-2017 dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2013 s.d. Tahun 2017 No Uraian Realisasi Tahun 2013 Anggaran Tahun 2014 Anggaran Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 5.1 Belanja Tidak Langsung 1.430.339.683.204,62 1.321.166.036.239,10 1.413.387.731.442,42 1.395.643.579.343,42 1.449.658.250.603,82 5.1.1 Belanja pegawai 909.252.019.365,16 1.143.891.239.513,81 1.124.858.474.456,02 1.151.458.474.456,02 1.201.458.474.456,42 5.1.2 Belanja bunga 28.750.905,83 144.000.000,00 4.106.423.611,00 4.106.423.611,00 4.106.423.611,00 5.1.3 Belanja subsidi 19.518.562.420,00 5.1.4 Belanja hibah 43.239.057.000,00 26.157.473.850,00 62.441.354.653,00 35.464.790.400,00 35.464.790.400,00 5.1.5 Belanja bantuan sosial 21.801.063.000,00 41.701.077.000,00 34.036.605.000,00 25.034.195.000,00 25.034.195.000,00 5.1.6 Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa* 33.366.158.150,00 41.583.030.285,00 37.135.750.728,00 - - 5.1.6.1 Bagi hasil pajak dan retribusi - - - 40.318.083.640,00 44.332.754.900,00 5.1.6.2 Alokasi Dana Desa dari APBN - - - 24.721.245.770,00 24.721.245.770,00 5.1.6.3 Alokasi Dana Desa dari APBD - - - 103.214.601.318,40 103.214.601.318,40 5.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan Desa 5.1.7.1 Bantuan Keuangan kepada pemerintah kabupaten 5.1.7.2 Bantuan Keuangan kepada pemerintah desa 1.507.600.000,00 1.507.600.000,00 1.507.600.000 2.825.765.148,00 2.825.765.148,00 31.454.990.515,00 39.889.851.000,00 135.175.612.236,40 - - 5.1.8 Belanja tidak terduga 0 26.291.764.590,29 15.633.510.758,00 8.500.000.000,00 8.500.000.000,00 5.2 Belanja Langsung 633.360.095.649,78 967.479.820.221,46 899.889.342.943,00 1.192.930.282.748,00 1.152.553.212.548,00 5.2.1 Belanja pegawai 125.003.792.070,80 144.501.680.983,46 147.949.178.704,00 --- --- 5.2.2 Belanja barang dan jasa 301.496.438.442,81 435.746.963.796,00 426.134.852.340,00 --- --- 5.2.3 Belanja modal 206.859.865.136,17 387.231.175.442,00 325.805.311.899,00 --- --- TOTAL JUMLAH BELANJA 1.693.528.297.005,79 2.288.645.856.460,56 2.313.277.074.385,42 2.588.546.862.091,42 2.602.211.463.151,82 3.2.4. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Perencanaan pembiayaan daerah pada Tahun 2016 dihitung dengan asumsi sebagai berikut : 1) Proyeksi pembiayaan daerah tahun 2016 diasumsikan naik sebesar 79,53% dari tahun 2015, dikarenakan peningkatan SiLPA. 2) Proyeksi penyertaan modal (investasi) daerah diasumsikan turun sebesar 61,04% dikarenakan penyertaan modal ke BPD DIY dan PD Bank Sleman sudah memenuhi aturan Perda, hanya investasi RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 11

ke PDAM dan menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan untuk investasi. Kebijakan anggaran untuk pembiayaan daerah dibagi atas dua bagian yaitu penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Penerimaan Pembiayaan dapat bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) tahun anggaran 2015, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan diarahkan yaitu untuk penyertaan modal pada perusahaan daerah serta penyediaan fasilitas kredit bagi pelaku KUMKM. Kebijakan Pembiayaan Daerah pada Tahun 2016 di Kabupaten Sleman antara lain diarahkan untuk : a. Menjaga agar keuangan daerah tetap dalam kondisi surplus anggaran, dan jika terjadi defisit anggaran sedapat mungkin ditutup dengan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Si LPA) tahun lalu; b. Membentuk dana cadangan yang akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan yang sifatnya strategis, misalnya belanja Pemilihan Kepala Daerah (pilkada), dan dana cadangan bencana alam; dan c. Mengembangkan investasi daerah dan penyertaan modal dengan prinsip kehati-hatian (prudential). Adapun realiasi dan proyeksi pembiayaan daerah Kabupaten Sleman tahun 2013-2017 dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini: Tabel 3.4 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2017 No Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Realisasi Tahun 2013 Anggaran Tahun 2014 Anggaran Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 6. PEMBIAYAAN 6.1 Penerimaan pembiayaan 289.079.874.715,22 431.359.469.619,96 142.287.949.224,41 426.820.546.051,41 263.408.253.714,05 6.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) 289.079.874.715.22 431.359.469.619,86 107.287.949.224,41 426.820.546.051,41 263.408.253.714,05 6.1.2 Pencairan Dana Cadangan --- 6.1.3 Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan --- RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 12

No Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Realisasi Tahun 2013 Anggaran Tahun 2014 Anggaran Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 6.1.4 Penerimaan pinjaman daerah 35.000.000.000,00 --- 6.1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman --- 6.1.6 Penerimaan piutang daerah --- 6.2 Pengeluaran pembiayaan 63.717.744.928,00 111.977.813.477,00 19.835.949.224,41 12.000.000.000,00 12.000.000.000.00 6.2.1 Pembentukan dana cadangan 6.2.2 Penyertaan modal (Investasi) daera 65.580.000.000,00 111.839.813.477,00 12.835.252.500,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 6.2.3 Pembayaran pokok utang 137.744.928,00 138.000.000,00 7.000.000.000,00 7.000.000.000,00 7.000.000.000,00 6.2.4 Pemberian pinjaman daerah --- 6.2.5 Penguatan Modal --- RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 III - 13