KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

dokumen-dokumen yang mirip
MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI BENGKULU, LAMPUNG, DAN BANTEN

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN NUSA TENGGARA BARAT

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEMARANG, 20 MEI 2015

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN BATUBARA

KEMAKMURAN, PENYELAMATAN SDA UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA: PRAKTIK BAIK DAN AKSI KOLEKTIF

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

CAPAIAN SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA SEMESTER I/2017

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Maret 2015

REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

KEBIJAKAN SUB SEKTOR MINERBA DI KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Kondisi umum Tujuan dan Sasaran Strategi 1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Iuran Produksi mineral dan batubara memberikan kontribusi 62% dari

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

MEDAN, 25 MARET 2015 OLEH : GUBERNUR ACEH

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

TATA KELOLA INDUSTRI EKSTRAKTIF DI INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

Inception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

PEMBAGIAN URUSAN PENGELOLAAN MINERAL DAN BATUBARA PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DAN PERUBAHANNYA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

KEBIJAKAN EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN HASIL PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

Minerba One Map Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah

PENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Biro Keuangan Kementerian ESDM

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA KEDAULATAN ENERGI

EVALUASI DAN CAPAIAN KOORDINASI DAN SUPERVISI (KORSUP) SEKTOR MINERBA DAN ENERGI DAN REFORMASI KEBIJAKANNYA. Jakarta, 29 November 2016

PROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

RAPAT KOORDINASI DAN SUPERVISI

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

Oleh Rangga Prakoso. Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum. pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

2017, No sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peratur

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

TRANSPARANSI DAN PENCEGAHAN KORUPSI DI SEKTOR INDUSTRI PERTAMBANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

BUPATI KAUR PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT

TRANSPARANSI USULAN PENYALURAN PNBP SDA (SISI TUGAS, FUNGSI DAN PERAN BIRO KEUANGAN KESDM)

UPAYA MEWUJUDKAN 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP MINERBA DI SUMATERA BARAT

2014, No DAFTAR JADWAL RETENSI ARSIP SUBSTANTIF MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERBAIKAN IKLIM INVESTASI

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

PEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Berikut penataan regulasi yang disederhanakan/dicabut Jilid II oleh Kementerian ESDM (belum termasuk peraturan lain pada SKK Migas):

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

OBJEK VITAL NASIONAL SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PEDOMAN PEMBERIAN IZIN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI JAWA TIMUR

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 1 November 2011

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA Bahan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Pada Indonesia Mining Outlook 2015 JAKARTA, 28 JANUARI 2014 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DAFTAR ISI I. UPDATE KONDISI UMUM MINERBA II. STAKEHOLDER MINERBA III. ISU-ISU STRATEGIS MINERBA IV. PENDING ISSUES 2

1.1. UPDATE KONDISI UMUM MINERBA 1. Produksi batubara tumbuh 14% per tahun. Realisasi s.d Desember 2014: 458 juta ton, DMO 76 juta ton. Domestik tumbuh 8% per tahun. Ekspor tumbuh 16% per tahun (produksi didominasi kalori menengah rendah). Perlu pengendalian produksi dan upgrading. 2. Realisasi pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian (s.d Desember 2014): 25 Perusahaan telah mencapai tahap commissioning/produksi, dari total 76 IUP. 3. Kendala yang dihadapi: keterbatasan infrastruktur, energi, dan fiskal. 4. Perusahaan tambang tahap operasi: 3.166 (14 KK, 57 PKP2B, 3 BUMN, 2.064 IUP Mineral, 1.028 IUP Batubara). Penataan IUP: 10. 653 terdiri atas 5.999 CNC dan 4.654 Non CNC. 5. Perkembangan Renegosiasi KK dan PKP2B, s.d Januari 2014: a. dari 34 KK, 25 sepakat seluruh materi renegosiasi, 1 telah menandatangani amandemen kontrak dan 7 sepakat sebagian, b. dari 73 PKP2B, 52 Sepakat dan tandatangan MOU, 13 Sepakat Sebagian MOU, dan 9 sepakat draft amandemen. 6. Nilai ekspor minerba: 2011: US$ 39.8 miliar, 2012: US$ 34.8 miliar, 2013: US$ 30.1 miliar, 2014: 25.3 miliar (karena pembatasan ekspor produk mineral dan harga komoditas turun). 7. PNBP: 2011: Rp. 24,24 triliun, 2012: 24,01 triliun, 2013: 28,35 triliun, 2014 (sd Nov): Rp. 35,4 triliun (> PNBP 2013) dari target Rp. 39,6 triliun. (Harga turun, ekspor bijih mineral tidak ada).

II. STAKEHOLDER MINERBA

2.1 STAKEHOLDER S MANAGEMENT KemenLHHut Bupati Mabes Polri Gubernur KemenHub Kemenaker trans BAPETEN Menkominfo DITJEN MINERBA KESDM (PRINSIPAL) KemenKum Ham MenPUPeRa KemenKeu KemenDag Pertamina KemenHan KemenPN-TR BKPM

III. ISU-ISU STRATEGIS MINERBA

3.1. ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY UU NO. 4 TAHUN 2009 LANDASAN FUNDAMENTAL UNTUK PENGELOLAAN SDA ARAH BARU TATA KELOLA PERTAMBANGAN MINERBA ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN (WP) KONTRUKSI PASAL-PASAL UU 4/2009 DAN ATURAN TURUNANNYA 1. Pasal 9, UU No.4 Tahun 2009; sesuai Putusan Judicial Review Mahkamah Konstitusi tentang Penetapan WP 2. Pasal 10 UU No.4 Tahun 2009; asas pelaksanaan penetapan WP 3. Pasal 13 UU No.4 Tahun 2009; pembagian WP UUD 1945 Pasal 33 UU NO.4/2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERBA PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) RENEGOSIASI KK DAN PKP2B PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT) 1. Pasal 112 ayat 4 dan 5 UU No.4 Tahun 2009; 2. PP No.23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba; 3. PP No.55 Tahun 2010 tentang Binwas Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Minerba 4. PerMen No.2 Tahun 2013 Tentang Pengawasan 1. Pasal 169 UU No.4 Tahun 2009 2. Penjelasan Pasal 169 huruf b UU No.4 Tahun 2009 1. Pasal 95 huruf c UU No.4 Tahun 2009 2. Pasal 102 UU No.4 Tahun 2009 3. Pasal 103 ayat (1) UU No.4 Tahun 2009 4. Pasal 170 UU No.4 Tahun 2009 DMO & PENGENDALIAN PRODUKSI MINERBA 1. Pasal 5 ayat 1,2,3 dan 4, UU Nomor 4 Tahun 2009 2. PP No. 23 Tahun 2010 3. PerMen-ESDM No. 34 Tahun 2009 7 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN 1. Pasal 141, UU Nomor 4 Tahun 2009 2. PP No.55 Tahun 2010 tentang Binwas Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Minerba

3.2. ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY UU NO. 23 TAHUN 2014 LANDASAN FUNDAMENTAL UNTUK PENGELOLAAN SDA ARAH BARU TATA KELOLA PERTAMBANGAN MINERBA ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY HARMONISASI DENGAN PERATURAN PELAKSANAAN UU 4/2009 a. Penyerahan kewenangan IUP Bupati/Walikota kepada Gubernur b. Gubernur memberikan Tugas Pembantuan kepada Bupati/Walikota untuk menerbitkan IUP Mineral Bukan Logam dan Batuan UUD 1945 Pasal 33 UU NO.23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KELEMBAGAAN INSPEKTUR TAMBANG DAN PEJABAT PENGAWAS PERTAMBANGAN a. Pengelolaan Inspektur Tambang secara nasional dengan merevisi Kepmen PANRB dan revisi SKB Menteri ESDM, Menteri PAN dan Kepala BKN b. Pengelolaan pejabat pengawas pertambangan PEMBENTUKAN BALAI PERTAMBANGAN Pembentukan Balai Pertambangan di setiop Provinsi kecuali Provinsi di Pulau Jawa dan Bali 8

IV. PENDING ISSUES

4. PENDING ISSUES 1. Penyelesaian renegosiasi kontrak (penyelesaian MoU, amandemen kontrak, revisi PP No. 9/2012, penetapan batas waktu renegosiasi). 2. Penetapan Industri Strategis (coal upgrading dan hilirisasi mineral) yang perlu mendapatkan insentif fiskal. 3. Penyelesaian masalah terkait dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (a.l. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang tidak jelas jangka waktu penerbitannya) 4. Penataan IUP non CNC (untuk 12 provinsi yang sudah dilakukan monitoring dan evaluasi, 19 provinsi lainnya yang sudah dilakukan koordinasi dan supervisi). 5. Penyelesaian PPN untuk penjualan anoda slime/konsentrat di dalam negeri untuk menunjang hilirisasi mineral. 6. Penetapan WPN dan WIUPK dari wilayah KK dan PKP2B yang diciutkan. 7. Percepatan pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri 8. Ketetapan MESDM atas pelaksanaan pengelolaan pertambangan oleh pemerintah daerah pasca UU No. 23/2014. 9. Penyelesaian Permen/Kepmen sebagai tindak lanjut PP No. 77 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas PP No. 23 Tahun 2010.

IV. KEBIJAKAN MINERBA

PENGEMBANGAN MOMI UNTUK PERBAIKAN PENGELOLAAN DATABASE NASIONAL

PENYEDERHANAAN PERIZINAN SUB SEKTOR MINERBA Jenis Perizinan No Instansi Izin Persetujuan Rekomendasi/ Sertifikasi Mandatory Optional Mandatory Optional Mandatory Optional Jumlah Perizinan Tiap Instansi EXISTING 1 2 3 Kewenangan KESDM 4 12 24 13 2 1 56 Kewenangan ESDM + Kementerian Lain 0 2 0 9 0 9 20 Kewenangan Kementerian Lain/PEMDA 11 9 1 1 3 0 25 JUMLAH IZIN 15 23 25 23 5 10 101 Jenis Perizinan No Instansi Izin Persetujuan Rekomendasi/ Sertifikasi Mandatory Optional Mandatory Optional Mandatory Optional Jumlah Perizinan Tiap Instansi USULAN 1 2 3 Kewenangan KESDM 3 6 8 7 2 0 26 Kewenangan ESDM + Kementerian Lain 0 2 0 9 0 9 20 Kewenangan Kementerian Lain/PEMDA 11 9 1 1 3 0 25 JUMLAH IZIN 14 17 9 17 5 9 71 13 Kewenangan KESDM Kewenangan KESDM + Kementerian Lain Kementerian Lain/PEMDA

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA (1) 1 Upaya Peningkatan Royalty 1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara: a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9 Tahun 2012 berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%; dan perak 3,25%. b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7% menjadi 1,5%, Tarif royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga logam. c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya: Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 5%, batubara 5.100 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%. Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%, batubara 5.100 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%. 2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual, royalti dikenakan kepada hasil pemurnian.

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA (2) 2 Upaya Perbaikan Tata Kelola 1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya transfer of pricing. 2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu). a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM) b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu 3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara: a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual yang kompetitif; b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas timah). 4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan. Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan. 5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda Provinsi/Kabupaten/Walikota dan seluruh instansi terkait). 6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara. 7. Penataan Fungsi Surveyor. 8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.

www.minerba.esdm.go.id

IV. KEGIATAN PRIORITAS

4.1 KEGIATAN PRIORITAS SETDITJEN MINERBA 2015 (1) 1. Revisi pelaksanaan UU No 4 Tahun 2009 diharmonisasikan dengan UU No. 23 Tahun 2014 2. Penyiapan Rancangan PP tentang Peralihan KK dan PKP2B menjadi IUPK terkait dengan penerimaan negara 3. Penyelesaian Rancangan Permen ESDM yang masih belum tuntas finalisasinya di Biro Hukum KESDM.: a. Rpermen tentang pengendalian produksi minerba b. Rpermen tentang perizinan mineral logam dan batubara c. Rpermen tentang perizinan mineral bukan logam dan batuan d. Rpermen tentang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat e. Rpermen tentang pematokan batas WIUP f. Rpermen tentang pengolahan data dan informasi g. Rpermen tentang sistem manajemen keselamatan pertambangan h. Rpermen tentang tata cara penyetoran PNBP i. Rpermen tentang pengangkatan pejabat pengawas dan inspektur tambang 1 8

1 9 4.1 KEGIATAN PRIORITAS SETDITJEN MINERBA 2015 (2) 4. Penyusunan Permen/Kepmen sebagai tindak lanjut PP No. 77 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas PP No. 23 Tahun 2010.: a. Revisi Permen 27 tahun 2013 tentang Divestasi dan Perubahan Penanaman Modal IUP, IUPK, KK dan PKP2B Pasal terkait saham yang beredar di bursa saham diakui sebagai saham divestasi sebesar paling banyak 20% Waktu pemegang IUP atau IUPK menawarkan sahamnya di bursa saham sebagai bagian dari divestasi b. Revisi Permen 12 tahun 2011 tentang Penyiapan WUP, WUPK, WIUP, dan WIUPK Wilayah eks IUP OP, KK, dan PKP2B yang telah berakhir dapat ditetapkan menjadi WPN atau WIUPK sebagai kelanjutan operasi pertambangan oleh menteri Harmonisasi dengan putusan MK 5. Koordinasi perizinan dan penataan perizinan yang terkait dengan sektor lain dan Pemda, terutama dengan Kementerian LH dan Hut (contoh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan). 6. Koordinasi Penyederhanan perizinan minerba dari 56 jenis menjadi 26 jenis perizinan. 7. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis setingkat eselon III yang khusus menangani Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu. 8. Penyelenggaraan E-government.

4.2 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PROGRAM MINERBA 1. Pemenuhan Target PNBP Minerba 2015 sebesar Rp 50,6 T (Rp 40,6 T- APBN 2015 ditambah Rp 10 T dalam APBNP 2015) 2. Fasilitasi Investasi baru (smelter, PLTU Mulut tambang, pelabuhan induk, PNT batubara) 3. Pengendalian Produksi Minerba melalui penetapan kuota produksi per provinsi serta DMO 4. Penataan Wilayah IUP, KK, dan PKP2B yang diciutkan dan dikembalikan kepada negara 5. Penyelesaian sistem MOMI 6. Penyelesaian kebijakan minerba nasional 7. Alokasi minerba untuk peningkatan nilai tambah

4.3 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN MINERAL 1. Penyelesaian renegosiasi Kontrak Karya (KK) 2. Pengawasan progress smelter 3. Pengawasan pelaksanaan DMO Mineral 4. Penataan IUP mineral 5. Evaluasi permohonan IUP PMA dan IUP lintas provinsi 6. Pengawasan pengadaan barang KK 7. Pengawasan eksplorasi dan Operasi Produksi KK dan IUP PMA dan IUP lintas provinsi 8. Pengawasan ketenagakerjaan dan fasilitasi perselisihan serta pemberdayaan masyarakat 9. Penyiapan penetapan harga patokan mineral

4.4 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN BATUBARA 1. Penyelesaian renegosiasi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) 2. Pengawasan pelaksanaan DMO Batubara 3. Penataan IUP batubara 4. Evaluasi permohonan IUP PMA dan IUP lintas provinsi 5. Pengawasan pengadaan barang PKP2B 6. Pengawasan eksplorasi dan Operasi Produksi PKP2B dan IUP PMA dan IUP lintas provinsi 7. Pengawasan ketenagakerjaan dan fasilitasi perselisihan serta pemberdayaan masyarakat 8. Penyiapan Harga Patokan Batubara Bulanan

4.5 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERBA 1. Meningkatkan rasio Inspektur Tambang (IT) dan objek Pengawasan serta kualitas Inspektur Tambang 2. Pemanfaatan teknologi untuk percepatan reklamasi, pengelolaan lingkungan tambang dan pasca tambang 3. Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) dalam rangka meminimalkan angka kecelakaan tambang 4. Penyiapan Rancangan SNI bidang pertambangan (Pengelolaan Air Asam Tambang, Pemantauan Kestabilan Lereng, dll) 5. Penyiapan sistem pelaporan Usaha Jasa dengan berbasis web 6. Sistem pelaporan On Line

Penetapan Wilayah Pertambangan (WP) KOORDINASI PEMDA Klarifikasi data Rekonsiliasi Koordinasi daerah (Pasal 9 UU No.4/2009 dan Pasal 15 PP 22/2010) Pulau/Kepulauan Pelaksanaan Rekonsiliasi SULAWESI Jakarta-Hotel Bidakara, 12,13,dan 14 Juni 2013 KALIMANTAN Jakarta-Hotel Manhattan, 2,3,dan 4 Juli 2013 PAPUA Jakarta, 21,22 dan 23 Agustus 2013 MALUKU Jakarta, 21,22 dan 23 Agustus 2013 SUMATERA Jakarta, 4,5, dan 6 September 2013 BALI DAN NUSA TENGGARA Jakarta, 18,19 dan 20 September 2013 JAWA Jakarta, 2,3 dan 4 Oktober 2013 PERENCANAAN WP (Pasal 3-7 PP 22/2010) DRAFT PETA WP (Pasal 12 PP 22/2010) PENETAPAN WP (Pasal 15 PP 22/2010) - Inventarisasi potensi pertambangan. Dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah daerah melalui kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan - Penyusunan rencana WP, koordinasi, sosialisasi dan rekonsiliasi dengan Gubernur, Bupati/Walikota di seluruh Indonesia dalam RANGKA Penyusunan Konsep WP 2 - Input data digital (peta potensi, peta penyebaran formasi pembawa batuan, peta perijinan KK, PKP2B, IUP, dan IPR) - Analisis data (overlay, koreksi, transformasi) - Delineasi/penggarisan batas WP, WUP, WPN dan WPR KONSULTASI DPR-RI RDP dengan Komisi VII DPR-RI (Pasal 9 UU No.4/2009 dan Pasal 15 PP 22/2010 Penetapan WP menjadi dasar seluruh stakeholder pertambangan untuk dapat memberikan kepastian usaha dan ruang bagi kegiatan pertambangan Cluster WP Pulau Sulawesi Kepulauan Maluku Pulau Kalimantan Pulau Papua Pulau Sumatera Pulau Jawa & Bali Pulau Nusa Tenggara No. Kepmen 2737 K/30/MEM/2013 Tanggal 3 Juli 2013 4002 K/30/MEM/2013 Tanggal 19 Desember 2013 4003K/30/MEM/2013 Tanggal 19 Desember 2013 4004K/30/MEM/2013 Tanggal 19 Desember 2013 1095K/30/MEM/2014 Tanggal 26 februari 2014 1204K/30/MEM/2014 Tanggal 27 Februari 2014 1329K/30/MEM/2014 Tanggal 28 Februari 2014

PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) (1) SEBELUM KORSUP 12 PROV. SESUDAH KORSUP 12 PROV. STATUS MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA JUMLAH JUMLAH EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041 1.493 2.064 1.391 1.028 5.976 NON CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877 1.363 1.936 991 382 4.672 SUB TOTAL 2.966 4.030 2.536 1.386 2.856 4.000 2.382 1.410 10.918 TOTAL 6.996 3.922 6.856 3.792 KRITERIA CNC IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) JENIS PERSYARATAN ADMINISTRASI: Tidak tumpang tindih dengan IUP Lainnya, KK, PKP2B serta dokumen penerbitan sesuai ketentuan TEKNIS: Laporan Eksplorasi, Laporan Studi Kelayakan dan Dokumen Lingkungan KEUANGAN: Membayar kewajiban keuangan berupa iuran tetap dan royalty Per 1 Desember 2014 10.648 MANFAAT PENATAAN IUP Masih lemahnya tata kelola perizinan tambang di Indonesia 1. Meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari IUP; 2. Data cadangan IUP dari laporan eksplorasi IUP sebagai data cadangan Nasional untuk menjamin kontinuitas pasokan bahan baku untuk pengolahan dan pemurnian; 3. Laporan studi kelayakan IUP sehingga menjadi dasar dalam pelaksanaan dan peningkatan kegiatan menjadi operasi produksi; 4. Dokumen lingkungan yang disampaikan IUP menjadi bukti tanggung jawab perlindungan lingkungan; 5. Diusulkan menjadi salah satu persyaratan tender DMO untuk suplier bagi PT PLN; 6. Menjadi persyaratan yang diwajibkan oleh Bank dalam penyaluran kredit pertambangan bagi pemegang IUP 7. Investor asing menjadikan status clear and clean dalam memastikan kesahihan dokumen IUP

PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) (2) Hingga Akhir Oktober 2014 terdapat 4.807 IUP non CnC atau sejumlah 44,61% dari total IUP 10.776, hal ini menunjukkan masih lemahnya tata kelola perizinan pertambangan di Indonesia Perlu ketegasan Pemerintah untuk penetapan status IUP yang sampai saat ini belum CnC (Untuk 12 Provinsi batas waktu penyelesaiannya Desember 2014, untuk yang 19 Provinsi Akhir Juni 2015) NO 1. TINDAK LANJUT Diserahkkan kepada Gubernur untuk evaluasi administrasi dan Wilayah (PNBP masih dievaluasi Pusat) 2. Koordinasi dan Supervisi bersama KPK-RI di 34 Provinsi dan Kab/Kota : Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan KPK di 12 Provinsi Koordinasi dan supervisi dengan KPK atas pelaksanaan penataan IUP di 22 Provinsi WAKTU PELAKSANAAN Mei-Desember 2014 6, 20 dan 27 November 2014 4-6 Desember 2014

PENGEMBANGAN MOMI UNTUK PERBAIKAN PENGELOLAAN DATABASE NASIONAL

PENYEDERHANAAN PERIZINAN SUB SEKTOR MINERBA Jenis Perizinan No Instansi Izin Persetujuan Rekomendasi/ Sertifikasi Mandatory Optional Mandatory Optional Mandatory Optional Jumlah Perizinan Tiap Instansi EXISTING 1 2 3 Kewenangan KESDM 4 12 24 13 2 1 56 Kewenangan ESDM + Kementerian Lain 0 2 0 9 0 9 20 Kewenangan Kementerian Lain/PEMDA 11 9 1 1 3 0 25 JUMLAH IZIN 15 23 25 23 5 10 101 Jenis Perizinan No Instansi Izin Persetujuan Rekomendasi/ Sertifikasi Mandatory Optional Mandatory Optional Mandatory Optional Jumlah Perizinan Tiap Instansi USULAN 1 2 3 Kewenangan KESDM 3 6 8 7 2 0 26 Kewenangan ESDM + Kementerian Lain 0 2 0 9 0 9 20 Kewenangan Kementerian Lain/PEMDA 11 9 1 1 3 0 25 JUMLAH IZIN 14 17 9 17 5 9 71 28 Kewenangan KESDM Kewenangan KESDM + Kementerian Lain Kementerian Lain/PEMDA

RENEGOSIASI KK DAN PKP2B (Per 16 Desember 2014) STATUS KK PKP2B Jumlah Sepakat Sebagian MoU 7 12 19 Sepakat dan Tanda tangan MOU 26 61 87 Amandemen kontrak 1-1 Total 34 73 107 Terdapat 6 isu strategis utama sebagai substansi renegosiasi KK dan PKP2B yaitu: Luas Wilayah Kerja, Kelanjutan Operasi Pertambangan, Penerimaan Negara, Kewajiban Pengolahan dan Pemurnian, Kewajiban Divestasi, Kewajiban Penggunaan Tenaga Kerja, barang dan jasa Pertambangan dalam Negeri. Renegosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan nasional (national interest) NO TINDAK LANJUT WAKTU PELAKSANAAN 1. Penyelesaian permasalahan dasar hukum berupa revisi PP No.9 Tahun 2012 tentang tarif PNBP Desember 2014 2. Pembahasan renegosiasi lebih lanjut 9 KK dan 12 PKP2B Desember 2014 3. Finalisasi dan Penandatanganan amandemen kontrak (24 KK dan 60 PKP2B). Desember 2014 4. Penandatanganan seluruh amandemen KK dan PKP2B Januari 2015

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA (1) 1 Upaya Peningkatan Royalty 1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara: a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9 Tahun 2012 berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%; dan perak 3,25%. b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7% menjadi 1,5%, Tarif royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga logam. c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya: Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 5%, batubara 5.100 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%. Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%, batubara 5.100 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%. 2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual, royalti dikenakan kepada hasil pemurnian.

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA (2) 2 Upaya Perbaikan Tata Kelola 1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya transfer of pricing. 2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu). a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM) b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu 3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara: a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual yang kompetitif; b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas timah). 4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan. Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan. 5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda Provinsi/Kabupaten/Walikota dan seluruh instansi terkait). 6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara. 7. Penataan Fungsi Surveyor. 8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.

Sumber Daya Dan Cadangan Mineral (Dalam juta ton) NO Jenis Sumber Daya Cadangan Bijih Logam Bijih Logam 1 Emas Primer 7.670 0,007 3.225 0,003 2 Bauksit 1.265 529,3 583 238 3 Nikel 3.565 52,2 1.168 22 4 Tembaga 17.526 106,2 3.126 28 5 Besi 712 401,8 66 40 6 Pasir Besi 2.117 425,4 174 25 Ferro and Associates : Fe, Nickel, Cobalt, Chromit, Mangan,Molibdenum, Titanium Precious Metal : Gold, Silver, Platinum Base Metal : Zinc, Cupper, Tin, Lead, Mercury Light and Rare metal : Bauxite, Monasit 7 Mangan 15 6.3 4 3 8 Seng 625 7,3 6 0,8 9 Timah 449 2,1 801 0,4 10 Perak 13.755 0,8 3.253 0,0 Sumber : Badan Geologi, KESDM, 2013

PROGRESS HILIRISASI (Pelaksanaan UU No.4/2009) (1) NO 1. Progres Pembangunan 2. Jumlah Rencana Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PROGRES (%) CAPAIAN KEGIATAN 1. 0 5 Progres mencapai Studi Kelayakan JUMLAH IUP (Jun 2014) 102 2. 6 10 Progres mencapai AMDAL 15 NO KOMODITAS JUMLA H IUP JUMLAH FAS. PENGOLAHAN /PEMURNIAN 1. Nikel 36 30 2. Bauksit 11 6 3. 11-30 Progres mencapai Ground Breaking dan Awal Konstruksi Pabrik 4. 31-50 Progres mencapai Pertengahan Tahap Konstruksi Pabrik 5. 51-80 Progres mencapai Akhir Tahap Konstruksi 6. 81-100 Progres mencapai tahap commissioning/produksi Rencana Investasi : US$ 17,5 Miliar Realisasi s.d Oktober 2014 : US$ 5,0 Miliar 12 20 4 25 3. Besi 7 7 4. Mangan 3 3 5. Zirkon 13 13 6. Timbal dan Seng 2 2 7. Kaolin dan Zeolit 4 4 Kendala : 1. Infrastruktur 2. Energi 3. Fiskal Total 76 65

PROGRESS HILIRISASI (Pelaksanaan UU No.4/2009) (2) 1. BELUM ADA KEBIJAKAN YANG JELAS DALAM HAL PENETAPAN BATAS WAKTU KEWAJIBAN PELAKSANAAN PNT MINERAL BAGI IUP 2. TUMPANG TINDIH KEWENANGAN ANTARA KESDM DAN KEMENPERIN TERHADAP PERIZINAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN 3. INFRASTRUKTUR, ENERGI DAN PEMBIAYAAN MASIH LEMAH NO TINDAK LANJUT 1. Verifikasi perkembangan pembangunan fasilitas pemurnian kepada IUP yang telah berkomitmen membangun dengan melibatkan tim independen (akademisi, litbang, LIPI, BPPT) berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Nomor 240.K/73.07/DJB/2014 2. Koordinasi dengan Kementerian Keuangan, Kementerian PU, Kementerian Perhubungan dan Perbankan untuk memberikan insentif fiskal, peningkatan infrastruktur dan fasilitas pembiayaan. 3. KESDM dan Kemenperin perlu melakukan harmonisasi perizinan (IUP Operasi Produksi khusus Pengolahan Pemurnian v.s. Izin Usaha Industri) yang difasilitasi Kemenko Perekonomian WAKTU PELAKSANAAN Desember 2014 Desember 2014 Desember 2014

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Ekspor (Juta Ton) Selisih (Juta Ton) RENCANA PELABUHAN INDUK EKSPOR BATUBARA (1) 1. Latar Belakang Permasalahan KESDM memperkirakan sekitar 50 60 juta ton batubara per tahun diekspor secara illegal. Belum ada aturan pemakaian pelabuhan ekspor batubara Pengapalan batubara banyak dilakukan di tengah laut dengan cara transshipment dari tongkang ke kapal (vessel), sehingga sulit diawasi. 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Minerba Kemendag Selisih 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 - Sumber: Ditjen Minerba, 2013 dan BPS, 2013

RENCANA PELABUHAN INDUK EKSPOR BATUBARA (2) 2. Peta Usulan Pelabuhan Induk Ekspor Batubara Aceh di Aceh Selatan. Sumatera Barat di Padang Riau di kawasan Teluk Riau Kalimantan Timur 1. Wilayah Teluk Balikpapan 2. Wilayah Teluk Adang Bay 3. Wilayah Teluk Berau 4. Wilayah Teluk Maloy Jambi Sekitar Teluk Jambi Bengkulu Pelabuhan Bengkulu Sumsel Tanjung Api Api Lampung Tarahan Kalsel/Kalteng 1. Wilayah Tobaneo/Pulau laut, 2. Wilayah Sungai Danau, 3. Wilayah Batu Licin Tindak Lanjut: Perlu segera diterbitkan surat keputusan bersama antara Menteri Perhubungan dan Menteri ESDM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Energi untuk Kesejahteraan Rakyat