BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu.

PERKEMBANGAN FUNGSI BANGUNAN ISTANA DJOEN ENG DI SALATIGA PADA TAHUN Skripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

Rekapitulasi Hasil dan Identifikasi Bangunan Bersejarah di Kota Salatiga

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

Benteng Fort Rotterdam

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

1. Judul : Salatiga Punya Cerita Menelusuri Jejak Cagar Budaya dari yang Tersisa 2. Format : Video Dokumenter Sejarah 3.

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe

Lampiran-lampiran 57

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SEMARANG

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara TIPOLOGI DAN MAKNA SIMBOLIS RUMAH TJONG A FIE DI KOTA MEDAN

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dalam. tunai atau angsuran, hibah atau dengan cara lain yang sesuai dengan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menguasai Nusantara, bangsa China telah terlebih dahulu menginjakkan kaki di

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perubahan yang terjadi pada tata ruang Kota Medan dapat diungkapkan dalam fotofoto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB II DATA DAN ANALISA

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan budaya merupakan bagian dari adat istiadat, bentuk-bentuk tradisi

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Etnis Cina di Salatiga Bangsa Cina pada awal kedatangannya di Indonesia adalah untuk melakukan perdagangan. Seperti halnya para pedagang dari Arab, India, dan Cina. Bangsa Cina melewati jalur laut untuk melakukan perdagangan dengan bangsa India, jalur tersebut dinamakan Jalur Sutera. Karena negeri Cina dikenal dengan penghasil kain sutera, mereka membawa keramik, guci, batu alam dan sutera. Bangsa Cina mengarungi Laut Cina Selatan dan akan menuju ke India, mereka singgah di Indonesia dan khususnya singgah di Jawa karena di Jawa banyak terdapat pelabuhan di pesisir Utara Jawa. Dari catatan seorang musafir Cina, Fa-Hien, diperoleh keterangan bahwa pada tahun 414, terdapat kerajaan bernama To-lo-mo (Taruma) atau Kerajaan Tarumanegara yang merupakan kerajaan tertua di Jawa. Fa-Hien yang sedang melakukan perjalanan menuju India dan singgah di Ye-po-ti (Jawa). Tidak semuanya orang Cina ikut melanjutkan berdagangan ke India, ada sebagian orang Cina melakukan kontak hubungan dengan orang Jawa. Yang pada akhirnya menetap di Jawa dan melakukan perkawinan dengan orang Jawa. Dan terjadi akulturasi budaya dengan masyarakat setempat. Seperti halnya Sunan Bonang dan Sunan Ampel beliau adalah keturunan Cina. Sepanjang abad-abad berikutnya, kelompok-kelompok masyarakat Cina terus memainkan peranan yang sangat

penting di dalam kehidupan ekonomi dan sosial Jawa yang terletak di daerah pedalaman (Peter Carey,1986:16). Sedangkan orang-orang Cina masuk ke Salatiga sekitar abad ke 18, ini dibuktikan dengan adanya klenteng Amurvabhumi atau biasa disebut Klenteng Hok Tiek Bio yang berada di Jalan Letjen Sukowati merupakan saksi sejarah masuknya ajaran agama Budha di Kota Salatiga. Berdirinya klenteng ini sekaligus menandakan masuknya pengaruh Tionghoa ke Salatiga. Tak diketahui secara persis kapan pengaruh kaum warga keturunan ini masuk ke Salatiga yang dulunya merupakan tanah perdikan. Namun dari hasil identifikasi sejumlah ahli sejarah, masuknya pengaruh Tionghoa ke Kota Salatiga diprediksi terjadi seiring dengan pergerakan Tionghoa ke Surakarta (Solo) pada tahun 1740-1741 (http://kaledhasby.multiply.com/journal). Jumlah orang kulit putih yang tinggal di Salatiga semakin bertambah banyak setelah berdirinya Gementee Salatiga. Pada tahun 1927 orang kulit putih di Salatiga sudah mencapai 3084 jiwa. Tahun 1930 jumlah orang asing di Salatiga sudah mencapai 4338 jiwa, orang Cina terdapat 1837 (Eddy Supangkat, 2007:13). Kawasan Cina di Salatiga berpusat di jalan Jendral Sudirman ditambah beberapa ruas jalan yang memotong jalan tersebut, baik ke arah timur maupun barat. Rumah-rumah di kawasan ini berarsitektur Cina dengan beberapa bangunan berderet memanjang seperti kopel. Karena kawasan Cina ini merupakan kawasan perdagangan maka rumah-rumah yang dibangun menyesuaikan fungsinya, bagian depan untuk berjualan dan yang belakang sebagai rumah tinggal. Seperti orangorang Eropa, orang Cina membangun rumah mereka dengan gedung-gedung

permanen. Jalan Jendral Sudirman selalu menjadi kawasan paling sibuk dari dulu sampai sekarang yang menjadi pusat perekonomian di Salatiga. B. Arsitektur Bangunan Sejalan dengan berkembangnya teknologi, cara hidup, pola pikir, dunia arsitektur mengalami perubahan besar. Perubahan terjadi dari klasik yang sudah berlangsung berabad-abad, kedalam modernisasi dan rasionalisme. Arsitektur sebagai fenomena kreatif manusia dalam memenuhi kebutuhan praktis untuk melindungi dirinya dari fenomena alam menunjukkan dinamika dari peradaban satu ke peradaban berikutnya. Secara biologos, manusia mampu mempertahankan dan mengembangkan hidupnya apabila mampu memberdayakan potensi yang dimiliki. Untuk bertahan hidup, manusia harus memenuhi kebutuhannya, yaitu: makan,sandang, dan papan sebagai tempat untuk dihuni yang mampu melindungi dan mempertahankan diri dari keadaan alam seperti cuaca dan ancaman binatang liar. Perkembangan arsitektur menunjukkan bahwa tempat-tempat hunian yang berada di pepohonan atau di tempat yang memiliki ketinggian tertentu atau bahkan gua-gua adalah fenomena kecerdasan manusia dari keadaan alam dan ancaman binatang liar. Sesuai dengan perkembangan otak manusia, maka tempat hunian yang lebih permanen diciptakan. Bangunan-bangunan sederhana didirikan dari material yang ada di sekitarnya. Pada perkembangan selanjutnya peradaban semakin berkembang dengan dikuasainya sejumlah pengetahuan mendorong ditemukannya teknologi-teknologi baru. Pengetahuan tentang kayu, logam, dan

material lain mendorong terciptanya teknologi-teknologi baru yang semakin mempermudah kelangsunagn dan pengembangan hidup manusia. Rumah hunian bukan satu-satunya produk rekayasa seni bangunan, akan tetapi dalam peradaban yang makin berkembang, rumah hunian menjadi kebutuhan yang harus tercukupi oleh seseorang atau anggota masyarakat. Rumah merupakan salah satu kebutuhan hidup yang utama. Fungsi rumah sebagai wadah kegiatan bagi penghuninya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Seiring dengan tuntutan dan perubahan hidup manusia, maka dalam bidang arsitektur juga mengalami berbagai perkembangan, baik menyangkut bentuk, gaya, dan fungsinya (Sunarmi,dkk:2007:10). C. Bangunan yang berarsitektur China dan Eropa Banyaknya pedagang dari Belanda dan Cina yang menetap di Jawa Tengah, termasuk Salatiga, memaksa mereka untuk membangun berbagai fasilitas. Berbagai bangunan sengaja dibangun sebagai sarana prasarana berlangsungnya aktivitas mereka. Salatiga terbagi menjadi tiga kawasan pemukiman, yaitu kawasan Eropa (Europeesche wijk), kawasan Cina (Chinese wijk), serta kawasan pribumi. Kawasan Eropa yang utama adalah di sepanjang Toentangscheweg (jalan Diponegoro) ditambah Yulianalaan (jalan Moh. Yamin), dan seputar alun-alun, Jetis, dan Buk Suling. Banyak bangunan yang berarsitektur Eropa di sepanjang jalan tersebut. Seperti gedung Walikota, Sekolah Dasar yang ada di sepanjang jalan Diponeogoro Salatiga. Sedangkan penduduk pribumi tinggal di luar kawasan Eropa dan Cina. (Eddy Supangkat,2010:67).

Bangunan berarsitektur Cina juga dibangun di daerah Salatiga. Kawasan Cina berpusat di Soloscheweg (jalan Jendral Sudirman) ditambah beberapa ruas jalan yang memotong jalan tersebut, baik ke arah Timur atau Barat. Karena kawasan ini termasuk kawasan pedagang, maka bangunannya disesuaikan dengan fungsinya, bagian depan untuk berdagang, sedangkan bagian belakang untuk tempat tinggal (Eddy Supangkat,2010:69). D. Perkembangan Istana Djoen Eng Menjadi Institut Roncalli Istana Djoen Eng yang berdiri kokoh di Salatiga bertahan selama beberapa tahun. Istana tersebut dijadikan tempat singgah oleh Djoen Eng beserta keluarganya. Namun pada tahun 1930 diketahui telah terjadi krisis ekonomi besar-besaran yang melanda dunia, perusahaan Kwik Djoen Eng jatuh bangkrut dan terlilit banyak hutang. Akhirnya seluruh kompleks istana di Salatiga yang berharga itu disita oleh Javaasche Bank untuk melunasi hutangnya,. Sejak saat itu gedung tersebut kosong, tanpa penghuni. Tentang nasib Kwik Djoeng Eng ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal dalam perjalanan pulang ke tanah leluhur, dan keluarganya tersebar-sebar, antara lain ke Singapura. Tetapi kepastian tidak ada. (Eddy Supangkat,2007:89) Pada bulan April 1940 pimpinan FIC di Indonesia sangat didesak Uskup Semarang untuk membeli gedung Djoen Eng yang ditawarkan oleh Javache Bank dengan haraga yang rendah. Waktu itu gedung itu sudah beberapa atahun kosong dan tidak terawat. Waktu membeli, pimpinan FIC belum ada gambaran jelas kompleks yang amat luas itu akan dipakai untuk tujuan apa, panti asuhan anakanak piatu atau sekolah dan asrama sekaligus tempat istirahat bagi para bruder.

Pada bulan Mei tahun 1940 itu juga, sebelum FIC sempat menempati istana Djoen Eng itu, seluruh kompleks dipinjam oleh Gubernemen Hindia Belanda untuk dijadikan kamp tawanan. Kemudian, dengan kedatangan tentara Jepang tahun 1942, menjadi kamp interniran bangsa Belanda, kira-kira 170 orang banyaknya, diantaranya beberapa pastor dan bruder. Tahun 1945, waktu revolusi, gedungnya untuk beberapa bulan menjadi markas polisi dan tentara Indonesia. Kemudian, dari tahun 1946 sampai 1949 dijadikan tangsi tentara Belanda (Eddy Supangkat,2007:92). E. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan judul yang akan diteliti : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Emy Wuryani yang berjudul Distrik Salatiga 1900-1942 (Thesis). Penelitian ini mengkaji tentang sosial dan ekonomi kota Salatiga yang didalamnya menyangkut perkembangan perdagangan Cina di Salatiga yang mempengaruhi masuk dan menetapnya masyarakat Cina di Salatiga. Sedangkan perbedaaan dengan penelitian ini adalah membahas lebih dalam perkembangan fungsi bangunan Istana Djoen Eng.