Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

dokumen-dokumen yang mirip
Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Bibit sapi perah holstein indonesia

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

Bibit kerbau - Bagian 1: Lumpur

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

Kulit masohi SNI 7941:2013

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

Air demineral SNI 6241:2015

Semen beku Bagian 2: Kerbau

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Susu segar-bagian 1: Sapi

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 071 TAHUN 2013 TENTANG PENGELUARAN TERNAK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Semen cair babi SNI 8034: Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Bambu lamina penggunaan umum

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Air mineral SNI 3553:2015

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

Semen portland komposit

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Rambu evakuasi tsunami

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

MATERI DAN METODE. Materi

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari

Semen beku Bagian 1: Sapi

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan mutu... 1 4 Cara pengukuran... 5 Bibliografi... 9 Tabel 1 Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi pesisir jantan... 4 Tabel 2 Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi pesisir betina... 5 Tabel 3 Penentuan umur berdasarkan susunan gigi seri permanen... 6 Gambar 1 Contoh warna tubuh bibit sapi pesisir... 2 Gambar 2 Contoh warna kulit di sekitar mata dan moncong... 2 Gambar 3 Contoh warna kaki, kuku dan rambut ekor... 3 Gambar 4 Contoh bentuk tubuh, gumba dan gelambir... 3 Gambar 5 Contoh bentuk kepala, tanduk dan telinga... 4 Gambar 6 Contoh bentuk kaki bibit sapi pesisir... 4 Gambar 7 Cara pengukuran bibit sapi pesisir... 7 Gambar 8 Cara pengukuran skrotum sapi pesisir jantan... 8 BSN 2015 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Bibit sapi potong Bagian 6 : Pesisir ini disusun oleh Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit Ternak, dengan tujuan untuk: 1. Memberikan jaminan kepada konsumen dan produsen akan mutu bibit sapi pesisir; 2. Meningkatkan produktivitas sapi pesisir di Indonesia; dan 3. Meningkatkan kualitas genetik sapi pesisir. Standar ini telah dibahas dalam rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus di Bogor pada tanggal 3 November 2014 yang dihadiri oleh Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit Ternak dan pemangku kepentingan lainnya. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 3 Februari 2015 sampai 2 April 2015 dengan hasil Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI). BSN 2015 ii

Pendahuluan Sapi pesisir merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 2908/Kpts/OT.140/6/2011, yang telah menyebar di Sumatera Barat dan diharapkan dapat menyebar di seluruh Indonesia. Salah satu aspek penting dalam proses produksi usaha sapi potong adalah ketersediaan bibit yang sesuai standar. Oleh sebab itu standar bibit sapi pesisir perlu ditetapkan sebagai acuan bagi pelaku usaha dalam upaya mengembangkan sapi pesisir. BSN 2015 iii

1 Ruang lingkup Bibit sapi potong Bagian 6 : Pesisir Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran ukuran tubuh bibit sapi pesisir. 2 Istilah dan definisi Untuk penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi berikut digunakan. 2.1 sapi pesisir salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, dengan bentuk fisik dan komposisi genetik yang spesifik 2.2 bibit sapi pesisir sapi pesisir yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan 2.3 dokter hewan berwenang dokter hewan yang ditunjuk oleh menteri atau gubernur atau bupati atau walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan hewan 2.4 penyakit hewan strategis penyakit hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau kematian hewan yang tinggi 3 Persyaratan mutu 3.1 Persyaratan umum 3.1.1 Sehat dan bebas dari penyakit hewan strategis yang dinyatakan oleh dokter hewan yang berwenang untuk melaksanakan tindakan kesehatan hewan dan menerbitkan surat keterangan kesehatan hewan. 3.1.2 Bebas dari segala bentuk cacat fisik dan cacat organ reproduksi serta tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat secara genetik. 3.1.3 Bibit sapi pesisir jantan memiliki libido, kualitas dan kuantitas semen yang baik. 3.1.4 Bibit sapi pesisir betina memiliki ambing dan organ reproduksi normal. BSN 2015 1 dari 9

3.2 Persyaratan khusus 3.2.1 Persyaratan kualitatif 1 Warna : a) tubuh kekuningan sampai merah bata, seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1 Contoh warna tubuh bibit sapi pesisir b) warna kulit disekitar mata hitam; Contoh warna kulit disekitar mata dan moncong seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2 Contoh warna kulit di sekitar mata dan moncong c) moncong hitam; d) kaki keputih-putihan pada bagian dalam; e) kuku hitam; f) rambut ujung ekor hitam. BSN 2015 2 dari 9

Contoh warna kaki, kuku dan rambut ekor seperti terlihat pada Gambar 3. Gambar 3 Contoh warna kaki, kuku dan rambut ekor 2) bentuk a) tubuh ramping; b) gumba kecil; c) gelambir kecil. Contoh bentuk tubuh, gumba dan gelambir seperti terlihat pada Gambar 4. Gambar 4 Contoh bentuk tubuh, gumba dan gelambir d) kepala kecil; e) tanduk betina kecil mengarah ke atas; f) tanduk jantan lebih besar dari tanduk betina dan mengarah ke atas; g) telinga kecil, mengarah ke samping. BSN 2015 3 dari 9

Contoh bentuk kepala, tanduk dan telinga seperti terlihat pada Gambar 5. Keterangan: A : Bibit sapi pesisir betina B : Bibit sapi pesisir jantan Gambar 5 Contoh bentuk kepala, tanduk dan telinga h) kaki kecil dan ramping. Contoh bentuk kaki terlihat pada Gambar 6. 3.2.2 Persyaratan kuantitatif Gambar 6 Contoh bentuk kaki bibit sapi pesisir Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi pesisir jantan sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi pesisir jantan Umur (bulan) 18-24 A Parameter B Satuan Persyaratan (minimum) Tinggi pundak cm 92 Panjang badan cm 94 Lingkar dada cm 111 Lingkar skrotum cm 20 BSN 2015 4 dari 9

Umur (bulan) >24 36 Parameter Tabel 1 lanjutan Satuan Persyaratan (minimum) Tinggi pundak cm 100 Panjang badan cm 108 Lingkar dada cm 124 Lingkar skrotum cm 21 Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi pesisir betina sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi pesisir betina Umur (Bulan) 18-24 >24-36 1 Cara pengukuran 4.1 Prinsip Parameter Satuan Persyaratan (minimum) Tinggi pundak cm 91 Panjang badan cm 93 Lingkar dada cm 110 Tinggi pundak cm 99 Panjang badan cm 104 Lingkar dada cm 123 Penentuan umur dan pengukuran dilakukan pada posisi sapi berdiri sempurna diatas permukaan yang rata. 4.2 Umur Menentukan umur dapat dilakukan melalui dua cara yaitu berdasarkan catatan kelahiran dan pergantian gigi susu menjadi gigi seri permanen. Cara penentuan umur berdasarkan susunan gigi seri permanen seperti terlihat pada Tabel 3. BSN 2015 5 dari 9

No Tabel 3 Penentuan umur berdasarkan susunan gigi seri permanen Gigi seri permanen Taksiran umur (Tahun) 1 1 pasang 18 24 bulan 2 2 pasang > 24 36 bulan 4.3 Tinggi pundak Gambar Mengukur jarak dari permukaan yang datar sampai bagian tertinggi pundak dibelakang punuk, melewati bagian os scapulla secara tegak lurus, menggunakan tongkat ukur, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7. 4.4 Panjang badan Mengukur jarak dari bongkol bahu (tuber humeri) sampai ujung tulang duduk (tuber ischii), menggunakan tongkat ukur, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7. BSN 2015 6 dari 9

4.5 Lingkar dada Cara mengukur lingkar dada dengan melingkarkan pita ukur pada bagian dada dibelakang punuk, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.. Keterangan: a : Tinggi pundak b : Panjang badan c : Lingkar dada Gambar 7 Cara pengukuran bibit sapi pesisir BSN 2015 7 dari 9

4.6 Lingkar skrotum Mengukur lingkar skrotum dengan melingkarkan pita ukur pada bagian terbesar skrotum, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8 Cara pengukuran skrotum sapi pesisir jantan BSN 2015 8 dari 9

Bibliografi Undang Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juncto Undang Undang nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2908/Kpts/OT.140/6/2011tentang penetapan Rumpun Sapi Pesisir. Markens, J. 1926. De Paarden-En Runderteelt in Nederlandsch-Indie. Departement Van Landbouw, Nijverheid en Handel. Landsdrukkerij-Weltevreden Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak. Sarbaini, 2004. Keragaman Karakter Eksternal dan DNA Mikrosatelit Sapi Pesisir di Sumatera Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. BSN 2015 9 dari 9