BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri yang dinamakan dengan daerah otonom. 1

BAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Ide negara kesatuan muncul dari adanya pemikiran dan keinginan dari warga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

SENTRALISASI DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

BAB V P E N U T U P. dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Negara Kesatuan (Unitary State) sebagai salah satu asas pokok

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Fred Isjwara, yang dikutip oleh Ni matul Huda dalam buku yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

KONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Bab

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah. Karena otonomi daerah itu sendiri adalah hak, wewenang, dan

BAB I PENDAHULUAN. administrasi Pemerintahan di Indonesia berdasarkan Pasal 18 Undang-undang

DESAIN DAERAH KHUSUS/ ISTIMEWA DALAM SISTEM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT KONSTITUSI

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menjawab rumusan masalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara kepulauan (archipelago state) di Asia

BAB I PENDAHULUAN. suku, bahasa, dan adat istiadat yang beragam. Mengingat akan keragaman tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

LAPORAN. Penelitian Individu

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi

Keywords : Local Authorities, The Principle of Decentralization, Natural Resource

KEWENANGAN KEPALA DAERAH DALAM MELAKUKAN INOVASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI DAERAH

2 Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan menghormati sat

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

BAB IV ANALISIS JURIDIS DINAMIKA PENGATURAN PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH DAN DAERAH DI INDONESIA

BAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

USU Law Journal, Vol.5.No.2 (April 2017)

RINGKASAN. vii. Ringkasan

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi 1, Volume 3, Tahun 2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 136/PUU-XIII/2015 Pembagian Hak dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dengan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. yang pada masa ini hampir secara global dianut adalah asas demokrasi. Pada

BAB. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kesatuan dengan sistem Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia secara tegas dalam Pembukaan UUD NKRI

ARAH KEBIJAKAN KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2019

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

Hubungan Wewenang Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

KEBIJAKAN POLITIK OTONOMI DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 AHMAD SUTRISNO / D

PANCASILA PANCASILA DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG POLITIK, HUKUM, SOSIAL BUDAYA, DAN PERTAHANAN KEAMANAN. Nurohma, S.IP, M.

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB IV KEABSAHAN PENGANGKATAN PEJABAT DAERAH OLEH PEJABAT KEPALA DAERAH. tindakan hukum publik yang diberikan oleh peraturan perundang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia berdasar ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam menjalankan pemerintahan daerah. Dewan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 71/PUU-XII/2014 Kewenangan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Di Bidang Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber

BAB I PENDAHULUAN. wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WEWENANG, ADMINISTRASI PERTANAHAN, OTONOMI DAERAH, TANAH DAN PERUMAHAN

MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

Oleh : Widiarso NIM: S BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan

BEBERAPA CATATAN TENTANG NASKAH AKADEMIK RUU HAK ATAS TANAH DAN RUU PENGADILAN AGRARIA

ALASAN ALASAN PERLUNYA BAGI HASIL ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM BIDANG USAHA PERTAMBANGAN

PARADIGMA MESIN PEMBANGUNAN UNTUK PERKEMBANGAN DAERAH 1. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA PASCA UU 6/2014 TENTANG DESA

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut sistem

Lex et Societatis, Vol. III/No. 8/Sep/2015

BAB V PENUTUP. 1. Kewenangan Pengawasan Produk Hukum Daerah oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada deskripsi dan analisis yang telah dilakukan diperoleh

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 25A Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. setelah adanya perkembangan tersebut, yaitu agenda checks and balances

Sistem Pembagian Kekuasaan Negara

Implementasi Kewenangan Kepala Daerah Dalam Pembuatan Perda Dan Peraturan Lainnya. Yusdiyanto Dosen Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Unila

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI Tahun 1945). Hal tersebut merupakan penegasan bahwa dalam konsep Negara Hukum, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. 1 Supremasi hukum yang dijalankan dalam pemerintahan harus berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 sebagai grundnorm pelaksanaan pemerintahan. Indonesia sebagai negara yang terdiri dari kurang lebih 17.000-an pulau besar dan kecil. 2 Tentu merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan. Jumlah pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke serta bangsa yang majemuk, merupakan suatu hal yang sulit untuk ditanggulangi dalam mempertahankan konsep negara kesatuan. Selaku founding father, Bung Hatta sendiri terus terlibat dalam mendiskusikan pilihan mengenai bentuk negara Indonesia bahwa yang lebih tepat adalah federal, bukan negara kesatuan. 3 Pada akhirnya, para pendiri bangsa dapat meyakinkan Bung Hatta, bahwasannya dalam wadah Negara Kesatuan yang hendak dibangun, sudah dengan sendirinya daerahdaerah yang tersebar dapat dikembangkan dengan tetap menjamin otonomi daerah-daerah yang tersebar di seluruh tanah air Indonesia yang sangat luas dan majemuk 4, dengan modifikasi desentralisasi. Hal ini pun tertuang dalam konstitusi yang mengatakan 1 2 3 4 Jimly Ashiddiqie, Konsep Negara Hukum Indonesia, http://www.jimly.com/makalah/namafile/135/konsep_negara_hukum_indonesia.pdf, diakses 9 November 2015. Jimly Ashiddiqie, 2005, Konsitusi dan Konstitusionalisme, Konstitusi Press, Jakarta, hlm. 59. Ibid., hlm. 205. Ibid.

Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. 5 Otonomi daerah yang tertuang dalam UUD NRI Tahun 1945 menghendaki otonomi yang memberikan kesempatan mengurus Urusan Pemerintahan daerah yang tidak sama antara daerah otonom satu dan daerah otonom lainnya. Jika dilihat dari hakekat makna otonomi (autonomy) yang berarti memerintah sendiri dan mengatur kepentingan sendiri, ketidaksamaan Urusan Pemerintahan daerah bagi masing-masing daerah otonom wajar untuk dilakukan. Ketidakseragaman pelaksanaan Urusan Pemerintahan di daerah dalam UUD NRI Tahun 1945 sudah terlihat. Konstitusi menyatakan bahwa seluruh hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-Undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. 6 Tak hanya itu, ketidakseragaman juga nampak dalam memberikan bentuk satuan pemerintahan daerah, UUD NRI Tahun 1945 mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang. 7 Selain itu, dalam Pasal 18 ayat (5) UUD NRI Tahun 1945 juga menyatakan bahwa Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali Urusan Pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. 8 Jika memperhatikan pengaturan tentang Pemerintahan Daerah dalam UUD NRI Tahun 1945, nampak bahwa desentralisasi yang diamanahkan dalam Pasal 18, 18 A, dan 18 B UUD NRI Tahun 1945, dijelmakan dalam perbedaan status daerah otonom, daerah otonomi khusus, serta daerah istimewa yang ada saat ini. Sesuai UUD NRI Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda 2014), pelaksanaan 5 6 7 8 Lihat Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lihat Pasal 18 A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lihat Pasal 18 B ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lihat Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

desentralisasi melekat pada pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi yang bersifat otonom. Pada kasus-kasus tertentu, khususnya yang berkaitan dengan kekhasan masalah yang dialami oleh kelompok tertentu di dalam suatu negara, desentralisasi tidak dapat sekedar desentralisasi biasa, sehingga membutuhkan cara berpikir baru yang memperhatikan perbedaan antar-daerah dan keunikan masing-masing daerah. 9 Kebutuhan akan kerangka administrasi yang handal dalam mengelola keragaman lokal merupakan suatu cara untuk menanggulangi paradigma uniformitas dalam negara kesatuan yang majemuk. 10 Ini dikenal dengan pendekatan yang bersifat asimetris artinya walaupun Daerah sama-sama diberikan otonomi yang seluas-luasnya, namun prioritas Urusan Pemerintahan yang dikerjakan akan berbeda antara satu Daerah dengan Daerah lainnya. 11 Konsekuensi logis dari pendekatan asimetris tersebut, Daerah akan mempunyai prioritas serta perbedaan Urusan Pemerintahan dan kelembagaan yang berbeda satu dengan lainnya sesuai dengan karakter Daerah dan kebutuhan masyarakatnya. Jika dikaitkan dengan desentralisasi, paradigma semacam ini dikenal sebagai asymmetrical decentralization atau desentralisasi asimetris yang secara legal konstitusional sebenarnya memiliki akar yang kuat pada konstitusi dan spirit yang inheren dalam praktik desentralisasi Indonesia sejak awal kemerdekaan. Konsep pendistribusian Urusan Pemerintahan sebagai desentralisasi asimetris tersebut diterapkan dalam bentuk otonomi khusus dan daerah istimewa di Indonesia. Sejak awal berdirinya Republik Indonesia, pelaksanaan daerah istimewa sudah mulai nampak dalam undang-undang yang pertama kali dibentuk, yakni UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah (UU Kedudukan Komite Nasional 9 10 11 Ni matul Huda, 2014, Desentralisasi Asimetris dalam NKRI Kajian terhadap Daerah Istimewa, Daerah Khusus dan Otonomi Khusus, Nusa Media, Bandung, hlm. 55. Ni matul Huda, 2014, Op.Cit., hlm. 58. Lihat Penjelasan Umum Poin 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).

Daerah 1945). Dalam Pasal 1 UU tersebut, mengecualikan daerah Surakarta dan Yogyakarta dalam pembentukan Komite Nasional Daerah. Perkembangan lebih lanjut, pelaksanaan otonomi khusus dalam ketatanegaraan Indonesia semakin bermunculan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 jo. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua; Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa pelaksanaan otonomi khusus dan daerah istimwa tersebut merupakan suatu wujud desentralisasi asimetris. Hingga saat ini, belum diketahui apakah otonomi khusus tersebut atau konsep desentralisasi asimetris merupakan hal yang anomali atau tidak jika diterapkan dalam bentuk negara kesatuan yang sudah dilekati dengan otonomi daerah. Apakah desentralisasi asimetris benar keberadaannya jika dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Dalam kebijakan politik hukum di Indonesia yang diimplementasikan pada Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengklasifikasikan Urusan Pemerintahan menjadi Urusan Pemerintahan Absolut, Urusan Pemerintahan Konkuren, dan Urusan Pemerintahan Umum. 12 Dalam Urusan Pemerintahan Konkuren, dijabarkan mengenai kewenangan yang menjadi kewenangan bersama antara pemerintahan pusat dan daerah 12 Lihat Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).

provinsi serta daerah kabupaten/kota. 13 Urusan Pemerintahan Konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. 14 Hal ini menjadi wajar karena dalam Undang-Undang tersebut membagi Urusan Pemerintahan Konkuren yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib tersebut dibagi lagi menjadi Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. 15 Dalam penjelasan tersebut, hal yang terkait dengan Pelayanan Dasar bertujuan untuk mendekatkan sekaligus menentukan keberhasilan pelayanan publik merupakan kewajiban bagi Daerah, sehingga lumrah bahwa pelaksanaan Urusan Pemerintahan Konkuren sebagai dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Adanya Urusan Pemerintahan Konkuren menjadi hal yang anomali jika dikaitkan dengan desentralisasi asimetris karena pembagian urusan bersama tersebut belum diketahui apakah dijalankan secara asimetris atau tidak? Terlebih lagi, jika pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren tersebut dilakukan dalam konsep negara kesatuan, yang secara normatif pemegang utama tampuk pelaksanaan Urusan Pemerintahan ada pada pusat. Lebih lanjut belum diketahui apakah sejatinya desentralisasi asimetris hanya melekat di Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Provinsi Aceh, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat semata ataukah tidak. Berdasarkan uraian di atas, penulisan hukum ini dilandasi oleh dua permasalahan krusial yang masih belum terjawab dalam ketatanegaraan Indonesia. Pertama, Eksistensi desentralisasi asimetris sebagai suatu konsep pendistribusian Urusan Pemerintahan yang 13 14 15 Lihat Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587). Lihat Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587). Lihat Pasal 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).

menafikan uniformitas dalam kerangka negara kesatuan. Kedua, implikasi desentralisasi asimetris yang dilekati Urusan Pemerintahan Konkuren tersebut.