HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN KONDISI KERJA DENGAN STRES PERAWAT DI RUANG ICU/ICCU RS TK.II PELAMONIA MAKASSAR ABSTRAK ABDUL KADIR Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Stres adalah stimulus atau situasi yang menekan. Jika situasi tersebut merupakan keadaan pekerjaan yang menekan, maka stres terhadap pekerjaan dapat disebabkan oleh dua faktor diantaranya ialah beban kerja dan kondisi kerja. beban kerja secara berlebihan merupakan sumber stres yang paling utama dalam keperawatan, disusul dengan kondisi kerja merupakan stressor penting berikutnya. Tujuan penelitian Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dan stress perawat maupun kondisi kerja dengan stress perawat di Ruang ICU/ICCU RS TK.II Pelamonia Makassar. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study untuk melihat hubungan antara beban kerja dan kondisi kerja dengan stress perawat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang dimana cara pengambilan sampel yaitu dengan cara tehnik Total sampling. Dari hasil penelitian ini yang dilakukan didapatkan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dan dengan stress perawat dengan, X² hitung (6,88) > X² tabel (3,84) atau p (009) < α (α = 0) sedangkan kondisi kerja dengan stress perawat dengan X² hitung (7,340) > X² tabel (3,84) atau p (007) < α (α = 0), sehingga hipotesis diterima. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dan kondisi kerja dengan stress perawat di Ruang ICU/ICCU RS TK.II Pelamonia Makassar dan dari penelitian ini agar pihak rumah sakit dapat memberikan penyuluhan, pendidikan bahkan pelatihan terkait petugas ICU/ICCU. Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Motivasi Melakukan Mobilisasi PENDAHULUAN Stres didefinisikan sebagai respon tubuh yang tidak spesifik terhadap sesuatu tuntutan yang dihadapi (Selye, 00)). Respon stres yang dimaksud dapat berupa respon positif (eustress) misalnya dapat meningkatkan kreativitas dan motivasi kerja seorang perawat dan respon negatif (distres) misalnya dapat menggangu dalam melakukan aktivitas keseharian. Menurut Otong (00), stres adalah stimulus atau situasi yang menekan. Jika situasi tersebut merupakan keadaan pekerjaan yang menekan, maka stres terhadap pekerjaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, (dua) diantaranya ialah beban kerja dan kondisi kerja (Abraham & Shanley, 00). Perawat ICU harus memonitor kondisi pasien yang kritis secara ketat dan kontinyu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewe dkk (000) mulai dari penelitian [Type text] Page
sederhana sampai yang kompleks menyimpulkan bahwa beban kerja secara berlebihan merupakan sumber stres yang paling utama dalam keperawatan, disusul dengan kondisi kerja merupakan stressor penting berikutnya. ICU merupakan salah satu lingkungan kerja yang memiliki kecenderungan stres yang tinggi (Emanuelsen & Rosenlicht, 000). Hal ini dimungkinkan oleh karena perawat ICU dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian yang khusus selama 4 jam/hari. Kondisi ini memerlukan energi fisik yang lebih besar dengan asuhan keperawatan yang khusus pula. Selain itu pasien kritis menuntut kecepatan dan ketepatan melakukan tindakan yang tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan lain. Pendapat lain mengatakan bahwa tidak memadainya pengetahuan dan keterampilan dipandang sebagai sumber stres perawat ICU (Steffen, 004). Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan 3 (tiga) tugas utama yaitu life support, memonitor keadaan pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi (Tabrani Rab,007). Dengan dilengkapi berbagai fasilitas canggih yang berada di ruang ICU seperti monitor jantung, respirator, fibrilator, peralatan dialisa, menuntut keterampilan khusus dengan orang-orang yang terlatih dalam melakukan pekerjaan di ICU. Seperti telah dikemukakan diatas bahwa pasien kritis mengalami masalah gangguan fungsi yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan penatalaksanaan khusus. Hal ini dapat menimbulkan stres bagi keluarga. Keluarga sering mengeluh dan melakukan kritikan kepada perawat. Kondisi ini dapat pula menimbulkan stres bagi perawat sehingga menghambat pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien kritis. Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 9 Januari 04 terhadap 0 (sepuluh) perawat ICU RS TK II Pelamonia Makassar, menunjukkan bahwa ada beberapa faktor pemicu timbulnya stres perawat yang bekerja di ICU, diantaranya faktor pasien dimana kondisi kritis dengan ancaman kematian, faktor keluarga dimana mereka sering menuntut tindakan yang cepat dan tepat untuk keluar segera dari krisis yang dialami pasien tanpa memikirkan beban dan kondisi yang dialami perawat. Faktor fasilitas canggih menurut mereka tidak terlalu mempengaruhi karena mereka telah diberi pelatihan intensive sebelum bekerja di ICU. Beberapa efek yang ditimbulkan oleh stres kerja yaitu gejala fisiologi, meliputi sakit kepala, berkeringat dingin, jantung berdebardebar, gejala psikologis meliputi tidak puas terhadap pekerjaan, konflik hubungan interpersonal, mudah tersinggung, mudah marah, gejala perilaku meliputi menarik diri, produktivitas menurun dan loyalitas kurang (Abraham & Shanley,99; Robbins, 00). Jika keadaan tersebut berlanjut, dapat menimbulkan kejenuhan dalam bekerja dengan respon menyerah, tidak efektif dan putus asa pada perawat ICU, sehingga mereka akan meninggalkan pekerjaan atau tetap pada posisi fungsi yang tidak efektif, selanjutnya akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan yang seharusnya sangat dibutuhkan pasien yang berada di ruang perawatan kritis. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah peneliti yaitu: Apakah ada hubungan beban kerja dan kondisi kerja dengan stres perawat di Ruang ICU/ICCU RS TK II Pelamonia Makassar? Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui hubungan antara beban dan kondisi kerja dengan stres perawat di Ruang ICU/ICCU RS TK II Pelamonia Makassar. Tujuan khusus Mengetahui hubungan beban kerja dengan stres perawat di Ruang ICU/ICCU RS TK II Pelamonia Makassar. Page
Mengetahui hubungan kondisi kerja dengan stres perawat di Ruang ICU/ICCU RS TK II Pelamonia Makassar. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan berharga bagi peneliti sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa mendatang. Manfaat Ilmiah Bagi perawat ICU, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berguna sehingga mereka mengetahui bahwa tugas mereka sebagai perawat ICU merupakan profesi yang rentan stres. Untuk langkah selanjutnya mereka dapat mempersiapkan diri agar mampu beradaptasi dalam menghadapi pekerjaan di ICU serta dapat melakukan suatu hal yang dapat mengurangi perasaan tertekan dalam bekerja. Manfaat Instansi Bagi pihak rumah sakit dapat dijadikan masukan penting mengenai keadaan stres perawat ICU. Dengan demikian mereka diharapkan dapat mengantisipasi masalah yang mungkin dihadapi dalam pelayanan keperawatan serta merencanakan suatu program yang dapat mengatasi akibat buruk dari perasaan tertekan dalam diri perawat. METODE PENELITIAN Hasil Dan Pembahasaan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 0 s/d08 April 04 terhadap 33 responden mengenai Hubungan Beban kerja dan Kondisi Kerja degan Stres Perawat di Ruang ICU/ICCU RS.Tk II PelamoniaMakassar, didapatkanhasilsebagaiberikut : Kelompok umur (Tahun) n % 4-34 9 7,6 3-44 9 7, 4-4, Jumlah 33 00 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Perawat. Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa responden terbanyak pada range usia antara 4-34 tahun sebanyak 9 responden (7,6%) dan paling sedikit pada range usia 4-4 tahun sebanyak responden (, %) Jenis kelamin n % Laki-laki 4, Perempuan 8 4,4 Jumlah 33 00 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa jenis kelamin responden yang terbanyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8 orang (4,4 %) dan paling sedikit adalah jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8 orang (4,4 %). Masa Dinas n % -7 Tahun 66,7 8-4 Tahun 33,3 Jumlah 33 00 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Dinas Perawat Page 3
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa masa dinas responden yang terbanyak adalah masa dinas pada -7 tahun adalah responden (66,7%) sedangkan masa dinas yang paling sedikit adalah masa dinas pada 8-4 tahun dengan responden (33,3%) Pendidikan n % D III.Kep 3 69,7 S.Kep 7, Profesi 3 9, Jumlah 33 00 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat. Berdasarkan Tabel4 menunjukkan bahwa pendidikan responden terbanyak adalah D.III.Keperawatan dengan sebanyak 3 orang (697 %) dan pendidikan yang paling sedikit adalah Profesi dengan sebanyak 3 orang (9, %). Analisis Univariat Beban Kerja n % Ringan 7, Berat 6 48, Jumlah 33 00 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja Perawat Berdasarkan Tabe l menunjukkan bahwa dari responden sebanyak 7 orang (, %) responden mempunyai beban kerja ringan dan sebanyak 6 orang (48,%) mempunyai beban kerja berat. Kondisi Kerja n % Tidak Kondusif 33,3 Kondusif 66,7 Jumlah 33 00 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja Perawat Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 33 responden sebanyak responden (66,7%) mempunyai kondisi kerja kondusif sedangkan responden (33,3%) mempunyai kondisi kerja tidak kondusif. Perawat n % Tidak 6 48, 7, Jumlah 33 00 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perawat Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 33 responden sebanyak 7 responden (,%) dengan memiliki stress sedangkan 6 responden (48,%) tidak stress. Analisis Bivariat Hubungan Beban Kerja dan Kondisi Kerja Dengan Perawat Di Ruang ICU/ICCU RS TK.II Pelamonia Makassar Tabel 8 Hubungan Beban Kerja Dan Kondisi Kerja Dengan Perawat Di Ruang ICU/ICCU RS TK.II Pelamonia Makassar Beban Kerja Ringa n Perawat Tidak Jumlah n % n % n % 9, 4 70, 6 7 00 Uji Chi Square X²/P 6,88/ 009 Page 4
Kondisi Kerja Berat Jumla h 7 7, 0, 4 6, 0 48, 6 3 3 00 00 Hubungan Beban Kerja Dan Kondisi Kerja Dengan Perawat Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan dari 33 responden (00%) yang memiliki beban kerja ringan dan adalah 7 responden (00%) dengan tidak stress responden (70,6%) dan responden stress adalah responden (9,4%), sedangkan yang memliki beban kerja berat sebanyak 6 responden (00%) dengan tidak stress sebanyak 4 responden (%) dan yang stress sebanyak responden (7%). Setelah dilakukan uji statistic chi square dengan, X² hitung(6,88) > X² tabel (3,84) atau p (009) < α (α = 0). Sehingga hipotesis diterima. Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stress perawat. Hubungan Kondisi Kerja Dengan Perawat Di Ruang ICU/ICCU RS TK.II Pelamonia Makassar Tabel 9 Di Ruang ICU/ICCU RS TK.II Pelamonia Makassar Tidak Kondusif Kondusif Jumlah Perawat Tidak Jumlah n % n % n % 7 8, 68,, 9 7 6 8, 8 3, 8 48, 3 3 00 00 00 Uji Chi Squa re X²/P 7,34 0/ 00 7 Hubungan Kondisi Kerja Dengan Perawat Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan dari 33 responden (00%) yang memliki kondisi kerja tidak kondusif sebanyak responden (00%) dengan tidak stress 9 responden (8,8%) dan stress sebanyak responden (8,%), sedangkan yang memiliki kondisi kerja kondusif sebanyak responden (00%) dan yang tidak stress sebanyak 7 responden (3,8%) dan yang stress sebanyak responden (68,%). Setelah dilakukan ujistatistik chi square dengan X² hitung (7,340)> X² tabel (3,84) atau p (007) < α (α = 0), sehingga hipotesis diterima. Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan stress perawat. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan beban kerja dan kondisi kerja dengan stress perawat di Ruang ICU/ICCU RumahSakitTk.IIPelamonia Makassar, maka pembahasan variabel yang diteliti adalah sebagi berikut: Hubungan beban kerja dengan stress perawat di ruang ICU/ICCU Berdasarkan hasil ujistatistik chi square dengan X² hitung (6,88) > X² tabel (3,84) atau p (009) < α (α = 0), sehingga hipotesis diterima. Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stress perawat. Hal ini menunjukkan beban kerja di ruang ICU/ICCU dapat mempengaruhi stress perawat yaitu lamanya dan beratnya pekerjaan serta banyaknya tugas di ruang ICU RS TK II Pelamonia Makassar yang meliputirisiko kerja yaitu akibat/dampak yang dapat dialami oleh perawat khususnya pada saat bekerja di ICU, Kuantitatif menunjukkan adanya jumlah pekerjaan yang besar yang harus dilakukan misalnya waktu kerja yang berkaitan dengan jam kerja yang tinggi, dan kualitatif merupakan tuntutan tampilan kerja yang diharapkan dari perawat ICU/ICCU. Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Page
Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dane fektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia (Utomo, 008). Menurut Otong (00), stres adalah stimulus atau situasi yang menekan. Jika situasi tersebut merupakan keadaan pekerjaan yang menekan, maka stres terhadap pekerjaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, (dua) diantaranya ialah beban kerja (Abraham & Shanley, 00).Tigajenis stressor yang berkaitan dengan beban kerja, yaitu pekerjaan fisik yang berat, tempat kerja yang tidak tenang, tanggung jawab yang besar. Beban kerja dapat dibedakan menjadi :Beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewe dkk (000) mulai dari penelitian sederhana sampai yang kompleks menyimpulkan bahwa beban kerja secara berlebihan merupakan sumber stres yang paling utama dalam keperawatan. Oleh karena itu pihak rumah sakit meningkatkan sumber daya manusia dan maupun kinerja perawat dalam bentuk memberikan penyuluhan, pendidikan bahkan pelatihan baik itu bersifat jasmani dan rohani. Hubungan kondisi kerja dengan stress perawat di ruang ICU/ICCU Berdasarkan hasil ujistatistik chi square dengan X² hitung (7,340)> X² tabel (3,84) atau p (007) < α (α = 0), sehingga hipotesis diterima. Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan stress perawat. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kerja perawat di ruang ICU/ICCU dapat menimbulkan stress perawat yaitu dimana lingkungan pekerjaan di ruang ICU/ICCU Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar meliputi lingkungan fisik yang mempengaruhi kenyamanan perawat seperti kondisi AC ruangan, APD yang digunakanpada saat bekerja, banyaknya muntahan pasien dan hubungan kerja antar tim di ruang ICU/ICCU. Kondisi kerja adalah tanggapan terhadap lingkungan pekerjaan (Vecchio, 00). Kondisi kerja berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental. Individu yang bekerja pada profesi pelayanan manusia, Kondisi fisik dari lingkungan kerja disekitar karyawan sangat perlu di perhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat di tempuh untuk menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalamigangguan dan kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapa tmempengaruhi kinerja yang meliputi perasaan yang bersifat peribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja. Beberapa efek yang ditimbulkan oleh stres kerja yaitu gejala fisiologi, meliputi sakit kepala, berkeringat dingin, jantung berdebardebar, gejala psikologis meliputi tidak puas terhadap pekerjaan, konflik hubungan interpersonal, mudah tersinggung, mudah marah, gejala perilaku meliputi menarik diri, produktivitas menurun dan loyalitas kurang (Abraham & Shanley,99; Robbins, 00). Menurut Otong (00), stres adalah stimulus atau situasi yang menekan. Jika situasi tersebut merupakan keadaan pekerjaan yang menekan, maka stres terhadap pekerjaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, (dua) diantaranya ialah beban kerja dan kondisi kerja (Abraham & Shanley, 00).Perawat ICU harus memonitor kondisi pasien yang kritis secara ketat dan kontinyu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewe dkk (000) mulai dari penelitian Page 6
sederhana sampai yang kompleks menyimpulkan bahwa beban kerja secara berlebihan merupakan sumber stres yang paling utama dalam keperawatan, disusul dengan kondisi kerja merupakan stressor penting berikutnya. Oleh karena itu pihak rumah sakit agar meningkatkan kualitas pelayanan tiap-tiap ruangan keperawatan terutama di ruang ICU/ICCU maupun di lingkungan rumah sakit itu sendiri, agar kondisi kerja dapat berjalan dengan baik dan petugas pun akan mendapatkan hasil yang baik dan dapat bekerja sesuai kinerja masing-masing agar tidak timbulnya pikiran yang bisa menimbulkan stress. Simpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar dari tanggal 0 s/d 08 April 04 dapat disimpulkan : Untuk mengetahui hubungan antara beban dan dengan stres perawat di Ruang ICU/ICCU RS TK II Pelamonia Makassar Untuk mengetahui hubungan kondisi kerja dengan stres perawat di Ruang ICU/ICCU RS TK II Pelamonia Makassar. Saran Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar memberikan penyuluhan, pendidikan maupun pelatihan kegawat daruratan serta penggunaan alat-alat penunjang yang ada di ruang ICU/ICCU agar mereka dapat mengantisipasi hambatan yang dihadapi selama kurun waktu kerja. Bagi masyarakat agar tahu tentang pelayanan maupun peraturan yang ada di ruang ICU/ICCU Rumah sakit. Kepada pemerintah, diharapkan agar dapat memberikan alat perlengkapan yang di butuhkan petugas yang ada di ruang ICU/ICCU, agar kinerja petugas Rumah Sakit dapat lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Abraham & Shanley., 00, Psikologi Sosial Untuk Perawat. EGC, Jakarta Alimul Hidayat, Aziz. 009. Metode penelitian keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Arikunto, Suharsimi. 0. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, dan Saifuddin 0. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yokyakarta Notoatmodjo S. 00. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta. Davis, 00., Psychiatric Mental Health Nursing,. Company, Philadephia Emanuelsen K.L. & Roseblicht., 000, Hand Book of Critical Care Nursing, Kanada ; Fleschner Publising Company. Esse Puji dkk.04. Pedoman Penulisan Skripsi. Edisi 0. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar. Gillies,. Gillies 000, Manajemen Keperawatan. (Edisi ke-), Philadelphia Hudak & Gallo., 004. Keperawatan Kritis. (Edisi I), EGC Jakarta. Martha Davis dkk., 004, Panduan Relaksasi & Reduksi Stres. EGC Jakarta. Otong D.A., 99, Psychiatric Nursing Biological and Behavioral Concept. USA ; WB Saunders Company. Riyanto, Agus. 0. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Page 7
Russel, 004, Management and Leadership for Nurse Managers. Boston, Jones and Burtlett Publishing. Shoemaker dkk., 000, Texbook of Critical Care, Philadelphia. Stephen P.Robbins., 004, Perilaku Organisasi. Edisi Jakarta. Sudjana., 004, Metode Statistika. Tarsito bandung. Sugiyono., 00. Statistika Untuk Penelitian, Alfabet, Bandung. Sutrisno Hadi., 00, Analisis Butir Untuk Instrumen. Andi Offset, Yogyakarta Page 8