SISTEM OPTIK INTERFEROMETER MICHELSON MENGGUNAKAN DUA SUMBER LASER UNTUK MEMPEROLEH POLA FRINJI. Yayuk Widamarti*, Minarni, Maksi Ginting

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG BANGUN SISTEM DETEKSI POLA FRINJI UNTUK INTERFEROMETER MICHELSON

PENGUKURAN NILAI PANJANG KOHERENSI DUA SUMBER LASER MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON

Keywords : Optical flat, Fringe pattern, beam splitter, contack methode, interferometer Michelson methode.

ANALISA PENGGUNAAN LENSA SILINDER UNTUK MENGUBAH BENTUK BERKAS LASER DIODA MENJADI BENTUK GARIS

ANALISA POINTING STABILITY SINAR LASER MENGGUNAKAN QUADRANT PHOTODIODE (QPD)

Comercial lamp, Michelson interferometer, prism spectroscope, color spectrum, coherence

Pengukuran Panjang Koherensi Menggunakan Interferometer Michelson

ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA

Interferometer Michelson

MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No.02,juli 2015

Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya

INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson

Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda Mengunakan Kisi Difraksi Refleksi dan Transmisi

Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda Menggunakan Kisi Difraksi Refleksi dan Transmisi

Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Michelson

PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN

Review Studi Difraksi Fresnel Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran

PENGUKURAN INDEKS BIAS ALKOHOL DENGAN MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson

BAB 3 RANCANG BANGUN EKSPERIMEN SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC

DIFRAKSI FRAUNHOFER CELAH TUNGGAL DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN LENSA POSITIF SEBAGAI PEMFOKUS

ANALISA PEREKAMAN DAN REKONSTRUKSI HOLOGRAFI DIGITAL MIKROSKOPIK PADA KACA PREPARAT MENGGUNAKAN METODE IN-LINE. Mahasiswa Jurusan Fisika 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.

INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK

Rancang Bangun Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk Penentuan Kualitas Susu Sapi

KOREKSI BENTUK BERKAS CAHAYA LASER DIODA MENGGUNAKAN LENSA SILINDER Ahmad Fauzi*, Minarni

Guntur Maruto, Kusminarto, Arief Hermanto dan Pekik Nurwantoro

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Dengan Menggunakan Interferometer Michelson

Abstrak. Kata kunci: NiraTebu, Sukrosa, Indeks bias, Interferometer Michelson

UJI KESEMPURNAAN LENSA BERDASARKAN SIFAT ABERASI LENSA MENGGUNAKAN METODE INTERFEROMETER TWYMAN-GREEN Oleh Indah Warni J2D002202

MENENTUKAN KOEFISIEN EKSPANSI LINIER BATANG KUNINGAN DENGAN TEKNIK ESPI (ELECTRONIC SPECKLE PATTERN INTERFEROMETRY) ABSTRACT

Sistem Interferometer Michelson untuk Mengukur Regangan pada Mesin Uji Tarik

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

PENGARUH KENAIKAN FREKUENSI GETARAN AKUSTIK TERHADAP JUMLAH PERGESERAN FRINJI PADA INTERFEROMETER MICHELSON

RANCANG BANGUN SISTEM DETEKSI FLUORESENSI KLOROFIL DAUN BAYAM BERBASIS FOTODIODA. Muhammad Zaini Afdlan*, Minarni, Zulkarnain

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

SISTEM PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG LASER 633 nm DI PUSLIT KIM LIPI

Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran

Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya Berdasarkan Pola Interferensi Celah Banyak

RANCANG BANGUN PENGATUR ARUS UNTUK TIGA PANJANG GELOMBANG LASER DIODA YANG BERBEDA. Mahasiswa Program S1Fisika. Dosen Jurusan Fisika

ANALISIS INTERFERENSI CAHAYA LASER TERHAMBUR MENGGUNAKAN CERMIN DATAR BERDEBU UNTUK MENENTUKAN INDEKS BIAS KACA

Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk Menentukan Indeks Bias Bahan Transparan Berbasis Image Processing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan prinsip dari interferometer Michelson sudah banyak dijumpai.

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.

MENENTUKAN KOEFISIEN EKSPANSI LINIER MATERIALKUNINGAN DENGAN TEKNIK ESPI

METODA PENYARING RUANG SEDERHANA PADA INTERFEROMETER MICHELSON

BAB III METODE PENELITIAN

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Berkala Fisika ISSN : Vol. 7, No. 3, Juli 2004, hal 91-96

LAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012.

PENENTUAN TEBAL BAHAN TRANSPARAN

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang

Rancang Bangun Pengatur Cermin Sebagai Komponen Gerak Interferometer Pada Spektroskopi FTIR

Halaman (2)

Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2017 E-ISSN: / P-ISSN

Penentuan Nilai Koefisien Linear Magneto Optik Bahan Transparan Menggunakan Interferometer Michelson

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED

Disusun Oleh: Achmad Yulianto Dosen Pembimbing Agus Muhamad Hatta, ST, M.Si,PhD NIP

PEMBUATAN HOLOGRAM TRANSMISI

Oleh : Rionda Bramanta Kuntaraco NRP Pembimbing : Dr. Bambang Widiyatmoko M.Eng dan Dr. Ir. Sekartedjo M.Sc

Antiremed Kelas 12 Fisika

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi

PENENTUAN TEBAL BAHAN TRANSPARAN (ZnO) MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 )

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

INTERFEROMETER MACH ZEHNDER SEBAGAI SENSOR SERAT OPTIK

EVALUASI PERUBAHAN POLA SPEKEL TERHADAP PERGESERAN SUDUT POLARIZER MENGGUNAKAN METODE ELECTRONICA SPECKLE PATTERN INTERFEROMETRY (ESPI)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

Penentuan Faktor Intensitas Tegangan Dengan Metode Kaustik Determination of Stress Intensity Factor Using Caustic Method

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian aplikasi multimode

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

for CD-R/DVD - R/RW/RAM

Pengukuran Kualitas Madu Bunga Berdasarkan Konstanta Efek Kerr yang Diukur Menggunakan Interferometer Michelson

PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4

BAB III METODE PENELITIAN

AUTOMATISASI KALIBRASI SENSOR SUHU PTC DAN NTC MEMPERGUNAKAN SUMBER TEGANGAN TERPROGRAM DAC7611

Eksperimen Michelson Morley pada Media Non-vakum Rira Nurmaida dan Nuri Trianti Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB

Abstrak. Kata kunci : sukrosa, gula, nira, tebu, sudut polariser

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

PENGEMBANGAN SISTEM MEKANIK PADA SPEKTROMETER UNTUK MENGUKUR SPEKTRUM CAHAYA SUMBER

Pengaruh Kadar Gula Dalam Darah Manusia Terhadap Sudut Putar Sumbu Polarisasi Menggunakan Alat Polarmeter Non-Invasive

ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING

PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah.

RANCANG BANGUN LASER UNTUK PEMBELAJARAN OPTIKA DALAM MENENTUKAN INDEKS BIAS DAN DIFRAKSI KISI. Puji Hariati Winingsih

Efek Magnetooptis Pada Lapisan AgBr Terekspos

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ANALISA PENGARUH SUDUT PENYINARAN TERHADAP GRAY VALUE PADA POLA SPEKEL BUAH APEL MENGGUNAKAN METODE LASER SPECKLE IMAGING. Mahasiswa Jurusan Fisika

Transkripsi:

SISTEM OPTIK INTERFEROMETER MICHELSON MENGGUNAKAN DUA SUMBER LASER UNTUK MEMPEROLEH POLA FRINJI Yayuk Widamarti*, Minarni, Maksi Ginting Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina widya Pekanbaru, 28293, Indonesia *yayuk.widamarti@gmail.com ABSTRACT Wavemeter could be built using an interferometer with two laser sources. In this study, Michelson interferometer was built using two lasers which were He-Ne laser and diode laser. Characteristics of its fringe pattern were analyzed based on the laser power and beam size. The results showed that fringe pattern for laser He-Ne was obtained at arm length 12.5 cm x 12.5 cm with the beam height from optical table of 11.7 cm. He-Ne laser used was 632.8 nm in wavelength with the 5 mw power made by Meredith instrument. The diode laser had wavelength 650 nm with the power of 5 mw made by Roithner. The output of He-Ne laser from the interferometer system had 0.3 mw, diode laser by 0.5 mw. The best fringe pattern for both lasers was with visibilities ranged from 0.63 and 0.098, and beam width of each laser of 4.11 mm for He-Ne laser and 4.30 mm x 4.26 mm for diode laser. Keywords: Michelson interferometer, diode laser, fringe pattern. ABSTRAK Wavemeter dapat dibangun menggunakan sebuah interferometer dengan dua sumber laser. Dalam penelitian ini sistem interferometer Michelson dengan dua sumber laser dibangun, yaitu menggunakan laser He-Ne dan laser dioda. Karakteristik pola frinji dianalisa dengan mengukur daya laser dan lebar berkas laser, dimana pola frinji dari laser He-Ne diperoleh dengan panjang lengan 12,5 cm x 12,5 cm dengan tinggi berkas dari meja optik 11,7 cm. Laser He-Ne yang digunakan dengan panjang gelombang 632,8 nm dengan daya 5mW merk Meredith instrument dan laser dioda mempunyai panjang gelombang 650 nm dengan daya 5 mw merk Roithner, diperoleh keluaran laser He-Ne dari sistem interferometer sebesar 0,3 mw, laser dioda sebesar 0,5 mw. Pola frinji yang paling baik untuk kedua laser diperoleh dengan visibilitas rata-rata 0,63 dan 0,098, dengan lebar berkas masing masing laser 4,11 mm untuk laser He-Ne dan 4,30 mm x 4,24 mm untuk laser dioda. Kata kunci: interferometer Michelson, laser dioda, pola frinji PENDAHULUAN Laser adalah sumber cahaya yang monokromatik dan koheren. Sumber cahaya monokromatik dan koheren sangat penting dalam berbagai bidang ilmu terutama fisika atom dan optik. Saat ini, laser dengan panjang gelombang yang dapat diubah-ubah (tunable) juga tersedia seperti laser dye (cat) dan laser dioda. Laser ini tersedia secara komersial dengan panjang JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 211

gelombang yang diinginkan, dengan harga relatif murah, namun informasi tentang panjang gelombang yang sebenarnya sangat diperlukan karena panjang gelombang atau frekuensi dari sumber laser dye (cat), maupun laser dioda yang tunable bisa saja berubah atau tidak akurat karena pengaruh perubahan suhu, getaran dan arus injeksinya (Banerjee et al, 2001). Panjang gelombang merupakan besaran yang paling penting untuk sebuah laser jika digunakan untuk berbagai aplikasi terutama dalam bidang spektroskopi dan interferometer yang mana informasi tentang panjang gelombang yang sebenarnya diperlukan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang laser disebut wavemeter. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang laser disebut wavemeter. Wavemeter dapat dibangun menggunakan sebuah interferometer. Penelitian tentang pembuatan wavemeter telah banyak dilakukan menggunakan interferometer yang berbeda-beda antara lain menggunakan interferometer Mach Zhender, Twyman Green Interferometer (Hariharan, 1985), interferometer Fabry Perot (Satoto et al, 2007), interferometer Michelson (Banerjee et al, 2001; Fox et al, 1999; Digangi, 2006). Perbedaan dari masingmasing interferometer ini terletak pada jumlah cermin yang digunakan, orientasi dari berkas-berkas cahaya yang berinterferensi dan banyaknya keluaran pada detektor. Pengukuran panjang gelombang menggunakan metode interferometer Michelson telah banyak dilakukan yaitu menggunakan sebuah laser yang panjang gelombangnya akan diukur. Pengukuran panjang gelombang sebuah laser juga dapat dilakukan menggunakan perbandingan antara dua cahaya laser yaitu dengan membandingkan panjang gelombang laser referensi dengan panjang gelombang laser yang belum diketahui, panjang gelombang yang belum diketahui tersebut dapat di tentukan. Pada penelitian ini, sistem optik interferometer Michelson dibangun sebagai salah satu bagian dari sebuah sistem pengukur panjang gelombang cahaya laser yang disebut wavemeter dalam daerah cahaya tampak dan inframerah. Sistem ini terdiri dari sebuah laser He-Ne, komponen optik dari sistem seperti cermin, lensa, beam splitter (pembagi sinar), pemegang cermin, prisma, lensa dan detektor optik. Agar sistem dapat beroperasi dengan baik, karakteristik berkas laser dan pola frinji yang dihasilkan perlu diketahui. pada penelitian ini lebar berkas laser dan pola frinji yang dihasilkan dianalisa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan laser He-Ne 632,8 nm dengan daya 5 mw, merk Meredith instrument, sumber laser kedua menggunakan laser dioda 638 nm berdaya 5 mw, merk Roithner Inc. Sebelum merangkai sistem interferometer, terlebih dahulu mengkarakterisasi dua sumber laser dengan mengukur lebar berkas menggunakan kamera CCD dan powermeter. Melakukan pengujian koherensi kedua laser menggunakan interferometer biasa merk Pasco. JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 212

Gambar 1. Skema sistem rangkaian interferometer Michelson dengan dua sumber laser. Penyusunan komponen - komponen optik untuk interferometer Michelson dengan dua sumber laser pada Gambar 1. Susunan alat pada rangkaian penelitian ini diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil pola frinji yang kontras dan untuk mengatur tinggi cahaya laser sepanjang lintasan menuju kamera CCD. Setelah Interferometer Michelson di set seperti Gambar 1, pola frinji yang dihasilkan oleh dua sumber laser terlebih dahulu dianalisa agar lebih mudah diketahui apakah pola frinji yang dihasilkan berbentuk sama atau berbeda. Beberapa laser juga hanya bisa mendapatkan pola frinji yang berbentuk garis terang gelap saja tidak berbentuk lingkaran frinji yang dihasilkan, selanjutnya akan dianalisa lebar berkas laser, pola frinji, dan visibilitas yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kalibrasi pixel ke mm yang menghasilkan lebar 0,0052 mm/pixel, digunakan untuk menentukan lebar berkas cahaya laser menggunakan kamera CCD. Dari kalibrasi diperoleh lebar berkas awal laser He-Ne sebesar 0,81 mm, dan lebar berkas awal dari laser dioda setelah melewati prisma sebesar 4,30 mm x 4,26 m. Tabel 1. Karakteristik daya cahaya laser pada sistem interferometer No. Titik pengamatan Laser He-Ne Laser Dioda daya (mw) (mw) 1 Keluaran Laser 4,36 4,80 2 Keluaran Laser yang 1,78 1,75 dipantulkan Beam Splitter 3 Keluaran Laser yang 1,75 0,27 diteruskan Beam Splitter 4 Keluaran Laser dari sistem interferometer 0,3 0,5 JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 213

Pengaturan komponen optik interferometer Michelson dengan dua sumber laser pada Gambar 1. menggunakan laser He-Ne merk Meredith Innstrument yang mempunyai panjang gelombang 632,8 nm dan daya 5 mw. Laser dioda yang digunakan adalah laser dioda dengan panjang gelombang dan daya tipikal 650 nm 5 mw merk Roithner. Pada sistem ini, pengaturan jarak lintasan dilakukan dengan meletakkan dua prisma pada posisi yang berbeda, prisma pertama diletakkan pada posisi setelah beam splitter untuk meneruskan sinar yang datang, prisma kedua diletakkan pada posisi setelah beam splitter untuk memantulkan sinar yang datang, kemudian salah satu penyangga diletakkan pada sebuah translation stage yang posisi x dan y nya dapat digeser dalam skala mikrometer. Tabel 2. Visibilitas laser HeNe 632,8 nm merk Meredith Instrument Δl (μm) Δl (mm) Intensitas (Pixel) Visibilitas Imaks Imin 5 0,005 227,6 149,3 0,19 10 0,01 249,2 200,6 0,11 15 0,015 244,3 199,0 0,10 20 0,02 230,3 169,5 0,15 25 0,025 249,5 213,8 0,08 V = 0,63 Tabel 3. Visibilitas laser dioda 650 nm merk Roithner Δl (μm) Δl (mm) Intensitas (Pixel) Visibilitas Imaks Imin 5 0,005 209,0 191,4 0,04 10 0,01 147,9 121,2 0,10 15 0,015 230,3 168,2 0,16 20 0,02 246,9 198 0,11 25 0,025 249,6 211,5 0,08 V = 0,098 JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 214

Gambar 2. Layout komponen optik dengan dua sumber laser Kualitas dan ukuran berkas yang dihasilkan harus kontras dan sejajar, sehingga diperlukan lensa kolimator agar pola frinji yang dihasilkan mempunyai pola gelap dan terang yang tinggi, untuk laser He- Ne kolimator yang digunakan terdiri dari dua lensa konveks dengan panjang fokus masing -masing 100 mm dan 30 mm sehingga diperoleh pembesaran 3,33 kali, agar frinji yang diperoleh hampir sama besar dengan laser dioda. Pengaturan kedua berkas yang baik akan menghasilkan dua berkas keluar dari sistem optik sejajar dan sama tinggi. Pengaturan sinar agar mengenai prisma corner cube dengan tetap menjaga agar kedua sinar sejajar dan sama tinggi cukup sulit. Pola frinji yang dihasilkan oleh laser He-Ne hampir sama besar dengan dioda. Daya keluaran yang dihasilkan He-Ne sebesar 0,3 mw, daya keluaran yang dihasilkan oleh laser dioda sebesar 0,5 mw. Prisma menyerap cahaya laser cukup signifikan sehingga daya yang keluar dari sistem berkurang drastis, ini karena kualitas prisma tersebut, tetapi tanpa prisma, laser He-Ne menghasilkan pola frinji yang lebih simetris dan kontras, ini karena kualitas berkas yang lebih baik. Gambar 3. Dua pola frinji yang berasal dari laser He-Ne (atas) dan laser dioda (bawah) pada sistem interferometer. KESIMPULAN Sistem optik interferometer Michelson yang telah dibangun memiliki tinggi berkas 11,7 cm, pola frinji dari laser He-Ne kurang kontras frinji terang dan gelap yang dihasilkan dan pola frinji dari laser dioda belum bagus frinji yang dihasilkan, hal ini terutama banyak sekali penyerapan di corner cube karena kualitas corner cube tersebut, serta berhimpitnya kedua sumber JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 215

laser yaitu pada saat laser dioda masuk dengan berkas laser He-Ne yang keluar dari beam splitter dan corner cube. Penurunan nilai visibilitas sebanding dengan besarnya perubahan posisi maksimum pola frinji yang dihasilkan oleh laser HeNe dan laser dioda. Nilai visibilitas ratarata untuk masing-masing laser yaitu laser HeNe merk Meredith Instrument sebesar 0,63 dan laser dioda 650 nm merk Roithner sebesar 0,098, dengan lebar berkas masing masing laser 4,11 mm untuk laser He-Ne dan 4,30 mm x 4,24 mm untuk laser dioda. Satoto, D., Sugito, H., dan Firdausi, K. S., 2007, Studi Interferometer Fabry Perot untuk pengukuran panjang gelombang cahaya. Berkala Fisika 10:4:179-181. DAFTAR PUSTAKA Banerjee, A., Rapol, D. U., Wasan, A., Natarajan, V, 2001, High-accuracy wavemeter based on a stabilized diode laser. Department of Physics, Indian Institute of Science, Bangalore 560 012, India. Digangi, J. P., 2006, Inexpensive Interferometric Wavemeter for Visible/NIR lasers and rovibronic spectrum of the A-X-2-1 Band of N 2 + Utilizing Cavity Ringdown Spectroscopy, Thesis for Degree of Bachelor of Science in Chemistry of IIIinous. Fox, P. J., et al. 1999, Realiable, compact and low cost Michelsonwave meter for laser wavelength measurement, Am. J. Phys. 67, 624-630. Hariharan, P., 1992, Basics of Interferometry, Academic Press, San Diego. JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 216