Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

dokumen-dokumen yang mirip
Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 Buketrata - Lhokseumawe Abstrak

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Agustus 2008

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB III LANDASAN TEORI

Ujong Blang village Banda Sakti district of Lhokseumawe

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Fortifikasi Garam Beriodium dalam Rangka Peningkatan Angka KGBI Aceh

A. Kerangka Pemikiran

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum. 3.2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BERITA RESMI STATISTIK

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA

BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH. Oleh: Kabid Pengembangan Investasi. Sosialisasi RUPM Aceh 29 Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

GUBERNUR ACEH. 7. Peraturan./2 MW\DATAWAHED\2009\PER.GUB\AGUSTUS.

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

IV. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

2015 ANALISIS KELAYAKAN PEMBUATAN PLTMH DI DESA PAKENJENG SEBAGAI DESA MANDIRI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI DESA NYOMPLONG, BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PEMBANGKIT MIKRO HIDRO : TEKNOLOGI, SURVEY & DESAIN, IMPLEMENTASI KONSTRUKSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH ACEH RAPAT KONSOLIDASI PERKEMBANGAN REALISASI PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN BALI, 30 Januari-1 Februari 2013

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.3 Tujuan dan Manfaat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benefit Cost Ratio (BCR) 1.2 Identifikasi Masalah

VIII. ANALISIS FINANSIAL

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

ternyata dari studi kelayakan tersebut persyaratannya terpenuhi dan efektif, maka

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di D.I. Yogyakarta pada

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA PENYEWAAN SOUND SYSTEM ECHO PRODUCTIONS DI RAWA LUMBU BEKASI

Transkripsi:

Universitas Diponegoro, Semarang -2 Agustus 29 M5-2 Studi Potensi Pembangkit Tenaga Mikrohidro Sebagai Upaya Penyedian Listrik Terpencil di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Hamdani dan Mahidin 2.Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala 2.Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jln. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam Banda Aceh E-mail : hamdani_umar@yahoo.com Abstrak Berdasarkan data Tahun 27 PT. PLN Wilayah Provinsi NAD Indoesia, ada 95 desa di wilayah Provinsi NAD yang belum menikmati listrik yang sebagaian besar desa-desa tersebut adalah desa terpencil dan sulit terjangkau jaringan listrik PLN. Paper ini akan memaparkan hasil studi potensi sumber energi air pembangkit listrik mikrohidro pada 95 desa tersebut yang telah dilakukan mulai April hingga Agustus 28. Studi ini meliputi pengumpulan data non-teknis data teknis. Berdasarkan data tersebut dilakukan estimasi total daya terbangkit. Analisis kelayakan ekonomi pemanfaatan energi air untuk pembangkit listrik mikrohidro dilakukan menggunakan pendekatan-pendekatan analisis yang umum digunakan, antara lain Internal Rate of Return (IRR); Return on Investment (ROI); Break Event Point (BEP); dan Net Present Value (NPV). Dari hasil pengumpulan data diperoleh hanya 22 desa yang mempunyai sumber energi mikrohidro, dan berdasarkan hasil analisi ekonomi menunjukkan 2 desa layak untuk dikembangkan pembakit listrik tenaga mikrohidro. Keywords: Kelayakan, Pembangkit listrik,tenaga mikrohidro, terpencil,

Universitas Diponegoro, Semarang -2 Agustus 29. Pendahuluan Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang handal dan terjangkau merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Data dari dokumen Human Development Index (HDI) tahun 25 menyebutkan bahwa konsumsi tenaga listrik di Indonesia masih 463 kwh/kapita. Angka ini masih di bawah negara tetangga kita Malaysia (3.234 kwh/kapita), Thailand (.86 kwh/kapita), Filipina (6 kwh/kapita), dan Singapura (7.96 kwh/kapita). Sedangkan konsumsi tenaga listrik/orang di Provinsi NAD hanya 243 kwh/kapita. Data dari PT. PLN Wilayah Provinsi NAD tahun 27 beban puncak Provinsi NAD sebesar 248 MW, yang disalurkan dari sistem Transmisi 5 kv Sumut-Aceh sebesar 62 MW (65,32%), PLTD Isolated sebesar 86 MW (34,68%). Dengan sistem distribusi saat ini, telah mampu melayani 6258 desa dari 6453 desa yang ada di Provinsi NAD dengan rasio desa berlistrik sebesar 96,98%. Berdasarkan data tersebut terlihat ada 95 desa yang belum mampu menikmati layanan listrik PT. PLN, yang sebagai besar desadesa tersebut adalah desa terpencil dan sulit terjangkau jaringan listrik PLN. Penyediaan energi listrik untuk desa-desa tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan pembangkit energi listrik alternatif dengan memanfaatkan sumberdaya energi yang bersih dan berwawasan lingkungan yaitu energi baru dan terbarukan. Pada Oleh karena itu, perlu adanya studi potensi energi listrik alternatif di pedesaan sebagai upaya dalam mendukung percepatan diversifikasi energi di Provinsi NAD terutama untuk daerah-daerah terpencil. Kondisi pembangunan kelistrikan berbasis sumber energi terbarukan di Provinsi NAD sudah dimulai sejak pertengahan era 9-an. Sumber energi yang dominan dikembangkan diawal-awal pembangunan tersebut adalah energi surya (PLTS). Total PLTS yang telah terpasang di seluruh Provinsi NAD sampai saat ini adalah 57 unit untuk kapasitas 5 Wp/unit. Disamping itu, sumber energi air juga sudah mulai dimanfaatkan sejak 995 dengan dibangunnya PLTMH Karang Baru Aceh Timur, dengan daya terpasang 4 kw, PLTM Arul Relem Aceh Tenggara dengan daya terpasang 35 kw dan PLTMH Angkup Aceh Tengah daya terpasang 3 kw. Total PLTMH yang telah terpasang di seluruh Provinsi NAD sebanyak 33 unit dengan total daya terpasang 49 kw, akan tetapi unit (dengan total daya terpasang 2 kw) tidak beroperasi karena mengalami kerusakan atau gagal pada saat pemasangan. Tabel menunjukkan data pembangunan PLTMH setiap kabupaten di Provinsi NAD. Tabel Data pembangunan PLTMHdi Provinsi NAD PLTMH Daya No. Kabupaten Jumlah Terpasang (unit) (kw) Aceh Besar 4 2 Pidie Jaya 56 3 Aceh Tengah 4 252 4 Gayo Lues 6 34

Universitas Diponegoro, Semarang -2 Agustus 29 5 Aceh Tenggara 4 289 6 Nagan Raya 3 36 7 Subulussalam 5 8 Aceh Timur 2 4 9 Aceh Tamiang 4 Jumlah 23 2998 Sumber: BRR NAD-Nias; Distamben Prov. NAD; Bappeda Prov. NAD, 28 (diolah) 2. Survei Potensi Untuk menyediakan informasi yang memadai, survei potensi dilakukan meliputi: survei non-teknis, dan survei teknis. Survei non-teknis meliputi Gambaran umum wilayah Gambaran penyediaan dan penggunaan energi Gambaran kondisi sosial demografi. Penjajakan teknis dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran potensi sumberdaya untuk pembangunan PLTMH di suatu wilayah yang meliputi: informasi lengkap tentang potensi sumber daya air untuk PLTMH, besaran potensi yang dapat dimanfaatkan dan bagaimana sistem PLTMH akan dibangun, dan informasi lengkap tentang besarnya kebutuhan energi listrik masyarakat dan pola penggunaannya, kondisi elektrifikasi saat ini dan penggunaan sumber energi lainnya, serta potensi sumberdaya lokal yang dapat mendukung pembangunan PLTMH dan pemanfaatannya. Informasi-informasi teknis yang diperoleh pada survei potensi meliputi: debit aliran air sungai atau saluran irigasi yang menjadi penyedia sumberdaya air untuk PLTMH, debit air dapat tersedia sepanjang tahun, data head yang dapat diperoleh, estimasi total daya terbangkit, estimasi panjang jaringan transmisi dan distribusi yang diperlukan, estimasi jarak dari power house ke pusat beban, Daya yang mampu dibangkitkan oleh turbin dapat ditentukan melalui : P = γ. Q. H.e o () Dimana: P = Daya dalam (kw), γ = Berat jenis fluida (9,8 kn/m 3 ). H = Head (m), Q = Debit air (m 3 /s), e o = Efisiensi total (,6 ~,8) Analisa Internal Rate of Return adalah analisa untuk mengetahui nilai pengembalian yang akan diterima oleh perusahaan akibat melakukan investasi. Prinsip dari konsep Internal Rate of Return adalah bagaimana menentukan discount rate yang dapat mempersamakan present value of proceeds dengan outlay. Berarti IRR merupakan tingkat suku bunga pada suatu keadaan dimana pengeluaran sama dengan penghasilan. Dengan kata lain nilai NPV sama dengan nol. Jika nilai IRR lebih besar atau sama dengan nilai bunga yang ditentukan maka proyek ini layak diinvestasi. Untuk menentukan nilai IRR digunakan dengan cara trial and error. Jika NPV yang didapat positif nilai IRR yang dicoba harus lebih tinggi sebaliknya jika NPV yang didapat negatif nilai IRR yang dicoba harus lebih rendah. Formula untuk IRR dirumuskan sebagai berikut:

Universitas Diponegoro, Semarang -2 Agustus 29 (2) Dimana : i adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV dan i 2 : adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2. 3. Hasil Dan Pembahasan Kriteria yang digunakan dalam menentukan desa belum berlistrik adalah berdasarkan ketidak tersediaan energi listrik PLN atau energi listrik yang dikelola oleh masyarakat (misal PLTM/PLTMH). Apabila suatu desa telah memiliki listrik tetapi bukan dari jaringan PLN atau PLTM/PLTMH, misal: generator listrik milik desa atau perorangan, pembangkit listrik tenaga surya, maka desa tersebut dikategorikan desa belum berlistrik. Sedangkan apabila suatu desa telah tersedia energi listrik PLN atau swasta tetapi terdapat dusun dalam desa tersebut yang belum terlayani, dan tidak semua rumah dalam desa tersebut terlayani listrik, maka desa tersebut dikategorikan desa telah terlistriki. Berdasarkan kriteria desa belum berlistrik, telah dilakukan pengumpulan data sekunder dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi NAD yang dilaksanakan pada bulan April 28. Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk mengidentifikasi desa-desa yang belum terlistriki dan potensi yang dimilikii oleh masing-masing kabupaten/kota berdasarkan data yang tersedia di berbagai instansi pemerintah terkait seperti Bappeda, Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kantor BPS, baik pada tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota, dan Kantor PLN wilayah, cabang dan ranting. Survei potensi energi dalam studi ini dilakukan terhadap 5 kabupaten/kota. Proses pengumpulan data dilakukan berjenjang mulai tingkat kabupaten/kota, kecamatan sampai tingkat desa dengan asumsi kemungkinan terjadi perubahan jumlah desa belum terlistriki berdasarkan temuan lapangan. Hasil pengumpulan data menghasilkan jumlah desa belum berlistrik sebanyak 95 desa yang terdistribusi dalam 5 kabupaten/kota sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah desa belum berlistrik dan rasio desa berlistik di Provinsi NAD No. Kabupaten/Kota Jumlah Jumlah tidak terlistriki Rasio berlistrik Aceh Besar 64 4 99.34 2 Bireuen 576 2 99.65 3 Bener Meriah 232 25 89.22 4 Aceh Tengah 268 95.9 5 Gayo Lues 44 9 86.8 6 Aceh Tenggara 378 6 95.77 7 Aceh Jaya 72 24 86.5 8 Aceh Barat 32 6 95.2 9 Nagan Raya 224 3 94.2 Aceh Selatan 247 7 97.7

Universitas Diponegoro, Semarang -2 Agustus 29 Subulussalam 74 86.49 2 Aceh Singkil 89 9 95.24 3 Aceh Utara 852 8 99.6 4 Aceh Timur 52 7 98.63 5 Simeulue 38 24 82.6 Total 95 - Sumber: Hasil Studi (diolah) Kelayakan pengembangan potensi energi dalam studi ini ditentukan berdasarkan nilai selisih antara ketersediaan dan kebutuhan energi dan jumlah kepala keluarga (KK). Apabila selisih ketersediaan dan kebutuhan energi bernilai positif, ini artinya potensi energi yang ada diperkirakan mampu untuk memenuhi kebutuhan minimum energi listrik di wilyah tersebut, sehingga dilanjutkan dengan analisis pra-kelayakan pengembangan pembangkit listrik. Dari 95 desa yang belum terlistriki (dalam 5 kabupaten/kota), setelah dilakukan pengolahan data besaran energi yang dapat dibangkitkan, didapatkan sebanyak 22 desa (dalam 9 kabupaten/kota) yang mempunyai potensi energi air yang layak dikembangkan untuk pembangunan PLTMH. Untuk lebih jelasnya rekapitulasi hasil analisis pemanfaatan potensi energi air untuk pembangkit listrik ditampilkan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil perhitungan potensi energi air No Kabupaten Potensi Energi Air (Watt) Jumlah KK Daya Tersedia ( Watt) Aceh Jaya 2. 87 7.4 2 Aceh Barat 245. 27 4.4 3 Nagan Raya 33.364 26 52. 4 Aceh Selatan 34. 56 3.2 5 Subulussalam 2.5 696 39.2 6 Singkil 2.5 24 4.8 7 Bireuen 5.33 32 26.4 8 Gayo Luwes 257.24 453 9.6 9 Aceh Timur 377. 24 48.2 Sumber: Hasil Studi (diolah)

Universitas Diponegoro, Semarang -2 Agustus 29 Tabel 4. Rekapitulasi hasil analisis kelayakan ekenomi Variabe l Kelayak an Eonomi N o Kabup aten Nagan Raya Daya Terba ngkit (Watt) Mareu 35. 2 3 Jaya Gle Putoh 2. Gampong Aceh Baroh 56. 4 Alue Meuraksa 2. 5 6. Gleng Aceh 6 Barat Ramiti 42.5 Tuwi 7 Meuluson g 32.5 8 9 Aceh Selatan Subulus salam 2 3 4 Gayo Lues 5 Karian Blang Leangmah 87.5 Si Urai- Urai 5. Alue Keujreun 96. Bukit Alim 8. Darul Makmur 6. Cot Meugoe 76. Uring 256. Persada 46.85 Tongra IR R (% ) 7. 5. 2 5.5 74 7.2 6.3 8 6.3 6 6.5 44 6.8 26 8. 73 5.6 3 6. 86 5.6 5 5.5 5 8.3 5 7. 33 B C R,9. 3. 48.9 24.4 27.4 4.5 2.6 6 3. 37. 55.3 6. 6. 37 3.5 5.7 98

Universitas Diponegoro, Semarang -2 Agustus 29 6 7 8 9 2 Aceh Timur Kute 7..8 Lengat 44.32 9 49 Sepakat Meloak 24. 7..8 Aih Ilang 24 5 Seulemak 7..8 22. 63 Rampah 28. 6.7.5 5 94 Mesir 5.3. 75. 94 95 Sumber: Hasil Studi (diolah) Kelayakan ekonomi pembangunan pembangkit listrik dalam studi ini ditentukan berdasarkan nilai BCR (benefit cost ratio), IRR (internal rate of returni) dan NPV (net present value). Diperoleh bahwa dari 22 desa yang mempunyai potensi energi air yang layak dikembangkan, terdapat 2 desa yang layak secara ekonomi untuk dikembangkan dibangun PLTMH yang tersebar di 8 kabupaten/kota. Untuk lebih jelasnya rekapitulasi hasil analisa kelayakan bidang ekonomi studi pendahuluan pengembangan pembangkit listrik untuk ketiga jenis energi ditampilkan pada Tabel 4. Kesimpulan. Berdasarkan hasil survei memperlihatkan bahwa potensi sumber energi terbarukan terdapat pada semua desa belum berlistrik dengan potensi dan jenis energi yang bervariasi. -desa yang terletak di kawasan pegunungan atau dekat dengan aliran sungai memiliki potensi energi mikro hidro. Sebanyak 73 desa memperlihatkan adanya potensi mikro hidro yang potensial untuk dikelola menjadi energi listrik, memiliki debit air dan head yang cukup. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data besaran energi yang dapat dibangkitkan, didapatkan sebanyak 22 desa yang mempunyai potensi energi air yang layak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik didesa tersebut. Dari hasil analisis secara ekonomi hanya 2 desa yang layak untuk dikembangkan. Daftar Pustaka Kebijakan Energi Nasional 23-22, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, 24 Februari 24. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 25 225, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, 25. Kajian Kebutuhan dan Penyediaan Energi di Indonesia Tahun 22, Kementerian Negara Riset dan Teknologi - Komite Nasional Indonesia - World Energy Council (KNI-WEC), Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional IPTEK 25-29, Kementerian Negara Riset dan Teknologi Visi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 225,