VALUASI EKONOMI: UMUM. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

dokumen-dokumen yang mirip
VALUASI EKONOMI: METODE KONTINJEN. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

VALUASI EKONOMI: METODE PILIHAN KONJOIN. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

Contingent Valuation Method (CVM)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

I. Pendahuluan Positive vs Normative Economics utilitas

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1

Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan. Heni Wahyuni FEB UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012

PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE /2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini

EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

Ekonomi Kesehatan. Modul 1 PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN MATA KULIAH...

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

Pertemuan 12 VALUASI EKONOMI SDAL 2015/2016 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut.

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

Amril Fakultas Ekonomi Universitas Jambi Kampus Pinang Masak Mendalo Darat, Jambi Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan

BAB III METODE PENELITIAN

KONSEP DASAR VALUASI EKONOMI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

APLIKASI UTILITAS RANDOM DALAM PENGHITUNGAN NILAI EKONOMI TERHADAP PERUBAHAN KUALITAS PARIWISATA DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG

BAB III ANALISIS KONJOIN. Dalam upaya untuk memprediksi preferensi warga mengenai sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

A. Proses Pengambilan Keputusan

Pertemuan 4: Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 69-73

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI MIKRO MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA)

JAWABAN - JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Dosen Pengampu : 1.Prof. Dr.

Measurement of assets and liabilities

V. Consumer Surplus and Consumer Welfare

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini membuktikan dugaan hipotesis dapat diterima yaitu :

DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

EKONOMI PUBLIK JUNAEDI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

PENGARUH PENDAPATAN DAN PERUBAHAN HUTANG SERTA INVESTASI TERHADAP LABA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I Pengertian & Ruang Lingkup

Definisi Pasar Monopoli

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

PENGERTIAN DASAR ILMU EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. untuk pencapaian tujuan. Sumber daya manusia yang dimaksud dalam. perusahaan adalah karyawan atau orang yang bekerja dengan menjual

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Economic Value Added (EVA)

II. LANDASAN TEORI. disebabkan karena manusia dapat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pemasaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diketahui bahwa masing-masing dari dua variabel dalam penelitian memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

RUMAHKU SURGAKU. Oleh: Ahmad Gozali

PENDAHULUAN. Latar Belakang. karena peluang pasar yang cukup terbuka. Peternakan sapi potong ini

Transkripsi:

VALUASI EKONOMI: UMUM Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. Disarikan dan diadaptasi dari: A. Myrick Freeman III, 2003. Economic Valuation: What and Why. In Champ, Boyle, and Brown (eds), A Primer on Nonmarket Valuation. Dordrecht, the Netherlands: Kluwer Academic Publishing. Jika ingin mengutip, kutip sumber aslinya, bukan intisari ini. 1. Pengantar Kita hidup dalam dunia keterbatasan. Karenanya, kita harus menentukan pilihan. Dan setiap pilihan mempunyai konsekuensi biaya dan manfaatnya. Untuk mendapatkan yang terbaik, karenanya, kita perlu membandingkan apa yang kita peroleh dari satu kegiatan yang kita lakukan dan apa yang kita korbankan demi mencapai itu. 2. Kriteria Istilah biaya dan manfaat tidak akan berarti apa-apa tanpa fungsi sosial. Untuk itu, dibutuhkan satu kriteria. Dalam melakukan evaluasi kebijakan, ekonom memilih menggunakan kriteria well-being (kesejahteraan) anggota masyarakat. Kesejahteraan di sini diartikan sebagai preferensi individual dan willingness to pay ( kesediaan membayar ) atas manfaat/keuntungan atau willingness to accept ( kesediaan menerima ) kompensasi atas biaya/kerugian. Sebuah kebijakan dianggap baik hanya jika akibat ekonomis dari implemetasi kebijakan tersebut lebih disukai (artinya, agenagen ekonomi akan memilih untuk setuju, karena pilihan tersebut meningkatkan kesejahteraan mereka) ketimbang alternatif kebijakan lainnya. 3. Menghitung Dampak Ekonomi Semua jenis analisis biaya-manfaat membutuhkan perbandingan perubahan kesejahteraan dari semua pihak yang terkena dampak kebijakan. Karena itu kita memerlukan informasi tingkat kesejahteraan mereka sebelum dan sesudah implementasi kebijakan. Ini membutuhkan model yang dapat memprediksi besarnya dampak yang akan ditimbukan oleh kebijakan/perubahan tersebut kepada setiap pihak dalam masyarakat. Sebagian dari permodelan ini tidak menggunakan analisis ekonomi, namun ia memberikan dasar bagi valuasi ekonomi yang baik. 4. Nilai sebagai Sebuah Konsep Ekonomi Apakah sebenarnya nilai itu? Para ekonom umumnya sepakat bahwa nilai adalah perbandingan uang atau barang atas sesuatu. Jika sebuah barang X dihargai sebesar Rp Y, maka nilai -nya adalah Rp Y. Jika barang tersebut dianggap setara dengan tiga barang Z, maka nilai -nya juga bisa dinyatakan sebagai 3Z, tanpa unsur uang. 1

Ilmu ekonomi adalah ilmu tentang bagaimana masyarakat menghidupi dirinya dan meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya. Dengan demikian, tujuan kegiatan ekonomi, dari kacamata ilmu ekonomi, adalah peningkatan kesejahteraan. Teori nilai dalam ilmu ekonomi didasarkan kepada kemampuan barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan dan kemauan manusia atau untuk meningkatkan kesejahteraan atau utility (kepuasan) individu-individu dalam masyarakat. Dengan kata lain, konsep nilai dalam ilmu ekonomi lebih condong kepada nilai instrumental ketimbang nilai intrinsik. 5. Mendefisikan Nilai Ekonomi Konsep nilai instrumental dalam ilmu ekonomi didasarkan kepada dua premis neoklasik: 1) Bahwa tujuan aktivitas ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan individuindividu dalam masyarakat; dan 2) Bahwa individu-individu tersebut adalah pihak yang paling benar dalam menilai apakah kesejahteraan mereka meningkat atau tidak sehubungan dengan perubahan tertentu. Dengan demikian, preferensi individual atas berbagai pilihan menjadi dasar valuasi. Asumsi yang paling penting adalah bahwa setiap individu bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri dan ia bertindak secara rasional. Artinya, jika ia lebih suka kelompok barang dan jasa dalam situasi A ketimbang kelompok yang sama dalam situasi B, maka ia dianggap lebih menyukai situasi A daripada situasi B. Konsekuensinya, ia harus memilih situasi A. Kesimpulan ini kemudian mengantarkan kepada 3 pertanyaan penting: 1) Barang dan jasa apa saja yang perlu diperhitungkan dalam kelompok atau set di atas yang bisa mewakili preferensi individu yang bersangkutan?; 2) Apa syarat-syarat preferensi yang rasional?; dan 3) Apakah bertindak untuk kepentingan sendiri berarti tidak mempedulikan kesejahteraan orang lain? Jawaban untuk pertanyaan pertama adalah: sebanyak mungkin barang dan jasa yang diinginkan oleh individu. Namun, perlu diingat, pemenuhan kebutuhan barang dan jasa ini membutuhkan pengorbanan dalam bentuk tidak menggunakan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tertentu yang lain (konsep harga dari kesempatan yang hilang, opportunity cost ). Jawaban untuk pertanyaan kedua diperoleh dari ilmu mikroekonomi dasar: 1) Prinsip non-satiation atau tak-terpuaskan secara lokal. Artinya, setiap tambahan marjinal atas barang dan jasa, meningkatkan utility individu. Prinsip ini juga dikenal sebagai more-is-better principle. 2) Prinsip substitutability atau saling mengganti. Artinya, jika jumlah satu barang berkurang, kepuasan individu yang bersangkutan dapat dipertahankan dengan menambah unit barang lainnya dalam kelompok yang dihadapi individu tersebut. Jawaban untuk pertanyaan ketiga adalah tidak dan ya. Keterbatasan instrumen ilmu ekonomi telah mengharuskan berbagai penyederhanaan. Salah satu di antaranya adalah asumsi bahwa tidak ada interdependensi antar berbagai preferensi. Ini semata-mata untuk menyederhanakan model. Namun, perkembangan akhir-akhir ini dari disiplin valuasi 2

non-pasar semakin mendekati realisme dengan memasukkan sedikit demi sedikit interdependendi antar berbagai unsur. Termasuk misalnya, apa yang disebut passive use value (nilai guna pasif), di mana individu memasukkan unsur lain yang jauh dari dirinya (misalnya tidak-punahnya spesies tertentu) dalam fungsi utilitasnya, dengan alasan altruisme. 6. Ukuran-Ukuran Kompensasi Dua ukuran kesejahteraan yang sering digunakan dalam valuasi adalah compensating surplus ( CS ) dan equivalent surplus ( ES ). CS untuk suatu perbaikan adalah jumlah maksimum (dalam satuan uang) kesediaan seseorang untuk membayar agar bisa menikmati perbaikan tersebut. Ukuran inilah yang juga disebut sebagai willingness-topay ( WTP ) ingat, ini untuk kasus perbaikan, misalnya pengurangan polusi, penurunan harga dilihat dari konsumen, dsb. Dengan demikian, CS dapat dilihat sebagai jumlah uang yang harus diambil dari seseorang jika ingin mengembalikannya ke tingkat kepuasan sebelum terjadinya perbaikan. Sementara, ES adalah jumlah minimum yang diminta oleh seseorang dengan syarat dia mengorbankan atau tidak boleh menikmati perbaikan. Dengan kata lain, ES adalah jumlah uang yang harus diberikan kepada seseorang agar ia tidak menikmati perbaikan yang baru, tapi kepuasannya sama dengan seolah-olah ia menikmatinya. Ukuran ini, dalam kasus perbaikan, sering disebut sebagai willingness-to-accept compensation ( WTA ). Definisi di atas mungkin membingungkan anda. Salah satu cara untuk mengerti lebih baik adalah membayangkan bahwa CS berangkat dari kondisi sebelum perbaikan, sementara ES berangkat dari kondisi setelah perbaikan. Dalam praktinya, kedua ukuran ini tidak perlu sama. Biasanya, untuk kasus perbaikan, batas atas WTP adalah pendapatan individu. Sementara, untuk WTA tidak ada batas atas (mengapa?) Lantas, ukuran yang mana yang harus kita gunakan dalam valuasi? Idealnya, tentu saja, keduanya. Namun, terkadang keterbatasan data, survei, dan waktu tidak memungkinkan. Jika demikian halnya, Anda bisa memilih salah satunya saja. 7. Isu-isu Penting Freeman (2003) menyebutkan 3 masalah utama dalam mengandalkan ukuran nilai ekonomis pada preferensi individu serta observasi atas perilaku individu tersebut. Pertama, si individu sendiri mungkin tidak punya informasi yang lengkap tentang perubahan yang sedang atau akan terjadi. Jika benar, kemungkinan perilakunya justru mencerminkan ketidaktahuan, ketimbang penilainnya terhadap kualitas perubahan. Kedua, respon dan pilihan individu terhadap pertanyaan-perrtanyaan dalam survei untuk studi valuasi biasanya dibatasi oleh pendapatan mereka. Hal ini bisa menyebabkan survei bias ke orang yang sangat miskin atau yang sangat kaya dan mengaburkan implikasi kebijakan bagi mayoritas. Ketiga, banyak kritikan terhadap valuasi terhadap barang atau jasa yang tidak mempunyai pasar. Masalah ini menjadi lebih kompleks ketika batas 3

antara keputusan pribadi dan keputusan publik (yang terakhir ini bisa saja tetap adalah preferensi individu, tetapi mencerminkan kecenderungan masyarakat di sekitanya) tidak transparan. Idealnya, tes untuk melihat perbedaan antara keduanya selalu dilakukan dalam setiap studi. Namun, tes semacam ini tidak mudah. Kecuali jika memang tes seperti itu bisa dilakukan, dan hasilnya benar menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua prefrensi itu, maka asumsi ekonomi standar bisa dipakai. 8. Menggunakan Ukuran Nilai Ekonomis untuk Pengambilan Keputusan Dalam pemutusan kebijakan, dibutuhkan ukuran kesejahteraan dalam bentuk agregat. Secara khusus, ini berarti dibutuhkan informasi bagaimana masyarakat melihat berbagai alternatif dan bagaimana mereka mengurutkannya. Pilihan yang secara sosial berada di urutan pertama tentunya adalah yang bisa mewakili social welfare (kesejahteraan sosial) Masalahnya, urutan preferensi individu-individu terhadap seperangkat pilihan sangat mungkin berbeda-beda. Bagaimana mencari solusi agregatnya? Dalam hal ini seringkali digunakan Prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa jika paling tidak ada satu orang individu yang lebih menyukai kebijakan atau kondisi A dibanding kondisi B, dan semua individu lainnya memeringkat kebijakan A paling tidak sama tingginya dengan kebijakan B, maka keputusan sosial adalah A lebih baik daripada B. Dengan kata lain, selama masih bisa ditemukan paling tidak satu orang yang dirugikan dari suatu kebijakan, maka kebijakan tersebut inferior (atau sering disebut Pareto-inferior). Namun, tentu saja, sulit memenuhi Prinsip Pareto dalam dunia nyata. Hampir selalu ada pihak yang dirugikan oleh setiap kebijakan. Untuk itu, ekonom lalu menawarkan konsep uji potensi kompensasi. 9. Uji Potensi Kompensasi Sesungguhnya, analisis biaya-manfaat adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai uji kompensasi Hicks-Kaldor, atau PPI (Potential Pareto Improvement criterion). Kriteria ini menyatkan bahwa sebuah kebijakan dapat diterima jika mereka yang diuntungkan oleh intervensi tersebut dapat mentransfer sebagian pendapatannya ke mereka yang dirugikan. Transfer tersebut dilakukan sedemikian hingga sampai mereka yang sebelumnya diuntungkan tetap berada di posisi yang lebih baik daripada ketika sebelum kebijakan; dan mereka yang dirugikan menjadi paling tidak sama keadaannya dengan kondisi sebelum kebijakan diambil. Artinya, setelah transfer, akan ada sebagian anggota masyarakat yang diuntungkan, tapi tidak ada yang dirugikan. Bagaimana menguji kriteria ini? Dapat digunakan salah satu dari dua cara. Pertama, Uji Hicks. Uji ini mengatakan bahwa suatu proyek kebijakan harus ditolak jika mereka yang bakal dirugikan dapat membayar mereka yang bakal diuntungkan untuk rela agar proyek tidak jadi dijalankan. Untuk menjalankan tes ini, dengan demikian, kita perlu mengetahui besarnya ES (lihat di atas). Jika ES lebih besar daripada nol berarti mereka yang bakal dirugikan tidak akan mampu membayar mereka yang bakal diuntungkan. Dalam hal ini, proyek tersebut dinyatakan lulus Uji Hicks. 4

Kedua, Uji Kaldor. Uji ini mengatakan bahwa suatu proyek kebijakan harus ditolak jika mereka yang bakal diuntungkan tidak dapat mengkompensasi mereka yang bakal dirugikan tanpa merugikan diri mereka (yang bakal diuntungkan tadi) sendiri. Dengan demikian, tes ini memerlukan informasi besarnya CS (lihat definisi di atas). Jika CS agregat lebih besar daripada nol, maka mereka yang bakal diuntungkan mampu membayar mereka yang bakal dirugikan. Dalam hal ini,proyek tersebut dinyatakan lulus Uji Kaldor. Pertanyaannya, uji yang mana yang cocok digunakan? Ini tergantung oleh objek valuasinya. Bayangkan pertimbangan untuk membangun fasilitas penampungan sampah di dekat sebuah perumahan. Komunitas di daerah tersebut kemungkinan besar akan berpendapat bahwa setiap individu penghuni berhak atas kenyamanan lingkungan tempat tinggal mereka. Maka, pertanyaan yang relevan adalah berapa besarnya kompensasi yang harus dibayarkan kepada mereka atas hilangnya sebagian kenyamanan jika proyek itu dijalankan. Dalam hal ini, Uji Kaldor lebih cocok ketimbang Uji Hicks. Sekarang, bayangkan pertimbangan untuk memberlakukan peraturan pengurangan kadar polusi udara di daerah tersebut. Komunitas, normalnya, punya hak atas udara bersih. Maka, pertanyaannya adalah berapa kompensasi yang perlu diberikan kepada mereka jika proyek itu dibatalkan. Dalam hal ini sebaiknya digunakan Uji Hicks. Masalah yang lebih penting sebenarnya adalah bagaimana menemukan penilaian sosial seperti dalam ilustrasi di atas? Tidak mudah. (Berbagai kritikan telah memperlihatkan bahwa metode biaya-manfaat konvensional sangat rentan terhadap kesalahan menjaring persepsi sosial yang memang sulit dilakukan). Karena itu berbagai proksi lain ditawarkan. Masalah lain sehubungan dengan metode analisis biaya-manfaat adalah kenyataan bahwa nilai dari parameter fisik, teknik, atau ekonomi dari sebuah model biasanya tidak dapat diketahui dengan pasti. Uncertainty matters. Namun, menunggu sampai ketidakpastian hilang sama saja dengan tidak akan pernah melakukan analisis sama sekali. Karena itu, studi yang baik selalu menawarkan rentang nilai beserta interval kepercayaannya. Selain itu, diperlukan alat bantu analisis yang lain. Kesimpulannya, analisis biaya-manfaat hanyalah salah satu faktor dalam pengambilan keputusan, ia tidak boleh menjadi satusatunya norma keputusan. 5