BAB I PENDAHULUAN. Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab II menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB V PENUTUP. 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse Buying. keterlibatan konsumen terhadap produk fashion maka akan

BAB V PENUTUP. mengetahui hubungan antara variabel Store Atmosphere terhadap Impulse Buying. pada Konsumen Toko Naughty Plaza Andalas Padang.

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. menengah ini berbanding lurus pula pada tingkat konsumsi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III memaparkan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kali ini objek yang diteliti adalah Departement Store Mirota Kampus

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi dewasa ini, kondisi sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. memilih untuk berkerja di perkantoran. Bekerja sebagai pegawai kantor bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada. bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mudah, fasilitas, dan pelayanan yang memadai. menjadi ancaman bagi peritel lokal yang sebelumnya sudah menguasai pasar.

I. PENDAHULUAN. Saat ini, teknologi telah memegang peranan yang signifikan dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan mall yang ada di Surabaya berdasarkan kanalsatu.com: Tabel 1.1 Perkembangan Mall di Surabaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Konsumen Elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. impulsif di Galeri Elzatta Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta

II. TINJAUAN PUSTAKA. semakin banyaknya informasi yang diterima oleh konsumen sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. terbentuk sebelum memasuki toko. Bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijual dengan cara penataan produk (product display). Penataan yang menarik akan. merangsang keinginan konsumen untuk membeli.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin memperkuat sinergisitas hubungan antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. konsepsi yang dinamis yang terus-menerus berubah sebagai reaksi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan produk dari produsen mana yang akan menjadi pilihan mereka. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya perlu untuk berupaya menciptakan laba (Fuad dkk 2001). Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemasaran Ritel. Sessi

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. Perubahan preferensi tempat belanja yang berawal dari seringnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah kemajuan komunikasi dan teknologi informasi, serta perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model. sehingga muncul paradigma Stimulus Organism Response (S-O-R) dari

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

PENGARUH IN STORE STIMULI

BAB I PENDAHULUAN. besar dan memenangkan persaingan bisnis. Banyak bisnis didirikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor pendorong..., Emir Zakiar, FE UI, 2010.

BAB V PENUTUP. 1. Variabel window display memberikan pengaruh yang positif dan signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti trend yang berkembang di pasar. Oleh karena itu, para pemasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang diteliti, dan alasan pemilihan topik. Rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian juga di jelaskan dalam bab ini. 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin cepatnya peningkatan bisnis di Indonesia menjadi sangat penting bagi pemasar untuk memperhatikan hal-hal yang dapat mendorong suatu pembelian. Pembelian terdiri dari pembelian terencana dan tidak terencana. Menurut Bayley dan Nancarrow (1998) perilaku pembelian yang tidak direncanakan (unplanned buying) atau pembelian impulsif (impulse buying) adalah perilaku berbelanja yang tidak direncanakan dimana proses pengambilan keputusannya dilakukan secara cepat dan tidak mempertimbangkan informasi terlebih dahulu. Pembelian impulsif (impulse buying) dapat terjadi karena adanya in store positive emotion dari seseorang. Pada penelitian yang di lakukan oleh Park (2006), menyatakan bahwa seorang pemasar harus memperhatikan keadaan in store positive emotion dari seorang konsumen saat berada di dalam toko. In store positive emotion merupakan emosi yang dapat menimbulkan in store positive emotion pada diri seseorang yang terdiri dari cinta, senang, sayang, gembira dan kagum. Keadaan emosi seorang konsumen dapat dipengaruhi oleh suasana toko (store atmosphere) yang nantinya akan mempengaruhi pembelian (Rusdian, 1999). Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan (Sutisna dan Pawitra,2001).Suasana toko (storeatmosphere) yang baik dan elegan dapat memberikan kesan positif kepada para konsumen yang berkunjung, jika kesan positif tersebut berlangsung lama maka toko

tersebut akan menjadi pilihan utama para konsumen untuk melakukan pembelian selanjutnya(bakeret al., 1994). Suasana Toko (Store Atmosphere) adalah suasana toko terencana yang memiliki target sasaran dan mampu menarik konsumen untuk membeli (Kotler, 2005). Suasana toko seperti display toko, aroma, warna dan musik dapat menarik perhatian konsumen dan perilaku pembelian konsumen berpengaruh terhadap suasana hati untuk dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian impulsif (Beatty dan Ferrell, 1988).Display toko adalah salah satu elemen penting dari sebuah toko ritel yang berada di dalam ruangan. Produk yang di jual toko ritel harus di tampilkan dengan cara menarik untuk mendorongan pembelian para konsumen yang berada di dalam ruangan tokoritel (Abrattet al.,1990). Tampilan produk yang disusun dengan rapi memiliki dampak kuat pada niat beli konsumen. Niat beli konsumen sangat kuat di pengaruhi oleh tampilan produk pada toko ritel (Wardet al., 1992).Elemen ke dua yang penting dari sebuah toko ritel adalah aroma. Aroma memiliki pengaruh yang besar pada bagaimana para konsumen memilih suatu barang yang akan di belinya (Spangenberget al., 2006). Pelanggan menghabiskan lebih banyak waktu dalam berbelanja di mana suasana lingkungan di dalam toko yang nyaman memiliki musik yang enak di dengar dan aroma yang harum untuk di hirup (Yalchet al., 2000). Aroma harum yang enak di hirup mempengaruhi konsumen untuk menghabiskan waktu berbelanjanya lebih lama dan konsumen merasa gembira (Banat & Wandebori, 2012). Elemen ketiga adalah warna, menurut Banat dan Wandebori (2012) warna pada toko ritel dapat membangun perasaan dan mempengaruhi perilaku konsumen dan sikap konsumen pada saat berbelanja. Warna yang berada di dalam toko ritel memiliki dampak besar pada persepsi konsumen tentang barang-barang yang ada di dalam toko ritel (Yuksel, 2009). Warna pada jaringan toko ritel akan menarik perhatian konsumen

dan menciptakan persepsi positif tentang barang-barang yang ada di dalamnya (Crowley, 1993). Elemen terakhir yang ada di dalam toko ritel adalah musik, di mana musik memiliki peran penting bagi susanan di dalam lingkungan toko. Musik yang di putar di dalam toko ritel dapat membuat konsumen untuk melakukan pembelian, gaya musik dan tempo musik yang di mainkan di dalam toko ritel sangat mempengaruhi konsumen dalam meningkatkan penjualan toko ritel (Holbrook dan Anand, 1990). Konsumen lebih sedikit mengahabiskan waktu berbelanja ketika musik yang di putar di dalam toko ritel sangat keras di bandingkan musik yang di putar lembut (Smithet al., 1966). Tidak hanya suasana toko, strategi promosi yang dilakukan oleh suatu toko ritel juga dapat mempengaruhi pembelian seorang konsumennya (Bell et al., 2011). Promosi penjualan yang dirancang dengan baik juga dapat mempengaruhi atau merangsang niat pembelian konsumen (Palazan dan Ballester, 2011). Promosi penjualan juga merupakan strategi pemasaran yang dilakukan didalam toko (In-store marketing). Promosi penjualan ini menjadi penting dilakukan karena dapat menstimulus pembelian tidak terencana atau impulse buyingkonsumennya (Badgaiyan dan Verma, 2014). Elemen store atmosphere (display toko, aroma, warna, musik) dan promosi penjualan berpengaruh terhadap pembelian impulsif yang di lakukan oleh konsumen. Indonesia adalah salah satu konsumen yang melakukan pembelian impulsif yang sangat tinggi, suasana yang nyaman di dalam toko dapat membuat konsumen di Indonesia lebih lama menghabiskan waktu belanjanya. Hasil riset yang dilakukan oleh lembaga Frontier Consulting menunjukan bahwa proses pembelian secara impulsif atau pembelian yang tidak direncanakan di Indonesia relatif sangat tinggi dibandingkan dengan konsumen di Amerika (www.marketing.co.id,2012). Pembelian impulsif di Indonesia yang relatif tinggi tersebut berada pada kisaran 15% sampai 20% (www.marketing.co.id, 2012).

Peningkatan pembelian impulsif (impulse buying) di Indonesia di sebabkan oleh adanya peningkatan berbagai macam bisnis ritel. Peningkatan bisinis ritel di Indonesia tersebut di dukung oleh data pada tahun 2007 sampai 2012, bisnis ritel di Indonesia mengalami pertumbuhan hingga 17,57% per tahun. Pada tahun 2007 jumlah ritel di Indonesia sebanyak 10.365 gerai, kemudian pada tahun 2011 gerai ritel di Indonesia mencapai 18.152 yang tersebar di seluruh kota Indonesia. Indonesia memiliki penduduk sekitar 237 juta jiwa dengan total konsumsi sekitar Rp. 3.600-an triliun merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern di Indonesia (www.marketing.co.id,2013). Breadtalk merupakan salah satu jenis toko ritel yang tergolong dalam toko ritel khusus. Toko ritel khusus adalah sebuah toko khusus yang tidak hanya merupakan jenis toko namun juga merupakan metode operasi ritel, yaitu mengkhususkan diri pada jenis barang dagangan tertentu (Utami, 2010). Jenis barang khusus yang di jual di breadtalk adalah kue (cake), roti panggang, dan kue kering (www.zomato.com). Breadtalk merupakan toko roti berasal dari Singapura yang dapat mengambil hati para konsumen di Indonesia. Breadtalk menerapkan konsep modern pada tokonya, di mana para konsumen bisa berinteraksi langsung dengan banyaknya varian roti dan bisa memilih secara langsung roti yang diinginkan. Selain itu, breadtalk juga memakai peralatan modern (open kitchen) untuk mengolah adonan roti sampai siap untuk di jual ke konsumen. Breadtalk mempunyai konsep dapur terbuka, konsep seperti ini memungkinkan breadtalk untuk membuat roti langsung di tempat sehingga proses pembuatannya dapat dilihat secara langsung oleh para konsumen dan roti yang di terima oleh konsumen dalam keadaan selalu fresh. Strategi yang dilakukan oleh breadtalk dengan cara membuat roti ditempat sangat memungkinkan dapat menarik perhatian para konsumen yang lewat di outlet breadtalk, di karenakan adanya aroma yang keluar dari pembuatan

roti itu, sehingga konsumen melakukan pembelian impulsif (impulse buying) terhadap roti breadtalk (www.kulinologi.co.id, 2010). Strategi untuk mempengaruhi pembelian impulsif konsumennya, breadtalk melakukan promosi penjualan. Promosi penjualan di toko roti breatalk ini berupa diskon buy one get one serta salah satu tujuan dari promosi penjualan ini adalah bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dalam jangka pendek (Cummin, 2004) Pre-riset yang dilakukan oleh peneliti di kota Surakarta, didapatkan hasil bahwa 95% responden sudah pernah melakukan pembelian secara tidak terencana atau impulse buying di toko roti breadtalk. Sisanya sekitar 5% responden sudah pernah melakukan pembelian tetapi belum pernah melakukan pembelian tidak terencana (impulse buying) di toko roti breadtalk. Hasil dari penjelasan dan pri-riset yang di lakukan, peneliti tertarik melakukan penelitian pada toko ritel khusus yaitu toko roti Breadtalk Solo Grand Mall Surakarta karena pada uraian sebelumnya telah dibahas masalah perkembangan toko ritel di Indonesia. Semakin pesatnya perkembangan ritel di Indonesia, dibutuhkan sebuah strategi untuk meningkatkan penjualan produk-produknya. Banyak cara yang mampu dilakukan oleh toko ritel khusus untuk meningkatkan penjualannya. Dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil 95% konsumen melakukan pembelian impulsif terhadap toko ritel khusus. Toko ritel khusus harus mampu meningkatkan pembelian impulsif yang dilakukan oleh konsumen. Cara meningkatkan pembelian impulsif dapat dilakukan dengan meningkatkan faktor-faktor yang menimbulkan dorongan atau keinginan untuk membeli secara impulsif pada konsumen.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Suasana Toko terhadap Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Toko Roti Breadtalk Solo Grand Mall, Surakarta) 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalah yang terjadi di dalam penelitian ini adalah meningkatnya pembelian tidak terencana (impulse buying) yang terjadi di Indonesia dan peningkatan tersebut disebabkan oleh semakin pesatnya perkembangan ritel di Indonesia. Semakin meningkatnya pembelian tidak terencana (impulse buying) tersebut membuat pemasar membutuhkan strategi yang tepat agar konsumen tertarik untuk melakukan pembelian tidak terencana (impulse buying). Oleh karena itu, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah suasana toko (store atmosphere) berpengaruh pada in store positive emotion? 2. Apakah promosi penjualan berpengaruh pada pembelian impulsif? 3. Apakah in store positive emotion berpengaruh positif pada pembelian impulsif? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji model alternatif berdasarkan fenomena pembelian impulsif di toko roti Breadtalk Solo Grand Mall Surakarta, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memprediksi variabel yang membentuk dorongan untuk melakukan pembelian impulsif pada konsumen. Tujuan khusus dari penelitian adalah : 1. Menguji pengaruh suasana toko (store atmosphere) terhadap in store positive emotion? 2. Menguji pengaruh promosi penjualan terhadap pembelian impulsif? 3. Menguji pengaruh in store positive emotion terhadap pembelian impulsif?

1.4. Manfaat Penelitian Suatu penelitian akan mempunyai nilai apabila penelitian tersebut mampu memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi praktisi Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan dorongan untuk membeli secara impulsif di toko roti Breadtalk Solo Grand Mall Surakarta. Melalui studi ini, diharapkan mampu menjadi bukti empiris variabel yang membentuk dorongan untuk membeli secara impulsif konsumen di toko roti Breadtalk Solo Grand Mall Surakarta, sehingga nantinya menejer perusahaan dapat memahami apa yang melatarbelakangi pembelian impulsif konsumen, sehingga menejer dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan penjualan dengan meningkatkan pembelian impulsif konsumen. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai ilmu dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan menghadapi perilaku pembelian impulsif (impulse buying) konsumen. Sehingga diharapkan dapat memahami perilaku pembelian impulsif konsumen saat melakukan pembelian dan mempersiapkan strategi yang tepat untuk menghadapi perilaku pembelian impulsif konsumen. 2. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitianpenelitian berikutnya dan diharapkan penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.