BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment).

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ARUS MASUK PENANAMAN MODAL ASING DI PROVINSI JAWA TIMUR OLEH YUNI SULISTYORINI H

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi

1. BAB I PENDAHULUAN. produk domestik bruto. Menurut BPS (2014) Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian karena berguna bagi pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 aliran investasi asing langsung (Penanaman Modal Asing, PMA)

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL. Minggu 3

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah. terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap. investasi asing langsung di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perbedaan GDP dan GNP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli ekonomi mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment). Krugman dalam Sondakh (2009), menjelaskan bahwa yang dimaksud FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya ke negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumberdaya, tetapi juga pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Investasi asing merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, penanaman modal asing didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri dengan tujuan antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha dalam negeri, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

11 Investasi dibedakan atas investasi asing langsung (foreign direct investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi asing langsung meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata yaitu berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris dan sebagainya, dan biasanya dibarengi dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen, dan pihak investor sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang telah ditanamkannya. Sedangkan investasi portofolio adalah investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan-kegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun dan sebagainya (Salvatore,1997). Dibandingkan dengan investasi portofolio, penanaman modal asing lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih ketrampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini sangat penting bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia, mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan. 2.2. Landasan Teori Investasi Dalam analisis teori neoklasik tradisional dan teori pertumbuhan endogen, penanaman modal asing (PMA) mempunyai peranan yang positif bagi negara

12 berkembang. Dengan adanya investasi asing, maka diharapkan dapat mengisi kesenjangan antara persediaan tabungan, cadangan devisa, penerimaan pemerintah dan keahlian manajerial yang terdapat di negara penerimanya dengan tingkat persediaan yang dibutuhkan untuk mencapai target-target pertumbuhan dan pembangunan. Model pertumbuhan Harrod-Domar mengungkapkan adanya suatu bentuk hubungan langsung antara tingkat tabungan neto suatu negara (s) dengan tingkat pertumbuhan outputnya (g) dengan persamaan g = s/k dimana k adalah rasio modal-output. Jika pertumbuhan output nasional (g) ditargetkan sebesar 7 persen per tahun dan rasio modal-output sama dengan 3, maka tingkat tabungan yang dibutuhkan negara tersebut adalah sebesar 21 persen yang diperoleh dari persamaan s=gk. Tetapi jika jumlah tabungan domestik yang dapat dimobilisasi hanya 16 persen dari GDP, maka terdapat kesenjangan tabungan (saving gap) sebesar 5 persen. Negara tersebut dapat mengisi kesenjangan tabungan dengan sumber-sumber finansial dari luar negeri agar dapat mencapai sasaran pertumbuhannya (Todaro dan Smith, 2006) Pos pendapatan nasional membagi Produk Domestik Bruto (Gross Domestik Product) menjadi empat kelompok pengeluaran dan investasi merupakan salah satu komponennya. Produk Domestik Bruto merupakan penjumlahan dari keempat komponen yang dituliskan dengan persamaan : Y = C + I + G + NX Dimana : Y = Pendapatan nasional

13 C I G NX = Konsumsi = Investasi = Belanja pemerintah = Ekspor netto Persamaan ini disebut persamaan pos pendapatan nasional (national income accounts identity). Pengeluaran, E (a) Keynessian Cross Y=E E 2=C+I+G+NX E 1=C+I+G+NX (b) Kurva Investasi Y 1 Y 2 Output, Y Suku bunga, r Suku bunga, r (c) Kurva IS r 1 r 1 r 2 I(r) r 2 IS I 1 I 2 Output, Y Y 1 Y 2 Output, Y Sumber : Mankiw, 2006 Gambar 2.1. Hubungan investasi dan pertumbuhan ekonomi Gambar 2.1. menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan investasi yang dapat dituliskan dalam fungsi investasi dengan persamaan sebagai berikut : I = I(r)

14 Tingkat bunga merupakan biaya dari investasi, maka penurunan suku bunga dari r 1 ke r 2 akan meningkatkan jumlah investasi, dengan demikian slope fungsi investasi negatif yang ditunjukkan oleh grafik panel a. Pada Keynessian cross peningkatan investasi yang terjadi menggeser fungsi pengeluaran yang direncanakan (E 1 ) keatas dari E 1 ke E 2. Pergeseran fungsi pengeluaran akan meningkatkan pendapatan (output) dari Y 1 ke Y 2. Penurunan tingkat bunga akan menaikkan investasi yang kemudian berdampak pada kenaikan output (pendapatan). Kurva IS menghubungkan tingkat bunga dengan pendapatan yang berasal dari fungsi investasi dan Keynessian cross. Semakin rendah tingkat bunga akan mendorong peningkatan investasi, selanjutnya akan menyebabkan meningkatnya pendapatan yang juga berarti terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jadi adanya peningkatan investasi di suatu negara akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pengeluaran untuk konsumsi barang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan rumah tangga pada saat sekarang, sedangkan pengeluaran untuk barang investasi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup di tahun-tahun yang akan datang. Tetapi belanja investasi ini mempunyai peran yang penting tidak hanya pada jangka panjang saja, namun juga pada siklus bisnis jangka pendek karena investasi merupakan unsur dari GDP yang paling sering berubah. Ada tiga jenis pengeluaran investasi yaitu investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Investasi residensial (residential investment) mencakup rumah

15 baru yang dibeli orang untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. Investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang barang yang disimpan perusahaan digudang termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses dan barang setengah jadi (Mankiw, 2006). 2.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing Pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam bentuk penanaman modal asing langsung dibanding modal lainnya di suatu Negara dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima penanaman modal asing (pull factor) yang dapat terdiri dari kondisi pasar, sumber daya, daya saing, kebijakan yang terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan penanaman modal asing itu sendiri. Selain itu juga kondisi dan strategi dari penanam modal asing (push factor) dari investor. Dengan adanya perubahan global pendekatan penanaman modal asing yang dilakukan oleh negara industri maju berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh negara berkembang yang besar. Negara industri maju lebih mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang transparan serta dukungan infrastruktur. Sementara itu, aliran penanaman modal asing langsung dari negara berkembang yang besar masih tergantung pada determinan tradisional seperti market size, tingkat pendapatan, ketrampilan tenaga kerja (labour skill), infrastruktur dan sumber-sumber lainnya yang dapat memfasilitasi spesialisasi produksi yang efisien, serta stabilitas politik dan ekonomi yang terjaga. Disamping itu insentif untuk investasi dalam bentuk kebijakan selektif pemerintah

16 (misalnya keringanan pajak dan penghapusan hambatan untuk masuk) diperkirakan dapat memengaruhi aliran penanaman modal asing baik secara langsung maupun tidak langsung (Kurniati, 2007) Adapun faktor-faktor ekonomi yang memengaruhi aliran masuk penanaman modal asing adalah : a. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2008). Menurut Dumairy (1996), penghitungan PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan Produksi. Menurut pendekatan produksi PDRB merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaa dan jasa perusahaan, dan lainnya, dan (9) jasa-jasa. 2. Pendekatan Pendapatan. PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksiyang turut serta dalam produksi di wilayah suatu Negara dalam

17 jangka waktu setahun. Balas jasa produksi dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB juga mencakup penyusutan dan pajak-pajak tak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut nilai tambah bruto sektoral. Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha. 3. Pendekatan pengeluaran. PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok, (3) pengeluaran konsumsi pemerintah dan (4) ekspor neto, dalam jangka waktu setahun. Salah satu faktor yang mendorong investor melakukan investasi di suatu daerah adalah karena faktor ekonomi di daerah tujuan, seperti potensi pasar, sumber daya alam dan daya saing. Potensi pasar digambarkan dengan besarnya pendapatan daerah tersebut yang dicerminkan oleh nilai Produk Domestik Bruto (PDRB). Peranan pendapatan daerah (PDRB) terhadap investasi sangat penting, karena pendapatan yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi akan memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa. Tingginya permintaan juga akam meningkatkan

18 keuntungan perusahaan dan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan kata lain, apabila PDRB meningkat maka investasi akan bertambah tinggi juga. Dengan demikian investasi mendapat pengaruh dari pendapatan daerah (PDRB). b. Inflasi Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga umum secara terus menerus. Sedangkan tingkat inflasi menggambarkan perubahan harga-harga dalam suatu tahun tertentu. Indikator yang digunakan untuk mengukur inflasi adalah indeks harga konsumen, dengan perhitungan sebagai berikut : Dimana : : Tingkat inflasi pada periode t : Indeks Harga Konsumen pada periode t : Indeks Harga Konsumen pada periode t-1 Inflasi secara tidak langsung mempengaruhi penanaman modal asing, inflasi yang tinggi membuat harga barang dan jasa menjadi mahal sehingga biaya input produksi menjadi meningkat. Kondisi ini menyebabkan pelaku usaha harus meningkatkan harga output sehingga daya saing menjadi rendah. Inflasi juga mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi rendah, permintaan terhadap barang dan jasa menurun, akibatnya kegiatan perdagangan lesu dan investor sulit untuk mendapatkan return dan keuntungan.

19 c. Keterbukaan Ekonomi Derajat keterbukaan yang merefleksikan kesediaan suatu Negara/daerah untuk menerima investasi asing merupakan faktor yang penting untuk menarik investasi. Globalisasi telah mendorong setiap Negara untuk melonggarkan aturan mengenai mobilitas barang dan jasa, tenaga kerja, teknologi dan modal. Sehingga negara menjadi lebih terbuka terhadap ekonomi luar, dimana penanaman modal asing dan perdagangan menjadi faktor pendorong yang tidak dapat dihindari (Moosa, 2002). d. Upah Minimum Provinsi Upah minimum provinsi adalah standar upah yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dalam rangka melindungi kepentingan kaum buruh dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketika terjadi kenaikan upah maka biaya faktor produksi perusahaan semakin meningkat, jika tidak diimbangi dengan kenaikan produktivitas pekerja maka keuntungan yang diperoleh investor berkurang dan investasi akan menurun. 2.4. Penelitian terdahulu Asiedu (2002) yang melakukan penelitian tentang determinan FDI pada negara berkembang khususnya negara-negara di sub Sahara Afrika menghasilkan bahwa tingginya tingkat pengembalian investasi (return of investment) atau keuntungan dari investasi dan fasilitas infrastruktur yang baik mempunyai hubungan yang positif di negara-negara selain negara-negara sub Sahara Afrika

20 tetapi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan di negara-negara sub Sahara Afrika. Kedua bahwa margin keuntungan (maginal benefit) dari peningkatan keterbukaan ekonomi lebih kecil untuk negara-negara di sub Sahara Afrika. Jadi dari penelitian ini bisa ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan dari kebijakankebijakan untuk menarik FDI di negara-negara lain belum tentu juga berhasil bila diterapkan di Afrika. Azam dan Lukman dalam penelitiannya tentang determinan FDI di India, Pakistan dan Indonesia dengan pendekatan kuantitatif dan data periode tahun 1971 sampai tahun 2005 menggunakan model log regresi linier (log linier regression) menyimpulkan bahwa di Pakistan ukuran pasar, infrastuktur, keterbukaan ekonomi, ekspektasi investasi domestik mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap FDI pada tingkat 1 persen, sedangkan hubungan hutang luar negeri dan pajak langsung terhadap aliran FDI mempunyai hubungan yang negatif. Namun meskipun tingkat inflasi dan konsumsi pemerintah dalam penelitian ini tidak signifikan bukan berarti variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh pada aliran FDI. Untuk kasus di India hutang luar negeri mempunyai pengaruh signifikan yang tinggi dan berhubungan negatif pada tingkat 5 persen, infrastruktur signifikan dan positif pada tingkat 1 persen, investasi domestik berpengaruh signifikan yang tinggi dan positif pada tingkat 5 persen. Sedangkan tingkat inflasi dan konsumsi pemerintah sama dengan kasus di Pakistan. Sedangkan hasil penelitian untuk Indonesia mempunyai hasil yang berbeda dengan studi empiris pada Pakistan dan India. Di Indonesia hampir semua hasil tidak signifkan secara statistik, hal ini dikarenakan tidak tersedianya data dan

21 data yang digunakan diambil dari indikator pembangunan internasional, sementara untuk Pakistan dan India data yang digunakan bersumber dari survei ekonomi yang dilakukan di negara masing-masing. Jadi dari penelitian ini bisa disimpulkan bahwa hutang luar negeri mempunyai hubungan yang negatif dengan arus masuk FDI, fasilitas infrastruktur berpengaruh positif dan signifikan, pada kasus Pakistan efek dari pajak langsung berpengaruh negatif dan signifikan, sesuai dengan kenyataan bahwa perusahaan multinasional bertujuan untuk memperoleh keuntungan lebih, sehingga bisa diasumsikan bahwa perusahaan ini sensitif terhadap pajak dikarenakan pajak mempunyai dampak langsung terhadap keuntungannya. Investasi domestik memperlihatkan hubungan yang positif dan signifikan. Keterbukaan ekonomi berpengaruh secara signifikan dan ini menunjukkan liberalisasi yang mana kondusif dalam memengaruhi arus masuk FDI. Untuk meningkatkan FDI di Pakistan, India dan Indonesia, otoritas manajemen pada negara masing-masing dibutuhkan untuk menjamin stabilitas ekonomi dan politik, perlengkapan fisik kualitas infrastruktur, menjaga tingkat inflasi, menarik investasi domestik, membatasi hutang luar negeri, insentif keuangan, mengurangi bea cukai, kedamaian dan keamanan, hukum dan kebijakan pemerintah yang konsisten merupakan faktor kunci yang potensial untuk investor dalam membuat keputusan investasi. Kurniati, et.al (2007) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor determinan masuknya aliran modal FDI di Asia dan Indonesia serta menguji dampak investasi yang masuk ke China terhadap FDI yang masuk ke Indonesia

22 menggunakan series data tahun 1992 sampai dengan 2006 menyimpulkan bahwa determinan emerging Asia, khususnya Indonesia memperkuat hasil survey yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional seperti World Economic Forum, JICA dan lain-lain mengenai motif dari investor asing menanamkan modalnya di Asia dan Indonesia, dimana investor menaruh perhatian besar terhadap potensi pasar, masalah efisiensi terkait dengan tenaga kerja dan infrastruktur serta stabilitas finansial yang tercermin dari stabilitas nilai tukar serta adanya insentif investasi yang dapat tercermin dari terlibatnya home dan host country dalam perjanjian investasi bilateral ataupun regional. Dalam penelitian tersebut untuk kasus Indonesia, kestabilan politik menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan oleh investor disamping faktorfaktor yang telah disebutkan diatas. Oleh karena itu untuk dapat lebih meningkatkan daya tarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia, maka pemerintah Indonesia harus meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya, menjaga stabilitas politik dan keuangan serta memacu penyediaan sarana infrastruktur (transportasi, listrik, komunikasi), sehingga peningkatan investasi asing yang masuk akan meningkatkan manfaat yang diperoleh Indonesia sebagai host country untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable. Demikian juga investor sebagai home country akan memperoleh manfaat ekonomi dari perluasan usaha dan profit usaha. Sedangkan upah buruh tidak signifikan pengaruhnya terhadap aliran modal FDI ke Indonesia. Diperkirakan bahwa investor sudah cenderung mempertimbangkan produktivitas tenaga kerja, dengan demikian penting bagi Indonesia untuk mendorong peningkatan ketrampilan dan

23 pendidikan agar dapat menyediakan tenaga kerja yang memiliki produktivitas yang tinggi. Selanjutnya, model gravity yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif dari setiap peningkatan FDI ke China terhadap masuknya investasi ke Indonesia. Hasil ini menunjukkan kesesuaian dengan teori production networking, dimana tumbuhnya investasi di China menyebabkan peningkatan produksi dan negara-negara yang melakukan ekspor bahan baku ke China. Sutarsono (2010), melakukan penelitian menggunakan data time series triwulanan dari tahun 1990-2010 tentang determinant foreign direct investment di Indonesia menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek determinan domestik tidak signifikan terhadap aliran FDI, tetapi variabel lag, PDB, infrastruktur dan nilai tukar berkorelasi positif terhadap FDI sedangkan ekspor dan keterbukaan ekonomi berkorelasi negatif. Dalam jangka panjang aliran FDI secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh PDB, infrastruktur, keterbukaan ekonomi dan nilai tukar, sedangkan ekspor dan krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap FDI. Sodik dan Nuryadin (2008), yang melakukan penelitian dengan judul determinan investasi di daerah : studi kasus provinsi di Indonesia periode tahun 1993 sampai dengan 2003 dengan menggunakan metode panel dinamik. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa indikator market size yaitu laju PDRB berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah tetapi dengan arah yang negatif. Hal ini berarti laju pertumbuhan PDRB yang tinggi belum tentu

24 menarik bagi investor. Indikator infrastruktur yaitu daya listrik terpasang tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah. Indikator ketenagakerjaan yaitu angkatan kerja dan upah, hanya angkatan kerja saja yang berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi meskipun dengan arah yang negatif. Untuk variabel upah tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi, ini dikarenakan investor sekarang ini sudah tidak lagi mempertimbangkan upah yang murah, tetapi lebih ke hal efisiensi biaya produksi dan optimalisasi produktivitas sumberdaya yang ada. Adapun indikator keterbukaan ekonomi (openness) yaitu ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah. Sarwedi (2002), melakukan penelitian tentang investasi asing langsung di Indonesia dan faktor yang memengaruhinya, menggunakan perhitungan kuadrat terkecil sederhana Ordinary Least Square (OLS) dengan mengaplikasikan model koreksi kesalahan (error correction model) dan uji kausalitas Granger. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel ekonomi (GDP, growth, wage dan ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel nonekonomi yaitu stabilitas ekonomi mempunyai hubungan negatif. Phytaloka (2010), melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing dan peluang investasi : studi kasus Kota Cimahi, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda OLS dan analisis shift share. Hasil dari penelitian ini adalah variabel PDRB, tenaga kerja dan dummy peraturan berpengaruh signifikan, sedangkan jalan dan inflasi tidak berpengaruh pada taraf nyata.

25 2.5. Kerangka Pemikiran Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang bahwa penanaman modal asing (PMA) merupakan modal pembangunan dan salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang cukup penting bagi Indonesia khususnya Provinsi Jawa Timur. Dalam perkembangannya aliran penanaman modal asing yang masuk dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti determinan domestik, krisis ekonomi dan regulasi. Dalam penelitian ini digunakan determinan domestik utama yang secara teoritis berkaitan erat dengan aliran penanaman modal asing yaitu Produk Domestik Bruto (PDRB), keterbukaa ekonomi, inflasi dan upah minimum provinsi. Provinsi Jawa Timur dipilih karena nilai investasi masih terbilang rendah dibandingkan dengan investasi asing yang masuk di provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa. Digunakan determinan domestik sebagai variabel karena secara teknis variabel tersebut dapat digunakan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam pengambilan kebijakan untuk menarik investor asing. Secara skematis kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan dalam gambar 2.5.

26 Rendahnya Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur Determinan Domestik PDRB Keterbukaan ekonomi Inflasi Upah Minimum Gambaran Perkembangan PMA di Provinsi Jawa Timur Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran 2.6. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini variabel penanaman modal asing di Provinsi Jawa Timur merupakan variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi. Sedangkan PDRB, keterbukaan ekonomi, inflasi dan upah minimum provinsi merupakan variabel yang memengaruhi atau variabel independen. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah bahwa

27 PDRB dan keterbukaan ekonomi berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing, sedangkan inflasi dan upah minimum provinsi mempunyai hubungan negatif terhadap penanaman modal asing.