BAB I PENDAHULUAN. bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini

Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran (Studi kasus provinsi-provinsi se-sumatera)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

Melebihi Batas Pertanian

Pendidikan dan Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di Indonesia: Analisis Terhadap Hipotesis Kurva-U. Devanto Shasta Pratomo* Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan


BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa


BAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hasil dari pembangunan ekonomi

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

Policy Brief Globalisasi, Pertumbuhan, dan Disadvantaged Labours di Indonesia: Analisa dan Implikasi Kebijakan. Oleh: Deni Friawan & Carlos Mangunsong

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja

VIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik (BPS, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan ketenagakerjaan disadari bersifat kompleks karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pertumbuhan..., Edi Tamtomo, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan kepada daerah itu sendiri secara

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan upah minimum adalah sebuah kebijakan institusional yang bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich, 1976; Card dan Krueger, 1995; DiNardo et al., 1996; Lee, 1999; Teulings, 2000 dan 2003; Johnson dan Browning, 2001; Dickens dan Manning, 2004; Leigh, 2007). Teori standar neoklasik menjelaskan upah minimum terletak di atas tingkat upah pasar (market clearing wage), dan kenaikan upah minimum akan meningkatkan upah pekerja dan mengurangi kesempatan kerja (menyebabkan pengangguran) terutama untuk para pekerja tidak terampil (Borjas, 2005; Mankiw, 2009). Dalam analisis pasar tenaga kerja model dua sektor (Haris dan Todaro, 1970; Mincer, 1976) observasi upah pekerja dan tingkat kesempatan kerja dalam sebuah pasar persaingan dibedakan menjadi pasar tenaga kerja manufaktur dan pasar tenaga kerja informal pertanian. Welch (1974) dan Mazumdar (1989) membedakan pasar tenaga kerja menjadi sektor formal ( covered sector) sebagai sektor yang dilindungi kebijakan upah minimum dan sektor informal (uncovered sector) yang tidak dilindungi oleh kebijakan upah minimum. Studi sebelumnya menemukan bahwa kenaikan upah minimum meningkatkan upah sektor formal dan menurunkan upah di sektor informal (Harrison dan Lea mer, 1997). Kenaikan upah di sektor formal kemudian memberikan dampak berupa menurunnya jumlah pekerja dan/atau mengurangi jam kerja pekerja sektor ini. Lebih jauh, dalam teori standar dual market, 1

penurunan pekerja sektor formal akan meningkatkan arus migrasi pekerja dari sektor formal menuju ke sektor informal. Dengan demikian, penawaran tenaga kerja di sektor informal akan meningkat dan akibatnya tingkat upah sektor informal menurun hingga terletak di bawah upah keseimbangan sektor informal sebelumnya. Meningkatnya penawaran tenaga kerja di sektor informal akan menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru yang lebih besar pada sektor ini (ILO, 1997) dan kesempatan kerja di sektor formal akan menurun (Van der Hoeven dan Van der Geest, 1999). Jika kenaikan upah minimum di satu sisi berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja di sektor formal atau membuat upah pekerja sektor informal berkurang, dan di sisi lain membuat upah pekerja formal di kelas distribusi terbawah meningkat maka kenaikan upah minimum justru dapat memperburuk distribusi upah. Dalam hal ini upah minimum justru gagal sebagai alat redistribusi pendapatan. Namun bila kenaikan upah minimum membuat upah pekerja informal turut naik, dan upah pekerja formal di kelas distribusi terbawah juga naik, maka kenaikan upah minimum dapat memperbaiki distribusi upah. Berdasarkan uraian sebelumnya upah minimum tidak hanya berdampak pada tingkat upah, namun berpengaruh juga pada tingkat partisipasi pekerja, dan jam kerja (Neumark et al., 2004). Literatur tentang pengaruh upah minimum terhadap tingkat upah memberi bukti bahwa pengaruhnya tidak selalu searah. Pada negara maju peningkatan upah minimum meningkatkan upah pekerja, khususnya untuk pekerja yang berupah rendah dan pekerja yang mempunyai tingkat upah sedikit di atas upah minimum (Card dan Krueger,1995; Di Nardo et al.,1996). Neumark et al. (1998) membuktikan bahwa pengaruh peningkatan upah minimum terhadap tingkat 2

upah akan lebih kecil jika efek lag dari kenaikan upah minimum diperhitungkan. Bahkan, pengaruh lag kenaikan upah minimum terhadap tingkat upah pekerja dapat menjadikan tingkat upah negatif. Di Nardo et al. (1996) dan Dickens et al. (1999) menemukan bukti bahwa adanya peningkatan upah minimum di negara maju telah menyingkatkan panjang distribusi pendapatan pekerja dalam arti jarak antara nilai rata-rata upah dengan nilai median upah semakin mengecil. Penelitian sebelumnya tentang dampak peningkatan upah minimum terhadap jumlah pekerja juga ambigu. Beberapa peneliti di negara maju menemukan bukti bahwa peningkatan upah minimum berpengaruh negatif terhadap jumlah pekerja (Neumark dan Wascher, 1992, 2000; Currie dan Fallick, 1996; Baker et al., 1999; Abowd et al., 1999; Zavodny, 2000). Bahkan peneliti lainnya menemukan bukti upah minimum berpengaruh positif, atau netral terhadap jumlah pekerja (Card, Kazt, dan Krueger, 1994, 1995, 2000; Dickens et al., 1999; Stewart, 2004). Pengaruh upah minimum yang memberikan dampak penurunan jumlah pekerja akan memengaruhi jam kerja pekerja, karena jam kerja dari pekerja yang masih bekerja akan meningkat menggantikan jam kerja yang hilang dari penurunan sejumlah pekerja akibat dampak upah minimum (Zavodny. 2000). Tidak banyak ditemukan penelitian yang membahas tentang pengaruh upah minimum terhadap jam kerja pekerja. Salah satunya Gramlich (1976) yang memberikan bukti bahwa peningkatan upah minimum menurunkan jam kerja pekerja laki-laki berusia muda dan pekerja berusia dewasa karena mereka berpindah dari pekerjaan penuh waktu ke pekerjaan paruh waktu. Di negara berkembang, literatur tentang upah minimum relatif masih sedikit (Lemos, 2004). Dari jumlah yang terbatas itupun, hasilnya ambigu. Studi tentang 3

pengaruh upah minimum terhadap tingkat upah misalnya, memberikan bukti bahwa kenaikan upah minimum telah meningkatkan upah pekerja sektor formal maupun informal, meningkatkan upah hanya di sektor formal, atau meningkatkan upah di sektor informal saja (Lemos, 2004; Chun dan Khor, 2010; Khamis, 2008). Kenaikan upah minimum juga terbukti telah menyingkatkan panjang distribusi upah di pasar tenaga kerja formal dan informal (Maloney dan Nunez, 2003; Lemos, 2004). Kenaikan upah minimum juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tingkat upah di masing-masing kelas distribusi upah (Fajnzylber, 2001; Maloney dan Nunez, 2003). Sementara itu studi tentang pengaruh upah minimum terhadap jumlah pekerja juga memberikan hasil yang tidak seragam. Beberapa penelitian menemukan upah minimum menurunkan jumlah pekerja sektor formal dan informal (Fajnzylber, 2001; Lemos, 2004; Maloney dan Nunez, 2003); ada juga yang menemukan penurunan jumlah pekerja sektor formal, dan ada juga yang hanya meningkatkan jumlah pekerja sektor informal (Carneiro, 2000). Sebaliknya, Saget (2008) menemukan bukti perubahan upah minimum beberapa negara berkembang di Amerika Latin dan Afrika mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan jumlah pekerja sektor informal perkotaan. Di Indonesia, upah minimum dipromosikan pemerintah sejak tahun 80-an dan menjadi sebuah kebijakan pasar tenaga kerja yang penting. Saat ini penentuan nilai upah minimum provinsi/kabupaten/kota/sektoral merupakan wewenang Gubernur sebagai kepala daerah. Penentuan upah minimum di masing-masing provinsi ini memberikan keragaman nilai upah minimum yang lebih luas, sekaligus ketertarikan untuk mengobservasi pengaruh kebijakan ini khususnya terhadap 4

variabel ekonomi dan kesejahteraan. Variabel ekonomi yang dimaksud adalah tingkat upah pekerja, jam kerja, dan status pekerja. Ketiga variabel ini merupakan bagian dari indikator kunci pasar tenaga kerja Key Indicators of Labor Market atau KILM yang mengubah ketersediaan dan arus perputaran jumlah pekerja di pasar tenaga kerja. Ini perlu menjadi perhatian karena akan menentukan tingkat pendapatan pekerja. Perubahan tingkat pendapatan akan mengubah kesejahteraan pekerja (Smith, 2003). Dalam penelitian ini tingkat pendapatan diproksi menggunakan pengeluaran per kapita sehingga variabel kesejahteraan yang diperhatikan pada penelitian ini adalah pengeluaran per kapita dan status kesehatan pekerja. Pengeluaran per kapita dan status kesehatan merupakan bagian dari beberapa dimensi pokok yang perlu dipertimbangkan dalam analisis kesejahteraan. Pertumbuhan rata-rata upah minimum Kabupaten/Kota di Indonesia pada tahun 2007 2008 adalah sebesar 10,39 persen dan pada tahun 2008-2009 tumbuh sebesar 12,81 persen. Namun pada tahun 2009 2010 upah minimum tumbuh hanya sebesar 8,66 persen. Data ini menunjukkan pertumbuhan upah minimum selama periode 2007 2010 cenderung fluktuatif. Apakah dengan pertumbuhan upah minimum yang demikian masih memberikan dampak positif terhadap pekerja? Beberapa studi tentang upah minimum di Indonesia memberi bukti upah minimum meningkatkan upah bulanan pekerja sektor formal yang berada di bawah upah minimum (Rama, 2000; Chun dan Khor, 2010), sedangkan upah pekerja di sektor informal tidak meningkat (Chun dan Khor, 2010). Secara umum, penelitian tentang dampak ekonomi dan kesejahteraan dari upah minimum ini telah menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum berdampak negatif terhadap upah 5

pekerja marjinal di sektor informal dan berdampak positif terhadap upah pekerja marjinal di sektor formal. Upah minimum juga berpengaruh negatif terhadap jumlah pekerja di sektor formal (Rama, 2001; Smeru, 2001; Suryahadi et al., 2003; Pratomo, 2010). Jenis pekerja yang menerima dampak negatif dari peningkatan upah minimum adalah pekerja berusia muda, pekerja tidak terampil dan pekerja perempuan (Smeru, 2001; Bird dan Manning, 2002, Pratomo, 2010). Di sektor industri pengolahan, upah minimum memberikan dampak negatif terhadap jumlah pekerja perusahaan skala kecil, sedangkan untuk perusahaan dengan skala besar dan menengah pengaruhnya positif (Alatas dan Cameron, 2008; Rama, 2001). Penurunan jumlah pekerja di sektor formal telah meningkatkan alokasi pekerja menuju ke sektor informal (Chun dan Khor, 2010; Pratomo, 2010) sehingga memperluas sektor informal Indonesia (Bird dan Manning, 2002). Pada tahun 2008 2010, dengan menggunakan definisi sektor formal sebagai sektor yang terlindungi oleh kebijakan upah minimum (covered sectors) dan sektor informal sebagai sektor yang tidak terlindungi oleh kebijakan upah minimum (uncovered sectors), diperoleh hasil perhitungan dengan data Sakernas jumlah ratarata pekerja sektor formal adalah sebesar 24,41 persen dan di sektor informal sebesar 75,59 persen. Proporsi pekerja sektor informal yang lebih besar dibandingkan dengan pekerja di sektor formal mendorong peneliti untuk memberikan perhatian terhadap pekerja di sektor ini. Sektor informal tidak terikat dengan aturan kebijakan upah minimum, namun beberapa penelitian tentang upah minimum yang relatif baru di beberapa negara berkembang memberikan bukti upah pekerja di sektor informal meningkat 6

ketika upah minimum di sektor formal ditingkatkan. Fenomena ini disebut sebagai lighthouse effect 1 (Lemos, 2004; Maloney dan Nunez, 2003; Khamis, 2008; Gindling dan Terrel, 2005). Peningkatan upah pekerja di sektor informal akibat meningkatnya upah minimum dapat terjadi melalui tiga mekanisme ( Khamis, 2008) sebagai berikut. 1. Peningkatan upah minimum menyebabkan realokasi kapital ke sektor informal padat karya yang pada gilirannya meningkatkan upah di sektor informal. 2. Peningkatan upah di sektor formal akan meningkatkan permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor informal, yang kemudian akan meningkatkan upah di sektor informal. Model ini juga mengasumsikan bahwa pasar tenaga kerja sektor informal relatif homogen, dan pekerja sektor formal adalah pembeli utama produk-produk sektor informal. 3. Upah minimum digunakan sebagai referensi pembayaran upah yang adil dalam pasar tenaga kerja termasuk di sektor informal. Penelitian yang ada di Indonesia belum membahas tentang pengaruh lighthouse effect tersebut. 1.2 Permasalahan Di Indonesia, sejalan dengan demokrasi dan otonomi daerah, penentuan nilai upah minimum didesentralisasikan kepada Gubernur dengan usulan dari Bupati/Walikota. Penentuan upah minimum sarat dengan kepentingan politis. Beberapa kepala daerah menggunakannya sebagai kebijakan populis demi kemenangan dalam pemilihan kepala daerah. Penentuan upah minimum seharusnya 1 Upah minimum sektor formal menjadi referensi keseluruh perekonomian termasuk untuk sektor yang tidak terikat kebijakan upah minimum secara legal (lihat Maloney dan Nunez: 2004, p. 120). 7

berdasarkan pada rasionalitas ekonomi. Jika tidak demikian, kenaikan upah minimum akan menjadi berlebihan dan membahayakan efisiensi ekonomi. Kenaikan upah minimum dapat membawa perubahan pada tingkat upah pekerja, jam kerja, perubahan status pekerja, pengeluaran konsumsi per kapita dan status kesehatan pekerja, dan juga dapat menggeser kedudukan relatif individu pekerja dalam distribusi upah pekerja atau pada distribusi pengeluaran per kapita. Pergeseran kedudukan relatif individu pekerja kearah bawah distribusi akan berdampak menurunkan kemampuan ekonomi pekerja. Pekerja menjadi lebih miskin dari sebelumnya dan semakin rentan untuk jatuh dalam status miskin jika terjadi peningkatan harga. Pertumbuhan upah minimum relatif cepat terutama untuk wilayah-wilayah yang terletak di luar Pulau Jawa. Pertumbuhan upah minimum ini terbukti telah mendorong peningkatan upah pekerja di daerah-daerah tersebut dan mendorong pertumbuhan upah di wilayah-wilayah sekitarnya. Jadi ada difusi spasial dari pertumbuhan upah minimum yang cepat ke daerah-daerah sekitarnya. Upah minimum pada tahun 2008 2009 dan tahun 2009 2010 tumbuh masing-masing 12,81 persen dan 8,66 persen. Jika dibandingkan dengan tingkat inflasi pada tahun yang sama masing-masing sebesar 11,06 persen dan 6,96 persen, maka pertumbuhan upah minimum telah melampaui pertumbuhan inflasi sebesar 1,75 persen dan 1,90 persen. Bahkan ketika upah minimum meningkat rata-rata sebesar 19,93 persen pada tahun 2012 2013 2 tingkat inflasi tahun 2013 hanya sebesar 8,38 persen. Laju pertumbuhan upah minimum telah melampaui laju pertumbuhan tingkat harga umum sebagai standar dasar dalam meningkatkan upah minimum. Ini berarti beban 2 Terjadi lompatan besar dalam peningkatan upah minimum di Indonesia pada tahun 2012-2013 yang dipicu dari keputusan kontroversial peningkatan upah minimum di wilayah DKI Jakarta. 8

pengusaha akan makin berat terutama jika produktivitas total ( total productivity) tidak mengalami peningkatan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut terdapat beberapa pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebagai berikut. 1. Bagaimana dampak perubahan nilai upah minimum terhadap upah nominal pekerja (rupiah), jam kerja (jam), status pekerja ( variabel kategorik), pengeluaran per kapita (rupiah), dan status kesehatan (variabel kategorik) di pasar tenaga kerja Indonesia? 2. Apa dampak peningkatan upah minimum tersebut berbeda antara sektor formal atau informal, dan Jawa atau luar Jawa? 3. Bagaimana dampak keterkaitan wilayah sekitar dari kenaikan upah di provinsi tertentu? 4. Bagaimana dampak upah minimum terhadap kedudukan relatif pekerja dalam distribusi upah dan distribusi pengeluaran per kapita pekerja? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. menganalisis dampak peningkatan upah minimum terhadap kenaikan upah pekerja, jam kerja, status pekerja, pengeluaran per kapita pekerja, dan status kesehatan pekerja; 2. menganalisis apakah pekerja formal atau informal dan pekerja Jawa atau luar Jawa yang lebih diuntungkan dari peningkatan upah minimum; 3. menganalisis pengaruh keterkaitan wilayah sekitar terhadap kenaikan upah di provinsi tertentu; 4. menganalisis perubahan kedudukan relatif pekerja dalam distribusi upah dan distribusi pengeluaran per kapita pekerja. 9

1.4 Keaslian Penelitian Penelitian ini menggunakan model polinomial seperti yang diusulkan Neumark, Schweitzer dan Wascher (2004) disingkat model NSW et al. (2004), namun pengukuran variabel upah minimum yang digunakan berbeda seperti pendekatan perubahan yang digunakan Card dan Krueger (1995). Model modifikasi disebut sebagai model difference. Dalam penelitian ini model difference akan diaplikasikan bersama dengan model Neumark et al. untuk mengetahui tanda koefisien hasil estimasi pengaruh minimum current dan lag pada kedua model. Secara keseluruhan keaslian penelitian dijelaskan sebagai berikut. 1. Model difference dengan model NSW et al. berbeda karena pengukuran nilai variabel utama yang digunakan dalam model difference yaitu upah, upah minimum, jam kerja, dan pengeluaran per kapita dalam bentuk perubahan absolut atau menggunakan konsep level level dalam persamaan regresinya, sedangkan model NSW et al. menggunakan konsep pertumbuhan. Model difference digunakan untuk mengestimasi dampak kenaikan upah minimum tidak hanya pada sektor formal ke informal, tetapi juga tentang dampak peningkatan upah di sektor informal. 2. Kesejahteraan pekerja tidak diukur dengan menggunakan satu ukuran variabel pengeluaran per kapita, tetapi juga memerhatikan dimensi kesejahteraan yang lainnya seperti kesehatan, aktivitas bekerja individu dan pendidikan. Aktivitas bekerja individu dibuktikan dengan adanya kepemilikan tingkat upah, jam kerja dan status pekerja di pasar tenaga kerja. Ketiga variabel ekonomi tersebut sekaligus juga menunjukkan dimensi kesejahteraan yang berasosiasi dengan keamanan individu secara ekonomi. 10

3. Pada model difference ditambahkan variabel pengaruh lag spasial dependen dan dilakukan pengujian atas penambahan variabel pengaruh tersebut dalam model. 4. Hasil estimasi difference digunakan untuk menghitung perubahan kedudukan relatif pekerja dalam distribusi upah dan distribusi pengeluaran per kapita. Distribusi yang diamati adalah distribusi upah dan distribusi pengeluaran per kapita untuk sampel seluruh pekerja. 1.5 Kontribusi Penelitian Penelitian yang mengestimasi tentang dampak ekonomi dan kesejahteraan dari upah minimum belum banyak ditemukan di Indonesia. Pada penelitian ini dampak ekonomis diamati dari tingkat upah, jam kerja dan status pekerja, sedangkan dampak kesejahteraan secara langsung diamati dari perubahan pengeluaran per kapita dan status kesehatan pekerja. Pengamatan dilakukan di setiap kelas distribusi dalam distribusi upah pekerja dan distribusi pengeluaran per kapita. Fokus pengamatan perubahan terutama untuk kelas distribusi pekerja marjinal yang berupah rendah baik di sektor formal maupun sektor informal. Dengan demikian penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi sebagai berikut. Kontribusi Empiris 1. Penelitian ini akan memberikan bukti empiris dari aplikasi model Neumark et al. (2004) dengan menggunakan data Sakernas dan data Susenas di Indonesia. 2. Penelitian ini akan memberikan bukti empiris dampak dari implementasi kebijakan upah minimum terhadap variabel ekonomi dan kesejahteraan pekerja di Indonesia terutama dampak terhadap para pekerja marjinal yang berupah rendah. 11

Kontribusi Metodologis 1. Menggunakan variabel dependen perubahan absolut upah dan perubahan absolut pengeluaran per kapita dalam model difference sebagai modifikasi dari model pertumbuhan NSW et al. (2004). 2. Menambahkan variabel pengaruh spasial dalam model difference untuk mengetahui pengaruh keterkaitan spasial terhadap perubahan upah di Provinsi tertentu. 3. Menggunakan variabel kategorik status kesehatan untuk salah satu variabel dependen di model difference, dan penelitian ini juga menggunakan dua sumber data survei Sakernas dan Susenas dalam mengobservasi dampak ekonomi dan kesejahteraan pekerja di Indonesia. Kontribusi Kebijakan 1. Mengevaluasi efektivitas kebijakan upah minimum dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan pekerja, dengan memberikan bukti empiris yang terstruktur dan sistematis tentang dampak upah minimum di Indonesia. 2. Memberikan masukan kepada pemerintah tentang ketepatan upah minimum sebagai alat kebijakan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan pekerja. 12