EVALUASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN KELISTRIKAN SISTEM REFRIGERASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN AUTHENTIC ASSESMENT PADA MATA KULIAH IPS TERPADU SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2016/2017. Fitra Delita 1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan bersama. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB VI PENUTUP. berbagai pihak yang berkaitan dengan implementasi Authentic Assessment dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bahmid. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan yang menyatakan bahwa :

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

2014 PENERAPAN ASESMEN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN RESPIRASI SERANGGA DI SMP

RELEVANSI MATERI PEMBELAJARAN TEKNIK REFRIGERASI DI PERGURUAN TINGGI DAN DI SMK DENGAN STANDAR UJI KOMPETENSI

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing serta dapat

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KESESUAIAN INSTRUMEN PENILAIAN PADA MATERI TEKS EKSPOSISI KELAS X SMAN 11 KOTA JAMBI DENGAN KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK ARTIKEL

STUDI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODUL DAN WALL CHART PADA KOMPETENSI SISTEM KOPLING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN BERDASARKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional.

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT PADA PEMBELAJARAN PSYCHROMETRIC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik untuk Mengukur Sikap Sosial Peserta Didik SMA Kelas X pada Pembelajaran Fisika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

Subjek populasi penelitian dilakukan pada populasi siswa kelas XI TP A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak

Denny Farisman Subagyo

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945

STUDI PELAKSANAAN STANDAR PROSES DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata asesmen berasal dari serapan bahasa Inggris yaitu assessment. Asesmen atau

Oleh: KOMAROSIDAH Guru SD Negeri Buahkapas Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA HANDOUT PADA KOMPETENSI GAMBAR TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN TEAM TEACHING TERHADAP MOTIVASI PENYELESAIN TUGAS GAMBAR TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA SISWA UNTUK MENGASES KETERAMPILAN PROSES DALAM PRAKTIKUM SENYAWA POLAR DAN NON POLAR KELAS X SMA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA NEGERI 1 GONDANG SRAGEN DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK (Authentic Assesment) SEBAGAI EVALUASI PEMBELAJARAN

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN. tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SKRIPSI MOCHAMMAD KHAERUL DHAHABUDIN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM RESPIRASI KELAS XI IPA E JURNAL

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

Inayatul Uliya

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) : Keguruan dan Ilmu Pendidikan. : Assesmen Pembelajaran Matematika / MTK-30652

Nur Indah Sari* STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar. Received 15 th May 2016 / Accepted 11 th July 2016 ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR PERAWATAN KOPLING

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB III METODE PENELITIAN. Va SD Negeri 06 Metro Barat semester II tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MODEL COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 LUBUKLINGGAU ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF DESIGN PROJECT LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA KOMPETENSI PEMESINAN FRAIS KOMPLEKS

Transkripsi:

274 EVALUASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN KELISTRIKAN SISTEM REFRIGERASI Herman Rusdiana 1, Kamin Sumardi 2, Enang S. Arifiyanto 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 40154 hermanrusdiana@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik pada ranah afektif, kognitif, dan psikomotor dengan menerapkan penilaian kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen jenis pre-experimental design. Model eksperimen yang digunakan adalah one-shot case study. Hasil penelitian pada ranah afektif, 78,12% peserta didik mendapatkan nilai di atas KKM, pencapaian kompetensi pada ranah ini peserta didik termasuk pada kategori cukup. Pada ranah kognitif, 93,75% peserta didik mendapatkan nilai di atas KKM, pencapaian kompetensi pada ranah ini peserta didik termasuk pada kategori cukup. Sementara pada ranah psikomotor 84,38% peserta didik mendapatkan nilai di atas KKM, pencapaian kompetensi pada ranah ini, peserta didik termasuk pada kategori terampil. Peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM, akan menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Kesimpulan bahwa penilaian autentik dapat mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor Kata kunci: evaluasi, penilaian, autentik, kurikulum PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang berorientasi pada pembangunan manusia menjadi suatu perubahan yang diharapkan mampu menjawab tantangan masa kini. Manusia dituntut untuk mampu menghadapi semua persoalan yang ada pada lingkungan. Kemajuan suatu bangsa akan ditentukan oleh kualitas generasi yang tangguh, kreatif inovatif dan berakhlak mulia. Untuk menciptakan generasi yang diharapkan tentu yang menjadi ujung tombak ialah pendidikan. Baik pendidikan yang dilaksanakan disekolah, di rumah maupun pendidikan di lingkungan masyarakat. Pendidikan merupakan bagian terpenting yang tidak bisa ditinggalkan dari kehidupan manusia. Pendidikan akan berpengaruh pada kemajuan suatu bangsa, jika bangsa ingin baik maka perbaikilah pendidikan. Ketercapaian tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 di atas, salah satunya dipengaruhi oleh proses kegiatan belajar mengajar, sarana prasarana yang memadai dan guru yang profesional, sehingga diharapkan mampu menghasilkan generasi yang cerdas dan berakhlak mulia. Untuk mengetahui 1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 2 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 3 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

275 ketercapaian kemampuan hasil belajar perlu diadakannya evaluasi dari hasil belajar peserta didik melalui penilaian. Penilaian inilah yang digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar baik ranah afektif, kognitif maupun psikomotor. Penilaian yang baik akan menggambarkan perkembangan peserta didik yang baik pula. Realita yang ada penilaian yang diterapkan di sekolah belum menerapkan penilaian autentik, nyatanya penilaian masih menggunakan penilaian tradisional yaitu mengacu kepada hasil akhir saja tanpa memperhatikan prosesnya. Sehingga yang menentukan lulus atau tidaknya dari KKM ditentukan oleh hasil akhir tersebut. Penilaian hasil akhir tersebut hanya diambil dari hasil belajar berupa tes bukan dari hasil belajar secara menyeluruh yang didalamnya terdapat aspek yang lain, sehingga hasil penilaiannya lebih dominan menggambarkan ketercapaian pada ranah kognitif saja. Aspek yang lain seperti ranah afektif dan psikomotor belum terlalu tampak. Dikarenakan belum optimalnya penilaian pada setiap ranah, maka hasilnya menjadi tidak seimbang antara pencapaian ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penerapan penilaian autentik harapannya dapat mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan yang secara menyeluruh (Uno dan Koni, 2013). Standar penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efesien dan sesuai dengan konteks sosial budaya, (3) pelaporan hasil peserta didik objektif, akuntabel dan informatif. Standar penilaian yang dibuat oleh pemerintah ini sebagai acuan bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang dasar dan menengah. Penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah (Kunandar, 2013). Penilaian autentik merupakan penilaian yang utuh dan menyuluruh, prinsip menyeluruh dikenal juga dengan komprehensif. Dengan prinsip ini, evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat dan menyeluruh. Fungsi evaluasi, yaitu mendeskripsikan kecakapan belajar pada siswa, mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, menentukan tindak

276 lanjut hasil penelitian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya (Purwanto, 2008). Mengevaluasi hasil belajar harus mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku pada peserta didik. Evaluasi itu tidak harus semata-mata dilakukan dengan menggunakan alat tes-tes belajar, teknik-teknik non tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik (Sudijono, 2011). Penilaian dalam kurilukum 2013 mempertegas adanya perbedaan penilaian seperti dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja) menuju penilaian autentik (penilaian menyeluruh yaitu penilaian sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Penilaian autentik memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) fokus pada materi yang penting, ide-ide besar atau kecakapan-kecakapan khusus, (2) merupakan penilaian yang mendalam, (3) mudah dilakukan di kelas atau di lingkungan sekolah, (4) menekankan pada kualitas produk atau kinerja dari pada jawaban tunggal (5) dapat mengembangkan kekuatan dan penguasaan materi pembelajaran pada siswa, (6) menyediakan banyak cara yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan kemampuannya sebagai hasil belajar, dan (7) pemberian skor penilaian didasarkan pada esensi tugas (Moon, 2005). Penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna. Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (autentic assessment). Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius dimana guru ketika melakukan penilaian hasil belajar peserta didik dengan memperhatikan beberapa aspek. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) atau Kompetensi Dasar (KD) (Hartati, 2010). Penilaian autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patok (PAP) yaitu pencapaian hasil belajar berdasarkan skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian, pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan dengan

277 peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu yaitu Kriteria Ketuntasan Minimum(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan yaitu pre-experimental design. Metode ini dipilih karena dengan menyelidiki suatu kelompok yang diberikan perlakuan. Model eksperimen yang digunakan adalah one-shot case study. Pada desain ini tidak terdapat pre test sebelum diberi perlakuan, karena bukan untuk membandingkan atau meningkatakan hasil belajar, akan tetapi hanya untuk mengevaluasi sejauh mana ketercapaian kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan mengacu Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian (penilaian) yang digunakan yaitu observasi dan tes tertulis. Instrumen penilaian lembar observasi digunakan untuk penilaian pada ranah sikap dan keterampilan. Penilaian pada ranah sikap terdiri dari tiga instrumen penilaian, yaitu instrumen penilaian diri, instrumen penilaian antar teman dan instrumen penilaian guru. Sementara instrumen penilaian pada ranah keterampilan terdiri dari tiga instrumen yaitu instrumen penilaian kinerja, penilaian proyek dan penilaian portofolio. Instrumen tes tertulis digunakan untuk penilaian pada ranah kognitif. Pengujian instrumen lembar observasi adalah dengan melakukan judgment experts, yaitu dengan meminta evalusi dari seorang ahli terhadap panduan yang dibuat. Sementara itu, pengujian instrumen tes tertulis meliputi uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. HASIL PENELITIAN Hasil penilaian merupakan kumpulan dari berbagai penilaian. Penilaian ini terdiri dari penilaian diri, penilaian antar teman, penilaian guru, penilaian pengetahuan, penilaian kinerja, penilaian proyek dan penilaian portofolio. Tabel 1. Hasil Penilaian Diri 86 100 Baik 2 6,25 75 85 Cukup 21 65,63 < 75 Kurang 9 28,12 Persentase pencapaian kompetensi peserta didik pada ranah afektif penilaian diri masih banyak yang di bawah KKM mencapai 28,12 %. Ini artinya bahwa sikap peserta didik

278 belum menunjukan sikap yang baik, peserta didik yang kurang dari KKM ini perlu ada tindak lanjut untuk mengetahui penyebabnya serta tindakan yang harus dilakukan agar sikap peserta didik tersebut ada perubahan. Penilaian ini melibatkan temannya untuk saling menilai satu sama lain. Penilaian ini sangat penting karena temannya jauh lebih mengetahui sikap kebiasaanya dibanding guru. Hasil dari penilaian ini akan menunjukkan bagaimana sikap peserta didik tersebut terhadap temannya (Tabel 2). Tabel 2. Hasil Penilaian Antar Teman 86 100 Baik 21 65,62 75 85 Cukup 6 18,75 < 75 Kurang 5 15,62 Persentase penilaian yang dilakukan antar teman menunjukkan bahwa sikap peserta didik dengan peserta didik lainnya sudah menunjukan sikap yang baik, ini artinya bahwa sikap peserta didik termasuk kepada kategori baik. Sementara peserta didik yang kurang dari KKM, perlu ada tindak lanjut untuk mengetahui penyebabnya serta tindakan yang harus dilakukan agar sikap peserta didik tersebut ada perubahan. Selain penilaian yang dilakukan oleh diri sendiri dan temannya, tentu guru juga ikut berperan melakukan penilaian terhadap peserta didiknya. Penilaian ini dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas ataupun pada saat praktek (Tabel 3). Tabel 3. Hasil Penilaian Guru 86 100 Baik 8 25 75 85 Cukup 12 37,5 < 75 Kurang 12 37,5 Jumlah persentase peserta didik yang kurang dari KKM cukup banyak yaitu 37,5 %, ini artinya dimata guru mata pelajara, peserta didik tersebut belum menunjukan sikap yang baik dan perlu ada perhatian khusus bagi guru untuk segera melakukan suatu pendekatan kepada peserta didik tersebut agar menjadi lebih baik. Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi pengetahuan yaitu dengan memberikan tes tertulis kepada peserta didik (Tabel 4).

279 Tabel 4. Hasil Penilaian Ranah Koginif 86 100 Baik 8 25 75 85 Cukup 22 68,75 < 75 Kurang 2 6,25 Melihat data hasil penilaian pada ranah kognitif, bisa dikatakan cukup baik. Karena dari sekian banyak siswa hanya 2 peserta didik atau 6,25 % yang belum memenuhi KKM. Ini artinya, pada kompetensi ini peserta didik dinilai sudah memahami materi yang disampaikan. Peserta didik yang kurang dari KKM perlu ada tindak lanjut. Sehingga semua siswa mendapatkan hasil yang optimal (Tabel 5). Tabel 5.Hasil Penilaian Kinerja Rentang Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase 86 100 Terampil 11 34,8 75 85 Cukup Terampil 17 53,12 < 75 Kurang Terampil 4 12,5 Hasil penilaian kinerja peserta didik pada saat praktek jumlah persentasenya lebih banyak yang diatas KKM. ini artinya peserta didik bisa dikategorikan terampil dalm melaksanakn praktek. Walaupun sebagian kecil masih ada peserta didik yang dibawah KKM. peserta didik yang masih belum mencapai KKM ini disebabkan oleh bebrapa faktor. Faktorfaktor inilah yang harus diketahui oleh guru agar kinerja peserta didik menjadi lebih terampil. Hasil penilaian proyek merupakan penilaian yang berupa laporan tertulis, tentang pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran kelistrikan sistem refrigerasi (Tabel 6). Tabel 6. Hasil Penilaian Proyek 86 100 Baik 13 40,63 75 85 Cukup 10 31,25 < 75 Kurang 9 28,12 Laporan praktek merupakan suatu keterampilan dimana peserta didik harus mampu menuliskan apa yang sudah dipraktekan dan merupakan sebuah karya dan juga sebagai pertanggungjawaban. Akan tetapi data di atas hasil penilaian, masih banyak peserta didik yang belum sesuai dengan harapan. Inilah yang menjadi sebuah bahan evaluasi untuk guru.

280 Hasil penilaian portofolio berisi tentang perkembangan kemampuan peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan dalam suatu periode tertentu (Tabel 7). Tabel 7. Hasil Penilaian Portofolio 86 100 Baik 0 0 75 85 Cukup 29 90,62 < 75 Kurang 3 9,38 Data hasil penilaian pada ranah psikomotor khususya pada pengumpulan tugas-tugas yang diberikan guru menunjukkan masih ada peserta didik yang belum bisa mengerjakan tugas dengan baik. Hasil ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan ini menjadi bahan evaluasi bahwa dalam pengumpulan tugas-tugas yang diberikan harus lebih ditekankan lagi agar peserta didik semakin percaya diri atas keterampilan yang dimilikinya. Berikut adalah rekapitulasi hasil penilaian. Dimana hasil penilaian ini dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Penilaian ranah afektif akumulasi dari penilaian diri, penilaian antar teman, dan penilaian guru. Penilaian kognitif di dapat dari tes tertulis, sementara penilaian psikomotor meupakan akumulasi dari penilaian kinerja, penilaian proyek dan penilaian portofolio (Tabel 8). Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Penilaian Rentang nilai Afektif (%) Kognitif (%) Psikomotor (%) 86-100 15,62 25 18,75 75-85 62,5 68,75 65,63 >75 21,88 6,25 15,62 Berdasarkan data di atas bisa dilihat bahwa pada ranah afektif paling banyak peserta didik yang kurang dari KKM dibandingkan dengan ranah kognitif dan psikomotor, sementara pada ranah kognitif peserta didik hampir semua mencapai KKM. ini artinya belum seimbang antara hasil pembelajaran pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Berdasrkan data di atas terlihat bahwa saat ini terlalu menekankan pada ranah kognitif sementara pada ranah afektif kurang diperhatikan. Dengan menggunakan penilaian autentik pencapaian kompetensi peserta didik pada setiap ranah dapat terukur.

281 PEMBAHASAN Data yang dihasilkan sudah menunjukkan ketercapaian kompetensi hasil belajar peserta didik baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor walaupun belum 100% peserta didik mencapai pada kompetensi, paling tidak sudah terukur sejauh mana ketercapaian kompetensi yang dicapai. Peserta didik yang belum mencapai KKM inilah perlu ada perhatian untuk dijadikan bahan evaluasi bagi guru, baik evaluasi cara mengajar, pendekatan kepada siswa, maupun kemampuan yang lainnya. Aspek sikap merupakan hal yang paling pokok yang harus diperhatikan dalam belajar. Sebagaimana teori belajar bahwa yang namanya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan ini tentunya perubahan baik yang didapat selama peserta didik berinteraksi dengan lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Untuk mengukur tingkat pencapain hasil belajar peserta didik pada ranah afektif dilakukan observasi, hasil osbervasi yang dilakukan pada ranah afektif, peserta didik sudah menunjukkan sikap yang baik dengan kategori cukup. Hasil ini dinilai cukup baik karena mayoritas peserta didik sudah memperlihatkan hasil dari proses pendidikannya. Karena sesuatu yang wajar dari sekian banyak peserta didik masih ada yang belum memperlihatkan sikap baiknya. Penilaian sikap tersebut merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh diri sendiri, oleh teman dan guru. Peserta didik yang sudah menunjukkan sikap yang baik maupun yang belum, tentunya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Peran orang tua di rumah serta guru di sekolah dalam membimbing sangat diperlukan. Upaya yang bisa dilakukan, yaitu melalui pendekatan terhadap peserta didik tersebut. Hasil penilaian pada ranah kognitif menunjukkan hasil yang baik, karena mayoritas peserta didik di atas KKM sementara yang dibawah KKM hanya sebagian kecil. Hasil tersebut termasuk pada kategori baik. Hasil tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal peserta didik itu sendiri maupun faktor eksternal. Fakor pengaruh internal diantaranya keseriusan peserta didik serta pada saat proses belajar mengajar. Sementara pengaruh faktor eksternal yaitu cara mengajar guru bersangkutan. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Usaha yang bisa dilakukan untuk mengatasi faktor internal agar dapat menarik minat serta motivasi peserta didik dalam belajar melalui pendekatan. Kemudian upaya untuk menangani faktor eksternal yang bisa dilakukan berupa penciptaan lingkungan yang kondusif, perencanaan pembelajaran yang matang, model pembelajaran yang menarik serta didukung dengan media yang relevan.

282 Pencapaian kompetensi hasil penilaian pada ranah psikomotor menunjukkan sebagian besar dikategorikan terampil, hanya saja masih ada sedikit peserta didik yang dikategorikan belum terampil, karena penilaian pada aspek psikomotor ini gabungan dari penilaian hasil praktek, portofolio serta proyek, foktor yang paling berpengaruh yaitu dari penilaian proyek, yaitu pembuatan laporan. Laporan yang di buat oleh peserta didik ini kurang memperhatikan sistematika yang diintruksikan oleh guru, sehingga hasilnyapun belum optimal. Tentunya hal ini menjadi sebuah bahan evaluasi untuk guru bersangkutan. Inilah kelebihan penilaian autentik, sebagaimana hasil penelitian bawha penilaian autentik berbasis kinerja dapat mengukur ketercapaian kompetensi sehingga dapat diimplementasikan dalam pembelajaran (Mueller, 2006). Disebut penilaian autentik karena tidak hanya mengukur 1 aspek saja, akan tetapi harus mengukur semua aspek serta penilaian yang diambil selama proses belajar dan setelah belajar. Peserta didik yang sudah dikategorikan cukup dan baik agar terus ditingkatkan dan dipertahankan. Sementara peserta didik yang dikategorikan kurang perlu ada penanganan atau perlakuan khusus untuk mengetahui faktor pengaruhnya serta tindakan yang harus dilakukan. Oleh karena itu, setelah mengetahui hasil belajar siswa, perlu diadakan evaluasi. Dimana evaluasi itu sendiri sebagai suatu upaya tindakan mengukur kemajuan, merencanakan serta melakukan perbaikan dalam rangka melakukan penyempurnaan kembali kualitas pembelajaran agar lebih baik. Berdasarkan penjelasan di atas, untuk mengukur ketercapaian kompetensi pada semua ranah dalam rangka mengevaluasi hasil belajar aspek afektif, kognitif, maupun psikomotor pada mata pelajaran kelistrikan sistem refrigerasi dapat menggunakan penilaian autentik. Sebagaiman hasil penelitian bahwa penilaian autentik dapat menjadikan siswa aktif berkolaborasi, kerjasama, dan berpartisipasi dalam mengevaluasi kemajuannya (Pantiwati, 2013). Oleh karena itu, penilaian autentik sangat relevan dengan kurikulum 2013. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini yaitu penilaian autentik dapat mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Pencapaian kompetensi peserta didik pada masing-masing ranah termasuk pada kategori cukup.

283 DAFTAR PUSTAKA Hartati, M. (2010). Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers. Moon T.R. et al. (2005). Development of Authentic Assessments for the Middle School Classroom. The Journal of Secondary Gifted Education. Vol XVI No.2/3 Winter/Spring. Mueller, J. (2006). Authentic Assesment. Nort College. Tersedia: http://jinatan.muller. faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisist.htm (05 April 2013). Pantiwati. Y. (2013). Hakekat Assesmen Autentik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Biologi. JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains)1 (1), 2337-9049. Purwanto, N (2008). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sudijono, (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Uno dan Koni, (2013). Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.