Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik. Tujuan : Kesederhanaan dan Kemudahan pengenaan pajak agar tepat waktu

Pemungut PPh Pasal 22

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

PPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

BAB IV KETENTUAN LAINNYA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.011/2013 TENTANG

L5

TOPIK : PENDAHULUAN. Mekanisme pembayaran utang PPh Manfaat withholdingtax system Kewenangan Kemen-Keu Pengenaan Pembatasan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.011/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Landasan Hukum: Pasal 22 UU PPh. PMK No. 154/ PMK.03/ 2010 j.o. No. 224/ PMK.011/ PMK No. 253/ PMK.03/ 2008

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

Pertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERBEDAAN ANTARA PEMUNGUTAN DAN PEMOTONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara

154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Modul ke: PPh Pasal 22. Fransisca Hanita Rusgowanto S.Kom, M.Ak. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1.Akuntansi

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Definisi PPh Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Perbedaan Antara Pemungutan dan Pemotongan

2% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 3% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 4% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 6% Jumlah bruto tidak termasuk PPN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

Pajak Penghasilan Pasal 21

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pajak merupakan kewajiban rakyat untuk memberikan sebagian harta


BAB II LANDASAN TEORI

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Pemotongan/Pemungutan PPh

PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23. Disampaikan oleh : Amanda Oktariyani,SE.,M.Si,Ak

DAFTAR OBYEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN TARIF PKP = (PB BP) PTKP. 2. Uang Pensiun Bulanan yang Diterima Pensiunan Pasal 17 UU PPh.

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018

BAB II LANDASAN TEORI

b. Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25% tahun 2010.

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 549/KMK.04/2000 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Materi E-Learning Perpajakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

PPh Pasal 26. Pengantar

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN II

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK TERKAIT BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

1 of 5 21/12/ :45

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB III PEMBAHASAN. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Waluyo, 2013:2). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.010/2016 TENTANG

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT45363/PP/M.II/27/2013. : Pajak Penghasilan Pasal 15 Final. Tahun Pajak : 2010

lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh), karena dalam PPh ada Perampungan yang dilakukan setiap akhir tahun

2015, No Mengingat c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan P

WITHHOLDING PPH PASAL 22 & 23. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TELAAH PUSTAKA

2

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

BAB II LANDASAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

2015, No Mengingat memberikan kepastian hukum pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. perpajakan. Beberapa definisinya antara lain definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 32/PJ/2013 TENTANG

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

2017, No ketentuan tarif pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas barang kiriman dengan tarif bea masuk untuk barang kiriman, perlu mengganti

Transkripsi:

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan 2008 Direktorat Jenderal Pajak

BUNGA OBLIGASI YANG DITERIMA REKSADANA Ketentuan Sekarang: Pasal 4 ayat (3) huruf j: bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha dikecualikan sebagai objek PPh Keputusan Perubahan: Ketentuan tersebut di atas dicabut 1

SURPLUS BANK INDONESIA Ketentuan Sekarang: Surplus Bank Indonesia Ditafsirkan sebagai bukan objek pajak Keputusan Perubahan: Penegasan bahwa Surplus Bank Indonesia merupakan objek pajak 2

DIVIDEN YANG DITERIMA WP OP Ketentuan Sekarang: Dividen Yang Diterima WP OP tidak termasuk dalam Objek PPh Pasal 4 ayat (2) Keputusan Perubahan: Dividen Yang Diterima WP OP Dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) final setinggi-tingginya sebesar 10%. 3

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK Ketentuan Sekarang: KMK Nomor: 137/PMK.03/2005 Diri Sendiri Tambahan WP Kawin Tambahan Istri Bekerja Tambahan Tanggungan (Maksimal 3 orang) Rp.13,2 juta Rp. 1,2 juta Rp.13,2 juta Rp. 1,2 juta Keputusan Perubahan : Diri Sendiri Tambahan WP Kawin Tambahan Istri Bekerja Tambahan Tanggungan (Maksimal 3 orang) Rp.15,84 juta Rp. 1,32 juta Rp.15,84 juta Rp. 1,32 juta 4

NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO Pasal 14 UU No. 17 Tahun 2000: WP orang pribadi yang memiliki peredaran usaha kurang dari Rp 600 juta dapat menggunakan norma penghitungan penghasilan neto Keputusan Perubahan: Batas peredaran usaha untuk dapat menggunakan norma penghitungan penghasilan neto bagi WP orang pribadi dinaikkan menjadi Rp. 4,8 milyar 5

TARIF WP ORANG PRIBADI Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000 No. Lapisan Penghasilan Tarif 1. S.d Rp 25.000.000,- 5% 2. Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,- 10% 3. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15% 4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.rp200.000.000,- 25% 5. Di atas Rp200.000.000,- 35% Keputusan Perubahan: No. Lapisan Penghasilan Tarif 1. S.d. Rp 50.000.000,- 5% 2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15% 3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.rp 500.000.000,- 25% 4. Di atas Rp500.000.000,- 30% 6

TARIF WP ORANG PRIBADI Tarif tertinggi PPh OP sebesar 35% turun menjadi 30% pada tahun pajak 2009. 7

TARIF WP BADAN Ketentuan UU No. 17 Tahun 2000: Lapisan Penghasilan Tarif s.d Rp 50.000.000,- 10% Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000,- 15% Di atas Rp100.000.000,- 30% Keputusan Perubahan: Tarif tunggal 30% Diturunkan menjadi 28% pada tahun 2009, dan menjadi 25% pada tahun 2010. Untuk WP Badan Masuk Bursa diberikan tarif 5% lebih rendah dari tarif yang berlaku. 8

Jenis Pot/Put Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Tarif Non-NPWP dibandingkan Tarif NPWP 20% lebih tinggi 100% lebih tinggi 100% lebih tinggi 9

UU No. 17 Tahun 2000 : Menteri Keuangan dapat menetapkan: 1. bendaharawan pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang; 2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan diusulkan tambahan: 3. Wajib Pajak tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Besarnya batasan barang tergolong sangat mewah dan tarif PPh Pasal 22 sedang dalam proses pembahasan. 10

OBJEK PEMUNGUTAN PEMUNGUT TARIF DASAR PEMUNGUTAN DASAR HUKUM KETERANGAN Impor barang oleh importir dengan API Impor kedelai, gandum dan tepung terigu oleh importir dengan API Impor barang oleh importir tanpa API Bea dan Cukai 2,5% Nilai impor Bea dan Cukai 0,5% Nilai impor Bea dan Cukai 7,5% Nilai impor Impor barang yang tidak dikuasai Bea dan Cukai 7,5% Nilai impor Pembelian barang Penjualan BBM jenis Premium, Solar dan Premix/Super TT/Pertamax/Pertamax Plus Bendaharawan pemerintah Pertamina ke SPBU Swasta 1,5% Harga pembelian KMK-254/KMK.03/2001 stdtd PMK-08/PMK.03/2008 KMK-254/KMK.03/2001 stdtd PMK-08/PMK.03/2008 KMK-254/KMK.03/2001 stdtd PMK-08/PMK.03/2008 KMK-254/KMK.03/2001 stdtd PMK-08/PMK.03/2008 KMK-254/KMK.03/2001 stdtd PMK-08/PMK.03/2008 0,3% Nilai penjualan KEP-417/PJ./2001 Final Pertamina 0,25% Nilai penjualan KEP-417/PJ./2001 Final Penjualan BBM jenis Minyak Tanah, Gas LPG, dan pelumas Penjualan Semen Penjualan Rokok Penjualan kendaraan roda dua atau lebih Penjualan kertas Penjualan baja Pertamina 0,3% Nilai penjualan KEP-417/PJ./2001 Final Badan usaha yg bergerak dibidang Industri semen Badan usaha yg bergerak dibidang Industri rokok Badan usaha yg bergerak dibidang Industri otomotif Badan usaha yg bergerak dibidang Industri kertas Badan usaha yg bergerak dibidang Industri baja 0,25% DPP PPN KEP-401/PJ./2001 0,15% Harga bandrol KEP-529/PJ./2001 Final 0,45% DPP PPN KEP-32.PJ./1995 0,1% DPP PPN KEP-69/PJ./1995 0,3% DPP PPN KEP-01/PJ./1996 Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan 1,5% Harga pembelian KEP-523/PJ./2001 11

Ketentuan Sekarang Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan, atau jatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 15% (lima belas persen) dari : perkiraan penghasilan neto atas: 1.sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2); 2.imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. 12

Perubahan pada PPh Pasal 23 ayat (1) huruf c : Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan, atau jatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 2 % (dua persen) dari jumlah bruto atas : 1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2); 2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 13

PPh PASAL 25 ayat (7) huruf c WP OP TERTENTU Ketentuan Sekarang: KMK-84/KMK.03/2002 dan KEP-171/PJ./2002: Tarif 2% dari jumlah peredaran bruto berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap bulan Keputusan Perubahan: Diangkat menjadi Batang Tubuh UU PPh Pasal 25 ayat(7) Tarif paling tinggi 0,75% dari jumlah peredaran bruto berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap bulan 14

FISKAL LUAR NEGERI PPh PASAL 25 ayat (8) Ketentuan UU No. 17 Tahun 2000: Bagi WP orang pribadi yang bertolak ke luar negeri wajib membayar Fiskal Luar Negeri sebagai pembayaran pajak dimuka. Sesuai PP No. 41 Tahun 2001, besarnya Fiskal Luar Negeri adalah: a) Sebesar Rp.1.000.000,- transportasi melalui udara, b) Sebesar Rp.500.000,- transportasi melalui darat dan laut. Keputusan Perubahan: a) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki NPWP tidak membayar Fiskal Luar Negeri. b) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak ke LN, wajib membayar Fiskal Luar Negeri sebagai pembayaran pajak dimuka yang ketentuannya diatur dengan PP. 15

USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH Keputusan Perubahan: Untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah diberikan fasilitas perpajakan berupa pengurangan tarif 50% lebih rendah dari tarif normal yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. 16

www.pajak.go.id