PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik)

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

SIDANG TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Evaluasi Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan (Farida Baroroh) 135

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KAMAR OBAT PUSKESMAS KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

TINGKAT KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

ANALISIS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN YANG MENGUNJUNGI SOLO GRAND MALL SURAKARTA

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN JASA KESEHATAN (STUDI PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK)

ANALISI KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RSIA CICIK PADANG. Oleh: KHARISMA ROSA BP

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN FARMASI DI APOTEK X. Ratih Pratiwi Sari

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

TINJAUAN KEPUASAN PASIEN BPJS TERHADAP PELAYANAN BAGIAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PATRIA IKKT TAHUN 2017

ABSTRAK TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP BANGSAL BEDAH RUANG KUTILANG DAN MAWAR DI RUMAH SAKIT X DI BANDAR LAMPUNG 2010

KEPUASAN PASIEN BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) TERHADAP PELAYANAN DI UNIT RAWAT JALAN (URJ) RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2014

DESKRIPSI MUTU PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA PROLANIS BPJS DI PUSKESMAS PATARUMAN III KOTA BANJAR

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

Kata kunci : Kualitas pelayanan, Instalasi Farmasi, GAP, RSUD Ratu Zalecha Martapura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

: Dimensi Kualitas, Kepuasan Pasien, Askes Sosial, Pelayanan Rawat Jalan, Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

Evaluasi Mutu Pelayanan Kategori Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Informasi Obat Di Salah Satu Puskesmas Di Kecamatan Tampan Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA D-IV KEBIDANAN TERHADAP MUTU PELAYANAN DENGAN KONSEP SERVQUAL DI STIKIM

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 74-84

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

PROFIL TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN UMUM TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI RSUD KEFAMENANUBULAN JULI TAHUN 2011 ABSTRAK

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SURAKARTA TAHUN 2013

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN RESEP PASIEN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT DI DAERAH WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI.

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

PENGUKURAN KUALITAS JASA BENGKEL SEPEDA MOTOR SM DI KOTA PADANG DENGAN METODE SERVQUAL

BAB I PENDAHULUAN. Industri restoran memang dapat dikatakan tidak pernah sepi, meskipun

BAB V PEMBAHASAN. Skor Servqual 1. No Pernyataan Persepsi Harapan. Bangunan Apotek memiliki desain eksterior yang menarik

Farmaka Volume 15 Nomor 3 96

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

Kata Kunci : Kepuasan pasien, Tingkat kepuasan pasien, dan lima dimensi kualitas pelayanan.

KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN HARAPAN SERTA PERSEPSI PASIEN DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK X DI DAERAH SEMINYAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

KARTIKA-JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2017, 5(1), p-issn /e-issn

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

ANALISA TINGKAT KEPUASAN PASIEN BPJS TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN UNIT RAWAT JALAN DI IFRS SERANG

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM SITTI MARYAM KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan masalah global yang sering dihadapi di dunia baik di

Kris Setyaningsih Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang

(Submited : 6 Maret 2018, Accepted : 31 Maret 2018)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PASIEN UNIT INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ) RUMKITAL

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP A BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R. D. DR. R.

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan

Kata-kata kunci: Kualitas pelayanan jasa dan kepuasan konsumen

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITAN. semakin ketat yang membuat berbagai rumah sakit berlomba-lomba dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

Kusmara Jiwantara, Agung Sutrisno, Johan S. C. Neyland Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

sakit, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai di

PERBANDINGAN KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI PASIEN BPJS RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAN SWASTA KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

GAMBARAN KUALITAS PELAYANAN OBAT PADA PASIEN BPJS DI DEPO FARMASI BLUD RSUD BALANGAN PERIODE MEI-JUNI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

ANALISIS PENYEBAB PENURUNAN KUNJUNGAN PASIEN BERDASARKAN MODEL SERVICE QUALITY GAPS

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan bermutu serta berorientasi pada kepuasan pasien. (2)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 51-62

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS TEPUS I KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

Usulan Peningkatan Kualitas Pelayanan di Perguruan Tinggi X Dengan Menggunakan Metode Service Quality (Servqual) *

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI

Transkripsi:

ANALISA KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PEKANBARU OUTPATIENTS SATISFACTION ANALYSIS OF PHARMACEUTICAL SERVICE QUALITY IN PHARMACY INSTALLATION OF IBNU SINA ISLAMIC HOSPITAL PEKANBARU Fina Aryani, Husnawati, Septi Muharni, Mutia Liasari, Richa Afrianti Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Jl. Kamboaja, Simpang Baru, Tampan 28293 Email: aryanifina@gmail.com (Fina Aryani) ABSTRAK Penelitian tentang Analisa Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Kualitas Pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Islam Ibnu Sina Pekanbaru bertujuan untuk menganalisa tingkat kepuasan pasien rawat jalan di IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru berdasarkan lima (5) dimensi kualitas pelayanan yakni tangible, responsiveness, reability, assurance, dan emphaty. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional menggunakan kuesioner berdasarkan nilai gap yaitu selisih antara nilai kinerja dan harapan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian didapatkan nilai gap terbesar pada aspek reliability yakni -0,85, assurance yakni -0,73, emphaty yakni -0,67, tangible yakni -0,59 dan aspek responsiveness -0,54. Hal ini menunjukkan bahwa pasien rawat jalan di IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru belum merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Kata kunci: analisa kepuasan, kualitas pelayanan, RS Islam Ibnu Sina Pekanbaru. ABSTRACT Research on Customers Satisfaction Analysis of Pharmaceutical Service Quality in IFRS Ibnu Sina Pekanbaru aims to analyze the level of customers satisfaction of outpatients in IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru based on five (5) dimensions of service quality that is tangible, responsiveness, reability, assurance, and empathy. This research is observasional with descriptive design. Data collection was performed by cross sectional questionnaire based on the value gap is the difference between performance and expectations. The sample in this study were 120 respondents who met the inclusion criteria. The result showed the largest gap value on the reliability aspect of -0.85, -0.73 ie assurance, empathy ie, -0.67, -0.59 and the tangible aspects of responsiveness -0.54. This suggests that outpatient at Ibn Sina Pekanbaru Islamic IFRS has not been satisfied with the services provided. Key words: satisfaction analysis, service quality, RS Islam Ibnu Sina Pekanbaru. 101

Pendahuluan Kepuasan pasien merupakan suatu hal yang abstrak dan hasilnya sangat bervariasi karena pada dasarnya sangat tergantung kepada masingmasing persepsi individu. Kepuasan pasien akan terpenuhi bila pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan harapan mereka. Sebaliknya, bila rumah sakit memberikan pelayanan yang belum sesuai dengan harapan pasien maka pasien akan merasa tidak puas (Kotler, 2005). Ketidakpuasan pasien tersebut mengakibatkan pasien memilih untuk menggunakan jasa pesaing sehingga perlu adanya perbaikan dimana perbaikan tersebut pada dasarnya tertuju pada kualitas pelayanan karena kepuasan pasien erat kaitannya dengan kualitas (Sampurno, 2008). Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Anonim, 2004). Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, salah satu evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi pelayanan farmasi klinik. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah survei, contohnya survei kepuasan pasien (Anonim, 2014). Survei kepuasan pasien penting dan perlu dilakukan bersamaan dengan pengukuran dimensi mutu pelayanan kesehatan yang lain. Menurut Pohan (2007), transformasi ekonomi pasti akan mengubah keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, pengukuran kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala dan akurat. Menurut Aritonang (2005), dimensi kualitas pelayanan terdiri dari: reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan kepastian), emphaty (perhatian) dan tangible (wujud nyata). Lima dimensi kualitas pelayanan tersebut digunakan untuk mengukur kepuasan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. 102

Penelitian yang dilakukan Rahmani (2009) tentang Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Kualitas Pelayanan (Studi Kasus: RSU Bhakti Asih Tangerang) menyatakan bahwa ketepatan dokter mendiagnosa penyakit, keamanan lingkungan rumah sakit, kelengkapan obat-obatan di apotek, dan kelengkapan fasilitas peralatan modern perlu ditingkatkan. Hardi (2010) menyebutkan kepastian jam pelayanan dan perhatian individual kepada pasien perlu ditingkatkan, selain itu RSUD Pasaman Barat juga harus melakukan pemeliharaan peralatan kesehatan seperti tempat tidur pasien dan nakas serta mengganti peralatan yang tidak layak pakai, petugas diharapkan untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi sesama petugas. Harijono dan Supangkat (2011) dalam penelitian yang dilakukan di RSK. ST Vincentius A Paulo Surabaya (RKZ) menunjukkan hasil pengukuran gap dengan metode Servqual yang diberikan layanan farmasi RKZ masih belum memenuhi harapan konsumen, karena nilai kepuasan konsumen terhadap layanan farmasi masih lebih rendah daripada nilai harapan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Kualitas Pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional, dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus. Penelitian dilaksanakaan di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret April 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mendapatkan pelayanan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru di poliklinik rawat jalan pada bulan Maret April 2014 sedangkan sampel adalah bagian populasi yang memenuhi kriteria inklusi dengan metode purposive sampling. Besarnya sampel berdasarkan rumus Notoatmodjo (2002) diketahui bahwa besar populasi penelitian adalah 3.358 pasien dan tingkat kepercayaan yang diinginkan adalah 10%, maka jumlah minimal sampel penelitian adalah 97 orang. Pada pelaksanaan penelitian jumlah sampel yang diamati sebanyak 120 orang. Jenis 103

data yang digunakan adalah data primer. yakni wawancara dan kuesioner. Wawancara dilakukan dengan Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit guna memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Kuesioner disebar dalam bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka kepada responden dengan harapan responden akan memberikan respon atas daftar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis gap. Gap atau kesenjangan merupakan ketidaksesuaian antara pelayanan yang diterima pelanggan (perceived service) dengan pelayanan yang diharapkan (expected service). Adapun perhitungan nilai gap masing-masing atribut dilakukan dengan menghitung selisih antara tingkat kenyataan dengan tingkat harapan. Hasil dan Pembahasan Demografi responden diketahui berdasarkan distribusi responden yang terlibat dalam penelitian. Distribusi responden perlu diketahui karena dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Demografi responden terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, penghasilan, jaminan kesehatan, dan jumlah kunjungan ke rumah sakit. Tabel 1 menunjukkan data demografi responden. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak mendapatkan pelayanan di IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru dibanding dengan jenis kelamin perempuan yakni sebesar 56,67% dan 43,33%. Usia 36-45 tahun yang mendapatkan pelayanan farmasi di IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru sebanyak 45 orang (37,5%). Sedangkan usia lebih dari 45 tahun sebanyak 35 orang (29,17%), usia 26-35 tahun sebanyak 28 orang (23,33%) dan usia 17-25 tahun sebanyak 12 orang (10%). Jenjang pendidikan masyarakat yang mendapatkan pelayanan dari Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru sebagian besar adalah pendidikan tinggi yakni lulusan SLTA sebanyak 48 orang (40%) dan Sarjana/diploma sebanyak 43 orang (35,83%). Masyarakat dengan pendidikan SMP sebanyak 16 orang (13,33%) dan lulusan sekolah dasar sebanyak 13 orang (10,83%). Hasil demografi responden berdasarkan penghasilan adalah penghasilan 3-5 juta sebanyak 41 orang (34,17%). Sementara itu responden dengan penghasilan 1-3 juta sebanyak 38 orang (31,67%), penghasilan kurang dari 104

1 juta sebanyak 31 orang (25,83%), dan penghasilan lebih dari 5 juta sebanyak 10 orang (8,33%). Demografi responden berdasarkan jaminan kesehatan/asuransi di RSI Ibnu Sina Pekanbaru paling banyak adalah umum sebanyak 86 orang (71,67%), BPJS dan jaminan perusahaan berturut-turut adalah 16 orang (13,33%) dan 13 orang (10,83%). Jaminan kesehatan Inhealth dan Jamkesmas/Jamkesda berturut-turut adalah 4 orang (3,33%) dan 1 orang (0,83%). Tabel 1. Data demografi responden pasien di IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru No Keterangan Jumlah (n=120) Persentase (%) 1 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 68 52 56,67 43,33 2 Usia (th) a. 17-25 b. 26-35 c. 36-45 d. > 45 3 Pendidikan a. SD b. SMP c. SLTA d. Sarjana/diploma 4 Penghasilan (juta) a. < 1 b. 1-3 c. 3-5 d. > 5 5 Jaminan Kesehatan a. Jamkesmas/Jamkesda b. BPJS c. Perusahaan d. Umum e. Inhealth 6 Jumlah Kunjungan a. 2 kali b. 2-3 kali c. > 3 kali 12 28 45 35 13 16 48 43 31 38 41 10 1 16 13 86 4 33 26 61 10 23,33 37,5 29,17 10,83 13,33 40 35,83 25,83 31,67 34,17 8,33 0,83 13,33 10,83 71,67 3,33 27,50 21,67 50,83 Demografi responden jika dilihat dari jumlah kunjungan adalah yang berkunjung lebih dari 3 kali sebanyak 61 orang (50,83%), 2 kali sebanyak 33 orang (27,50%) dan kunjungan 2-3 kali sebanyak 26 orang (21,67%). 105

Analisa Kepuasan Pasien Mutu pelayanan ditakar berdasarkan gap (selisih antara kinerja pelayanan yang dirasakan pasien dengan harapannya) di IFRSI Ibnu Sina Pekanbaru. Semakin besar nilai negatif suatu gap pada suatu dimensi pelayanan, semakin besar pula prioritas peningkatan pelayanan dimensi pelayanan tersebut (Parasuraman et al., 1988). Lewis dan Booms menyatakan berdasarkan definisi kualitas pelayanan jasa yaitu suatu ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan harapan pelayanan maka kualitas pelayanan bisa diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan customer serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan customer (Tjiptono dan Chandra, 2005). Baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan pasien secara konsisten. Adapun hasil analisis gap pada IFRSI Ibnu Sina Pekanbaru adalah seperti yang terdapat pada Tabel 2. Dimensi reliability merupakan dimensi dengan nilai gap tertinggi yakni - 0,85 dengan nilai kinerja 2,69 dan nilai harapan 3,54. Dimensi assurance memiliki nilai gap -0,73 dengan nilai kinerja 2,79 dan nilai harapan 3,52. Dimensi emphaty dan tangibles berturut-turut nilai gapnya adalah -0,67 dengan nilai kinerja 2,72 dan nilai harapan 3,39 serta -0,59 dengan nilai kinerja 2,84 dan nilai harapan 3,43. Dimensi dengan nilai gap terendah adalah responsiveness dengan nilai gap - 0,54 dengan nilai kinerja 2,98 dan nilai harapan 3,52. Tabel 2. Data dimensi kualitas pelayanan di IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru Dimensi Pelayanan Rerata Nilai Kinerja Rerata Nilai Harapan Gap Peringkat Tangibles 2,84 3,43-0,59 4 Reliability 2,69 3,54-0,85 1 Responsiveness 2,98 3,52-0,54 5 Assurance 2,79 3,52-0,73 2 Emphaty 2,72 3,39-0,67 3 TOTAL 2,80 3,48-0,68 106

Pembahasan Distribusi responden menurut jenis kelamin akan memberikan gambaran ada tidaknya dominasi jenis kelamin tertentu dalam memberikan tanggapan atas pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pasien BPJS yang berjenis kelamin lakilaki lebih banyak terlibat yakni sebesar 56,67% dan pasien perempuan sebesar 43,33%. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki-laki maupun perempuan dalam hal penerimaan pelayanan kefarmasian. Responden yang menerima pelayanan IFRS secara langsung paling banyak berusia dewasa muda hingga usia remaja yakni dari usia 17 25 tahun sebesar 10%, usia 26 35 tahun sebesar 23,33% dan usia 36 45 tahun yakni sebesar 37,5%. Sedangkan usia lebih dari > 45 tahun sebesar 29,17%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penyebaran usia pasien yang terlibat cukup merata dan dengan terlibatnya rentang usia muda dan produktif diharapkan mampu memberikan jawaban yang obyektif karena pasien dengan usia produktif memiliki kemampuan pemahaman yang cukup tinggi dengan tingkat produktivitas, gairah hidup, kedewasaan dalam menghadapi suatu problema dan memberikan tanggapan. Berlangsungnya proses pendidikan yang dialami oleh pasien mempengaruhi karakter berfikir dan bertindak pasien tersebut. Terbentuknya karakter berfikir dan bertindak pasien akan memberikan variasi cara berfikir dengan berbagai sudut pandang yang intinya mengarah pada cara pandang, daya tangkap terhadap informasi, tingkat pengetahuan, daya pengaruh, sikap, dan minat pasien dalam memilih fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memenuhi segala harapan pasien. Pasien yang terlibat dalam penelitian memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik. Paling banyak adalah lulus SLTA yakni sebesar 40,00%, sebesar 35,83% lulus perguruan tinggi (sarjana/diploma), sebesar 13,33% lulus SMP dan lulus SD sebesar 10.83%. Hasil menunjukkan bahwa pasien memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik untuk bisa mengisi kuisioner yang diberikan. Tingkat pendapatan pasien akan berpengaruh pada daya beli pasien. Semakin tinggi pendapatan pasien maka akan semakin tinggi juga daya belinya. 107

Pasien yang memiliki pendapatan tinggi tidak masalah dengan pembelian obatnya tetapi pasien yang memiliki tingkat pendapatan rendah akan mengorbankan anggaran yang lain untuk memenuhi pembelian obat tersebut. Distribusi pasien berdasarkan jumlah pendapatan per bulan menunjukkan bahwa pasien dengan pendapatan terbanyak di angka Rp. 3.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 sebesar 34,17%. Pasien dengan pendapatan Rp. 1.000.000,00 Rp. 3.000.000,00 sebesar 31,67%. Pasien dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,00 per bulan sebesar 25,83% dan pasien dengan pendapatan lebih dari Rp. 5.000.000,00 sebesar 8.33%. Rata-rata pendapatan pasien yang tinggi mengakibatkan kemampuan pasien untuk membeli obat juga tinggi, sehingga pengobatan pasien dapat terlaksana dengan optimal. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru adalah rumah sakit umum yang dikelola oleh swasta tetapi sudah menjalin kerjasama dengan berbagai provider kesehatan sehingga pasien yang berobat ke RSI Ibnu Sina Pekanbaru tidak hanya pasien umum saja tetapi ada juga pasien BPJS, pasien Jamkesda/Jamkesmas, pasien Asuransi Inhealth dan pasien perusahaan. Dikarenakan RSI Ibnu Sina Pekanbaru adalah rumah sakit umum yang dikelola oleh swasta sehingga pasien nonasuransi kesehatan adalah pasien yang paling banyak jumlahnya yakni sebesar 71,67%. Pasien BPJS sebesar 13,33%, pasien Perusahaan sebesar 10,83%, pasien Inhealth sebesar 3,33% dan pasien Jamkesmas/Jamkesda sebesar 0,83%. Jumlah kunjungan pasien ke suatu fasilitas pemberi layanan akan sangat mempengaruhi penilaian pasien terhadap fasilitas pelayanan tersebut. Pasien yang baru pertama sekali mendapatkan pelayanan dari fasilitas pelayanan belum dapat dijadikan sampel responden karena pasien dianggap belum mampu menilai kinerja dari fasilitas pelayanan yang bersangkutan. Oleh karena itu, yang menjadi sampel responden penelitian adalah pasien yang minimal sudah dua kali mendapatkan pelayanan dari fasilitas pemberi pelayanan. Berdasakan data demografi pasien, pasien dengan jumlah kunjungan lebih dari tiga kali adalah persentase terbanyak yaitu sebesar 50,83%. Pasien dengan jumlah kunjungan sebanyak 3 kali sebesar 21,67% dan pasien dengan jumlah kunjungan 2 kali sebesar 27,50%. Semakin sering pasien mendapatkan 108

layanan dari fasilitas pemberi layanan, maka penilaian yang dilakukan pasien akan semakin terhindar dari bias. Analisa Kepuasan Pasien 1. Dimensi tangibles Berdasarkan hasil kuesioner, harapan pasien terhadap dimensi tangibles belum terpenuhi, hal ini terlihat dari adanya gap yang terjadi pada tiap atribut pernyataan bernilai negatif. Gap tertinggi pada atribut pernyataan 2, yakni tingginya harapan pasien terhadap desain ruangan atau bangunan instalasi yang terlihat bersih dan menarik meskipun nilai kinerja sudah cukup tinggi. Gap pada dimensi tangibles berada pada peringkat 4 yang menjadi perhatian untuk dilakukan perbaikan dari total 5 dimensi kualitas jasa. Hal ini menunjukkan bahwa performa pada dimensi tangibles cukup memuaskan bagi pasien. Ruangan yang memadai, nyaman dan mendukung pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan standar yang harus dipenuhi oleh setiap rumah sakit (Anonim, 1999). 2. Dimensi reliability Dimensi reliability berada pada urutan tertinggi yang perlu diperhatikan dalam dimensi kualitas jasa di IFRSI Ibnu Sina Pekanbaru dengan rata-rata nilai gap -0,85. Ratarata kinerja dimensi reliability masih terbilang rendah, sedangkan harapan akan dimensi ini sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kesenjangan antara kinerja dan harapan yang sangat tinggi yakni -0,85. Waktu tunggu (delivery time) merupakan atribut yang menjadi perhatian pokok bagi instalasi farmasi untuk dilakukan perbaikan. Perlu adanya perbaikan mulai dari kebijakan hingga teknis pelayanan terkait dengan waktu tunggu. Instalasi farmasi merupakan revenue center terbesar di rumah sakit, sehingga kepuasan pasien akan pelayanan di instalasi farmasi harus menjadi perhatian penting bagi rumah sakit. Atribut pernyataan nomor 5 pada dimensi reliability yakni penyerahan obat teratur sesuai dengan nomor antrian juga menjadi harapan yang tinggi bagi pasien (3,78) dengan nilai kinerja yang rendah (2,67). Proses antrian yang tidak jelas menjadi kendala bagi pasien. Pasien merasa seharusnya dilayani terlebih dahulu tetapi tidak dilayani menyebabkan kekecewaan bagi pasien, terutama pada waktu jam-jam ramai instalasi farmasi rumah sakit. Hal ini mungkin disebabkan karena 109

tidak tersedianya obat yang diminta pasien pada saat itu sehingga petugas farmasi harus mencarikan obatnya ke gudang instalasi farmasi, depo farmasi ataupun ke luar rumah sakit untuk melengkapi obat pasien. Untuk kedepannya, sebaiknya instalasi farmasi rumah sakit memberlakukan nomor antrian yang jelas terhadap setiap pasien dan memberikan informasi yang cukup bagi pasien yang harus menunggu lama jika obatnya tidak tersedia di instalasi farmasi ataupun jika obat harus diracik. 3. Dimensi responsiveness Nilai gap terendah adalah dimensi responsiveness (-0,56) dengan nilai kinerja 2,98 dan nilai harapan 3,52. Hal ini menunjukkan bahwa dari kelima dimensi kualitas jasa, dimensi responsiveness adalah dimensi yang kinerjanya untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan terbaik dirasa cukup memuaskan pasien. Peringkat tertinggi yang menjadi pokok perhatian dimensi responsiveness bagi manajemen adalah pada atribut pernyataan 4 yakni adanya petugas yang cukup pada jam-jam sibuk/ramai. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru adalah salah satu rumah sakit swasta berkembang di Pekanbaru dengan tingkat kunjungan pasien rawat jalan yang cukup tinggi. Kerjasama dengan berbagai institusi baik pemerintah maupun swasta dan berbagai asuransi kesehatan juga mampu menunjang jumlah kunjungan pasien rawat jalan, sehingga pada jam-jam sibuk/ramai terjadi penumpukan pasien di IFRS. Oleh karena itu, besar harapan pasien akan adanya penambahan petugas ketika jam-jam sibuk/ramai. Pasien menganggap penting agar petugas menyerahkan obat dengan bersegera. Hal ini bisa berarti subjektif karena pasien merasa terlalu lama menunggu mulai dari pendaftaran, periksa dokter, laboratorium dan pada akhirnya di instalasi farmasi. Sehingga harapan pasien terhadap instalasi farmasi untuk memberikan pelayanan segera sangat tinggi dengan cara petugas menyerahkan obat dengan segera. 4. Dimensi assurance Nilai gap peringkat kedua teradapat pada dimensi assurance (- 0,73) dengan nilai kinerja 2,79 dan nilai harapan 3,52. Dimensi assurance perlu perhatian khusus setelah dimensi reliability karena harapan 110

pasien akan dimensi ini sangat tinggi. Item pernyataan Petugas memiliki pengetahuan untuk menjawab pertanyaan saya tentang obat, Petugas menyiapkan obat dengan benar dan teliti dan Petugas tidak pernah melakukan kesalahan dalam memberikan obat memiliki nilai harapan yang sangat tinggi yakni secara berturut-turut 3,93; 3,93 dan 3,97. Harapan yang tinggi dibandingkan kinerja membuat kesenjangan yang bermakna bahwa responden tidak puas dengan kinerja yang diberikan. 5. Dimensi emphaty Nilai gap peringkat ketiga teradapat pada dimensi emphaty (- 0,67) dengan nilai kinerja 2,72 dan nilai harapan 3,39. Item pernyataan yang menjadi pokok perhatian adalah petugas dengan senang hati mencarikan alternatif obat yang sesuai dengan kondisi keuangan pasien dengan nilai gap tertinggi yakni -1,12. Nilai kinerja pada item ini rendah karena sebagian besar obat yang diresepkan telah sesuai dengan kondisi keuangan pasien. Petugas mendengar dengan sabar pertanyaan dan keluhan pasien mendapatkan peringkat kedua yang menjadi perhatian, karena nilai kinerja 3,02 dan harapan yang tinggi 3,85 serta nilai gap -0,83. Petugas farmasi di IFRS Ibnu Sina telah mendapatkan pelatihan service excellence ketika direkrut menjadi karyawan. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Analisa Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Kualitas Pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru diketahui bahwa IFRS Islam Ibnu Sina Pekanbaru belum memenuhi harapan pasien rawat jalan. Hal ini ditunjukkan dari nilai gap antara kinerja dan harapan yang bernilai negatif. Daftar Pustaka Anonim. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 111

Anonim, 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Aritonang, L.R. 2005. Kepuasan pelanggan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hardi, J. 2010. Analisis tingkat kepuasan pasien umum dan pasien jamkesmas terhadap mutu pelayanan rawat inap di RSUD Pasaman Barat tahun 2010. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Harijono, H dan Soepangkat, B.O.P. 2011. Upaya peningkatan kualitas layanan farmasi Rsk. St Vincentius A Paulo Surabaya dengan menggunakan metode servqual dan QFD. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV, Surabaya. Kotler, P. 2005. Manajemen pemasaran (Terjemahan). Jakarta: PT. INDEKS Kelompok Media. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Parasuraman, A., Ziethaml, V.A., dan Berry, L.L. 1988. SERVQUAL: a multiple-item scale for measuring consumer perceptions of servive quality. Journal of Retailing, 64, Sping: 12-40. Pohan, I.S. 2007. Jaminan mutu layanan kesehatan. Edisi Kedua. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Rahmani, V.F. 2009. Analisis tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap kualitas pelayanan (studi kasus: RSU Bhakti Asih Tangerang). Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sampurno. 2009. Manajemen pemasaran farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tjiptono, F. dan Chandra, G. 2005. Service, quality & satisfaction. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. 112