EFEK TRANSLUSEN PADA MATERIAL BONE CHINA UNTUK PERANGKAT PENCAHAYAAN BERGAYA ART NOUVEAU

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI MOTIF DAN TEKSTUR EMBROIDERY PADA PEERANGKAT PENCAHAYAAN DENGAN MATERIAL BONE CHINA

BAB III PROSES BERKARYA

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERKEMBANGAN DESAIN MODERN. Didiek Prasetya M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

Art Nouveau. Ciri-ciri

BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat

BAB IV PROSES PEMBUATAN DESIGNER TOYS KERAMIK. Proses produksi karya akhir memanfaatkan hasil studi terpilih, baik

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB 3. Metode Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fina Lestari, 2013

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious


EKSPLORASI IMAJINASI MASA KECIL PADA TEKO

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai denah khusus dengan tujuan pendalaman lebih pada kedua bidang

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 Referensi karya. Penulis juga membuat studi banding dari beberapa buku Jakarta yang ada ditoko buku seperti :

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh Tokoh

APARTEMEN. LU 74 m 2


KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB III STUDI LAPANGAN. Syariah Hotel Lor In Solo adalah sebuah Hotel syariah berbintang 4

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

TINJAUAN TEKNIS KERAMIK SEBAGAI ALAT SAJI BUBUR TRADISIONAL ABSTRAK

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BANDUNG CITY HOTEL. di kota Bandung mulai dari pemerintahan pusat daerah, pendidikan,

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

METODE PENCIPTAAN KARYA. A. Implementasi Teoritis. riset yang terkait dengan informasi dan data yang akan digunakan untuk

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

Putih Abu Hitam Coklat

Konsep Lantai. Studio Balet. Area Lobby. Perpustakaan. Tugas Akhir. Perancangan Interior Sekolah Balet di Surabaya dengan Nuansa Fairy

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN DESAIN

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memanjakan diri, sehingga membuat masyarakat menjadi jenuh. Waktu liburan untuk

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V APLIKASI HASIL EKSPERIMEN PADA PRODUK AKSESORIS

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis

BAB I PENDAHULUAN. membantu manusia dalam melakukan segala kegiatannya sehari-hari. Pertama kali,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-133

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.


BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KAJIAN LAPANGAN

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

UKDW BAB 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman

2015 KAJIAN VISUAL KERAMIK GEOMETRIS KARYA NATAS SETIABUDHI

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB 4. Analisis dan Bahasan

A. IDE GAGASAN PERANCANGAN

1. Seni Rupa 2 Dimensi

STUDI PUSTAKA PSIKOLOGI WARNA

III. METODE PENCIPTAAN

Transkripsi:

Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EFEK TRANSLUSEN ADA MATERIAL ONE CHINA UNTUK ERANGKAT ENCAHAYAAN ERGAYA ART NOUVEAU Fitri Meilani Syamsun Dr. Ahadiat Joedawinata rogram Studi Sarjana Kriya Keramik, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) IT Email : fitri.syamsun@gmail.com Kata Kunci : art nouveau, bone china, keramik, perangkat pencahayaan Abstrak one-china merupakan material tanah liat yang terbentuk dari batuan feldspatik, kaolin, dan abu tulang serta memiliki sifat tembus bayang setelah melalui proses pembakaran hingga suhu 1230 derajat celsius. enelitian ini memanfaatkan sifat tembus bayang tersebut dengan aplikasi motif-motif bergaya Art Nouveau pada perangkat pencahayaan untuk interior. Gaya ini muncul sekitar awal abad ke-20 dengan ciri khas motif yang terinspirasi dari flora yang berupa sulur tanaman atau kelopak bunga. roduk yang dihasilkan berupa beberapa set perangkat pencahayaan yang dirancang untuk membangun suasana di lounge bar hotel dengan interior bergaya Art Nouveau. Eksperimen yang dilakukan menekankan pada eksplorasi material, teknik produksi, serta eksperimentasi bias cahaya. Abstract one-china is a clay material that consists of feldspatic rock, kaolin, and bone ash that has a translucent effect after fired above 1230 Celcius degree. This research is experimenting on the application of these effect using Art Nouveau motifs on indoor lighting fixtures. This style was popular in the early 20 th century and usually identified by its floral motifs such as plant and flower. The output is to produce a lighting fixture for conditioning mood in a hotel lounge bar with an Art Nouveau interior style. Material exploration, production method, and light experimentation are the main concern of this experiment. 1. endahuluan Di Indonesia, terdapat beberapa jenis tanah liat yang umum digunakan oleh industri-industri keramik, baik industri skala besar maupun industri rumahan atau yang biasa disebut dengan studio keramik. Jenis tanah tersebut antara lain tanah liat jenis earthenware, stoneware, dan porselen, yang memiliki karakteristik masing-masing. elakangan ini, terdapat satu jenis tanah lainnya yang mulai digunakan oleh studio-studio keramik, yaitu jenis tanah bone-china. Tanah liat ini termasuk jenis tanah liat soft porcelain, yang memiliki sifat mirip dengan porselen, namun suhu bakarnya lebih rendah dan tidak sekeras porselen. one-china memiliki karakteristik yang menarik dibandingkan jenis tanah liat lain yaitu kemampuannya untuk menghasilkan efek translucent atau tembus bayang. Sehingga apabila diolah dengan cara tertentu, cahaya maupun bayangan dari objek yang terletak dekat di belakangnya dapat nampak. Material ini masih termasuk jarang digunakan oleh pengrajin keramik di Indonesia, karena itulah bone-china masih dapat diolah dan dieksplorasi lebih jauh lagi. Karateristik bone-china yang bersifat translusen ini membuatnya cocok untuk diolah menjadi sebuah perangkat pencahayaan atau lighting. erangkat pencahayaan sangat erat kaitannya dengan interior sebuah bangunan. Fungsi cahaya tidak terbatas pada alat bantu mata untuk melihat, pencahayaan juga berfungsi sebagai pembentuk suasana yang dapat mempengaruhi mood. ada mata kuliah Tugas Akhir ini, penulis akan melakukan berbagai eksplorasi pada material bone-china untuk menghasilkan produk akhir berupa produk perangkat pencahayaan atau lighting. Fungsi cahaya sebagai pembentuk mood akan penulis terapkan pada produk akhir tersebut terhadap suatu ruang interior. Sebagai studi kasus penulis memilih sebuah projek studio interior berupa rancangan hotel bergaya Art Nouveau. Gaya Art Nouveau inilah yang kemudian akan menjadi tema besar dari desain produk-produk yang akan dibuat. emilihan judul Efek Translusen pada Material one-china untuk erangkat encahayaan ergaya Art Nouveau diharapkan dapat menjadi sebuah gagasan baru yang dapat menghasilkan produk bernilai tinggi dan dapat menggugah rasa orang yang melihatnya. ada proses perancangan dan pembuatan produk lighting ini dibutuhkan penelitian pada berbagai aspek, antara lain pemilihan detail dari tema yang dipilih, teknis produksi dan material yang akan digunakan, serta target market dan lokasi dimana produk akan diletakkan pada akhirnya. Untuk menghasilkan efek translusen, material bone-china perlu diolah dengan cara-cara tertentu. Untuk itu perlu diteliti mengenai karakteristik bodi keramik bone-china, antara lain mengenai ketahanan material tersebut dalam proses 1

pembakaran yang akan berhubungan dengan besar susut tanah dan, ketebalan bodi keramik, suhu bakar matang, dan lain-lain. Eksplorasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari material bone-china. Sejauh ini penggunaan material bone-china masih dilakukan oleh praktisi keramik, karenanya karakteristik bahan ini masih diketahui. Gaya Art Nouveau yang berkembang pesat di Eropa memiliki berbagai konsep visual sesuai dengan negara tempatnya berkembang. Masing-masing negara, kelompok, maupun arsitek memiliki gayanya masing-masing, namun memiliki kesamaan sebagai pengembangan dari gaya Art Nouveau itu sendiri. ada proses perancangan produk lighting ini, dibutuhkan konsep visual dan moodboard yang jelas sebagai acuan desain. Hal ini perlu diteliti lebih dalam dan diuraikan lebih lanjut. Selain tema dan teknis, perlu dipertimbangkan pula mengenai target market maupun lokasi tempat produk akan diletakkan. Hal ini merupakan hal yang juga penting sebagai pertimbangan dalam proses perancangan. erlu dipelajari permasalahan, kebutuhan, dan keinginan dari target 2. roses Studi kreatif 2.1 Material one-china Menurut jenisnya, keramik terbagi menjadi earthenware, stoneware, dan porcelain. Setiap jenis tanah ini memiliki karakter tanah masing-masing. enelitian ini menggunakan salah satu golongan dari jenis tanah yang terakhir yaitu bone china. one China merupakan salah satu jenis porcelain atau sering disebut dengan soft porcelain. Suhu bakar matangnya lebih rendah dari porcelain yaitu sekitar 1230 hingga 1250 derajat Celcius. Komposisinya terdiri dari boneash (abu tulang sapi), material feldspatik, dan kaolin. Walaupun mirip dengan porcelain namun ketahanan bodi dari bone-china lebih rendah dan lebih rentan kejut suhu (thermal shock). Terdapat dua jenis material bone-china yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu bone-china yang berwarna buram dan bone-china yang berwarna putih. Selain kedua material tersebut, digunakan pula material lainnya untuk mencoba berbagai kemungkinan warna bodi yang dihasilkan, tekstur, pencapaian suhu bakar, pencapaian efek translusen, perubahan bentuk (), dan besar susut dari tanah liat ini. 2.2 Art Nouveau Art Nouveau adalah sebuah gaya yang timbul dari berbagai pengaruh dan sumber yang secara bersama-sama atau sendiri-sendiri ikut mewarnai ekspresi artistik dari gaya dan konsep yang timbul dan berkembang di Eropa sekitar peralihan abad 19 dan 20. Gaya ini bertitik tolak dari keinginan untuk melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh masa lalu serta menciptakan tradisi yang sama sekali baru 1. Tradisi ini berdasarkan pemikiran-pemikiran baru dalam bidang estetika yang secara sadar bertujuan untuk membawa revolusi dalam desain interior, arsitektur serta bidang seni-pakai lainnya. Tanda-tanda pertama ke arah gaya Art Nouveau tampak pada lingkungan seniman-seniman yang tergabung dalam kelompok Art & Crafts di Inggris sekitar tahun 1870-an, dalam karya Crane, Dresser, dan Mackmurdo. erkembangannya mencapai bentuk yang mantap di tangan arsitek Victor Horta dari russels, elgia, diawal tahun 1890-an dengan bantuan dukungan dari aul Hankar, Serrurier-ovy serta rekan seprofesinya, Henri van de Velde 2. Di tangan mereka Art Nouveau berkembang bukan saja dalam bidang seni-terpakai tetapi juga dalam bidang desain interior sebagai satu cara pendekatan baru, dan dalam bidang arsitektur sebagai satu gaya yang mempunyai identitas penuh. 1 Gerakan masa lalu tersebut antara lain gerakan-gerakan Romantik, ersaudaraan re-raphaelite, Art & Crafts, Revival-Gothic, Historisisme, Walter Crane, William lake, dan sebagainya. 2 Van de Velde membawa dan menyebarkan konsep-konsepnya ke Jerman bersamanya, dimana Jugendstil mulai berkembang beberapa tahun kemudian dari pusat-pusatnya di Munchen dan Darmstadt. Di Jerman gaya ini mengambil namanya dari majalah periodik Jugend yang mulai terbit pada tahun 1896. 2

Gambar 1. roduk-produk bergaya Art Nouveau Art Nouveau mempunyai hubungan yang sangat erat dengan majalah-majalah periodik yang tumbuh subur di Eropa selama dekade terakhir abad 19. Majalah-majalah ini pada umumnya mencerminkan keinginan yang kuat untuk memperbaharui seni, seperti tampak jelas dalam bidang seni dekoratif. anyaknya majalah atau penerbitan ini banyak membantu dalam penyebaran pengenalan gaya dan ide-ide baru. Dalam bidang seni-terpakai di erancis gaya ini mendapat bentuk pengungkapan yang lebih luwes dan lebih diperhalus daripada di negara Eropa lainnya yang mengikuti tradisi-tradisi seni rupa sebelumnya. usat berkembangnya terletak di dua kota, aris dengan tokoh-tokohnya Hector Guimard (arsitek), Rene Lalique (pembuat perhiasan), serta Nancy dengan tokoh seniman gelas Emile Galle. Dari aris lah asal mula populernya nama untuk seni baru ini. Dalam tahun 1895 Samuel ing membuka tokonya yang baru yang diberi nama La Maison de l Art Nouveau. uncak kejayaan Art Nouveau tercapai 5 tahun kemudian dalam ameran esar Internasional yang pertama diadakan untuk menyambut datangnya abad baru, abad 20. Kekuatan gaya seni rupa baru ini terletak dalam bidang arsitektur, interior dan seni terpakai lainnya. 3. Konsep erancangan ada teori unsur pemandu dalam desain, terdapat tiga hal pokok yang membentuk suatu artefak atau produk, atau dapat pula disimpulkan sebagai hal-hal yang harus diperhitungkan dalam mendesain sebuah produk. Tiga hal pokok tersebut antara lain manusia sebagai pembuat dan pengguna artefak, kandungan muatan artefak, dan unsur pembentuk wujud artefak atau dapat diartikan sebagai faktor teknis. agan 1 Sembilan Unsur emandu dalam Fenomena Desain (Teori Ahadiat, 2008) 3

3.1 Manusia sebagai embuat dan engguna Artefak Aktivitas pengunjung hotel yang paling umum di ruangan lounge bar adalah menunggu dan mengisi waktu luang, terkadang sembari memesan coffee and snack, menunggu rekan bisnis, menunggu kepastian reservasi, menunggu tamu hotel lainnya, dan lain-lain. Kegiatan menunggu ini sangat erat kaitannya dengan durasi atau seberapa lama pengunjung menetap di ruangan tersebut. Durasi yang dibutuhkan sangat beragam, mulai dari waktu yang singkat hingga waktu yang panjang, sehingga dibutuhkan suasana yang mendukung agar pengunjung tidak cepat merasa bosan dan merasa tidak nyaman. erangkat pencahayaan merupakan alternatif produk yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. 3.2 Kandungan Muatan Artefak 3.2.1 Kegunaan raktis roduk yang dibuat dalam Tugas Akhir ini merupakan produk perangkat pencahayaan yang akan diletakkan pada lounge bar hotel yang terletak di bagian lobby area. erdasarkan kebutuhan pengunjung di ruangan tersebut, produk pencahayaan ini dibuat dengan arahan sebagai pembentuk dan pendukung suasana interior, yaitu perangkat pencahayaan berjenis ambient lighting. roduk ini tidak berfungsi sebagai direct lighting atau pencahayaan utama, melainkan sebagai pembangun suasana nyaman yang dapat membuat pengunjung merasa betah berlama-lama di ruangan tersebut. Dari segi instalasi, produk perangkat pencahayaan ini termasuk kedalam jenis wall lighting dikarenakan produk ini dipasang pada dinding. Jadi, selain berfungsi sebagai ambient lighting, produk ini juga berfungsi sebagai wall-hanging. Dari segi arah cahaya, produk wall lighting ini merupakan jenis glowing atau berpendar yang memancarkan cahaya yang tersebar ke seluruh ruangan. Terutama dengan efek translusen yang menjadi fokus utama dalam hal material keramik yang digunakan, akan memperkuat kesan pendar yang dihasilkan. Selain dari faktor cahaya yang dihasilkan, desain visual dari produk pun harus menarik dan unik meski produk sedang tidak dihubungkan dengan listrik. Hal ini dikarenakan produk akan terpasang pada dinding selama 24 jam penuh, siang dan malam, dalam keadaan dinyalakan maupun tidak. Sedangkan hotel pun terus beroperasi tanpa waktu libur, sehingga produk pun harus selalu terlihat menarik dan memorable. Selain itu, ruangan lounge bar merupakan ruangan yang terbuka dan terlihat dari berbagai sisi lobi hotel, tidak hanya terlihat dari ruangan itu sendiri. Karena itu, selain harus menarik untuk dilihat dari jarak dekat, produk pencahayaan pun harus menarik untuk dilihat dari jarak yang relatif jauh. Sehingga saat pertama kali melihatnya, pengunjung langsung mengetahui lokasi lounge bar. 3.2.2 Ekspresi Estetik Sebagai tema visual pada produk perangkat pencahayaan ini, penulis mengangkat tema Art Nouveau untuk diterapkan lebih lanjut. Gaya Art Nouveau memiliki esensi visual antara lain : - emahaman New Art pada masanya, bahwa nilai-nilai estetis bersumber dari alam - enggunaan garis-garis yang sangat sensitif dan beralur - Figur-figur feminin - enggunaan bentuk-bentuk tumbuhan, daun, bunga, dan sulur yang dilebih-lebihkan - enggunaan garis-garis gelombang, ombak, asap, dan free lines - Lingkungan artistik yang harmonis Sebagai acuan, dalam penelitian ini dipilih motif-motif floral Art Nouveau yang terdapat pada tegel keramik dan wallpaper pada dinding sebagai sumber inspirasi utama. Hal ini dikarenakan motif-motif floral yang terdapat pada tiles keramik dan wallpaper biasanya tidak terlalu rumit dan lebih sederhana dibandingkan motif-motif yang terdapat pada poster, literatur, dan furnitur Art Nouveau sehingga proses transfomasi ide ke dalam media keramik lebih mampu ditoleransi. Motif dan bentuk yang diterapkan ke dalam karya akan terfokus pada bentuk bunga maupun bagian-bagian dari bunga, seperti kuncup bunga, kelopak, tangkai, dan daun. Hal ini untuk mempermudah penerimaan persepsi floral bagi pengunjung yang merasakan ambient dari produk pencahayaan ini. Selain itu, bentuk bunga merupakan bentuk yang banyak sekali dieksplorasi pada gaya Art Nouveau, sehingga pengunjung akan merasa akrab dan tak asing terhadap image yang dihasilkan oleh produk pencahayaan ini. 4

3.3 Unsur embentuk Wujud Artefak oin utama dalam sebuah perangkat pencahayaan adalah bagaimana mengatur agar cahaya tersebut mampu menghasilkan keluaran cahaya sesuai dengan bentuk dari perangkat tersebut. Dalam hal ini cahaya yang dihasilkan diharapkan berupa ambient light. Secara teknis ambient lighting artinya total sinar yang datang dari semua arah, untuk seluruh ruang. iasanya, pola pencahayaan seperti ini digunakan untuk memberi suasana kepada ruang, dengan cara merefleksikan cahaya ke dinding, dan menutupi sumber cahaya agar tidak terlihat. ayangan dan suasana yang tercipta tergantung pada bagaimana sumber cahaya ini diperlakukan. one-china sebagai material utama memiliki beberapa kelebihan yang telah dipaparkan sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan perlakuan khusus dalam pengolahannya berkaitan dengan teknik produksi, alat dan bahan yang digunakan, serta teknik pembakarannya. one-china,selain sebagai reflektor cahaya yang baik karena hasil bakaran matangnya cenderung mengkilap dan berwarna putih, ia memiliki sifat tembus bayang yang mampu menyaring cahaya sehingga seakan cahaya yang ada diloloskan sebagian dan memancar redup dari permukaan bodi keramik. eberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai hal tersebut adalah dengan memproduksi bodi keramik setipis mungkin namun dengan pertimbangan adanya yang harus ditoleransi. Teknik yang paling optimal diterapkan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan menggunakan teknik cetak gips. Teknik ini umum digunakan untuk memproduksi benda yang membutuhkan pencapaian detail dan ketebalan yang sulit dicapai dengan teknik lain. Dengan teknik ini pula, peneliti memiliki kemudahan dalam mereproduksi karya dalam jumlah banyak untuk keperluan modulasi dalam instalasi karya. 4. Hasil Studi dan embahasan 4.1 Objek Studi Kasus Sebagai objek studi kasus dalam Tugas Akhir ini, penulis memilih sebuah studio project dari bidang Desain Interior berupa hotel rancangan Jodi Darmawan, mahasiswa Desain Interior IT angkatan 2008. Gambar 2.Interior lounge bar dari andung Nouveau Hotel Interior hotel yang dirancang bertajuk andung Nouveau Hotel yaitu sebuah hotel bertema Art Nouveau yang bersifat modern dipadukan dengan konsep classic elegant bergaya Eropa. Rancangan pada andung Nouveau Hotel ini merupakan sebuah modifikasi pada hotel Grand Setiabudhi yang terletak di Jalan Setiabudhi andung yang terletak pada lokasi strategis karena memiliki akses yg baik menuju kota bandung maupun daerah wisata Lembang dan sekitarnya serta tidak jauh dari berbagai pusat-pusat perbelanjaan dan area perkantoran. Hotel ini merupakan city hotel dengan tipe semi-residential berdasarkan lama menginap tamu berkisar antara dua hari hingga satu minggu dan ramai di saat weekend. Waktu operasional hotel ini termasuk dalam kategori full lenght operational hotel, beroperasi selama satu tahun penuh selama 24 jam tanpa libur. enelitian ini mengambil sampel lounge bar hotel yang berdekatan dengan lobby area sebagai area yang menjadi tempat penempatan produk dengan tujuan meningkatkan fungsi ruang yang berupa public space melalui pembentukan mood dan suasana oleh cahaya. Karakter pengunjung hotel ini termasuk variatif namun berada dalam rentang umur 25 hingga 50 tahun, berpenghasilan diatas lima juta per bulan serta masuk dalam kelas menengah keatas, warga perkotaan, bergaya hidup dengan biaya tinggi, dan memiliki intensitas interaksi sosial yang tinggi. 5

4.2 Hasil Eksplorasi Gambar Resep Suhu akar 0 C Translusen entuk Warna Tekstur esar Susut one-china buram 50% one-china putih 50% 1230 translusen Sangat roken Halus, matt, 1 90% Kaolin 1230 translusen roken Doff, 15% 2 90% Kuarsa 1230 translusen roken 12% 3 80% Kuarsa Kaolin 1230 translusen Sedikit roken 13% 1 90% Kaolin 1200 Translusen Tidak roken 12% 2 90% Kuarsa 1200 Translusen Tidak roken 12% 3 80% Kuarsa Kaolin 1200 translusen Tidak roken 12% G one-china buram 90% Glasir 107 1230 Sedikit translusen Tidak keabua n kasar 18% Tabel 1. Eksperimen komposisi material one China Untuk pembuatan produk perangkat pencahayaan ini digunakan campuran : 80% (one-china putih 50% + one-china uram 50%) Kuarsa Kaolin 6

3 ini apabila dibakar pada suhu 1200 derajat Celcius, akan menghasilkan bodi translusen yang tidak, sehingga relatif aman untuk bentuk-bentuk yang rumit. Meski demikian, bodi ini masih relatif aman dibakar hingga suhu 1230 derajat Celcius apabila bentuk bodi hanya berupa lempengan saja. Hasil bakaran bodi keramik dari campuran ini berwarna broken atau kuning gading, dengan tekstur matt yang halus, sudah mulai terlihat kilapan tapi belum bersifat. 4.3 Mood oard Gambar 3. Mood oard perancangan produk dan skema warna yang dihasilkan Melalui mood board, enulis bermaksud menampilkan suatu imej classic elegant glowing light yaitu imej yang memperlihatkan sisi elegan dari gaya Art Nouveau yang bersifat klasik, dengan menampilkan kontras warna yang dihasilkan oleh cahaya yang berpendar. ada mood board ini pun terlihat suatu bentuk-bentuk berulang yang akan dituangkan ke dalam produk perangkat pencahayaan. Selain itu, dari mood board ini, dapat terlihat suatu perpaduan gaya yang modern dan gaya klasik, yaitu perpaduan ornamental yang sederhana atau simple dan tidak terlalu rumit, harmonis, dengan bentuk-bentuk dan material yang masih memiliki imej klasik di dalamnya. Dari mood board di atas, dapat diambil skema warna secara umum, yaitu warna-warna nuansa coklat, crème, dan coklat tua. Warna-warna ini bersifat natural, bukan merupakan warna-warna yang mencolok mata, namun masih terlihat harmonis dan memiliki kontras. 4.4 roses roduksi 4.4.1 embuatan Model dan Cetakan Setelah model selesai dibuat, kemudian model tersebut digunakan untuk membuat cetakan dari bahan gips. Tiap modul karya membutuhkan satu buah cetakan. Cetakan gips yang telah selesai dibuat dikeringkan untuk memudahkan proses cetak cor. 4.4.2 roses mencetak Setelah cetakan selesai dikeringkan, kemudian dilakukan proses cetak cor. ermukaan cetakan yang akan terkena tanah dibubuhi bahan talc untuk memudahkan pelepasan tanah yang sudah memadat. Kemudian jika cetakan terdiri dari dua atau lebih muka, maka cetakan tersebut disatukan dan diikat dengan karet ban bekas. Setelah itu tanah cor dituangkan ke dalamnya dan ditunggu hingga mulai memadat dan mencapai ketebalan yang diinginkan. Setelah itu sisa tanah yang belum memadat dituangkan kembali. Setelah dilepaskan dari cetakannya, karya yang masih mentah dikeringkan hingga benar-benar siap untuk dibakar. 7

Suhu Gambar 4. roses mencetak model menjadi cetakan gips Gambar 5. roses mencetak produk 4.4.3 embakaran Tahap iskuit ada pembuatan karya ini penulis melakukan dua tahap pembakaran, yaitu pembakaran biskuit atau setengah matang, kemudian dilanjutkan dengan pembakaran matang. Grafik embakaran iskuit 1000 800 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 Jam 4.4.4 Finishing Grafik 1. Grafik embakaran iskuit Setelah dilakukan pembakaran tahap pertama, maka produk pun sudah dalam keadaan setengah matang atau disebut dengan biskuit. ada keadaaan ini produk sudah mengeras, namun belum menggelas dan masih memiliki tingkat porositas tinggi. ada kondisi biskuit ini, produk relatif aman untuk dihaluskan dan dirapikan dengan amplas. 4.4.5 embakaran Akhir Setelah produk selesai dirapikan, dilakukan proses pembakaran tahap kedua yaitu proses pembakaran akhir atau matang. ada pembakaran ini, produk dibakar hingga suhu 1230 derajat Celcius dimana material campuran bone-china ini akan menggelas dan memiliki permukaan yang doph. 8

Suhu Grafik embakaran Matang 1500 1000 500 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jam 4.4.6 Hasil Akhir Grafik 2. Grafik embakaran Matang Gambar 6. roduk Akhir Setelah mengalami proses pembakaran hingga matang, keramik pun disusun dan dipasang pada papan kayu sebagai base untuk pemasangan lampu. Kayu yang digunakan adalah kayu pinus yang relatif ringan untuk dipasangkan pada dinding. 5. Kesimpulan 5.1 Konsep erancangan 1. erancangan sebuah karya dilakukan dengan melakukan riset secara menyeluruh, baik referensi karya pembanding, literatur, data lapangan, maupun eksplorasi-eksplorasi. 2. Keramik merupakan sebuah material dengan cakupan yang amat luas sehingga eksplorasi yang dapat dilakukan tidak terbatas. egitu banyak kemungkinan yang dapat dicapai, baik dari segi kandungan material, permukaan, bentuk, dan fungsi. Seringkali kegagalan justru memberikan inspirasi baru bagi kriyawan keramik. 3. Material bone-china merupakan material yang memiliki berbagai jenis bergantung pada sumber pengambilan bahannya. Namun material ini memiliki satu karakteristik yang sama, yaitu efek translusen. enggabungan beberapa jenis bone-china yang berbeda dapat menghasilkan visual yang beragam dan menarik. 9

4. Selain sebagai penerangan, cahaya mampu memberikan nuansa-nuansa tertentu pada ruang interior sehingga mood yang diharapkan dapat muncul di ruangan tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur arah cahaya dan bayangan, salah satunya dengan memanfaatkan efek translusen yang dimiliki oleh material bone-china. 5. Gaya Art Nouveau sebagai tema visual dari karya dapat ditonjolkan dengan baik dengan efek translusen yang dimiliki oleh material bone-china. Sehingga produk perangkat pencahayaan sebagai output akhir sesuai dengan kebutuhan studi kasus karya Tugas Akhir ini. 5.2 Teknik roduksi 1. Tanah bone-china memiliki karakteristik bodi yang lemah saat pembakaran sehingga mudah. Dibutuhkan ceramic fiber untuk menahan bodi keramik saat pembakaran. Selain itu, sifat dapat pula dimanfaatkan untuk visual dari produk apabila mampu dikendalikan. 2. Tanah bone-china yang digunakan oleh penulis membutuhkan suhu yang tinggi untuk semakin terlihat translusen, yaitu suhu 1200 hingga 1230 derajat Celcius. Sehingga pada proses pembakaran, harus diperhatikan dengan seksama. 3. Saat pembakaran, bone-china sangat rentan terhadap thermal shock sehingga proses kenaikan suhu tidak boleh terlalu drastis perubahannya. Hal ini juga berlaku saat pendinginan dan saat produk dikeluarkan dari dalam tungku. 4. Hal-hal yang tidak terduga dalam proses produksi dapat ditanggulangi dengan selalu mengadakan ujicoba terlebih dahulu sebelum membuat produk akhir. Kegagalan yang terjadi dapat menjadi pembelajaran untuk proses selanjutnya. UCAAN TERIMA KASIH Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya dalam Mata Kuliah Tugas Akhir rogram Studi Sarjana Kriya Keramik FSRD IT. roses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. Ahadiat Joedawinata dan Deni Yana, M.Sn. DAFTAR USTAKA Conran, Sebastian & Mark, ond. 1999. Soma asics Lighting. London: Octopus ublishing Group. Chappell, James. 1977. The otter s Complete ook of Clay and Glazes. New York: Watson-Guptill ublications. Schmutzler, Robert. 1978. Art Nouveau. London: Thames and Hudson Ltd. Setiyono, ambang. 1978. Art Nouveau dalam Interior, Skripsi Desain Interior. andung Suparta, Adnan Ross. 2008. Rekayasa ahan Keramik. andung: enerbit IT. Wheeler, William. 2003. Art Nouveau Decorative FLowers. aris: L'Aventurine. 10