KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS X SMK (STUDI KASUS MULTISITUS)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun mahluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

DESKRIPSI KALIMAT MAJEMUK DALAM GAMBAR TAMPILAN BLACKBERRY MESSENGER SEBAGAI BAHAN AJAR PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih

menggunakan konjungsi pada karangan yang dibuatnya.

HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anita Dahlan, 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

KONJUNGSI KOORDINATIF ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK SETARA PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENGGUNAAN KALIMAT DALAM TEKS PENULISAN KEMBALI DONGENG SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 19 MALANG. Sabitul Kirom 1 Nurhadi 2 Dwi Saksomo 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DAN TANDA BACA DALAM TEKS LHO PADA SISWA SMA KELAS X

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ORGANISASI GAGASAN DALAM WACANA TULIS ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah berisikan pengetahuan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016

ANALISIS KELENGKAPAN TEKS PETUNJUK DENAH PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI. Oleh: Heni Susanti A

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

ANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF WAKTU DAN KONSESIF PADA NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY. Naskah Publikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SUBORDINATOR RELASI TEMPORAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

WUJUD KALIMAT KOMPLEKS DALAM KARANGAN CERITA FANTASI SISWA SMP KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

PELESAPAN UNSUR KALIMAT RAGAM BAHASA TULIS PADA BUKU HARIAN SISWA KELAS VII A2 SMP N 4 SINGARAJA oleh Pande Putu Sona Putra, NIM Jurusan

POLA KALIMAT PADA KUMPULAN DONGENG GADIS KOREK API KARYA H.C. ANDERSEN (SUATU KAJIAN SINTAKSIS)

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

Rahmad Kartolo Silitonga Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA BUKU TEKS CATATAN PERISTIWA SEJARAH INDONESIA SMA/MA KELAS X KARANGAN MATROJI, TERBITAN BUMI AKSARA, TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. diri (Chaer dan Agustina, 2010:11). Bahasa sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

ASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP N 2 LEMBAH GUMANTI ARTIKEL ILMIAH SURTI YULIA FAUZI NPM

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN ANTARKLAUSA DALAM LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH SISWA KELAS XI MAN WONOKROMO BANTUL

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

JENIS DAN MAKNA KONJUNGSI PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL-MA IDAH

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH. RahmiArianti, Adnan, M.Yamin.

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi

Jurnal Mutiara Ilmu, Nomor 1 Tahun 6, Maret 2011: hal Ernawati Br Surbakti

Hubungan Subordinatif Atributif Sebagai Bahan Aajar Kemahiran Berbicara BIPA Tingkat Lanjut (Advanced)

ANALISIS POLA KALIMAT KOMPLEKS PADA TEKS KARYA SISWA UJIAN PRAKTIK KELAS XII DI SMA NEGERI 8 DENPASAR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Transkripsi:

Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 214 221 KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS X SMK (STUDI KASUS MULTISITUS) Dwi Angga Septianingrum, Sumadi, Sunaryo Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana-Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang. E-mail: Lovatya1989@gmail.com Abstract: This research is conducted to describe conjunction in compound sentences by first year students of vocational high school, particulary to describe forms, types, and senses in compound sentences written by vocational high school s student. Forms, types, and senses of conjungtions in this research include (1) forms, types, and senses of conjungtions in compound sentence and (2) forms, types, and senses of conjungtions in complex sentence. This research adopted qualitative approach design with multiple-site case study based. The research results are form, types, and senses of conjungtions in compound sentences from sites I and sites II which have different. Keywords: conjungtions, compound sentences Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konjungsi dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMK, khususnya mendeskripsikan wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk siswa SMK. Wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam penelitian ini meliputi (1) wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk setara kelas X SMK dan (2) wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus multisitus. Hasil penelitian adalah wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk situs I dan situs II memiliki kekhasan yang berbeda. Kata kunci: konjungsi, kalimat majemuk Dalam pengembangan tata bahasa transformasi dalam bahasa Indonesia, konjungsi digunakan sebagai sarana transformasi rapatan. Penggunaan konjungsi sebagai piranti kohesi dalam bahasa Indonesia menunjukkan pola tertentu. Konjungsi digunakan dengan mempertimbangkan logika berpikir. Penggunaan konjungsi yang tidak mempertimbangkan logika akan membuat wacana menjadi tidak apik (wellform) terutama dilihat dari kepaduannya. Logika berpikir itu tergantung dari piranti yang digunakan. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa fungsi konjungsi yakni perangkai atau pengikat beberapa preposisi dalam wacana agar perpindahan ide dalam wacana terasa lembut dan padu. Kehadiran konjungsi baik dalam bahasa tulis maupun bahasa lisan sangat penting karena konjungsi merupakan bagian mekanisme gramatikal. Sumadi (2009:152) menempatkan konjungsi sebagai salah satu alat-alat sintaktis yang berperan dalam menentukan makna kalimat dan atau memberikan informasi kepada penutur (pendengar/pembaca). Dengan kata lain, konjungsi mengakibatkan satuan gramatikal menjadi luas. Konjungsi sering muncul dalam setiap kalimat yang ditulis oleh siswa di berbagai jenjang pendidikan, khususnya siswa jenjang SMK kelas X. Konjungsi akan cenderung muncul dalam kalimat majemuk yang disusun oleh siswa. Konjungsi yang digunakan siswa dalam kalimat majemuk sangat bergantung pada siswa. Meskipun kalimat majemuk yang dihasilkan oleh siswa memiliki kesamaan dari segi struktur, masing-masing kalimat majemuk yang dihasilkan oleh siswa akan memiliki keragaman konjungsi. Keragaman penggunaan konjungsi tersebut dipengaruhi oleh aspek pengetahuan awal siswa, lingkungan pembelajaran, serta ketersediaan bahan ajar. Pengalaman belajar siswa di sekolah yang bervariasi akan menyebabkan variasi gambaran konjungsi yang muncul dalam kalimat majemuk siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Owens yang menyatakan bahwa ada perbedaan invidual yang besar pada usia 16 18tahun mengenai bahasa dan pemahaman kalimat (dalam Papalia, 1996:559). Fenomena ini juga ditemukan pada siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra. Siswa di kedua sekolah tersebut berasal dari latar belakang dan rentang usia (16-18) yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hasil penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk siswa kedua sekolah tersebut yang akan berbeda pula. Perbedaan tersebut adalah keragaman wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk. Berdasarkan urgensi penggunaan konjungsi di lingkup sekolah, khususnya kelas X SMK, penelitian ini dilakukan. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan variasi gambaran konjungsi ditinjau dari kekhasan wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk dari kedua sekolah (SMKN 3 Malang dan SMK Telkom 214

215 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 2, Bln Februari, Thn 2016, Hal 214 221 Shandy Putra Malang). Penelitian ini dilaksanakan pada jenjang SMK, khususnya kelas X, dengan pertimbangan (1) penelitian tentang konjungsi dalam kalimat majemuk siswa SMK baik negeri maupun swasta, khususnya kelas X belum pernah dilakukan, (2) siswa pada jenjang SMK kelas X tentu memiliki bekal berbahasa sejak jenjang SMP, dan (3) perlu dilakukan pemetaan terhadap ragam konjungsi yang digunakan oleh siswa SMK kelas X, khususnya konjungsi dalam kalimat majemuk yang disusun oleh siswa. Pada penelitian ini, terdapat dua situs yang akan dikomparasikan. Oleh karena itu, hasil komparasi akan menunjukkan variasi ragam wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk dari dua situs berbeda. METODE Penelitian tentang konjungsi dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMK dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitan ini dirancang dengan menggunakan studi kasus multisitus atas dasar perbedaan karakteristik data yang diteliti (Lincoln & Guba, 1985:242). Data penelitian ini adalah kalimat majemuk siswa kelas X SMK. Data yang menjadi fokus penelitian ini adalah wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan tugas menulis karangan bebas yang dilakukan oleh guru matapelajaran bahasa Indonesia masing-masing situs. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan teknik komparasi menggunakan deskripsi situs yang mencakup (1) analisis data situs tunggal dan (2) analisis data lintas situs (Yin, 1984:82). Hasil penelitian ini adalah deskripsi wujud, jenis, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. HASIL PENELITIAN Wujud Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK Berdasarkan paparan data dapat dikemukakan dua temuan penelitian. Pertama, wujud konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah konjungsi tunggal, sedangkan wujud konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Shandy Putra Malang adalah konjungsi tunggal dan konjungsi kompleks. Konjungsi tunggal yang digunakan siswa kelas X SMKN 3 Malang dalam kalimat majemuk setara adalah dan, sedangkan konjungsi tunggal yang digunakan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra dalam kalimat majemuk setara adalah dan, namun, tapi dan konjungsi kompleks yang digunakan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra dalam kalimat majemuk setara adalah melainkan. Hal ini berarti wujud konjungsi dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra lebih bervariasi dibandingkan wujud konjungsi dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang yang hanya didominasi oleh wujud konjungsi tunggal. Kedua, wujud konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang adalah konjungsi tunggal dan konjungsi kompleks. Konjungsi tunggal yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah karena, agar, jika, ketika, supaya, bila, sejak, sedangkan konjungsi tunggal yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang adalah karena, agar, jika, ketika, yang, sambil. Kemudian, konjungsi kompleks yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah setelah dan walaupun, sedangkan konjungsi kompleks yang dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra adalah setelah, sebelum. Hal ini berarti wujud konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Shandy Putra Malang secara substansial dikategorikan cukup beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda. Jenis Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK Berdasarkan paparan data dapat dikemukakan dua temuan. Pertama, jenis konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang adalah konjungsi koordinatif. Ragam konjungsi koordinatif yang digunakan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah dan, sedangkan ragam konjungsi koordinatif yang digunakan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra adalah dan, namun, melainkan, tapi. Hal ini berarti konjungsi koodinatif yang digunakan oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra lebih beragam dibandingkan konjungsi koordinatif yang digunakan oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang. Kedua, jenis konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMKN Telkom Shandy Putra Malang adalah konjungsi subordinatif. Ragam konjungsi subordinatif yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah karena, agar, setelah, jika, ketika, supaya, bila, sejak, walaupun sedangkan, ragam konjungsi subordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra adalah karena, agar, setelah, jika, ketika, sebelum, yang, sambil. Hal berarti konjungsi subordinatif yang digunakan oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang lebih beragam dibandingkan konjungsi subordinatif yang digunakan oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang.

Septianingrum, Sumadi, Sunaryo, Konjungsi Dalam Kalimat 216 Makna Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK Berdasarkan paparan data dapat dikemukakan dua temuan. Pertama, makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah makna konjungsi yang menyatakan hubungan penjumlahan, sedangkan makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X Malang adalah makna konjungsi yang menyatakan hubungan penjumlahan dan perlawanan. Hal ini berarti makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang lebih bervariasi dibandingkan makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang. Kedua, makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah makna konjungsi yang menyatakan hubungan penyebaban, tujuan, waktu, syarat, konsesif, sedangkan makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah makna konjungsi yang menyatakan hubungan penyebaban, tujuan, waktu, syarat, atributif. Hal ini berarti makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Shandy Putra Malang secara substansial dikategorikan cukup bervariasi. PEMBAHASAN Wujud Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa kelas X SMK Berdasarkan hasil analisis data, diketahui terdapat persamaan wujud konjungsi yang muncul dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Persamaan wujud konjungsi yang muncul dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa dari kedua sekolah tersebut, yakni konjungsi tunggal. Konjungsi tunggal adalah konjungsi tidak mengalami proses morfologis. Dengan kata lain, konjungsi tunggal hanya terdiri dari satu morfem atau tidak dapat diperikan menjadi morfem yang lebih kecil lagi (Surastina:2013). Persamaan konjungsi tunggal yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang adalah dan. Berdasarkan temuan data, dapat diketahui konjungsi tunggal yang muncul dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang hanya konjungsi dan. Temuan ini menunjukkan bahwa konjungsi tunggal yang muncul dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMKN 3 Malang hanya didominasi oleh satu konjungsi, yakni dan. Senada dengan konjungsi tunggal yang ditemukan pada data SMKN 3 Malang, konjungsi dan juga ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Konjungsi dan disebut sebagai konjungsi tunggal karena konjungsi dan terdiri atas satu morfem (Saadi, 2015:9). Konjungsi dan digunakan oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra sebagai penghubung klausa dengan klausa yang memiliki kedudukan setara. Kalimat majemuk yang memuat klausa yang kedudukannya setara dikatakan sebagai kalimat majemuk setara (Sumadi, 2009:182). Selain persamaan, terdapat perbedaan konjungsi tunggal yang muncul dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Perbedaan konjungsi tunggal yang muncul dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa dari kedua sekolah tersebut terletak dari keragaman konjungsi tunggal. Konjungsi namun dan tapi termasuk kelompok konjungsi tunggal (Saadi, 2013:38). Konjungsi namun dan tapi ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa SMK Telkom Shandy Putra. Akan tetapi, konjungsi namun dan tapi tidak ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa SMKN 3 Malang. Dari data yang dikumpulkan, terdapat dua kalimat majemuk setara siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang yang menggunakan konjungsi namun dan satu kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra yang menggunakan konjungsi tapi. Fakta ini menunjukkan bahwa konjungsi namun dan tapi hanya muncul pada kalimat majemuk yang disusun oleh siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Perbedaan lain, konjungsi melainkan ditemukan dalam kalimat majemuk yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra. Akan tetapi, konjungsi kompleks tidak ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang. Konjungsi melainkan termasuk kelompok konjungsi kompleks (Saadi, 2015:45). Dari data yang dikumpulkan terdapat satu kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra yang menggunakan konjungsi melainkan. Fakta ini menunjukkan bahwa ragam konjungsi melainkan hanya muncul dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Keragaman konjungsi tunggal yang digunakan siswa kelas X SMKN 3 Malang dan SMK Telkom Shandy Putra dalam kalimat majemuk setara bergantung pada siswa. Keragaman penggunaan konjungsi tunggal tersebut dipengaruhi oleh aspek pengetahuan, lingkungan pembelajaran, pengalaman serta kebiasaan-kebiasaan siswa. Intensitas penggunaan konjungsi dan dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang merupakan salah satu aplikasi kebiasaan siswa dalam kehidupan sehari-hari yang sering menggunakan konjungsi dan dibandingkan konjungsi yang lain. Hal ini didukung oleh pendapat Piaget dan Inhelder (2010:166) yang menyatakan bahwa setiap anak memiliki konsep yang ada pada pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada di lingkungannya. Konjungsi sambil dan yang termasuk kelompok konjungsi tunggal (Saadi, 2015:74). Konjungsi sambil dan yang merupakan konjungsi tunggal karena terdiri atas satu morfem. Kedua konjungsi tunggal tersebut muncul dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Berbeda dengan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang, siswa kelas X SMKN 3 Malang tidak menggunakan konjungsi tunggal sambil dan yang sebagai

217 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 2, Bln Februari, Thn 2016, Hal 214 221 penghubung antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat. Temuan tersebut menunjukkan bahwa konjungsi tunggal sambil dan yang hanya muncul pada kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa SMKN 3 Malang. Konjungsi supaya, sejak, dan bila termasuk dalam kelompok konjungsi tunggal (Saadi, 2015:38). Ketiga konjungsi tunggal tersebut ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa SMKN 3 Malang. Akan tetapi, ketiga konjungsi tunggal tersebut tidak ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Perbedaan lain, konjungsi sebelum dan walaupun ditemukan dalam kalimat majemuk yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang. Akan tetapi, konjungsi sebelum dan walaupun tidak ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Fakta ini menunjukkan bahwa konjungsi tunggal sebelum dan walaupun hanya muncul dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang. Selain perbedaan, juga terdapat persamaan ragam konjungsi tunggal yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Konjungsi karena, agar, dan jika termasuk kelompok konjungsi tunggal (Saadi, 2015:38). Konjungsi karena, agar, dan jika digunakan oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra sebagai penghubung antarklausa dalam menyusun kalimat majemuk bertingkat. Fakta ini menunjukkan bahwa siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang sama-sama menggunakan konjungsi tunggal karena, agar, dan jika sebagai penghubung antarklausa dalam menyusun kalimat majemuk bertingkat. Persamaan lain, konjungsi setelah merupakan konjungsi kompleks yang muncul dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Konjungsi setelah digunakan oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang sebagai penghubung antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat. Konjungsi setelah juga digunakan oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra sebagai penghubung antarklausa dalam menyusun kalimat majemuk bertingkat. Fakta ini menunjukkan bahwa siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang sama-sama menggunakan konjungsi setelah sebagai penghubung antarklausa dalam menyusun kalimat majemuk bertingkat. Konjungsi karena termasuk dalam kelompok konjungsi tunggal dan konjungsi setelah termasuk dalam kelompok konjungsi kompleks (Saadi, 2013:74 82). Berbeda dengan konjungsi tunggal yang hanya terdiri atas satu morfem, konjungsi kompleks terdiri atas dua atau lebih morfem (Surastina:2013). Konjungsi setelah terbentuk atas dua morfem, yakni morfem sedan morfem telah sedangkan konjungsi karena hanya terdiri atas satu morfem, yakni morfem karena. Konjungsi karena merupakan ragam konjungsi tunggal yang sering digunakan siswa kelas X SMKN 3 Malang maupun siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra. Demikian pula halnya konjungsi setelah. Konjungsi setelah merupakan konjungsi kompleks yang sering digunakan siswa kelas X SMKN 3 Malang maupun siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra. Intensitas penggunaan ragam kedua konjungsi tersebut tidak lepas dari kebiasaan-kebiasaan siswa. Siswa akan lebih mudah menghafal dan memahami apabila konjungsi tersebut sering digunakan. Demikian halnya, siswa akan sulit bahkan tidak menggunakan suatu konjungsi dalam bahasa tulisnya apabila konjungsi tersebut tidak sering digunakan. Kondisi ini tak lain merujuk pada pengalaman dan kebiasaan siswa. Dardjowidjojo (2012:87) mengemukakan bahwa salah satu faktor seseorang mudah atau cepat mengucapkan atau menggunakan suatu kata tak lain karena kata tersebut sering digunakan. Jenis Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa kelas X SMK Konjungsi koordinatif merupakan jenis konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Berdasarkan hasil analisis ditemukan satu konjungsi koordinatif dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu konjungsi koordinatif dan. Temuan satu ragam konjungsi koordinatif tersebut menunjukkan bahwa penggunaan konjungsi koordinatif oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang kurang bervariasi. Siswa hanya menggunakan satu ragam konjungsi koordinatif sebagai penghubung antarklausa.berbeda dengan ragam konjungsi koordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang. Ragam konjungsi koordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang meliputi konjungsi koordinatif dan, namun, melainkan, dan tapi. Konjungsi dan, namun, melainkan, dan tapi digunakan siswa sebagai penghubung klausa dengan klausa. Penggunaan konjungsi dan, namun, melainkan, dan tapi di antara klausa-klausa dalam kalimat majemuk menghasilkan hubungan koordinasi. Melalui koordinasi dihubungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing memiliki kedudukan setara (Moeliono, 1988:307). Selain perbedaan, persamaan penggunaan ragam konjungsi koordinatif juga ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Persamaan konjungsi koordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa dari kedua sekolah tersebut, yakni konjungsi dan. Konjungsi seperti dan bertindak sebagai koordinator dalam kalimat majemuk setara (Moeliono, 1988:310). Konjungsi dan digunakan oleh siswa SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra sebagai penghubung klausa dengan klausa yang memiliki kedudukan setara. Temuan ini menunjukkan bahwa siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang memiliki kecenderungan menggunakan konjungsi dan. Siswa akan menyatakan sesuatu yang sering didengarnya dan sangat dekat dengan kehidupannya. Begitu pula dengan pemilihan konjungsi tertentu, siswa akan lebih menggunakan konjungsi yang mereka kenal dalam interaksi sehari-hari. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perbedaan intensitas penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk siswa. Siswa lebih memilih menggunakan konjungsi dan sebagai koordinator dibandingkan

Septianingrum, Sumadi, Sunaryo, Konjungsi Dalam Kalimat 218 konjungsi serta. Konjungsi yang dipilih merupakan bentuk aplikasi dari pengalaman dan pengetahuan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Ramlan (2005:60) bahwa konjungsi yang banyak digunakan adalah konjungsi dan. Konjungsi sebelum, sambil, dan yang merupakan anggota konjungsi subordinatif (Chaer, 2011:203). Konjungsi sebelum, sambil, dan yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Akan tetapi, konjungsi sebelum, sambil, dan yang tidak ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang. Konjungsi sebelum, sambil, dan yang digunakan siswa untuk menghubungkan dua klausa yang memiliki kedudukan tidak setara. Fakta ini menunjukkan bahwa konjungsi sebelum, sambil, dan yang hanya muncul dalam kalimat majemuk yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Perbedaan lain, konjungsi supaya, sejak, bila, dan walaupun merupakam konjungsi subordinatif yang tidak ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang. Akan tetapi, konjungsi supaya, sejak, bila, dan walaupun ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Konjungsi supaya, sejak, bila, dan walaupun digunakan siswa untuk menghubungkan dua klausa yang memiliki kedudukan tidak setara. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa konjungsi supaya, sejak, bila, dan walaupun hanya muncul dalam kalimat majemuk yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Konjungsi subrodinatif yang muncul dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang memiliki persamaan. Konjungsi subordinatif menghubungkan dua satuan bahasa yang tidak sederajat (Chaer, 2011:103). Konjungsi karena, agar, setelah, ketika, dan jika merupakan konjungsi subrodinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kedua sekolah tersebut. Konjungsi karena, agar, setelah, ketika, dan jika digunakan oleh siswa SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra sebagai penghubung klausa dengan klausa yang memiliki kedudukan tidak setara. Konjungsi karena dan setelah merupakan konjungsi subrodinatif (Chaer, 1990:82). Konjungsi karena dan setelah sering digunakan oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang maupun siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra sebagai penghubung antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat. Intensitas penggunaan ragam konjungsi subordinatif tersebut tidak lepas dari kebiasaan-kebiasaan siswa. Siswa akan lebih mudah menghafal dan memahami apabila konjungsi tersebut sering digunakan. Demikian halnya, siswa akan sulit bahkan tidak menggunakan suatu konjungsi dalam bahasa tulisnya apabila konjungsi tersebut tidak sering digunakan. Kondisi ini tak lain merujuk pada pengalaman dan kebiasaan siswa. Dardjowidjojo (2012:87) mengemukakan bahwa salah satu faktor seseorang mudah atau cepat mengucapkan atau menggunakan suatu kata tak lain karena kata tersebut sering digunakan. Makna Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK Hubungan penjumlahan ditandai dengan konjungsi dan dan serta yang bertindak sebagai koordinator (Moeliono,1988:317). Penggambaran hubungan penjumlahan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang dan kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang ditandai dengan hadirnya konjungsi dan. Konjungsi dan digunakan oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang sebagai penghubung antarklausa dalam kalimat majemuk setara. Konjungsi dan juga digunakan oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra sebagai penghubung antarklausa dalam menyusun kalimat majemuk setara. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang sama-sama menggunakan konjungsi dan sebagai penghubung antarklausa dalam menyusun kalimat majemuk setara, sehingga makna yang ditimbulkan dengan digunakannya konjungsi dan tersebut, yakni hubungan penjumlahan. Selain persamaan, juga terdapat perbedaan makna konjungsi yang ditimbulkan dengan digunakannya konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Perbedaan makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa dari kedua sekolah tersebut terletak dari gambaran makna konjungsi yang ditimbulkan dengan digunakannya wujud konjungsi tertentu. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sumadi (2009:152) yang mengemukakan bahwa konjungsi berperan menentukan makna kalimat dan atau memberikan informasi kepada penutur (pendengar/pembaca) tentang bagian dari kalimat yang dianggap penting oleh penutur (pendengar/pembaca). Konjungsi namun merupakan konjungsi yang terdapat dalam kalimat majemuk setara siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Kehadiran konjungsi namun menandai adanya hubungan perlawanan antara pernyataan yang tergambar dalam klausa pertama dan klausa kedua (Moeliono, 1988:319). Konjungsi namun digunakan oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra untuk menyatakan hubungan perlawanan dalam kalimat majemuk setara. Akan tetapi, hubungan perlawanan yang ditandai konjungsi namun tidak ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Dari data yang dikumpulkan, terdapat dua kalimat majemuk setara siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang yang menggunakan konjungsi namun sebagai penghubung antarklausa, sehingga menimbulkan hubungan perlawanan. Hal ini menunjukkan bahwa makna konjungsi yang menyatakan hubungan perlawanan dengan hadirnya konjungsi namun hanya muncul pada kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa SMKN 3 Malang. Hubungan perlawanan yang menyatakan penguatan ditandai dengan hadirnya konjungsi melainkan di antara dua klausa yang sejajar (Moeliono, 1988:319). Penggambaran hubungan perlawanan yang ditandai konjungsi melainkan juga ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Dari data

219 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 2, Bln Februari, Thn 2016, Hal 214 221 yang dikumpulkan, terdapat satu kalimat majemuk setara siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang yang menggunakan konjungsi melainkan sebagai penghubung antarklausa sehingga menimbulkan hubungan perlawanan. Berbeda dengan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang, siswa kelas X SMKN 3 Malang tidak menggunakan konjungsi melainkan sebagai penghubung antarklausa dalam kalimat majemuk. Hal ini menyebabkan hubungan perlawanan yang ditandai dengan hadirnya konjungsi melainkan tidak ditemukan pada kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa hubungan perlawanan yang ditandai dengan hadirnya konjungsi melainkan hanya ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra. Perbedaan lain, hubungan perlawanan yang ditandai konjungsi tapi ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Akan tetapi, hubungan perlawanan yang ditandai dengan hadirnya konjungsi konjungsi tapi tidak ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa SMKN 3 Malang. Kehadiran konjungsi tapi dalam kalimat majemuk setara menandai adanya hubungan perlawanan antara pernyataan yang tergambar dalam klausa pertama dan klausa kedua (Moeliono, 1988:319). Dari data yang dikumpulkan terdapat satu kalimat majemuk setara siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang yang menggambarkan hubungan perlawanan dengan hadirnya konjungsi tapi sebagai penghubung antarklausa. Fakta ini menunjukkan bahwa makna konjungsi yang menyatakan hubungan perlawanan yang ditandai dengan hadirnya konjungsi tapi hanya ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Persamaan makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang, yakni makna konjungsi yang menyatakan hubungan penyebaban. Hubungan penyebaban ditandai dengan subordinator sebab, karena, dan oleh karena (Moeliono, 1988:326). Penggambaran hubungan penyebaban yang ditandai konjungsi karena dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang dan kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Konjungsi karena digunakan oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang sebagai penghubung antarklausa dalam kalimat majemuk setara. Konjungsi karena juga digunakan oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra sebagai penghubung antarklausa dalam menyusun kalimat majemuk bertingkat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang sama-sama menggunakan konjungsi karena untuk menyatakan hubungan penyebaban. Penggambaran hubungan tujuan yang ditandai konjungsi agar dan konjungsi supaya juga ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang dan kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Siswa kelas X SMKN 3 Malang menggunakan konjungsi agar untuk menyatakan hubungan tujuan dalam kalimat majemuk bertingkat. Kemudian, siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra menggunakan konjungsi agar dan konjungsi supaya untuk menyatakan hubungan tujuan dalam kalimat majemuk bertingkat. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang sama-sama menyatakan hubungan tujuan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan wujud konjungsi yang digunakan oleh siswa kedua sekolah tersebut untuk menyatakan hubungan tujuan. Hubungan waktu ditandai dengan subordinator setelah, sebelum, sambil, ketika, sejak, sehabis, seusai, seraya, selagi, sementara, sambil, seraya, sedari, semenjak (Moeliono, 1988:322-323). Siswa kelas X SMKN 3 Malang menggunakan konjungsi setelah, ketika dan sejak untuk menyatakan hubungan waktu dalam kalimat majemuk bertingkat. Kemudian, siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra menggunakan konjungsi setelah, ketika, sebelum dan sambil untuk menyatakan hubungan waktu dalam kalimat majemuk bertingkat. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang sama-sama menyatakan hubungan waktu. Meskipun demikian, terdapat perbedaan wujud konjungsi yang digunakan oleh siswa kedua sekolah tersebut untuk menyatakan hubungan tujuan. Persamaan lain dari makna konjungsi yang tergambar pada kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang adalah makna konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Dari data yang dikumpulkan, terdapat kalimat majemuk bertingkat siswa SMKN 3 Malang yang menggunakan konjungsi jika dan bila untuk menyatakan hubungan syarat dan terdapat kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang yang menggunakan konjungsi jika untuk menyatakan makna syarat. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang sama-sama menyatakan hubungan tujuan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan wujud konjungsi yang digunakan oleh siswa kedua sekolah tersebut untuk menyatakan hubungan tujuan. Selain persamaan, juga terdapat perbedaan makna konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang dan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Perbedaan makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa dari kedua sekolah tersebut terletak dari gambaran makna konjungsi yang ditimbulkan dengan digunakannya wujud konjungsi tertentu. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sumadi (2009:152) yang mengemukakan bahwa konjungsi berperan menentukan makna kalimat dan atau memberikan informasi kepada penutur (pendengar/pembaca) tentang bagian dari kalimat yang dianggap penting oleh penutur (pendengar/pembaca). Konjungsi walaupun merupakan konjungsi yang terdapat dalam kalimat majemuk setara siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Kehadiran konjungsi walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun, dan sesungguhnya di antara klausa-klausa dalam

Septianingrum, Sumadi, Sunaryo, Konjungsi Dalam Kalimat 220 kalimat majemuk bertingkat menimbulkan hubungan konsesif (Moeliono, 1988:325). Konjungsi walaupun digunakan oleh siswa kelas X SMKN 3 Malang untuk menyatakan hubungan konsesif. Akan tetapi, hubungan konsesif yang ditandai konjungsi walaupun tidak ditemukan dalam kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang. Dari data yang dikumpulkan, terdapat satu kalimat majemuk setara siswa SMKN 3 Malang yang menggunakan konjungsi walaupun untuk menyatakan hubungan konsesif. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan konsesif yang ditandai konjungsi walaupun hanya muncul pada kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa SMKN 3 Malang. Makna konjungsi yang menyatakan hubungan atributif ditandai dengan hadirnya subordinator yang (Moeliono, 1988:328). Hubungan atributif dengan hadirnya konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. Akan tetapi, hubungan artibutif yang ditandai dengan hadirnya konjungsi yang tidak ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa SMKN 3 Malang. Dari data yang dikumpulkan terdapat satu kalimat majemuk bertingkat siswa SMK Telkom Shandy Putra Malang yang menggambarkan hubungan atributif dengan hadirnya konjungsi yang sebagai penghubung antarklausa. Hal ini menunjukkan bahwa makna konjungsi yang menyatakan hubungan atributif hanya ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pertama, wujud konjungsi dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMKN 3 Malang diklasifikasikan menjadi wujud konjungsi dalam kalimat majemuk setara dan wujud konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Wujud konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah konjungsi tunggal. Konjungsi tunggal tersebut adalah dan. Wujud konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang adalah konjungsi tunggal dan konjungsi kompleks. Konjungsi tunggal dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu karena, agar, jika, ketika, supaya, bila, sejak. Konjungsi kompleks dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu setelah dan walaupun. Berbeda dengan wujud konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang, wujud konjungsi pada kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang memiliki kekhasan yang berbeda. Wujud konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Shandy Putra Malang adalah konjungsi tunggal dan konjungsi kompleks. Konjungsi tunggal dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra, yaitu dan, namun, tapi. Konjungsi kompleks dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra, yaitu melainkan. Wujud konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang adalah konjungsi tunggal dan konjungsi kompleks. Konjungsi tunggal dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang yaitu karena, agar, jika, ketika, yang, sambil. Konjungsi kompleks yang dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra, yaitu setelah, sebelum. Berdasarkan temuan wujud konjungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan konjungsi oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang lebih beragam dibandingkan dengan temuan wujud konjungsi siswa kelas X SMKN 3 Malang. Hal ini disebabkan latar belakang siswa dari kedua sekolah tersebut berbeda. Siswa kelas X SMKN 3 Malang didominasi oleh siswa yang berasal kota maupun kabupaten Malang, sedangkan siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang didominasi oleh siswa berprestasi yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa. Latar belakang siswa ini berpengaruh pada gaya penulisan personal, budaya, intensitas membaca, serta bahan bacaan yang sering dibaca mereka. Kedua, jenis konjungsi dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMKN 3 Malang diklasifikasikan menjadi konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Ragam konjungsi koordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu dan. Ragam konjungsi subordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu karena, agar, setelah, jika, sehingga, ketika, supaya, bila, sejak, walaupun. Berbeda dengan ragam konjungsi koordinatif dan ragam konjungsi subordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMKN 3 Malang, ragam konjungsi koordinatif dan ragam konjungsi subordinatif pada kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang lebih bervariasi. Ragam konjungsi koordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Shandy Putra Malang, yaitu dan, namun, melainkan, tapi. Ragam konjungsi subordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu karena, agar, setelah, jika, ketika, sebelum, yang, sambil. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra memiliki pengetahuan yang baik tentang jenis konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Hal ini tampak pada keragaman konjungsi koordinatif dan keragaman konjungsi subordinatif yang ditemukan dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra. Keragaman jenis konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif yang digunakan oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang merupakan cerminan dari kegiatan berpikir logis yang sudah berkembang dalam diri siswa. Ketiga, makna konjungsi dalam kalimat majemuk siswa kelas X SMKN 3 Malang diklasifikasikan menjadi makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk setara dan makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat. Makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu penjumlahan. Makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu penyebaban, tujuan, waktu, syarat, konsesif. Berbeda dengan makna konjungsi yang ditemukan dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang,

221 Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 2, Bln Februari, Thn 2016, Hal 214 221 pada kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang ditemukan makna konjungsi yang lebih bervariasi. Makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Shandy Putra Malang, yaitu penjumlahan dan pertentangan. Makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk bertingkat siswa kelas X SMKN 3 Malang, yaitu penyebaban, tujuan, waktu, syarat, atributif. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa makna konjungsi dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang memiliki keragaman yang berbeda dibandingkan makna konjungsi dalam kalimat majemuk setara siswa kelas X SMKN 3 Malang. Variasi makna yang tergambar dalam kalimat-kalimat majemuk setara yang disusun oleh siswa kelas X SMK Telkom Shandy Putra Malang simetris dengan adanya keragaman wujud konjungsi yang digunakan dalam proses penyusunan kalimat. Dengan kata lain, pemahaman siswa terhadap penggambaran makna konjungsi sudah cukup baik. Saran Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran yang perlu disampaikan pada dua pihak. Saran tersebut diuraikan sebagai berikut. Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, disarankan untuk memahami bahwa wujud, jenis, dan makna konjungsi dapat digunakan sebagai rujukan dasar konseptual mengenai kecenderungan siswa kelas X dalam menggunakan konjungsi, khususnya dalam menyusun kalimat. Wujud konjungsi, jenis konjungsi, dan makna konjungsi yang digunakan oleh siswa merupakan gambaran pengetahuan dan kebiasaan siswa. Oleh karena itu, fakta penggunaan konjungsi tersebut merupakan informasi tentang pengetahuan dan pemahaman siswa kelas X tentang konjungsi. Guru dapat mengajarkan penggunaan konjungsi dengan cara (1) menggabungkan kalimat atau teks rumpang tanpa konjungsi, (2) dipaparkan sejumlah konjungsi lalu siswa menggunakan konjungsi tersebut dalam menyusun kalimat, dan (3) dipaparkan sejumlah konjungsi beserta kalimat tunggal lali siswa diminta untuk menyusun kalimat majemuk berdasarkan konjungsi yang tersedia. Bagi siswa, penggunaan wujud konjungsi, jenis konjungsi, dan makna konjungsi dalam kalimat majemuk yang disusun oleh siswa, menjadi pelajaran untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan mereka tentang konjungsi sehingga mereka dapat melakukan perbaikan ketrampilan menyusun kalimat. Selain itu, siswa mengetahui gejala-gejala penyebab kesalahan penggunaan konjungsi dan siswa dapat menghindari pemakaian konjungsi yang tidak tepat. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi fakta empiris mengenai kecenderungan wujud konjungsi, jenis konjungsi, dan makna konjungsi yang tergambar dalam kalimat majemuk yang disusun oleh siswa kelas X SMK. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai hasil studi pendahuluan untuk melakukan penelitian pengembangan (metode, strategi, media, bahan ajar) yang berkaitan dengan konjungsi. DAFTAR RUJUKAN Chaer, A. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo, S. 2012. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Lincon, Y dan Guba, E. 1985. Naturalistic Setting. Baverly Hills: Sage Publication. Moeliono, A.M, Dardjowidjojo, S.Purwo, B.K., Kridalaksana, H., Ramlan, M., Sudaryanto, Silitonga, M., Tampubolon, D.P., dan Tarigan.1988.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Papalia, D.E, Olds, S.W., dan Feldman, R.D. 1996. Human Development (9 th Edition). Boston: McGraw Company, Inc. Piaget, J dan B. Inhelder. 2010. Psikologi Anak. Terjemahan Miftahul Jannah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa: Sintaksis Yogyakarta: CV Karyono. Saadi, M. 2013. Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas IX SMP Negeri Banda Maluku Tengah. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Sumadi. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: A3. Surastina. 2013. Penggunaan Preposisi dan Konjungsi dalam Bahasa Indonesia (Online), (http://lenterastikippgribl. blogspot.com/2013/penggunaan-preposisi-dan-konjungsi.htm, diakses 23 November 2014). Yin, R.K. 1984. Case Study Research Design and Methods. Baverly Hills. CA: Sage Publication, Inc.