4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

dokumen-dokumen yang mirip
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

Telepon: , , Faksimili: ,

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

G. TALANG, SUMATERA BARAT

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

BAB III METODA PENELITIAN

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da

Pertumbuhan Retakan Pada Peningkatan Aktivitas Gunung Egon, Nusa Tenggara Timur Periode Desember 2015 Januari 2016

.4. G. LOKON, Sulawesi Utara

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

TUGAS MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNG API. Virgian Rahmanda

BADAN GEOLOGI - ESDM

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

Transkripsi:

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur G. Egon, NTT KETERANGAN UMUM Nama Lain : Namang Kawah : Kawah di bagian puncaknya, berukuran 525 m x 425 m, dengan kedalaman antara 47,5 m - 195 m, tebing yang tinggi terletak di bagian utara, sedangkan yang terendah di bagian barat. Tipe Gunungapi : Tipe A, Strato Lokasi Geografi : 8 40" Lintang Selatan dan 122 27' Bujur Timur Lokasi Administratif : Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur Ketinggian : 1703 m dpl Kota Terdekat : Maumere Pos Pengamatan : Desa Nangatobong, Kec. Waigete, Kab. Sikka 86183 ( 08 o 36 50,36 LS, 122 o 26 30,40 BT, Tinggi 75 m dpl) PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Dapat dicapai dari Pos Pengamatan G. Egon yang berada di desa Nangatobong, Kecamatan Waigete dengan menggunakan kendaraan bermotor menuju daerah Andalan di Desa Bridit. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati jalan setapak menuju puncak dengan lama perjalanan lebih kurang 3 jam. 1

G. Egon Peta Lokasi G. Egon Inventarisasi Sumber Daya Gunungapi Sumber daya gunungapi nampak pada penyulingan uap panas bumi secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan air minum yang berlokasi di Desa Kosokaja, Rokirole, Nitunglea Kecamatan Palue. Wisata G. Egon telah menjadi tujuan wisata Landscape (Eko-Wisata) yang ditawarkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sika selain Gunungapi Kimangbuleng. SEJARAH LETUSAN Menurut Sapper (1927) antara 1888 1891 dan pada 1892 terlihat adanya asap di puncak. Kemudian Newman van Padang (1951), mencatat 2 (dua) kali peningkatan kegiatan vulkanik yaitu pada tanggal 28 September 1907 terjadi erupsi di kawah pusat dan pada tahun 1925 terjadi semburan solfatara di kawah puncak bagian barat. Setelah 79 tahun tidak pernah menunjukkan peningkatan kegiatan vulkaniknya, maka pada awal tahun 2004 Gunungapi Egon kembali meletus. Karakter erupsi G. Egon dilihat dari sejarah erupsinya adalah eksplosif yang berlangsung lebih dari satu kali dalam satu periode erupsi dengan material erupsi berupa abu, lapili, dan bom vulkanik. 2

WAKTU KETERANGAN 28 Januari 2004 Kegiatan erupsi diawali oleh erupsi abu terjadi pada pukul 22:00 WITA. Kolom abu erupsi berwarna hitam mencapai ketinggian hingga 5000 meter diatas puncak. Abu erupsi jatuh ke arah selatan dan tenggara G. Egon sejauh 7 km. Ketebalan abu di puncak mencapai 20-80 cm dan pada radius 7 km dari puncak ketebalannya kurang dari 1 mm. 29 Januari 2004 Erupsi susulan disertai suara gemuruh berlangsung sebanyak 2 kali. 31 Januari 2004 Kembali terdengar suara gemuruh pada malam hari. 03 Juli 2004 Erupsi yang disertai suara gemuruh kuat terjadi pada pukul 19:30 WITA didahului oleh kemunculan gempa vulkanik pada bulan Juni 2004 rata-rata 1 kali VA setiap hari. Gempa-gempa ini direkam oleh siesmograf HOSAKA sistem kabel yang mempunyai pembesaran sekitar 1000-4000 kali. Seismometer dipasang di Pos PGA yang berjarak sekitar 7 km dari puncak. 25 Juli 2004 Erupsi bersifat eksplosif terjadi pada pukul pada pukul 22:00 WITA. Kolom abu erupsi berwarna hitam mencapai ketinggian hingga 1000-1500 meter diatas puncak. Abu erupsi jatuh ke arah barat laut dan utara G. Egon sejauh 8 km. Erupsi disertai suara gemuruh kuat terdengar sampai ke Desa Nangatobong yang berjarak sekitar 7 km dari puncak. Gempa erupsi yang terekam mempunyai amplituda maksimum 35 mm, lama gempa sekitar 30 menit. 02 September 2004 Erupsi abu terjadi pada pukul 17:59 WITA. Kolom abu erupsi mencapai ketinggian hingga 1000 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat dan baratdaya G. Egon. 04 September 2004 Erupsi abu terjadi pada pukul 12:01 WITA. Kolom abu erupsi mencapai ketinggian hingga 2500 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat dan baratdaya G. Egon. 06 September 2004 Erupsi abu terjadi pada pukul 20:59 WITA. Kolom abu erupsi mencapai ketinggian hingga 1000 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat, selatan, dan timur G. Egon. Endapan abu erupsi di Pos PGA mencapai ketebalan 0,5 mm 09 September 2004 Erupsi berlangsung dari pukul 18:00-18:30 WITA. Kolom abu erupsi berwarna kelabu sangat tebal bergumpal-gumpal mencapai ketinggian hingga 5000 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah utara, barat, baratlaut, dan selatan G. Egon. Erupsi disertai gemuruh yang menggetarkan kaca jendela rumah-rumah penduduk yang berada pada radius sekitar 30 km dari pusat erupsi. Material erupsi berukuran lapili dan bom tampak jatuh di sekitar puncak yang mengakibatkan kebakaran hutan di lereng bagian barat. Hujan abu mencapai jarak sekitar 70 km ke arah barat termasuk Kota Maumere dan sekitarnya. 3

10 September 2004 Erupsi terjadi 2 (dua) kali pada pukul 15:54 WITA dan pukul 16:17 WITA. Kolom abu erupsi berwarna putih kelabu tebal mencapai ketinggian masingmasing hingga sekitar 3000 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah utara dan baratdaya G. Egon. Erupsi ini tidak terdengar suara dentuman. 11 September 2004 Erupsi terjadi pada pukul 12:25 WITA. Kolom abu erupsi berwarna putih kelabu mencapai ketinggian sekitar 2000 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat dan baratlaut G. Egon. Erupsi ini disertai suara gemuruh dan dentuman yang terdengar hingga jarak 5 km. 12 September 2004 Erupsi terjadi mulai pukul 08:05-08:20 WITA. Kolom abu erupsi berwarna putih kelabu mencapai ketinggian sekitar 2000 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat dan utara G. Egon. Erupsi ini disertai suara gemuruh dan dentuman yang terdengar hingga jarak 4 km. Abu erupsi sampai ke Kota Maumere. 11 September 2004 Erupsi terjadi mulai pukul 12:21-13:05 WITA. Kolom abu erupsi berwarna putih kelabu mencapai ketinggian sekitar 2500 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat dan baratlaut G. Egon. Erupsi ini disertai suara dentuman yang terdengar hingga ke Pos PGA. Dampak dari erupsi sepanjang bulan September ini menyebabkan bandar udara Wai Oti, Maumere ditutup selama 1 minggu, akibat dari landasan bandara tertutup abu yang tebal. 06 Februari 2005 Erupsi terjadi mulai pukul 01:03:07 WITA. Kolom abu erupsi berwarna hitam kelabu mencapai ketinggian sekitar 1000 meter diatas puncak. Erupsi ini disertai suara gemuruh yang keras terdengar di Pos PGA. Material erupsi berupa abu, lapili, dan bom-bom vulkanik. Abu dan lapili jatuh menyebar di lereng selatan di Desa Hale dan Desa Hebing. Bom vulkanik terlihat pada malam hari sebagai lontaran material pijar yang jatuh di sekitar puncak. Amplitudo gempa erupsi 30 mm dan lama gempa sekitar 945 detik. 07 Februari 2005 Erupsi terjadi mulai pukul 13:20:20 WITA. Kolom abu erupsi tidak teramati karena tertutup kabut. Erupsi ini disertai suara gemuruh sedang. Gas belerang tercium sangat tajam di lereng selatan gunungapi Egon (Desa Hale dan Desa Hebing). Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng selatan. Amplitudo gempa erupsi 30 mm dan lama gempa sekitar 557 detik. 11 Februari 2005 Erupsi terjadi mulai pukul 22:14:58 WITA. Kolom abu erupsi hitam tebal mengepul kuat mencapai ketinggian hingga sekitar 1000 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras Material erupsi berupa abu, lapili, dan bom-bom vulkanik. Abu dan lapili jatuh menyebar di lereng selatan di Desa Hale, Desa Hebing, dan Desa Natakoli. Bom vulkanik terlihat pada malam hari sebagai lontaran material pijar yang jatuh di sekitar puncak. Amplitudo gempa erupsi 31 mm dan lama gempa sekitar 1200 detik. 13 Februari 2005 Erupsi terjadi mulai pukul 07:19:48 WITA. Kolo abu erupsi putih tebal keabuan mengepul kuat mencapai ketinggian hingga sekitar 1000 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras. Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng utara di Desa Egon dan Desa Nangatobong. Amplitudo gempa erupsi 30 mm dan lama gempa sekitar 960 detik. 17 Februari 2005 Erupsi terjadi pukul 18:32:50 WITA. Kolom abu erupsi tidak teramati karena tertutup kabut. Erupsi ini disertai suara gemuruh sedang. Amplitudo gempa erupsi 30 mm dan lama gempa sekitar 345 detik. 4

15 April 2008 Terjadi erupsi mulai pukul 22:15 WITA. Kolom abu erupsi putih tebal keabuan mengepul kuat mencapai ketinggian hingga sekitar 4000 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras. Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng barat, baratlaut dan baratdaya di Desa Blidit, Desa Egon, Desa Egon Gahar dan Desa Nangatobong. 20 April 2008 Terjadi erupsi mulai pukul 07:50 WITA. Kolom abu erupsi putih tebal keabuan mengepul kuat mencapai ketinggian hingga sekitar 2000 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras. Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng timur dan utara di Desa Blidit, Desa Egon, dan Desa Nangatobong. 24 April 2008 Terjadi erupsi mulai pukul 06:21 WITA. Kolom abu erupsi putih tebal keabuan mengepul kuat mencapai ketinggian hingga sekitar 800 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras. Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng barat di Desa Blidit. GEOLOGI Erupsi G. Egon 20 April 2008 Morfologi Berdasarkan hasil analisis foto udara maupun peta topografi, morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi beberapa satuan morfologi yaitu : 1. Satuan morfologi perbukitan hasil gunungapi tua; 2. Satuan morfologi tubuh Gunungapi Egon; 3. Satuan morfologi lereng Gunungapi Egon; 4. Satuan morfologi puncak Gunungapi Egon. 5

Morfologi G. Egon (kiri) dan Morfologi Gunungapi Tua (G. Bau dan G. Meak), (kanan) G. Egon tumbuh dalam zona graben. Morfologi graben ini nampak jelas terlihat dari puncak Egon. Dinding-dinding sesar di bagian barat dan timur merupakan batas pemisah antara morfologi tubuh dan lereng G. Egon dengan morfologi perbukitan hasil gunungapi tua. Stratigrafi Stratigrafi G. Egon dan sekitarnya berdasarkan kontak litologi, azas pemotongan batuan dan sumber dari masing-masing produk. Dari tua ke muda dapat dipisahkan menjadi tiga kelompok vulkanik utama (lihat Peta Geologi dalam kantong) yaitu : 1. Endapan Pra Egon 2. Endapan Gunungapi Egon Tua 3. Endapan Gunungapi Egon Muda Struktur Geologi Struktur geologi yang berkembang adalah sesar normal yang berarah baratlaut-tenggara yag membentuk gawir sesar dan ditandai adanya mata air panas di Desa Bridit pada jalur sesar tersebut. Diduga sesar normal tersebut muncul sebelum aktifitas vulkanik G. Egon. Dan setelah kemunculan sesar, produk Egon Tua maupun Egon Muda mengisi graben yang terbentuk di antara dua zona sesar barat dan timur. Diperkirakan sesar-sesar tersebut masih aktif hingga saat ini. Selain kelurusan struktur yang berarah baratdaya-timur laut, juga terdapat kelurusan struktur yang berarah baratlaut-tenggara. 6

Struktur yang berkembang di puncak merupakan struktur lokal yang membentuk depresi lokal di sekitar dinding kawah yang dipengaruhi oleh circular fracture di dinding kawah utama. Selain struktur kawah yang dipengaruhi circular fracture, juga berkembang struktur celah yang berarah barat-timur, diduga struktur celah ini dikontrol oleh adanya struktur patahan yang melewati daerah puncak. GEOFISIKA Seismik Hasil pengamatan seismik G. Egon dalam kurun waktu 2008 sampai 2009 merekam gempa-gempa vulkanik dalam (VA), vulkanik dangkal (VB), tektonik lokal (TL) dan tektonik jauh (TJ). 7

Geomagnet Pengukuran geomagnet G. Egon dilakukan pada wilayah utara-timur-selatan G. Egon. Base Station Geomagnet Egon di halaman samping Pos Pengamatan Gunungapi Egon, pada posisi 125 0 26 30 BT dan 8 0 36 50.4 LS Delineasi posisi anomali pada daerah survey menunjukkan adanya kelurusan anomali magnetik pada arah timurlaut-baratdaya dan arah baratlaut-tenggara. Pada Peta Geologi G. Egon (Kusdaryanto, 1996) terdapat struktur utama yang sangat jelas indikasinya, yaitu: Sesar Way Gete (hampir berarah baratlaut-tenggara). Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis menginterpretasikan bahwa kelurusan anomali magnetik pada deerah survey merupakan kelurusan struktur sesar. Hasil pemodelan serta filter data magnetik residual hasil reduksi ke equator menunjukkan bahwa keberadaan sumber didefleksikan oleh adanya nilai anomali magnetik rendah yang terletak di baratlaut sekitar Puncak G. Egon. MITIGASI BENCANA GEOLOGI Visual Pemantauan visual dilakukan setiap hari terhadap kondisi hembusan asap kawah dan gejala gunungapi lainnya. Seismik Pemantauan kegempaan dilakukan dengan memasang stasiun seismik yang terdiri dari seismometer satu komponen vertikal L4-C dan VCO yang dioperasikan dengan sistem telemetri gelombang radio serta direkam menggunakan recorder PS- 2 yang berada di Pos PGA Egon. Seismometer ini berjarak kurang lebih 4 km dari kawah pada koordinat 08 o 38 44,06 LS, 122 o 26 36,00 BT, tinggi 340 m dpl. Geokimia Kimia Air Analisis kimia dilakukan terhadap mata air panas Blidit yang muncul di lembah di bagian baratlaut dari tubuh G. Egon, yang termasuk ke dalam wilayah Desa Blidit. Mata airpanas ini berada pada posisi geografis S08 o 39 12,4 dan E122 o 26 10,6 pada ketinggian 412 m dpl. 8

Kimia Gas Selain pemantauan mata airpanas, juga dilakukan pengukuran fluks SO 2 dari plume/asap yang keluar dari solfatara. SO 2 adalah gas sulfur utama di dalam asap gunungapi yang diemisikan pada temperatur tinggi. Dalam kaitannya dengan tingkat aktivitas gunungapi, Gas SO 2 sangat penting untuk dimonitor karena merupakan salah satu unsur volatile di dalam magma, yang mana hampir semua gunungapi seringkali dicirikan oleh meningkatnya emisi gas SO 2 pada saat menjelang erupsi. Untuk mengukur dan menentukan jumlah emisi gas SO 2 dilakukan dengan alat DOAS. EDM Deformasi G. Egon diamati menggunakan metoda EDM (Electronic Distance Measurement) Total Station TCR 1203. Alat penembak sinar laser atau gun ditempatkan di stasiun POS (Pos PGA Egon di Desa Nangatobong) pada ketinggian lk 30 m dpl dan reflektor ditempakan di beberapa stasiun titik ukur, yaitu di daerah Blidit Atas EGON1 (E1) pada ketinggian lk. 750 m dpl, di daerah Andalan EGON1A (E1A) pada ketinggian lk. 835 m dpl dan EGON4 (E4) pada ketinggian lk. 370 m dpl arah selatan dari Pos PGA, membentuk arah radial antara Pos PGA dengan puncak G.Egon yang juga dibuat titik ukur (BM PUNCAK), sehingga masing-masing membentuk baseline Pos-E1, Pos-E1A, Pos-E4 dan Pos-Puncak. Pengukuran secara temporer sudah beberapa kali dilakukan, yaitu pada bulan April 2004, Juli 2004, Oktober 2004, Februari 2005, Juni 2005 dan April 2008. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila trjadi erupsi gunungapi. Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini disusun berdasarkan morfologi, tofografi, geologi, sejarah kegiatan masa lalu, sebaran jenis produk erupsi terdahulu serta hasil studi lapangan. Berdasarkan potensi yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, peta 9

kawasan rawan bencana G. Egon dibagi kedalam tiga tingkatan dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III, II, dan I. Kawasan Rawan Bencana III (KRB III) Kawasan Rawan Bencana III, adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, bahan lontaran/guguran batu pijar, dan kemungkinan aliran lava. Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila erupsi di masa mendatang lebih besar dari erupsi di masa silam atau terjadi percampuran magma (magma mixing) sehingga terjadi erupsi hebat yang banyak merubah morfologi G. Egon secara drastis. Kawasan Rawan Bencana III terdiri atas dua bagian, yaitu : Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Massa, dan Kawasan Rawan Bencana Terhadap Bahan Lontaran Batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana II (KRB II) Kawasan Rawan Bencana II terdiri atas dua bagian, yaitu yang berpotensi terlanda: Aliran massa berupa: awan panas, aliran lava dan lahar; dan Lontaran berupa: jatuhan piroklastik lebat dan lontaran batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana I (KRB I) Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir. Selama erupsi membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa abu erupsi dan lontaran batu (pijar). Kawasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Kawasan rawan bencana terhadap lahar/banjir; dan Kawasan rawan bencana terhadap hujan abu tanpa memperhatikan tiupan angin dan kemungkinan terkena lontaran batu (pijar) berukuran < 6 cm. 10

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Egon 11

DAFTAR PUSTAKA Kusdaryanto, Irawan, W., Kriswati, E., Sumayadi. M., 1996, Laporan Pemetaan Geologi G. Egon, Direktorat Vulkanologi. Kusnadi, I., Kusma dan Muarif, 1995, Laporan Pengamatan dan Pemasangan Seismograf G. Egon, Direktorat Vulkanologi. 1996, Laporan Pemetaan Geologi G. Egon, Kab. Sika, Flores, NTT, Direktorat Vulkanologi. Primulyana, S. dkk, 2008, Laporan Pemantauan Gunungapi Egon, Direktorat Vulkanologi. Situs resmi Kab. Sikka Suparman, Y. dkk, 2008, Laporan Penyelidikan Magnetik G. Egon, NTT, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi 12