HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI KEMIRINGAN LERENG Di KAWASAN PERMUKIMAN KOTA MANADO BERBASIS SIG

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN INDUSTRI DI KELURAHAN GIRIAN BAWAH, KECAMATAN GIRIAN, KOTA BITUNG

PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KECAMATAN KAIDIPANG

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

Kata Kunci : Kawasan resapan air, Penggunaan Lahan, Kota Manado

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB IV METODE PENELITIAN

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN I-1

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN SEMPADAN SUNGAI SARIO DI KOTA MANADO

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Perikanan di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

Sabua Vol.7, No.1: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EVALUASI FUNGSI KAWASAN DENGAN KONDISI LAHAN EXISTING DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. Nur Andy Baharudin

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB II METODE PENELITIAN

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PENDAHULUAN Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam rangka mendukung penelitian ini, dikemukakan beberapa teori menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

ANALISIS PERSEBARAN LAHAN KRITIS DI KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARAHAN PENGEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT, KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 2

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN) Sri Rezeki Mokodompit 1, Ir. Sonny Tilaar MSi², & Raymond Ch. Taroreh, ST.MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah& Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2 & 3 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak.Terkonsentrasinya aktivitas manusia untuk berbagai kegiatan budidaya dan kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesesuaian lahan, menyebabkan adanya penyimpangan dalam pemanfaatan lahan wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan. Hal tersebut mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang salah satunya terjadi pada kawasan hutan bakau. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan penggunaan lahan kedepannya maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi kondisi eksisting pemanfaatan lahan dan menganalisis kesesuaian lahan di wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode analisis yakni analisis spasial overlay dengan memanfaatkan software ArcGIS. Darihasil analisis berdasarkan kondisi eksisting diperoleh lahanyang sesuaipenggunaannya adalah 2579,763 ha dan yang tidak sesuai adalah 18,711 ha.ketidaksesuaian yang adadisebabkanolehpenggunaanlahanpermukimandan pembukaan lahan tambak.dari hasilanalisis pula didapatkesesuaian lahan wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan adalah sebagai berikut: kesesuaian untuk fungsi lindung 341,518 ha (13%), kesesuaian untuk fungsi penyangga 624,167 ha (24%), dan kesesuaian untuk fungsi budidaya 1632,789 ha (62%). Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Wilayah Pesisir,SIG. PENDAHULUAN Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui, sedangkan jumlah manusia yang membutuhkan lahan untuk aktivitasnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab munculnya penggunaan lahan yang tidak sesuai. Ketidaksesuaian dalam penggunaan lahan dapat menyebabkan kerusakan lahan bahkan dapat menimbulkan korban. Kecamatan Tutuyan merupakan salah satu kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur No. 10 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bolaang Mongondow Timur 2013-2033, Kecamatan dengan luas 230,47 km2 ini adalah wilayah ibukota yang berfungsi sebagai kawasan permukiman dan pusat pemerintahan. Beragamnya penggunaan lahan yang ada pada wilayah ini mengindikasikan kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pemanfaatan lahan wilayah pesisir. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian lahan wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan terhadap berbagai pemanfaatan lahan di dalamnya. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi yang mempunyai kemampuan untuk memasukkan, mengolah, memanipulasi dan melakukan analisis data ruang spasial misalnya tanah, curah hujan, atau pun kemiringan lereng (Lestari F.F, 2008). Teknik SIG adalah merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk dijadikan sebagai teknik analisis yang menghasilkan informasi mengenai kesesuaian lahan di suatu kawasan khususnya wilayah pesisir. KAJIAN TEORI Fungsi Kawasan Zonasi kesesuaian lahan dapat dilakukan berdasarkan pada analisis beberapa faktor fisik. 123

Hasil analisis yang diperoleh merupakan dasar pijakan untuk penentuan alokasi pemanfaatan ruang. Pendekatan kawasan fungsional merupakan zonasi potensi sumberdaya alam secara keruangan dalam suatu lingkup lingkungan tertentu. Menurut SK Mentan No.837/KPTS/UM/II1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981 pembagian kawasan berdasarkan fungsi utamanya menjadi kawasan lindung, kawasan penyangga dan kawasan budidaya. Pembagian fungsi kawasan tersebut terkandung maksud untuk dapat memberikan masukan dalam pengaturan dan pengendalian arah pengembangan fisik. Arah pengembangan fisik yang disusun seyogyanya dilandasi daya dukung lingkungan melalui pendekatan kawasan fungsional. Arahan fungsi pemanfaatan lahan ditetapkan berdasarkan tiga faktor yaitu: (1) lereng, (2) jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi, dan (3) intensitas curah hujan harian rata-rata. Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan merupakan kecocokan lahan untuk tujuan penggunaan tertentu. Menurut Khadiyanto (2005) dalam Hartadi (2009) kemampuan lahan (Land Capability) dan kesesuaian lahan (Land Suitability) menentukan kelayakan penggunaan lahan yang menjadi pangkal pertimbangan dalam tata gunan lahan. Penggunaan atau pemanfaatan lahan dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan akan memberikan manfaat yang optimal dan berkelanjutan dalam suatu pengembangan wilayah, sedangkan ketidaksesuaian dalam pemanfaatan lahan dapat menyebabkan kerusakan lahan ataupun menimbulkan korban. Kesesuaian lahan harus mempertimbangkan beberapa aspek penting diantaranya kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi, lingkungan dan ekologi, potensi sumberdaya lokal serta faktor politik Golany (1976) dalam Hartadi (2009). Pertimbangan berbagai aspek tersebut sangat diperlukan bagi penentuan pemanfaatan lahan yang ditunjukkan dengan adanya tindakan selektif dalam pemanfaatan lahan. Kondisi fisik dasar lahan sangat mempengaruhi daya dukung lahan yang selanjutnya mempengaruhi pula kesesuaian lahan bagi suatu aktivitas tata gunan lahan. Wilayah pesisir Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dimana ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan, baik perubahan yang terjadi karena proses alami dan perubahan karena campur tangan manusia. Adanya berbagai kegiatan di wilayah pesisir seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya tambak, pelabuhan, pariwisata, permukiman, dan suaka alam dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan goemorfologi wilayah pesisir. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer untuk menangkap (capture), menyimpan (store), memanggil kembali (retrieve), menganalisis dan mendisplay data spasial, sehingga efektif dalam menangani permasalahan yang kompleks baik untuk kepentingan penelitian, perencanaan, pelaporan maupun untuk pengelolaan sumber daya dan lingkungan. Salah satu fungsi SIG yang menonjol, dan sekaligus yang membedakannya dari kartografi komputer adalah fungsi analisis dan manipulasinya yang handal, baik secara grafis (spasial) maupun tabular (data berbasis tabel). Menurut McCoy dan Johnston, 2001, ada dua jenis model dalam kerangka analisis spasial, yaitu: (1) model berbasis representasi yakni model yang merepresentasikan objek di permukaan bumi (landscape). dan (2) model berbasis proses yakni model yang mensimulasikan proses yang ada di permukaan bumi. Model berbasis representasi mendeskripsikan objek-objek di permukaan bumi (seperti bangunan, sungai, jalan, dan hutan) melalui layer data di dalam SIG. Model berbasis proses digunakan untuk 124

HASIL PENELITIAN menggambarkan interaksi antar objek yang dimodelkan pada model representatif. Hubungan tersebut dimodelkan menggunakan berbagai alat/tool/metode analisis spasial. Analisis spasial dapat dilakukan pada data yang terformat dalam bentuk layer data raster ataupun layer data yang berisi data vektor. Ada berbagai jenis analisis spasial untuk penanganan data vektor yang dibagi menjadi tiga (3) yaitu: (1) ekstraksi, (2) overlay, dan (3) proximity. METODOLOGI Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan penelitian dengan menggunakan data-data numerikal (angka) yang diolah menggunakan metode statistika dalam software ArcGIS. Analisa kesesuaian lahan dilakukan melalui prosedur analisa Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa tumpang susun (overlay) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesesuaian lahan. Penggunaan metode kuantitatif ini didukung oleh parameter atau variabel dengan skor yang sudah ditentukan dalam menganalisa fungsi kawasan untuk kesesuaian lahan. Adapun variabel tersebut antara lain; kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas curah hujan. Pengolahan Data Spasial Data peta kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah hujan yang diperoleh dari pengumpulan data berupa peta analog dengan format jpg dikonversi menjadi peta digital dalam software ArcGIS sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan analisis. Proses olah data spasial meliputi registrasi peta dan digitasi. Tumpangsusun (Overlay) Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) ArcGIS dapat dilakukan overlay dengan mudah. Data kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah hujan dengan skor dan kriteria masing-masing yang sebelumnya terpisah digabungkan menjadi satu dengan menggunakan tools union. Editing Data Attribut Editing data atribut pada intinya adalah mengolah data yang telah digabungkan sehingga menjadi satu data yang menghasilkan informasi baru. Ada 2 proses yang dilakukan pada tahap ini: (1) menggunakan rumus pada Select By Attributes; dan (2) membuat kolombaru pada AddField. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah hujan dan mengklasifikasikannya kedalam kelas unit lahan. Kemudian menjumlahkan masingmasing skor sehingga dapat menentukan kriteria fungsi kawasan. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan, dengan luas wilayah 2.598,474 ha dari garis pantai ke arah daratan sampai dengan batas Jalan Trans Sulawesi. Lokasi penelitian meliputi sepuluh (10) desa yang secara langsung berbatasan dengan Laut Maluku, yakni Desa Dodap Mikasa, Desa Dodap, Desa Dodap Pantai, Desa Togid, Desa Tutuyan I, Desa Tutuyan II, Desa Tutuyan III, Desa Tombolikat, Desa Tombolikat Selatan, dan Desa Kayumoyondi. Gambar 1. Peta Orientasi Lokasi Penelitian Sumber : Peneliti, 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Eksisting Pemanfaatan Lahan Wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan terdapat berbagai macam pemanfaatan lahan dan didominasi oleh perkebunan yang teridentifikasi seluas 1868,847 ha (72%). Danau dengan luas 209,193 ha (8%), sawah seluas 150,744 ha (6%), rawa seluas 146,6 ha (5%), hutan bakau dengan 125

luas 122,794 ha (5%), permukiman dengan luas 78,176 ha (3%), dan tambak dengan luas 22,152 ha (1%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2. Peta Kondisi Eksisting Pemanfaatan Lahan Pertanian dan Perkebunan Analisis Kesesuaian Lahan Analisis spasial kesesuaian lahan menunjukkan bahwa kesesuaian lahan wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan terdiri dari fungsi lindung, fungsi penyangga dan fungsi budidaya. Hasil analisis tersebut diperoleh dari analisis overlay dan skoring berdasarkan kriteria faktorfaktor kondisi fisik lahan yaitu kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas curah hujan harian rata-rata. Adapun skoring yang digunakan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/UM/1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada uraian sebagai berikut. Skoring Kelas Lereng Hail skoring kelas lereng di wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Skoring Kelas Lereng Wilayah Pesisir Kecamatan Tutuyan Kelas Lereng (%) Deskripsi Skor Luas (%) I 0-8 Datar 20 1649,411 61 Gambar 3. Peta Kondisi Eksisting Pemanfaatan Lahan Tambak II 8-15 Landai 40 240,326 10 III 15-25 Agak Curam 60 230,534 9 IV 25-40 Curam 80 269,018 11 Total 2389,281 100 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah pada lokasi penelitian merupakan wilayah yang datar yaitu dengan kemiringan lereng 0-8% seluas 1649,411ha (61%). Skoring Kelas Jenis Tanah Hasil skoring kelas jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi di wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan dapat dilihat pada tabel berikut: Gambar 4. Peta Kondisi Eksisting Pemanfaatan Lahan Permukiman 126

Kelas Tabel 2. Skoring Kelas Jenis Tanah wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan Jenis Tanah Deskripsi Skor Luas HASIL PENELITIAN (%) I Alluvial Tidak Peka 15 1429,203 60 II Latosol Kurang Peka 30 271,862 11 V Regosol Sangat Peka 75 688,216 29 Total 2389,281 100 Dari tabel di atas diketahui bahwa wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan didominasi oleh jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi jenis tanah alluvial yang teridentifikasi dengan luas 1429,203 ha (60%). Skoring Kelas Intensitas Curah Hujan Hasil skoring intensitas curah hujan di wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Skoring Kelas Intensitas Curah Hujan Rata-rata wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan Kelas Interval (mm/hr) I 0-13,6 Deskripsi Sangat Rendah Skor Luas (%) 10 2389,281 100 Total 2389,281 100 Dari tabel tersebut diketahui bahwa wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan seluruhnya merupakan kawasan dengan intensitas curah hujan yang sangat rendah yakni 0-13,6 mm/hr. Hasil dari overlay tersebut selanjutnya ditampilkan dalam peta kelas lahan seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut. No. Gambar 5. Peta Kelas Lahan Tabel 4. Luas Jenis Penggunaan Lahan Berdasarkan Hasil Skoring Kelas Lahan Penggunaan Lahan Luas 1 111 Hutan Bakau 104,52 Perkebunan 833,528 Permukiman 36,507 Rawa 88,806 Sawah 150,744 Tambak 16,724 2 121 Perkebunan 201,394 Permukiman 15,399 Rawa 0,026 3 151 Hutan Bakau 18,274 Perkebunan 111,885 Permukiman 8,44 Rawa 57,736 Tambak 5,428 4 211 Perkebunan 198,374 5 221 Perkebunan 27,34 Permukiman 14,612 6 351 Perkebunan 230,526 7 451 Perkebunan 265,8 Permukiman 3,218 8 Danau 209,193 Total 2589,474 Tabel di atas merupakan klasifikasi dari penggunaan lahan yang diterapkan pada kelas 127

lahan dari hasil skoring berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil skoring tersebut menunjukkan bahwa wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan didominasi oleh pemanfaatan lahan untuk budidaya, namun dari penggunaan lahan yang ada sebagai wilayah pesisir lokasi penelitian terdapat ekosistem khas pesisir yang merupakan bagian dari kawasan lindung yakni hutan bakau. Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa penggunaan lahan yang sesuai pada wilayah pesisir tersebut didominasi oleh perkebunan dan permukiman. Sedangkan pada kelas lahan 111 dan 151 terdapat penggunaan lahan hutan bakau sebagai ekosistem pesisir yang harus dilindungi. Kawasan Fungsi Lindung Beberapa kriteria kawasan lindung yang terdapat di wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan adalah sebagai berikut; 1) Kawasan Perlindungan Setempat, terdiri atas kawasan sempadan pantai seluas 164,522 ha, kawasan sempadan sungai seluas 21,675 ha dan kawasan sempadan danau seluas 32,527 ha. 2) Kawasan pantai berhutan bakau seluas 122,794 ha. Secara keseluruhan kawasan fungsi lindung pada wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan ini memiliki luas 341,518 ha. 128 Kawasan Fungsi Penyangga Kawasan fungsi penyangga pada wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan memiliki luas 477,599 ha yang terdapat pada lahan dengan kemiringan lereng 15-25% dan 25-40%.Adapun beberapa lokasi yang secara ekonomis maupun ekologi dapat dikembangkan sebagai kawasan penyangga yaitu rawa yang memiliki luas 146,568 ha. Secara keseluruhan kawasan fungsi penyangga pada wilayah pesisir ini memiliki luas 620,949 ha. Kawasan Fungsi Budidaya Kawasan fungsi budidaya pada wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan yang terdiri dari kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman. Secara keseluruhan kesesuaian lahan fungsi budidaya untuk berbagai peruntukan memiliki luas yaitu 1632,789 ha meliputi beberapa jenis diantaranya perkebunan seluas 1384,932 ha, sawah seluas 150,744 ha, tambak seluas 10,304 ha, dan permukiman seluas 71,313 ha. Untuk lebih jelas kesesuaian lahan wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan terhadap penggunaan lahan disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.14 Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kecamatan Tutuyan Berdasarkan Penggunaan Lahan Klasifikasi Kesesuaian Lahan No Fungsi Kawasan Penggunaan Lahan Tidak Sesuai Sesuai Hutan Bakau 122,794-1 Fungsi Lindung 2 Fungsi Penyangga 3 Fungsi Budidaya Sempadan Pantai 164,522 - Sempadan Sungai 21,675 - Sempadan Danau 32,527 - Perkebunan 474,381 - Permukiman - 3,218 Rawa 146,568 - Perkebunan 1384,932 - Sawah 150,744 - Tambak 10,304 11,849 Permukiman 71,315 3,644 Luas Total Fungsi Kawasan Luas (%) 341,518 13 624,167 24 1632,789 62 Jumlah 2579,763 18,711 2598,474 100

HASIL PENELITIAN Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan adalah wilayah dengan berbagai fungsi kawasan yaitu fungsi lindung, fungsi penyangga, dan fungsi budidaya. Proporsi luasan wilayah pesisir ini lebih didominasi oleh fungsi kawasan budidaya yaitu seluas 1632,789 ha (62%), fungsi penyangga adalah seluas 624,167 ha (24%) dan fungsi lindung adalah seluas 341,518 ha (13%). Berdasarkan klasifikasi kesesuaian lahan wilayah pesisir dapat disimpulkan bahwa dari berbagai penggunaan lahan yang ada saat ini teridentifikasi penggunaan yang sesuai adalah seluas 2579,763 ha dan penggunaan lahan yang tidak sesuai adalah seluas 18,711 ha.hal tersebut berarti bahwa saat ini terbukti adanya penyimpangan dalam penggunaan lahan wilayah pesisir. Penyimpangan tersebut terjadi pada penggunaan lahan tambak, dan permukiman. Gambar 6. Peta Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kecamatan Tutuyan KESIMPULAN 1. Wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan teridentifikasi terdapat berbagai macam pemanfaatan lahan yang terdiri dari hutan bakau/mangrove seluas 122,794 ha (5%), perkebunan seluas 1.868,847 ha (72%), sawah seluas 150,744 ha (6%), tambak seluas 22,152 ha (1%), permukiman seluas 78,176 ha (3%), rawa seluas 146,568 ha (5%), dan danau seluas 209,193 ha (8%). 2. Kesesuaian lahan wilayah pesisir Kecamatan Tutuyan terdiri dari kesesuaian untuk fungsi lindung 341,518 ha (13%), kesesuaian untuk fungsi penyangga 624,167 ha (24%), dan kesesuaian untuk fungsi budidaya 1632,789 ha (62%). Berdasarkan pemanfaatan lahan eksisting, yang sesuai adalah 2579,763 ha dan yang tidak sesuai adalah 18,711 ha. Saran/Rekomendasi 1) Relokasi permukiman pada kawasan lindung sempadan pantai, dan pada kawasan penyangga. 2) Rehabilitasi hutan bakau yang mengalami kerusakan akibat pembukaan tambak. Adapun untuk pembukaan tambak, sebaiknya diarahkan pada kawasan penyangga berupa rawa. Dimana pembukaan tambak pada kawasan tersebut harus tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan mengembangkan sistem silvofishery 3) Meningkatan pemahaman masyarakat dengan sosialisasi terkait pengelolaan dengan sistem silvofishery dan sistem agroforestry untuk menjaga kelestarian lingkungan wilayah pesisir. Gambar 7. Peta Kesesuaian Lahan Dirnci Menurut Jenis Penggunaan Lahan 129 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1980. Surat Keputusan Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/11/1980 Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung. Anonim, 1981. Surat Keputusan Menteri Pertanian No.683/Kpts/Um/8/1981 Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Produksi.Baja, S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan Dalam Pengembangan Wilayah. ANDI: Yogyakarta.

Anonim, 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Anonim, 2007. Undang-Undang No.1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Hardjowigeno, S., dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. UGM Press: Yogyakarta. Hartadi, A. 2009. Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Dasar di Kota Fak-Fak. Program Pascasarjana. Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang Indarto., dan Faisol, A. 2012. Konsep Dasar Analisis Spasial. ANDI: Yogyakarta. Keraf, R. 2012. Studio Proses Perencanaan. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Universitas Pasundan. Bandung. Lestari, F. F. 2008. Penerapan Sistem Informasi Geografis Dalam Pemetaan Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Bogor. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Nugroho, I., dan Dahuri, R. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. LP3ES: Jakarta 130