SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEYING (CIV -104)

STEREOSKOPIS PARALAKS

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR PENGAMATAN PARALAKS FOTO UDARA

3. KAMERA UDARA. 12 inchi=304,8mm 8,25 inchi = 209,5 mm 6 inchi = 152,4 mm 3,5 inch = 88,9 mm Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

1. Tidak ada informasi tepi 2. Tidak bisa digunakan untuk pengukuran

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kamera

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

9. PEMOTRETAN UDARA. Universitas Gadjah Mada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Definisi fotogrametri diatas mencakup dua bidang kajian, yakni :

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER.

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FOTOGRAMETRI OLEH: DRS. ZUHARNEN, M.S.

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

BAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011)

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

ISTILAH DI NEGARA LAIN

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

MENGGAMBAR PROYEKSI BENDA

DASAR-DASAR FOTOGRAMETRI DISUSUN OLEH: BAMBANG SYAEFUL HADI, M.SI

Perspektif mata burung : dilihat secara keseluruhan dari atas. Perspektif mata normal : dilihat secara keseluruhan dengan batas mata normal

MATERI 2 : DASAR DASAR INTERPRETASI FOTO UDARA. Bab: MATERI 2 : DASAR DASAR INTERPRETASI FOTO UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu)

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ilustrasi: Proses Produksi

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BAHAN AJAR FOTOGRAMETRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VII No. 1 : (2001)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PS. DESAIN INTERIOR FDIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JENIS CITRA

Image scale aid. Scale. Big. Small. Big. Spatial coverage. Small. PoRS Dr. Norman Kerle

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

I. BAB I PENDAHULUAN

Vertical. Oblique. True Tilted High Low

BAB I PENDAHULUAN I.1.

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

TUGAS PENGAYAAN MATERI. 1.Berbagai macam-macam istilah dalam survey tanah:

Komposisi dalam Fotografi

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret

SURVEYING (CIV -104)

GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti

BAB 2 STUDI REFERENSI

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK

Proyeksi Eropa, Aksonometri, dan Gambar Perspektif

PENGUKURAN WATERPASS

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Distorsi ( distortions ) : Pergeseran ( displacement ) :

PENGUKURAN KEKOTAAN. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

(D) 40 (E) 10 (A) (B) 8/5 (D) 5/8

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

ANALISA DEFORMASI PELAT LOGAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE MOIRE PROYEKSI

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Transkripsi:

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 13-14 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

DEFINISI Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni : photos = sinar gramma = sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan metron = mengukur. Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan disekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan/ pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar gelombang elektromagnetik

DEFINISI Fotogrametri diatas mencakup dua bidang kajian, yakni : Fotogrametri metrik, bidang yang berkaitan dengan pengukuran/pengamatan presesi untuk menentukan ukuran dan bentuk obyek, jarak, volume dan Fotogrametri interpretatif, yang berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi obyek.

DEFINISI

PRODUK FOTOGRAMETRI MOSAIK FOTO

PRODUK FOTOGRAMETRI PETA GARIS/LINE MAP

PRODUK FOTOGRAMETRI PHOTO MAP

PRODUK FOTOGRAMETRI DIGITAL TERRAIN MAP (DTM)

PRODUK FOTOGRAMETRI Produk-produk tersebut digunakan oleh berbagai disiplin yang di dalam kegiatannya berkaitan dengan lahan/ permukaan bumi yang cukup luas/proyek skala besar. Tergantung dari keperluannya, maka fotogrametri dapat digunakan dalam tahap-tahap seperti : rekonaisan, studi kelayakan, perencanaan, perancangan, implementasi /konstruksi, operasi/pengelolaan dan pemeliharaan, eksplorasi sumber daya alam, geologi,kehutanan/pertanian. Sedangkan pemanfaatan dalam Sistem Informasi geografi (SIG), fotogrametri merupakan salah satu cara perolehan data yaitu satu dari lima elemen SIG.

PRODUK FOTOGRAMETRI

JENIS FOTOGRAMETRI Fotogrametri Terrestris (Terrestrial photogrammetry), dikenal juga dengan istilah ground photogrammetry adalah pemotretan dilakukan dengan kamera berada di atas permukaan tanah dengan posisi kamera tetap. Metode ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode plane table (meja lapangan). Alat yang digunakan antara lain phototheodolit dan ballistic camera.

JENIS FOTOGRAMETRI Fotogrametri Udara (Aerial photogrammetry), pemotretan dilakukan dimana kamera memiliki ketinggian tertentu di atas permukaan tanah, posisi kamera bergerak (sesuai dengan pesawat terbang).

JENIS FOTOGRAMETRI Berdasarkan posisi pengambilan foto Foto udara tegak (vertical photograph), adalah foto udara hasil pemotretan dimana sumbu kamera sejajar dengan garis arah gaya berat. Jika sumbu kamera pada saat pemotretan dalam posisi tegak, maka bidang negatif foto sejajar dengan permukaan tanah. Foto udara miring (low oblique photograph), merupakan foto udara hasil pemotretan dimana sumbu kamera membentuk sudut dengan garis arah gaya berat. Foto udara sangat miring (high oblique photograph), adalah foto udara hasil pemotretan dimana sumbu kamera membentuk sudut dengan garis arah gaya berat, sedemikian rupa sehingga horison tampak pada foto ini

JENIS FOTOGRAMETRI Berdasarkan posisi pengambilan foto

JENIS FOTOGRAMETRI Berdasarkan jenis emulsinya Black & White monochrome (BW), paling banyak digunakan untuk aplikasi pemetaan, diantara jenis film yang paling murah. Black & White Infrared (BWIR), dapat meminimisasi pengaruh adanya cuaca berkabut saat pemotretan. Natural Color, untuk interpretasi pengenalan feature/ unsur dengan ciri warna natural. Colour Infrared (CIR), banyak digunakan untuk menejemen sumber daya alam terutama untuk pengenalan feature yang mempunyai kadungan air.

JENIS FOTOGRAMETRI Berdasarkan jenis emulsinya

JENIS FOTOGRAMETRI Berdasarkan format kameranya Foto udara format besar, dengan ukuran 23 cm x 23 cm. Jenis foto ini diambil dengan kamera metrik dan paling umum digunakan dalam fotogrametri. Untuk kamera metrik ukuran normal dikenal tiga sudut bukaan (angle field of view), yaitu : TYPE UKURAN NEGATIF FOKUS (f) SUDUT PANDANGAN Normal angle 23 cm x 23 cm 210 mm 60 ⁰ Wide angle 23 cm x 23 cm 152 mm 90 ⁰ Super wide angle 23 cm x 23 cm 88 mm 120 ⁰

JENIS FOTOGRAMETRI Berdasarkan format kameranya Foto udara format kecil, (small format aerial photograph), dengan ukuran 6 cm x 6 cm atau 24 mm x 35 mm

PRINSIP PEMBUATAN PETA DARI FOTO UDARA Pertama-tama membuat suatu bayangan tiga dimensi dari fotofoto udara yang merupakan gambar-gambar dua dimensi syarat-syarat dalam pengambilan foto udara, dimana pengambilan foto yang berurutan haruslah saling overlap satu dengan yang lainnya. Jadi konsep dasar fotogrametri adalah merekonstruksikan kembali keadaan pemotretan seperti sebelumnya untuk membuat model yang sama dengan subyek dan menggambar peta dengan menggunakan model tersebut

PRINSIP PEMBUATAN PETA DARI FOTO UDARA

PERALATAN PENUNJANG FOTOGRAMETRI Kamera (aerial camera) alat ini yang berperan dalam mengambil foto, sehingga kualitas hasil gambar harus ditunjang dengan teknologi dan pengetahuan terhadap kamera yang digunakan Persyaratan : dapat bekerja pada kecepatan tinggi dan kondisi cuaca yang cukup ekstrim termasuk akibat pengaruh vibrasi pesawat dan akurasi yang tinggi

PERALATAN PENUNJANG FOTOGRAMETRI Kamera udara lensa tunggal, kamera jenis ini yang paling sering digunakan pada saat ini untuk pemetaan. Kelebihan alat ini menghasilkan kualitas geometri gambar yang terbaik. Kamera udara dengan multi lensa, kamera jenis ini khusus digunakan untuk maksud-maksud tertentu, dimana kamera ini terdiri dari lebih satu lensa. Secara karakteristik hampir sama dengan kamera udara lensa tunggal.

PERALATAN PENUNJANG FOTOGRAMETRI Strip kamera, kamera ini memiliki konstruksi khusus dimana film bergerak secara otomatis dan celah terbuka selama pemotretan. Kamera panorama, kamera jenis ini sering digunakan untuk keperluan khusus, seperti interpreatsi, reklame,romosi dan sebagainya.

KONSTRUKSI KAMERA UDARA

PERALATAN PENUNJANG FOTOGRAMETRI Lembaran Foto Penjelasan dari masing-masing keterangan gambar tersebut adalah : Nivo, adalah indikator kedataran foto/kamera saat pemotretan, pemotretan tidak boleh dilakukan apabila kemiringan pesawat melebihi 5⁰. Altimeter, alat untuk menentukan ketinggian terbang pada permukaan laut rata-rat /msl setempat. Panjang fokus kamera (Principal distance), disesuaikan dengan jenis sudut pengambilan kameranya. Tanda waktu pemotretan, sebaiknya dihindari dilakukan pada tengah hari karena ada efek sunspot yang dapat menimbulkan foto tidak ada bayangan yang diperlukan dalam interpretasi. Nomor urut pemotretan, diperlukan untuk penyusunan urutan proses overlapping. Fiducal mark (tanda tepi), adalah tanda yang dibuat pada bidang fokus kamera udara metrik untuk menentukan posisi titik utama foto dan menentukan sistem koordinat foto. Letaknya disetiap tengah sisi bingkai foto.

Foto vs Peta Foto Proyeksi Sentral Peta Proyeksi Orthogonal

Foto vs Peta Layang-layang Balon Udara Pesawat miniatur Pesawat berawak

GEOMETRI FOTO UDARA Foto udara yang diambil dari pesawat dengan sumbu optis kamera vertikal disebut foto udara tegak Bidang positif atau dikenal dengan istilah contact print positive merupakan bidang 180⁰ terbalik dari bidang negatif. Jarak ol adalah jarak fokus kamera (focal length).

GEOMETRI FOTO UDARA Persyaratan dalam Pemotretan Udara untuk Pemetaan Setiap pemotretan harus dilakuakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Sumbu ke satu harus benar-benar tegak pada saat pemotretan. Tidak diperbolehkan adanya gerakan relatif dari kamera terhadap tanah selama pemotretan. Lensa kamera harus bebas dari distorsi Negatif harus benar-benar datar dan tegak lurus pada sumbu optis pada saat pemotretan. Emulsi film harus benar-benar merata. Keadaan cuaca pada saat pemotretan harus benar-benar baik.

GEOMETRI FOTO UDARA Skala Foto Udara Jika menggunakan kamera yang sama maka skala gambar pada foto berbanding terbalik dengan tinggi pemotretannya (tinggi terbang). Apabila sumbu kamera benar-benar vertikal, sedangkan permukaan tanah yang difoto adalah bidang horisontal maka perbandingan panjang s pada foto terhadap jarak S pada permukaan tanah adalah : M s S C H Syarat ini berlaku apabila syarat-syarat foto udara vertikal dan daerah datar dipenuhi. Jadi skala foto udara diartikan sebagai perbandingan panjang C terhadap tinggi terbang H

GEOMETRI FOTO UDARA Skala foto udara tegak pada daerah datar M ab AB C H

GEOMETRI FOTO UDARA Skala foto udara tegak pada daerah tidak datar titik pada permukaan tanah yaitu titik A dan B tergambar di bidang positif pada a dan b. Skala foto pada titik h (elevasi dari A dan B) adalah perbandingan jarak foto ab terhadap jarak AB. Dengan melihat segitiga sebangun Lab dan LAB maka dapat dinyatakan bahwa skala foto (S) : S AB ab AB La LA

GEOMETRI FOTO UDARA Skala foto udara tegak pada daerah tidak datar Dengan mengamati LOAA dan Loa, maka : La LA H f h Dengan mensubstitusi persamaan di atas, maka dapat dinyatakan : ab S AB AB H f h Pada kasus tertentu, skala foto udara dapat menggunakan skala ratarata untuk menjelaskan skala foto yang diambil untuk daerah dengan variasi ketinggian dengan menggunakan persamaan : S avg H f h avg

PERGESERAN RELIEF FOTO UDARA TEGAK (RELIEF DISPLACEMENT) Pergeseran relief adalah pergeseran pada posisi fotografis dari suatu bayangan benda yang disebabkan karena permukaan bumi yang tidak rata atau disebabkan karena benda tersebut memiliki ketinggian terhadap suatu datum. Dengan memperhatikan pada datum yang ada maka : Jika sebuah titik terletak di bawah datum, maka arah pergeserannya ke dalam. Jika sebuah titik terletak di atas datum, maka arah pergeserannya ke luar.

PERGESERAN RELIEF FOTO UDARA TEGAK (RELIEF DISPLACEMENT) Suatu titik A terletak pada posisi h A di atas datum, terpotret pada suatu foto udara tegak di a. Jika titik B (proyeksi titik A pada datum) terpotret di b, maka ab adalah pergeseran relief. Arah pergeserannya ke luar, untuk menghitung berapa pergeserannya dapat dilihat sebagai berikut :

PERGESERAN RELIEF FOTO UDARA TEGAK (RELIEF DISPLACEMENT) Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Semakin tinggi suatu obyek, semakin besar pergeseran reliefnya. 2. Semakin tinggi posisi kamera, maka semakin kecil pergeseran reliefnya 3. Semakin besar jarak radial dari titik utama, semakin besar pergeseran reliefnya.

PENGLIHATAN TIGA DIMENSI (STREREOSKOPIS) Penglihatan manusia yang memiliki penglihatan yang normal, yaitu orang yang dapat melihat dengan kedua mata secara bersama-sama disebut penglihatan binokuler. Dengan pengamatan jarak atau kedalaman tersebut disebut pandangan stereoskopis. Sedangkan pandangan monokuler adalah penglihatan yang menggunakan hanya satu mata saja dan cara pengamatan jaraknya disebut monoskopis. kiri b a A b B kanan D A ( DB D A ) DB

PENGAMATAN FOTO SECARA STEREOSKOPI Bayangkan jika mengamati benda A secara stereoskopis, seolah-olah terdapat kertas/film transparan yang diletakkan seperti Gambar. Kemudian juga seolah-olah titik A tersebut tergambar pada a 1 oleh garis penglihatan mata kiri dan juga a 2 oleh garis penglihatan mata kanan. Dari titik a 1 dan a 2 dapat disebut sebagai tanda bayangan dan jika tanda bayangan tersebut saling mendekat satu sama lain(seperti a 1 dan a 2 ), maka sudut paralaktisnya bertambah besar demikian juga sebaliknya.

Jika kedua foto ini diletakkan di atas meja dan kedudukannya, sesuai dengan urutan pemotretan. Kemudian mata kiri digunakan untuk melihat foto kiri dan mata kanan hanya melihat foto kanan saja, maka didapatkan pandangan 3 dimensi dari menara itu. Model ini dikenal juga sebagai model stereoskopisatau biasa disebut stereo mode. Hal ini dapat diilustrasikan dengan pemotretan udara, maka dapat diasumsikan sepasang foto udara yang saling overlap (bertampalan) diambil dari stasiun pemotretan L 1 dan L 2 di udara. Tinggi terbang pesawat di atas tanah adalah H, jarak antara dua pemotretan di udara disebut sebagai basis udara (B). Misalkan A merupakan puncak suatu menara terpotret pada a 1 (foto kiri) dan a 2 (foto kanan), sedangkan alas menara B terpotret sebagai b 1 (foto kiri) dan b 2 (foto kanan)

Cara Mendapatkan bentuk 3 Dimensi dari pasangan foto yang saling bertampalan Pengamatan dengan sumbu mata bersilangan kelebihan dengan cara ini adalah jarak kedua titi yang diamati bisa melebihi basis mata. Sedangkan kekurangannya adalah menyebabkan ketegangan mata dan melelahkan.

Cara Mendapatkan bentuk 3 Dimensi dari pasangan foto yang saling bertampalan Pengamatan dengan sumbu mata konvergen, merupakan cara penglihatan yang normal karena mata melakukan konveegensi dan akomodasi pada jarak yang sama yaitu 250 mm. Pada cara ini, foto dicetak dalam dua warna yaitu merah dan biru. Kemudian dengan menggunakan filter merah dan biru untuk melihat foto tadi dengan posisi yang sama. Keuntungannya : dapat dilakukan konvergensi dan akomodasi pada jarak yang sama. Kerugiannya : dilakukan pada ruang yang gelap, kehilangan energi cahaya.

Cara Mendapatkan bentuk 3 Dimensi dari pasangan foto yang saling bertampalan Pengamatan dengan sumbu mata sejajar, cara ini dapat dilakukan tanpa bantuan alat optis, konvergensi di titik tak terhingga dan akomodasi pada jarak 25 cm. Prisnsip inilah yang digunakan pada stereoskopis. A A 250 mm B B

FOTO KIRI FOTO KANAN FOTO STEREO ANAGLYPH

Syarat foto dapat dilihat menjadi bentuk 3 dimensi : Pemotretan harus dilakukan dengan sumbu kamera sejajar atau hampir sejajar Foto tersebut harus mencakup daerah yang sama tetapi 2 posisi yang berlainan (saling bertampalan) Skala foto harus sama/hampir sama, perbedaan skala yang diijinkan sebesar 5