ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERBAIKAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

USULAN PROSES PEMILIHAN PEMASOK DI TOKO BESI NUSANTARA SEMARANG

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS INVESTASI PENAMBAHAN GUDANG PADA DISTRIBUTOR SEMEN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

CESS (Journal of Computer Engineering System and Science) p-issn :

Analytic Hierarchy Process

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

DRAFT LAPORAN AKHIR KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

III. METODE PENELITIAN

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

III. METODE PENELITIAN

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

KAJIAN PENGEMBANGAN INDIKATOR KINERJA LOGISTIK INDONESIA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Penyebaran Kuisioner

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN LAPTOP DI LINGKUNGAN MASYARAKAT UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. pelabuhan pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SMS FINANCE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY PROCESS)

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan Proses Hirarki Analitik. Teknik analisis yang digunakan adalah

Transkripsi:

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta yrperdana@gmail.com Abstrak Percepatan pembangunan infrastruktur membutuhkan adanya pasokan semen. Salah satu wilayah di Indonesia Timur, yaitu Papua barat merupakan daerah yang sangat membutuhkan pembangunan infrastruktur. Pembangunan ini dihadapkan permasalahan mahalnya harga semen. Kondisi geografis menjadi faktor yang berpengaruh dalam distirbusi semen. Kawasan Timur Indonesia merupakan wilayah kepulauan sehingga distribusi barang menjadi lebih mahal karena melibatkan berbagai moda transportasi. Secara umum harga semen di Papua barat dengan Pulau Jawa berselisih Rp.10.000 hingga Rp. 20.000. Namun selisih tersebut menjadi tinggi untuk daerah yang tidak didukung dengan layanan transportasi yang memadai. Penelitian ini menganalisis rantai pasok semen di Sorong dan daerah sekitarnya dengan metode Analytic Hierarchy Process. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa biaya distribusi semen membutuhkan biaya sebesar 75 ribu rupiah persak. Biaya ini sangat tinggi, karena minimnya frekuensi layanan angkutan kapal komersial. Selain itu juga dikarenakan minimnya infrastruktur jalan yang menghubungkan antara pelabuhan dengan daerah konsumen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur logistik menjadi kunci dalam mewujudkan rantai pasok semen yang efektif dan efisien Kata kunci: Analytic Hierarchy Process; infrastruktur; Rantai Pasok; semen; Transportasi; Pendahuluan Kondisi geografis suatu wilayah menjadi faktor yang berpengaruh dalam mewujudkan sistem logistik nasional yang efektif dan efisien. Dalam hal ini kawasan Timur Indonesia memiliki permasalahan yaitu kondisi kepulauan sehingga distribusi barang menjadi lebih mahal karena melibatkan berbagai moda selain moda darat yaitu moda laut dan udara. Penelitian ini mengkaji rantai pasok semen di Kawasan Indonesia dengan mengambil studi kasus di Sorong. Salah satu sumber daya material yang bernilai sangat strategis dalam penyelenggaraan konstruksi adalah semen. Konsumsi semen di Indonesia akan linier dengan pertumbuhan perekonomian nasional serta pembangunan infrastruktur dan properti. Penggunaan semen digunakan dalam skala yang sangat besar dalam pembangunan seperti pembangunan infrastruktur publik dan bangunan gedung, maupun pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Diperkirakan kebutuhan semen untuk mendukung kegiatan non-konstruksi sebesar 70-75% dari konsumsi semen nasional (Kementerian PU, 2012). Secara umum harga semen di Kota Sorong mempunyai selisih Rp.10.000 hingga Rp. 20.000 per-sak. Namun selisih tersebut menjadi tinggi untuk daerah yang tidak didukung dengan infrastruktur transportasi yang memadai. Penelitian ini menganalisis penyebab terjadinya disparitas harga semen di Sorong dengan daerah sekitarnya. Proses distribusi dari hulu hingga hilir dalam aliran rantai pasok semen melibatkan setiap aktivitas yang menyebabkan biaya. Hal yang perlu ditelusuri adalah tingkat konsumsi biaya yang dikeluarkan dari aktivitas rantai pasok. Dalam proses ini dilakukan proses identifikasi kebijakan, sistem atau proses yang menimbulkan aktivitas sehingga tercipta suatu biaya. Dengan menemukan apa yang sebenarnya menimbulkan biaya (what really drive cost), sehingga dapat dilakukan proses pengendalian biaya. Secara geografis, Sorong termasuk dalam wilayah Provinsi Papua Barat. Provinsi ini merupakan daerah kepulauan yang berdasarkan posisinya memiliki batas-batas ; Sebelah Utara dengan Samudera Pasifik; Sebelah Selatan dengan Laut banda dan Provinsi Maluku; Sebelah Timur dengan Provinsi Papua. Kondisi tersebut menyebabkan provinsi Papua Barat pada bulan-bulan tertentu sering mengalami kendala dalam arus distribusi. Sistem distribusi semen dari produsen ke konsumen terdiri berbagai tingkatan (rantai), mulai dari distributor, pedagang besar dan pedagang ditingkat pengecer. Pelayaran kapal dengan membawa komoditas semen dimulai dari Pelabuhan di Bagian Barat yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Perak Surabaya, Pelabuhan Makasar sampai ke Bagian Timur di Papua. Waktu tempuh pelayaran kapal dari Jakarta dan pulau Jawa yang membawa komoditas semen dari pelabuhan asal sampai ke pelabuhan tujuan di Provinsi Papua Barat kurang lebih 2 (dua) minggu pelayaran. Sistem transportasi di Papua Barat memegang peranan penting terhadap efektivitas dan efisiensi I-188

distribusi. Transportasi sangat dibutuhkan untuk perpindahan komoditas dari daerah produsen menuju konsumen. Transpotasi juga berperan mendorong pertumbuhan ekonomi terutama bagi masyarakat yang sebagian didaerah terpencil, terluar dan belum berkembang serta daerah yang belum dilayani angkutan komersial. Transportasi sebagai bagian dari sistem distribusi memiliki fungsi yang sangat penting dalam menghubungkan produsen dengan konsumen serta memberikan nilai tambah dalam perekonomian. Keberadaan infrastruktur menjadi kunci terwujudnya konektivitas antara pelabuhan dengan daerah sumber produksi (hinterland) di Sorong. Penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan kriteria yang paling penting dalam memperbaiki rantai pasok di Papua Barat. Metode ini secara luas digunakan dalam mengambil keputusan. Hasil kajian yang dilakukan oleh Vaidya dan Kumar (2006) menunjukkan bahwa AHP dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan dibidang sosial, pemerintahan, industri dan manufacturing. Hasil penelitian oleh (Ho, 2008) menunjukkan AHP dapat digunakan untuk menyelesaikan kasus dibidang logistik. Metodologi Sumber Data Penelitian menggunakan metode AHP. Input dari metode tersebut adalah perbandingan berpasangan dari responden yang dianggap telah memahami permasalahan yang ada. Responden dari penelitian ini berjumlah empat orang, yaitu 1 orang dari Pihak Pelabuhan, 1 orang dari Jasa Bongkar Muat, 1 orang dari kontraktor, dan 1 orang dari produsen semen. Kriteria yang digunakan menggunakan kriteria dari Sistem Nasional, yaitu : a. Regulasi b. Sumber Daya Manusia (SDM). c. d. Teknologi Informasi dan Komunikasi () Kriteria-kriteria tersebut disusun berdasarkan hirarki permasalahan seperti yang terdapat pada gambar berikut ini : Perbaikan Rantai Pasok Semen Gambar 1. Struktur Hirarki Prioritas Perbaikan Kinerja Metode Kriteria-kriteria yang telah disusun kemudian diolah menggunakan metode AHP. Berikut ini rincian langkah perhitungan dengan metode AHP (Saaty, 2001). AHP a. Perbandingan Berpasangan Responden memberikan penilaian terhadap kriteria dalam dengna menggunakan skala penilaian relatif pada Tabel 1. wi aij, i, j = 1, 2,, n (1) w j Regulasi SDM Tabel 1. Skala Penilaian Relatif Tingkat Kepentingan Definisi 1 Kedua elemen sama penting 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen lainnya. 5 Elemen yang satu sangat penting dibanding elemen yang lainnya 7 Elemen yang satu benar-benar lebih penting dari lainnya 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibanding elemen yang lainnya 2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua penilaian berurutan I-189

b. Normalisasi setiap kolom dengan cara sebagai berikut : aij âij (2) maxa ij c. Penjumlahan nilai pada setiap kolom ke-i yaitu â i â ij (3) i d. Menghitung bobot prior setiap kriteria ke-i, yaitu âi ŵi (4) n e. Menghitung Lamda max (eigen value) dengan rumus a a max = (5) n f. Menghitung consistency index (CI) dengan persamaan amaks n CI n 1 g. Menghitung rasio konsitensi dengan persamaan sebagai berikut: CI CR (7) RI Nilai Indeks Random ( RI ) dihitung menggunakan 2 sebagai berikut : Tabel 2. Nilai Indeks Random n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R.I 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi ( CR ) 0.1. Agregat bobot penilaian dihitung menggunakan rata-rata geometrik mean dari penilaian yang diberikan oleh seluruh responden. Nilai geometrik mean ini dirumuskan dengan : GM = (X 1 x X 2 x.x X n ) 1/n (8) Dimana : GM = Geometrik mean X1 = penilaian orang ke-1 N = jumlah responden Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode, diperoleh nilai perbandingan untuk setiap responden (R) berpasangan sebagai berikut: Tabel 3. Perbandingan Berpasangan R 1 Regulasi 1 3 0,2 0,3 SDM 0,3 1 0,2 0,3 5 5 1 5 3 3 0,2 1 (6) I-190

Tabel 4. Perbandingan Berpasangan R 2 Regulasi 1 0,5 0,3 0,3 SDM 2 1 0,3 0,3 3 3 1 3 3 3 0,3 1 Tabel 5. Perbandingan Berpasangan R 3 Regulasi 1 3 0,3 1 SDM 0,3 1 0,3 0,3 3 3 1 3 1 3 0,3 1 Tabel 6. Perbandingan Berpasangan R4 Regulasi 1 1 0,3 0,3 SDM 1 1 0,3 0,3 3 3 1 3 3 3 0,3 1 Nilai rasio konsistensi untuk masing-masing responden adalah sebagai berikut Tabel 7. Nilai Indeks Konsistensi Responden Nilai R1 R2 R3 R4 Rasio Konsistensi 0,1 0,08 0,06 0,06 Berikut ini adalah nilai bobot prioritas tiap kriteria untuk masing-masing responden. Tabel 8. Nilai Bobot Prioritas Responden Kriteria R1 R2 R3 R4 Regulasi 0,13 0,10 0,21 0,12 SDM 0,07 0,15 0,10 0,12 0,58 0,47 0,48 0,47 0,21 0,28 0,21 0,28 Nilai bobot prioritas pada tabel 8 kemudian diagregasi menggunakan geometrik mean yang hasilnya adalah sebagai berikut Tabel 9. Nilai Bobot Akhir Kriteria Bobot Akhir Regulasi 0,00009 SDM 0,00003 logistik 0,01554 0,00088 I-191

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa infrastruktur logistik seperti pelabuhan, jalan menjadi aspek terpenting dalam perbaikan sistem rantai pasok semen di Papua Barat. Saat ini di Sorong terdapat packing plant salah satu produsen semen. Namun keberadaan packing plant tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan semen di Papua Barat. Pasokan semen masih mengandalkan pasokan dari Jawa dan Sulawesi Selatan. Gambar berikut ini adalah pola rantai pasok semen di Papua Barat. Semen Tonasa, Bosowa, Gresik, Tiga Roda KAPAL Distributor di sorong Konsumen Perumahan Project dalam pulau Cement bulk KAPAL Packing Plant di Sorong Kontraktor Project luar pulau KAPAL Gambar 2. Rantai Pasok Semen di Papua Barat Sumber : Hasil Survey (2014) Harga semen menjadi sangat tinggi jika untuk pengadaan pekerjaan suatu proyek diluar pulau. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu kontraktor di Sorong diketahui bahwa kontraktor harus menyewa kapal tongkang dengan biaya 90 juta rupiah ditambah biaya bongkar muat di dermaga terdekat dengan site sebesar 10 juta rupiah. Kapal tongkang tersebut mampu membawa 2.000 sak semen. Sehingga jika dibebankan ke tiap semen maka setiap sak semen menjadi lebih mahal 50 ribu rupiah. Angka ini diperoleh dari 100 juta dibagi 2.000 sak semen. Sedangkan untuk distribusi semen dari dermaga menuju site dibutuhkan biaya sebesar 75 ribu rupiah. Biaya ini sangat tinggi, karena semen tersebut tidak dapat dibawa menggunakan kendaraan bermotor. Semen tersebut harus dipanggul tenaga manusia dengan ketentuan setiap tenaga manusia hanya dapat mengantar semen maksimal 2 kali dalam satu hari. Berikut ini adalah gambaran rantai pasok semen di Papua Barat. Jalur Distribusi Kota Sorong-Kab Sorong Sekitarnya Kota Sorong-Luar Pulau Tabel 10. Komponen Biaya Rantai Pasok Semen di Papua Barat Komponen Biaya Sewa truk 2,5 juta dibagi dengan kapasitas truk sebesar 500 sak Biaya Per Sak (Rp) 5.000 Biaya Bongkar Muat 500 Biaya yang dikeluarkan untuk penyeberangan antar 50.000 pulau menggunakan kapal LCT karena tidak adanya angkutan komersial. Biaya angkut dari dermaga menuju site 25.000 Transportasi laut di Papua Barat memiliki peranan penting dalam distribusi berbagai jenis komoditas. Pembangunan Transportasi Laut pada Provinsi Papua Barat berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) diprioritaskan pada pembangunan Pelabuhan Arar di Sorong diarahkan menjadi pelabuhan internasional dengan fungsi sebagai pelabuhan utama sekunder; pembangunan Pelabuhan Nasional di Manokwari, dan Kaimana dengan fungsi sebagai pelabuhan utama tersier; dan rencana pengembangan pelabuhan umum. Transportasi laut merupakan penghubung berbagai wilayah terpencil. Permasalahan yang dihadapai adalah frekuensi kapal yang masih jarang. Penambahan frekuensi menjadi salah satu solusi agar terjadi peningkatan pelayanan. Selain itu permasalahan yang dihadapi adalah konektivitas yang rendah antara daerah potensi sumber daya alam dengan pelabuhan. Hal ini mengakibatkan kapal tidak dapat mengangkut komoditas-komoditas yang dimiliki oleh daerah Papua Barat. Kesimpulan Rantai pasok semen di Papua Barat sangat dipengaruhi oleh aspek transportasi. Kapal merupakan moda transportasi utama yang menghubungkan aktivitas distribusi semen antar pulau. Minimnya frekuensi layanan menjadi penghambat distribusi semen ke daerah-daerah yang sedang melakukan pembangunan infrastruktur. Pelaku I-192

usaha harus menyewa kapal secara mandiri dalam mendistribusikan semen dari Sorong ke pulau-pulau sekitarnya. Diperlukan adanya peningkatan layanan transportasi yang didukung dengan pembangunan infrastruktur jalan dari pelabuhan menuju daerah konsumen dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan. Hal tersebut diperlukan agar sistem rantai pasok semen dapat berjalan secara efektif dan efisien. Daftar Pustaka Ho, W., (2008), Integrated Analytic Hierarchy Process and Its Applications A literature review, European Journal of Operational Research, 186 : 211 228 Kementerian Pekerjaan Umum., (2012), Kajian Rantai Pasok Semen Untuk Mendukung Investasi, Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi Saaty, T. L., (2001), Analytic Hierarichal Process, Encyclopedia of Operations Research and Management Science Vaidya, O, S., Kumar, S., (2006), Analytic hierarchy process: An overview of applications, European Journal of Operational Research, 169:1 29 I-193