BAB I I TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Kegunaan Metode Menqajar Metode adalah merupakan cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam dunia pendidikan, metode adalah teknik penyampaian bahan pelajaran yang disajikan, mudah diterima dan dipahami. Untuk tegasnya penulis mengutip pendapat ahli yang mengatakan bahwa: Metode mengajar adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan disegala lapangan manusia dan senantiasa berusaha mencapai efisiensi kerja dengan menetapkan metode terbaik untuk mencapai efisiensi dengan menetapkan metode terbaik untuk mencapai sesuatu tujuan. (Alipandie, 1984: 71) Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa metode mengajar adalah salah satu cara yang sistematis dengan memperhatikan situasi, fasilitas yang ada dan kemampuan guru i t u sendiri mengarahkan dan membimbing siswa untuk mencapai proses belajar mengajar yang diinginkan. Kegunaan metode mengajar dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: a. Untuk mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan yang mencakup tujuan umum, tujuan i n s t i - 12
13 tusional, tujuan kokurikuler dan tujuan instruksional. b. Untuk mempermudah dalam membangkitkan minat dan perhatian anak didik dalam menerima pelajaran. c. Untuk mempermudah cara mendidik (guru) dalam menyampaikan materi pelajaran. B. Jenis-jenis Metode Mengajar Metode mengajar merupakan bagian dari komponenkomponen mengajar yang pada hakekatnya merupakan proses pengajaran dan pengorganisasian di lingkungan siswa. Berkaitan dengan metode i n i penulis mengutip pendapat ahli yang telah mengelompokkan metode mengajar sebagai berikut: ' ' _ 1. Metode ceramah j : p n v;:?: 2. Metode tanya jawab 3. Metode diskusi 4 Metode karyawisata 5. Metode resitasi 6. Metode demonstrasi 7. Metode eksperimen 8. Metode sosiodrama dan bermain peran 9. Metode bekerja dalam kelompok Untuk jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu metode dimaksud sebagai berikut:
14 1. Metode ceramah Dalam metode i n i, aktivitas ditekankan pada guru, sedangkan anak didik bersikap pasif, mendengarkan, mencatat dan mengambil kesimpulan dari apa yang diceramahkan. Metode ceramah i n i dipergunakan dalam penyampaian bahan pelajaran kepada siswa yang jumlahnya besar, bahan pelajaran yang terlalu banyak serta waktu yang tersedia cukup terbatas. Kondisi seperti i n i menuntut seorang guru untuk berceramah sebaik mungkin, bersemangat dan berwibawa. Terkait dengan metode cermaha i n i penulis mengutip pendapat ahli yang mengatakan bahwa: Pelaksanaan ceramah yang wajar terletak pada pemberian fakta atau informasi dalam waktu yang singkat terhadap jumlah pendengar yang r e l a t i f besar dan apabila metode lainnya tidak mungkin ditempuh karena tidak tersedianya bahan bacaan atau untuk menyimpulkan dan memperkenalkan sesuatu yang baru. (Alipandie, 1984: 83) Berdasarkan pendapat di atas penulis berkesimpulan bahwa metode ceramah sangat terletak kepada sumber informasi dan fakta informasi yang akan disampaikan oleh seseorang kepada s i pendengar dalam suatu tempat tertentu. Biasanya metode ceramah i n i dipergunakan dalam pengajaran klasikal, dengan jumlah siswa yang cukup banyak dan kemampuan siswa yang berbda-beda.
15 2. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab atau sebaliknya siswa bertanya dan guru memberikan penjelasan dari pertanyaan tersebut. Metode i n i akan menjadikan situasi kelas menjadi hidup, apabila siswa dapat memberanikan d i r i untuk menyampaikan buah pikirannya dan guru dapat menilai sejauh mana materi pelajaran yang disampaikan dimengerti dan dipahami oleh peserta didik. Adapun tujuan yang diharapkan dengan menggunakan metode i n i antara lain adalah: 1. Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasi oleh siswa. 2. Untuk merangsang siswa berpikir. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. 3. Metode diskusi Metode diskusi adalah cara mengajar dengan jalan mendiskusikan suatu topik dari mata pelajaran, dan siswa terlibat untuk berpikir dan mengeluarkan pendapat dalam memecahkan masalah yang muncul dalam topik tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dengan menggunakan metode diskusi adalah:
16 1. Untuk mengatasi kekurangan alat. 2. Lebih memperhatikan siswa dalam bentuk perbedaan individual dalam bidang kemampuan siswa/minat. 3. Untuk memberi kesempatan partisipasi anak. 4. Memberi pengalaman untuk mengorganisir maupun mengolah pengetahuan yang telah d i m i l i k i anak untuk pemecahan suatu masalah secara kelompok. Metode i n i akan lebih baik dan efektif, jika: a. Guru memberi tugas pada masing-masing kelompok yang dilakukan tanpa perlu bantuan yang terus menerus dari guru, maksudnya siswa yang diberikan tugas yaitu tugas kelompok dari seorang pendidik atau guru tidak perlu mendapat bantuan sepenuhnya dari guru tersebut dalam melaksanakan tugas kelompok yang telah ditugaskannya. Dalam hal i n i, jika guru menuntun ataupun terlalu banyak membantu kegiatan belajar siswa akan bersifat pasif, sedangkan guru bersifat aktif. b. Guru mengamati kegiatan masing-masing kelompok. Apabila guru telah menugaskan siswa untuk belajar atau bekerja kelompok, maka tugas guru selanjutnya ialah: mengamati masing-masing kelom-pok, maksudnya dengan adanya pengamatan dari guru terhadap tugas masing-masing kelompok, siswa dapat mengetahui apakah tugas kelompok yang telah
17 dilaksanakan sudah benar atau masih terdapat kekeliruan atau kesalahan-kesalahan. c. Masing-masing siswa mengetahui dengan jelas apa tugasnya dalam kelompok, serta waktu yang tersedia. Maksudnya dengan adanya pembagian tugas terhadap masing-masing siswa dalam tugas kelompok, siswa tersebut dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga ia tidak melaksanakan tugas orang lain melainkan melaksanakan tugasnya sendiri, sehingga masingmasing siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara aktif dan saling bekerja sama. Meskipun metode diskusi dianggap cukup baik dalam proses pembelajaran siswa, bukan berarti metode i t u tidak mempunyai hambatan. Persoalan yang harus diselesaikan dalam proses belajar mengajar adalah hambatan yang timbul. Program pendidikan dan pengajaran yang telah disusun dengan sebaik mungkin, namun kenyataannya dalam pelaksanaan penerapannya di lapangan sering mengalami hambatan. Hambatan dan kesulitan i t u biasanya dialami oleh pendidik dan yang dididik, terutama dalam penerapan pengajaran dalam metode diskusi.
Bila diperhatikan yang menjadi problem yang dialami guru dalam pelaksanaan metode diskusi pada dasarnya berpangkal pada dua faktor: 1. Faktor internal ' Faktor i n i cukup menarik untuk d i l i h a t dalam proses belajar mengajar, dimana seorang pendidik memberikan tugas kepada masing-masing kelompok jarang sekali diperiksa dan dikumpul hasil kerja kelompok yang dilaksanakan, sehingga siswa beranggapan dengan tidak diperiksa atau dikumpulkannya hasil kegiatan tersebut berarti tidak d i n i l a i dan siswa merasa acuh dan tidak serius dalam kegiatan kerja kelompok yang telah ditugaskan pada kelompoknya. Hal i n i dapat d i l i h a t dalam angket yang penulis berikan kepada siswa. Berikut i n i perlu juga penulis paparkan bahwa fungsi dari pada metode diskusi tidak memotivasi siswa untuk lebih menggalakkan semangat kerjasama dan gotong royong, dan mengembangkan s i f a t - s i f a t sosial anak (menggalakkan semangat belajar anak) melainkan hanya sekedar memenuhi prosedur kurikulum. Hal i n i dapat dilihat dari pernyataan siswa; Bahwasanya laporan dari tugas kelompok yang dilak-sanakan oleh siswa tidak dibacakan lagi dimuka kelas, maka tentu saja segala sesuatunya
tentang laporan yang disampaikan tidak diketahui apakah hasil kerja kelompoknya, terdapat kesalahan atau perbaikan-perbaikan, dengan artian setiap anak tidak mengetahui hasil tentang apa yang telah dilakukannya dalam kegiatan proses belajar diskusi yang telah dilaksanakan. Disamping hal tersebut di atas, hambatan-hambatan yang juga dialami oleh pendidik dalam pelaksanaan metode diskusi, karena jarang sekali guru dapat melakukan pengawasan yang lebih dise-babkan kelompok-kelompok yang ada tempatnya tidak satu melainkan terpisah-pisah. Dan dengan dilaksanakan metode diskusi ada kecenderungan terjadi persaingan yang tidak sehat diantara sesama siswa-siswi (anak didik), sehingga kalau hal i n i terus berlanjut bisa berakibat kepada hal yang tidak baik terhadap kerukunan baik anak didik di dalam kelas, dan ada juga bisa berlanjut ketengah-tengah masyarakat umum. Untuk melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para siswa adalah kurangnya waktu dan jam yang dibutuhkan untuk mengontrol kelompokkelompok yang ada.. Faktor Lingkungan
20 Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh tokoh pendidik John Locke dalam teorinya mengatakan, "corak atau pengalaman seseorang dalam masyarakat dapat merubah kesadaran anak". Dalam pendidikan anak sering terpengaruh oleh lingkungan diluar dengan berbagai macam kemajuan teknologi modern anak selalu ingin tahu dengan hal i t u. Kemajuan teknologi bagi pendidik bisa membuat anak malas dalam belajar, misalnya video game, vcd, maupun alat-alat yang sifatnya menjurus kepada yang tidak baik. Pengaruh yang demikian akan menimbulkan suatu masalah yang sifatnya tidak mendukung proses belajar mengajar. Dalam hal i n i, penulis memberikan suatu alternatif untuk membuat anak didik siap dan dapat menyelesaikan masalahnya, yaitu dengan mengupayakan menerapkan metode diskusi dengan catatan sekaligus menutupi segala kelemahan-kelemahan yang diakibatkan mempergunakan metode diskusi. Metode diskusi tidaklah merupakan satu-satunya metode yang sempurna dengan artian tidak mempunyai kelemahan-kelemahan. Pada dasarnya setiap metode yang akan diterapkan tentu saja disamping kebaikan-kebaikan yang d i m i l i k i dengan diberlakukannya metode tersebut
21 tidak tertutup kemungkinan bahwa kelemahan i t u juga terdapat di dalamnya. Adapun kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan yang ada dengan dipakainya metode diskusi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: Kebaikan: 1. Melatih anak bekerja sama 2. Mengembangkan s i f a t - s i f a t sosial anak 3. Mendorong anak yang pemalu dan pendiam 4. Dapat diberikan koreksi yang langsung pada pelajaran yang sejenis. Dari keempat kebaikan metode diskusi tersebut dapat penulis perincikan lagi yaitu dengan metode diskusi sudah kelihatan di kalangan siswa adanya suatu kerja sama diantara sesama mereka dalam hal-hal yang menyangkut masalah pelajaran dan hal-hal yang menyangkut dengan masalah sosial. Dan kemudian dikalangan anak-anak yang tadinya pemalu dan pendiam kurang percaya d i r i, k e l i - hatannya mulai berangsur mengeluarkan pendapatnya dalam belajar diskusi, walaupun kelihatannya masih agak kaku.
Berikut i n i penulis juga akan memaparkan kelemahankelemahan yang dialami dengan memakai metode diskusi di 22 antaranya ialah: 1. Tugas guru menjadi lebih banyak, apabila kelompok tersebut dipisah-pisahkan. 2. Bisa terjadi persaingan yang tidak sehat diantara anak didik. Disamping hal-hal tersebut di atas yang menjadi kelemahan-kelemahan dari metode diskusi, adalah murid yang lemah cenderung s u l i t untuk bangkit. Dan volume kerja guru menjadi lebih sibuk. Untuk mencapai suatu t i t i k maksimal dari keberhasilan seseorang dalam suatu pekerjaan, maka ia tidak bisa terlepas dari sistem/cara/tekhnik yang dipergunakannya dalam upaya menopang daripada keberhasilan dari apa yang diusahakannya. Karena dengan memakai sistem diskusi seseorang akan lebih efisien dan efektif dalam membahas suatu masalah. Dalam penerapan metode diskusi, guru bertindak sebagai penanggung jawab yang perlu diperhatikan berbagai faktor, antara lain: 1. Kondisi anak dalam tingkat kecerdasan. 2. Materi pelajaran yang hendak disajikan harus sesuai dengan kesiapan mental si anak. 3. Situasi atau sekitar didalam, aman sedang melaksanakan kegiatan belajar.
23 4. Alat yang tersedia. 5. Kemampuan guru-guru. 6. Tugas dan cita-cita yang hendak dicapai. (Arifin, 1977 : 168). Selain kelemahan ada juga hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan metode diskusi. Hambatan-hambatan tersebut antara lain: 1. Metode diskusi terlalu banyak memakan waktu. 2. apabila waktu belajar kelompok dilaksanakan, masalah yang akan dibahas belum selesai, sedangkan waktu sudah habis, maka untuk memulai lagi pelak-sanaan diskusi pada waktu yan lain sebagai sam-bungan dari belajar yang dahulu. Hal i n i selalu tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditentukan sebelumnya, karena jarak rumah siswa yang lainnya sangat jauh sekali. 3. Siswa banyak membuang waktu sewaktu diperjalanan. 4. Banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh siswa dalam keperluan memfoto copi, dan Iain-lain. 5. Volume kerja guru semakin bertambah padat/penuh. Hambatan-hambatan tersebut tidak dibiarkan begitu saja oleh guru, melainkan diupayakan pula untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut walaupun hambatan i t u tidak
24 mutlak secara keseluruhan dapat diatasi secara sempurna, minimal hambatan i t u dapat diperkecil menjadi lebih sedikit. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam upaya mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah: 1. Untuk mengatasi agar metode diskusi tidak banyak memakan waktu, guru lebih dahulu menjelaskan dengan setiap materi/topik masalah yang akan dibahas oleh setiap kelompok. 2. Apabila waktu yang tersedia kurang untuk membahas topik yang diajukan, boleh juga dilanjutkan setelah selesai jam belajar di sekolah. Misalnya dengan memberitahukan kepada orang tua siswa bahwa ada belajar tambahan pada waktu yang telah ditetapkan. 3. Siswa dibolehkan juga untuk membentuk kelompok diskusi di luar jam pelajaran, misalnya dengan melakukan lanjutan diskusi di rumah masing-masing siswa secara bergantian. Yang penting ketua kelompok membuat laporan hasil diskusi kepada gurunya keesokan hanrinya.
25 4. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam hal biaya memfoto copi bahan-bahan diskusi yaitu dengan membuat tabungan yang dikelola oleh ketua kelompok masing-masing ketua kelompok. 5. Mengatasi volume kerja guru yang terlalu padat, guru dapat memberikan tanggung jawab sepenuhnya tentang pelaksanaan belajar kelompok/diskusi kepada tiap-tiap ketua kelompok yaitu dengan mencatat secara cermat segala sesuatu yang terjadi selama berlangsungnya diskusi. Metode diskusi tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan sekolah saja, tetapi di luar sekolah metode i n i juiga dapat dilaksanakan. Yang penting perhatian guru terhadap siswa yang melakukan diskusi harus maksimal. Semua hasil diskusi kembali dipersentasekan di hadapan seluruh siswa yang ada di kelas i t u. 4. Metode pemberian tugas belajar (resitasi) Metode i n i dilakukan dengan pemberian tugas diluar jam pelajaran yang dapat dikerjakan di sekolah, di perpustakaan atau di tempat lain. Ahmadi menyimpulkan bahwa: 1. Baik sekali untuk mengisi waktu yang terluang dan konstruktif.
2. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala /'>. tugas pekerjaan, sebab dalam metode i n i anak-anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah dikerjakan. 3. Membiasakan untuk giat belajar. 4. Memberikan tugas anak-anak yang bersifat praktis umpamanya membuat laporan tentang peribadatan di daerah masing-masing, kehidupan sosial dan sebagainya. (Ahmadi, 1985: 119) i 26 Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa metode pemberian tugas i n i akan menjadikan siawa lebih kreatif dalam memecahkan asalah-masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena i t u dapat dikatakan bahwa tugas yang diberikan para pendidik (guru) sangat berpengaruh pada prestasi siswa, baik pada saat berlangsungnya pengerjaan tugas oleh siswa, maupun pada masa yang akan datang. Di samping i t u dengan metode i n i diharapkan siswa akan lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam membagi waktu belajar, sehingga siswa lebih t e r l a t i h dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru. 5. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara mengajar dengan memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu terhadap para pendengar. Guru yang akan menerapkan metode i n i harus menguasai teori dan praktek tentang materi yang akan diajarkan. Ketrampilan guru untuk berdemonstrasi
27 sangat diperlukan. Dalam kaitan i n i alat peraga menjadi sangat penting. Bagaimana mungkin seorang guru dapat melakukan metode demonstrasi kalau alat peraga tidak tersedia. Berdasarkan pengamatan ternyata guru-guru yang mengajarkan ilmu-ilmu sosial sangat jarang menggunakan metode i n i. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena kurangnya alat peraga dan juga keterbatasan kemampuan guru untuk melakukan demonstrasi. Hanya guru-guru yang mengajarkan ilmu-ilmu eksakta lah yang sering menggunakan metode i n i, karena biasanya pembelajaran dilakukan di laboratorium. 6. Metode bekerja dalam kelompok Dalam penggunaan metode i n i sangat perlu diperhatikan tentang masalah waktu, apakah waktunya cukup tersedia atau tidak. Kepintaran anak, perlu keseimbangan pada setiap kelompok yang ada dan masalah minat juga perlu diperhatikan dalam membentuk kelompok sesuai dengan tugas yang diberikan. 7. Metode sosiodrama dan bermain peran Metode i n i adalah merupakan cara mengajar yang dilakukan dengan jalan meniru tingkah laku yang diperbuat oleh seseorang. Sebenarnya metode i n i sangat baik digunakan ketika mengajarkan materi pelajaran yang
28 berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial. Metode i n i digunakan untuk melatih siswa agar mampu menyelesaikan masalahmasalah yang terjadi, seperti melatih dalam tata aturan pergaulan dan memberikan kemungkinan pemahaman terhadap orang lain beserta masalah-masalahnya. 8. Metode karyawisata Metode karyawisata adalah metode yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan keluar kelas. Adakalanya kunjungan tersebut jauh dari lingkungan sekolah seperti misalnya ketempat-tempat wisata. Tempat-tempat yang dikunjungi haruslah berkaitan dengan pokok bahasan yang diajarkan oleh guru. Metode karyawisata i n i sangat jarang dilakukan oleh guru, karena banyak mengeluarkan biaya dan waktu. Biasanya penerapan metode i n i dilakukan pada saatsaat menjelang liburan sekolah, seperti setelah selesainya ujian akhir semester. Sebenarnya metode i n i sangat baik digunakan karena siswa langsung melihat objek yang dipelajari. C. Pengertian Belajar dan Kemampuan Belajar 1. Pengertian belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok. I n i berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak
29 didik. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan oleh belajar. Karena i t u seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam d i r i orang i t u terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Tanpa usaha walapun terjadi perubahan tingkah laku bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku i t u merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku i t u sendiri merupakan hasil belajar (Hudoyo,1988:1). Menurut para ahli, belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Ahmadi dan Widodo, 1990: 119). Menurut Howard L. Kingsley, dalam Ahmadi dan Widodo, (1990:120) "belajar adalah dimana tingkah laku (dalam a r t i luas) ditimbulkan atau dirubah melalui praktek dan latihan". Hal yang sama juga dikemukakan oleh Oemar Hamalik (dalam Ahmadi dan Widodo,1990:119) sebagai berikut: "Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam d i r i seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan." Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh suatu perubahan dan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu i t u sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan dengan menggunakan berbagai bentuk kegiatan, perbuatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jelaslah, kegiatan belajar melibatkan seluruh segi-segi kehidupan, baik secara f i s i k maupun psikis agar dapat memperoleh banyak pengalaman dalam pelaksanaan proses belajar, banyak hal yang mempengaruhi baik yang berasal dari d i r i siswa maupun dari luar d i r i siswa. 2. Kemampuan belajar Kemampuan belajar merupakan keberhasilan proses belajar. Seseorang memiliki kemampuan belajar yang tinggi akan lebih cepat berhasil dalam belajar. Selanjutnya apabila seseorang siswa belajar dengan terlebih dahulu memiliki bekal kemampuan yang diprasyaratkan untuk mempelajari sesuatu maka dia cenderung akan lebih berhasil dalam belajar. Menurut Edward Purba (1998:2): Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan (proses) b e r f i k i r, dan erjadi melalui pengalaman-pengalaman belajar yang di dapat oleh orang yang belajar sehingga terjadi perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan belajar seperti yang dijelaskan, dicirikan dengan adanya aktivitas dari orang yang sedang belajar, sehingga menghasilkan perubahan pada yang belajar terjadi pada 30
31 dasarnya berupa didapatnya kemampuan baru. C i r i tersebut menunjukkan bahwa melalui belajar akan menghasilkan adanya perubahan dari orang yang belajar. Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1989:618) dalam Kamus Bahasa Indonesia: Pendidikan dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa: Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam pendidikan yang t e r p i l i h dan terkontrol khususnya yang datang dari sekolah sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan individu yang optimum sehingga dalam perubahan tingkat kemampuan menjadi meningkat dalam pendidikan.