COMPUTER PROGRAM FOR DESIGNING CATHODIC PROTECTION SYSTEM SACRIFICIAL ANODE METHOD MUTIA DELINA

dokumen-dokumen yang mirip
PROTEKSI KATODIK BAJA AISI 1020 MENGGUNAKAN ANODA ALUMUNIUM

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

Semarang, 6 juli 2010 Penulis

TERSELESAIKAN H+7 P2

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

Elektrokimia. Sel Volta

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Proteksi Katodik Metoda Anoda Tumbal Untuk Mengendalikan Laju Korosi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

DR. IR. ACHMAD SULAIMAN

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

KIMIA ELEKTROLISIS

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK (CP) ANODA KORBAN PADA PIPA BAJA (Studi Kasus Pipa PGN di PT. Nippon Sokubai Indonesia)

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

Kata kunci : BEM, Korosi, Beton berulang, Proteksi katodik, Anoda korban, Simulasi

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

TUGAS SARJANA. KOROSI GALVANIS PADA STEEL AISI Cu DENGAN VARIASI PEMBIASAN SCRAP STEEL SEBAGAI ANODA KEDUA PADA MEDIUM NaCl

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

Sulistyani, M.Si.

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Percobaan 1.3 Batasan Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

10/16/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Penyebab Korosi. Dampak Korosi

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim.

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM :

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

Recovery logam dengan elektrolisis

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

Transkripsi:

COMPUTER PROGRAM FOR DESIGNING CATHODIC PROTECTION SYSTEM SACRIFICIAL ANODE METHOD MUTIA DELINA 6305000157 GRADUATE PROGRAM IN MATERIAL SCIENCE FACULTY OF MATHEMATIC AND SCIENCES INDONESIA UNIVERSITY 2007

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK PEMBANTU PERANCANGAN PROTEKSI KATODIK SISTEM ANODA KORBAN Tesis diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dalam bidang ilmu material MUTIA DELINA 6305000157 PROGRAM STUDI MATERIAL SCIENCE PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS INDONESIA 2007

ABSTRAK Korosi atau karat merupakan peristiwa penurunan mutu material pada bahan logam akibat intraksi yang tidak menguntungkan dengan lingkungan. Korosi tidak dapat dihindari atau dihilangkan, namun dapat dikendalikan dengan melakukan proteksi katodik sistem anoda korban, yaitu memasang anoda korban pada bagian yang hendak diproteksi. Pemasangan anoda korban memerlukan desain yang tepat dan akurat agar sesuai dengan kebutuhan arus proteksi. Oleh karena itu diperlukan sebuah perangkat lunak atau program yang dapat digunakan untuk membantu perancangan desain proteksi katodik system anoda korban. Perangkat lunak ini nantinya dapat diaplikasikan pada beberapa kasus seperti proteksi untuk pipa baja, tiang penyangga dermaga dan lambung kapal baja. Perangkat lunak proteksi katodik system anoda korban memerlukan input luas area yang akan diproteksi, jenis anoda yang akan dipergunakan, berat anoda dan umur desain proteksi. Output dari perangkat lunak ini antara lain jumlah anoda yang diperlukan, jarak pemasangan antar anoda, pemasangan anoda yang efektif (horizontal atau vertical). Perangkat lunak ini dibuat dengan menggunakan software Microsoft Visual Basic 6.0.

ABSTRACT Corrosion or rust is degradation of metal quality because of its disadvantages interaction with environment. We cannot avoid corrosion or annihilate it, but we can prevent it by protecting the metal with sacrificial anodizing system of cathodic protection. Sacrificial anodizing system is the sacrificial anode setting in the area that needs protection. The setting needs good design. So the design will appropriate with the current protection necessity. Because of that we need a program to help us for planning the protection design. The program will be applied in some cases such as protection for steel pipe, quay pole and ship hull. It needs some inputs, which are the wide area, kind of anode, weight of anode and the age of protection. This program output would be amount of anode, distance set between anode, effectiveness setting of anode (horizontal or vertical). The program is created using Microsoft Visual Basic 6.0 software.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : Pembuatan Perangkat Lunak Pembantu Perancangan Proteksi Katodik Sistem Anoda Korban Tesis ini merupakan salah satu peryaratan untuk memperoleh ijazah Magister pada program studi Ilmu Material Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Johny Wahyuadi Soedarsono, DEA, selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan serta meluangkan waktu bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 2. Bapak Dr. Bambang Soegijono, selaku ketua Program Studi Ilmu Material Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. 3. Bapak Dr. Mohammad Hikam, selaku sekretaris Program Studi ilmu Material Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. 4. Staf Pengajar Program Studi Ilmu Material Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. 5. Ibu Dra. Yuliarsi DR selaku Kepala Divisi Program Pendidikan PP IPTEK yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 6. Kedua orang tua, Mas Rinto serta adik-adikku yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. i

7. Rekan-rekan Mahasiswa angkatan 2005 Program Studi Ilmu Material Program Pasca Sarjana universitas Indonesia yang telah memberikan semangat dan bantuan selama pembuatan tesis. Semoga Allah SWT melimpahkan kebahagiaan dan kesejahteraan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan penulis juga berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi sempurnanya tesis ini. Jakarta, Juni 2007 Penulis ii

DAFTAR ISI Hal Lembar persetujuan Abstrak Kata Pengantar. i Daftar isi.. iii Daftar Gambar v Daftar Tabel vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Tujuan Penelitian 2 1.3 Pembatasan Masalah.3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Korosi 4 2.2 Jenis-Jenis Korosi... 9 2.2.1 Korosi Merata... 9 2.2.2 Korosi Sumuran 10 2.2.3 Korosi Antar Butir. 10 2.2.4 Korosi Erosi 11 2.2.5 Korosi Galvanik.... 12 2.2.6 Korosi Celah. 14 2.3 Laju Korosi. 15 2.4 Metode Pencegahan Korosi 16 iii

2.4.1 Pelapisan. 16 2.4.2 Perlakuan Lingkungan. 17 2.4.3 Pemilihan Material.. 17 2.4.4 Desain Berlebih dan Perbaikan Desain. 17 2.4.5 Proteksi Katodik 17 2.5 Rumus-rumus Proteksi Katodik dalam Program 21 2.5 Program Visual basic 6.0.. 26 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Program perancangan proteksi katodik 33 4.2 Melakukan pengujian. 38 4.2.1 Uji komposisi. 38 4.2.2 Uji Korosi 40 4.2.3 Potensial Proteksi 49 4.3 Analisi hasil perhitungan.. 50 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 55 Daftar Acuan 56 Lampiran 1 Fowchar Program. 57 Lampiran 2 Listing Program 60 Lampiran 4 Beberapa data yang dibutuhkan program 71 iv

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Mekanisme Korosi 5 Gambar 2.2 Korosi pada permukaan logam 5 Gambar 2.3 Reaksi elektrokimia pada logam... 6 Gambar 2.4 Korosi yang terjadi antara tembaga dan besi baja.. 9 Gambar 2.5 Korosi Merata.9 Gambar 2.6 Mekanisme Korosi Sumuran..10 Gambar 2.7 Korosi Sumuran 10 Gambar 2.8 Korosi Antar Butir...11 Gambar 2.9 Korosi Erosi 11 Gambar 2.10 Mekanisme Korosi Galvanik.13 Gambar 2.11 Korosi Galvanik..13 Gambar 2.12 Mekanisme Korosi Celah.14 Gambar 2.13 Korosi Celah 14 Gambar 2.14 Proteksi katodik dengan anoda korban. 18 Gambar 2.15 Auto List Member 27 Gambar 2.16 Tampilan IDE Visual Basic 6.0 27 Gambar 2.17 Window Code. 28 Gambar 3.1. Pengamplasan 30 Gambar 3.2 Sebelum pengamplasan...30 Gambar 3.3 Setelah pengamplasan. 30 Gambar 3.4 Timbangan BOSCH SAE 200.. 31 Gambar 3.5 Pengecekan sambungan kabel dengan multimeter 31 Gambar 3.6 Diagram alir penelitian.. 32 Gambar 4.1 Tampilan awal program.33 Gambar 4.2 Program desain proteksi untuk pipa baja....34 v

Gambar 4.3 Program desain proteksi untuk penyangga dermaga 34 Gambar 4.4 Program untuk menghitung proteksi pada kapal baja...35 Gambar 4.5 Output Program.. 35 Gambar 4.6 Perhitungan desain proteksi pada kapal baja... 37 Gambar 4.7 Grafik pengaruh kecepatan air terhadap laju korosi baja AISI 1020 tanpa proteksi.... 41 Gambar 4.8 Perbandingan kebutuhan berat anoda Al data pengujian dan hasil perhitungan program 44 Gambar 4.9 Perbandingan kebutuhan berat anoda seng data pengujian Dan hasil perhitungan program 47 Gambar 4.10 Perbandingan kebutuhan berat anoda magnesium data pengujian dan hasil perhitungan program.49 Gambar 4.11 Efek kecepatan air laut terhadap korosi baja. 51 vi

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Deret Elektrokimia.... 8 Tabel 2.2 Deret Galvanis.....12 Tabel 2.3 Standar kimia alloy magnesium... 19 Tabel 2.4 Grade magnesium alloy..... 19 Tabel 2.5 Komposisi anoda senguntuk lingkungan air laut 20 Tabel 2.6 Sifat anoda galvanis... 21 Tabel 2.7 Beberapa tombol toolbar dan fungsinya. 28 Tabel 4.1 Komposisi kimia baja AISI 1020... 38 Tabel 4.2 Komposisi kimia anoda aluminium. 39 Tabel 4.3 Komposisi kimia anoda seng 39 Tabel 4.4 Komposisi kimia anoda magnesium.. 40 Tabel 4.5 Laju korosi baja AISI 1020.... 40 Tabel 4.6 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda aluminium.. 42 Tabel 4.7 Perhitungan kebutuhan anoda aluminium... 44 Tabel 4.8 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda seng. 44 Tabel 4.9 Perhitungan kebutuhan anoda Zn..... 46 Tabel 4.10 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan Berat anoda magnesium. 47 Tabel 4.11 Perhitungan kebutuhan anoda magnesium 49 Tabel 4.12 Potensial proteksi terhadap pasangan katoda dan anoda. 50 Tabel 4.13 Perbedaan nilaikebutuhan berat anoda aluminium hasil eksperimen Dan hasill perhitungan program. 52 Tabel 4.14 Perbedaan nilai kebutuhan berat anoda seng hasil eksperimen dan vii

Hasil perhitungan program.. 52 Tabel 4.15 Perbedaan nilai kebutuhan berat anoda magnesium hasil Eksperimen dan hasil perhitungan. 52 Tabel 4.16 Deret elektrokimia... 53 viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi merupakan salah satu masalah serius yang berakibat pada timbulnya kerugian dalam segi pembiayaan. Berdasarkan penelitian di Amerika, korosi telah menelan biaya ratusan milyar dolar setiap tahunnya. Biaya yang ditimbulkan oleh korosi telah dipelajari oleh beberapa negara, hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa biaya yang ditimbulkan oleh korosi adalah 1 sampai dengan 5% dari Gross National Product. Biaya tersebut meliputi utilitas 34.7%, transportasi 21.5%, infrastruktur 16.4%, pemerintahan 14.6%, produksi dan manufaktur 12,8% [1]. Korosi tidak dapat dihilangkan namun dapat dicegah dengan memproteksi material dari lingkungan. Salah-satunya adalah dengan proteksi katodik sistem anoda korban. Proteksi katodik sistem anoda korban telah digunakan secara meluas. Desain yang digunakan merupakan perpaduan antara pengalaman dan data experiment. Bagaimanapun kegagalan pada proteksi katodik tidak hanya akan berdapak pada kerugian secara ekonomi, tetapi juga pada keselamatan nyawa manusia dan lingkungan [2]. Kerugian secara ekonomi terjadi karena perusahaan harus mengeluarkan beberapa biaya ekstra. Biaya tersebut terbagi dalam biaya langsung berupa; perbaikan kerusakan material, dan biaya tidak langsung berupa; biaya yang timbul akibat menurunnya produksi, kentungan dan umur pakai alat. Proteksi katodik sistem anoda korban memerlukan perhitungan dan perancangan yang matang agar desain sesuai dengan kebutuhan proteksi material 1

untuk jangka waktu tertentu. Desain yang tepat akan menolong perusahaan dari extracost akibat dari desain yang berlebihan atau kerusakan karena desain yang tidak tepat. Oleh karena itu diperlukan sebuah sarana berupa perangkat lunak untuk membantu desain proteksi katodik, sehingga desain yang yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Banyak penelitian yang berkaitan dengan perancangan proteksi katodik denngan menggunakan program komputer antara lain Ernesto Santana dan Robert Adey [3] dalam The Journal of Corrosion Science and Engineering 2006, meneliti Validation of Cathodic Protection Design Using Computer Simulation. Kemudian Ernesto Santana dan Robert Adey [4], meneliti tentang Predictive Modeling of Corrosion and Cathodic Protection System. V.G DeGiorgi [5] dalam Elsevier 2001, meneliti tentang Evaluation of Perfect Paint Assumption in Modeling of Cathodic Protection System. Robert A Adey dan John Baynham [2], dalam Corrosion 2000, meneliti tentang Design and Optimization of Cathodic Protection Systems Using Computer Simulation. 1.2 Tujuan Penelitian 1. Membuat perangkat lunak untuk membantu perncangan proteksi katodik system anoda korban untuk kapal baja, pipa baja dan tiang penyangga dermaga sehingga dihasilkan keluaran program berupa hasil perhitungan proteksi katodik system anoda korban. 2. Menghindari kesalahan dalam melakukan disain awal proteksi. 3. Menyediakan perkiraan disain proteksi dengan cepat dan murah. 4. Mengetahui efektifitas pemasangan anoda korban secara horizontal dibandingkan terhadap pemasangan anoda secara vertikal. 2

1.3 Pembatasan Masalah 1. Program yang digunakan adalah Visual Basic 6.0, karena terbatasnya kemampuan program ini, maka program hanya dapat digunakan untuk mendisain proteksi untuk lambung kapal baja, pipa baja dan tiang penyangga dermaga. 2. Material anoda yang digunakan dalam pemograman adalah aluminium, seng dan magnesium. 3. Untuk validasi, pemodelan dilakukan dengan pengujian laboratorium dengan metoda kehilangan berat (WGL : Weight Gain Loss) 4. Anoda yang digunakan pada eksperimen hanya aluminium, seng dan magnesium. 5. Pengambilan data akan memvariasikan kecepatan alir air garam antara lain; 0.00 m/s, 0.09 m/s, 0.18 m/s, 0.27 m/s dan 0.36 m/s 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Korosi Korosi merupakan penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Secara umum korosi meliputi hilangnya logam pada bagian yang terekpose. Korosi terjadi dalam berbagai macam bentuk, mulai dari korosi merata pada seluruh permukaan logam sampai dengan korosi yang terkonsentrasi pada bagian tertentu saja. Korosi pada logam terjadi karena adanya aliran arus listrik dari satu bagian pada ke bagian yang lain di permukaan logam. Aliran arus ini akan menyebabkan hilangnya metal pada bagian dimana arus dilepaskan ke lingkungan (oksidasi atau reaksi anoda). Proteksi terjadi di titik dimana arus kembali ke permukaan logam (reaksi katoda). Terdapat empat unsur pokok yang harus dipenuhi agar korosi dapat terjadi. Jika salah satunya hilang, maka korosi tidak dapat terjadi. Empat unsur pokok tersebut antara lain; Anoda, tempat terjanya reaksi oksidasi. Katoda, tempat terjadinya reaksi reduksi. Elektrolit, Lingkungan tempat katoda dan anoda ter-ekpose. Sambungan logam, katoda dan anoda harus disambung dengan menggunaan sambungan logam agar arus listrik dapat mengalir. 4

Gambar 2.1 Mekanisme Korosi Pada logam yang sama, salah satu bagian permukaannya dapat menjadi anoda dan bagian permukaan lainnya menjadi katoda. Hal ini bisa saja terjadi karena kemungkinan logam terdiri dari phase yang berbeda, karena permukaan logam dilapisi dengan kondisi coating yang berbeda, atau karena di permukaan logam terdapat lebih dari satu macam elektrolit. Gambar 2.2 Korosi pada permukaan logam 5

Logam dapat dicelupkan pada elektrolit atau permukaan logam dapat digenangi oleh elektrolit dan membentuk lapisan tipis. Laju korosi bergantung pada konduktifitas listrik elektrolit. Air murni memiliki konduktifitas listrik yang kurang baik sehingga laju korosi yang terjadi akan lebih rendah jika dibandingkan dengan larutan asam yang memiliki konduktifitas listrik tinggi. Gambar 2.3 Reaksi elektrokimia pada logam Salah satu contohnya adalah korosi yang terjadi antara seng dan asam HCl. Berikut ini merupakan gambaran reaksi elektrokimia yang terjadi; Zn + 2HCl ZnCl 2 + H 2 (1) Seng bereaksi dengan larutan asam sehingga membentuk seng clorida dan melepaskan gas hidrogen ke udara. Reaksi ionik yang terjadi adalah sebagai berikut; Zn + 2H + + 2Cl - Zn 2+ + 2Cl - + H 2 (2) Dengan menghapus Cl - pada kedua sisi, reaksi dapat disederhanakan menjadi; Zn + 2H + Zn 2+ + H 2 6

Reaksi di atas dapat dibagi menjadi reaksi anoda dan reaksi katoda. Zn Zn 2+ + 2e - reaksi anoda 2H + + 2e - H 2 reaksi katoda (3) (4) Reaksi elektrokimia seperti pada (3) dan (4) hanya dapat terjadi pada nilai tertentu saja. Jika tersedia elektron pada (4), maka potensial pada permukaan akan menjadi lebih negatif, kelebihan elektron akan mengakibatkan arus negatif terkumpul pada logam atau pada larutan menunggu reaksi berikutnya terjadi. Reaksi tidak akan cukup cepat untuk mengakomodasi semua elektron yang tersedia. Potensial arus negatif ini disebut dengan polarisasi katodik. Kekurangan elektron pada metal karena pelepasan elektron yang terjadi pada (3) pada larutan akan menghasilkan perubahan arus positif yang disebut dengan polarisasi anoda. Jika kekurangan elektron (polarisasi) semakin besar, kecendrungan pemutusan hubungan anoda akan semakin besar. Polarisasi anoda yang terjadi akan mendorong terjadinya korosi dengan reaksi anoda (3). Pada larutan elektrolit, permukaan akan mencapai nilai potensial yang setimbang E corr, yang nilainya tergantung pada kemampuan dan laju pertukaran elektron pada reaksi katoda dan anoda. Pada saat nilai potensial meningkat dari E corr menjadi E, laju reaksi anoda atau laju korosi secara umum akan meningkat. Polarisasi anoda dapat didefinisikan sebagai Є a = E - E corr. Tanpa polarisasi, laju korosi akan terjadi sangat cepat. Polarisasi akan menurunkan reaksi korosi dan memperkecil logam yang hilang dengan cara merubah potensial pada anoda atau katoda atau pada keduanya, sehingga perbedaan potensial di antara kedua berubah menjadi minimum. Kemampuan logam untuk menahan korosi biasanya bergantung pada posisi mereka dalam deret elektrokimia. 7

Tabel 2.1 Deret Elektrokimia Element Ion Electrode Potential (Volts) Hydrogen Overvoltage (Volts) Magnesium Mg 2+ -1.87 (Base End) 0.7 Zinc Al 3+ -1.35 0.5 Aluminium Zn 2+ -0.76 0.7 Chromium Cr 2+ -0.6 0.32 Iron Fe 2+ -0.44 0.18 Cadmium Cd 2+ -0.4 0.5 Cobalt Co 2+ -0.29 Nickel Ni 2+ -0.22 0.15 Tin Sn 2+ -0.14 0.45 Lead Pb -0.13 0.45 Hydrogen H + 0.00 - Antimony Sb 3+ +0.11 0.42 Copper Cu 2+ +0.34 0.25 Silver Ag + +0.8 0.1 Gold Au 3+ +1.3 (Noble End) 0.35 Oxygen OH - +0.4 Chlorine Cl - +1.36 Jika dua buah logam yang jenisnya berbeda terpisah sangat jauh pada deret elektrokimia, maka arus listrik yang dihasilkan karena kontak yang terjadi diantara keduanya akan semakin besar. Logam yang berada pada deretan tabel bagian atas adalah logam yang aktif, sedangkan logam yang berada pada tabel bagian bawah adalah logam noble. Jadi, semakin kearah atas tabel maka logam akan semakin mudah terkorosi dan semakin ke arah bawah tabel maka logam akan semakin terproteksi. Salah satu contohnya adalah korosi yang terjadi antara tembaga dan besi baja yang direndam dalam larutan asam. 8

Gambar 2.4 Korosi yang terjadi antar tembaga dan besi baja 2.2 Jenis-Jenis korosi Berdasarkan bentuk dan tempat terjadinya, korosi terbagi dalam beberapa jenis antara lain; korosi merata (uniform corrosion), korosi sumuran, korosi antar butir, korosi erosi, korosi galvanik dan korosi celah dan masih banyak lainnya. Berikut ini merupakan penjelasannya; 2.2.1 Korosi Merata Korosi merata atau general corrosion merupakan bentuk korosi yang paling lazim terjadi. Korosi yang muncul terlihat merata pada seluruh permukaan logam dengan intensitas yang sama. Salah satu contohnya adalah effek dari korosi atmosfer pada permukaan logam. Korosi merata terjadi apabila seluruh bagian logam memiliki komposisi yang sama. Korosi jenis ini biasanya dapat diatasi dengan cara meng-coating permukaan logam. Gambar 2.5 Korosi Merata 9

2.2.2 Korosi Sumuran Korosi sumuran merupakan korosi yang muncul dan terkonsentrasi pada daerah tertentu. Bentuk korosi ini biasanya disebabkan oleh klorida. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran sama dengan korosi celah. Hanya saja korosi sumuran ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan korosi celah. Karena jaraknya yang saling berdekatan satu sama lain, korosi sumuran akan mengakibatkan permukaan logam menjadi kasar. Korosi sumuran terjadi karena komposisi material yang tidak homogen, rusaknya lapisan pelindung, adanya endapan dipermukaan material, serta adanya bagian yang cacat pada material. Gambar 2.6 Mekanisme Korosi Sumuran Gambar 2.7 Korosi Sumuran 2.2.3 Korosi Antar Butir Korosi antar butir atau interglanular corrosion merupakan korosi yang terjadi pada graind boundary sebuah logam atau alloy. Korosi tipe ini biasanya disebabkan 10

karena adanya impuritas atau pengotor pada batas butir dan dan terjadi secara lokal disepanjang batas butir pada logam paduan. Gambar 2.8 Korosi Antar Butir Gambar di atas menunjukkan sebuah logam stainless steel yang terkorosi pada bagian yang terkena panas dimana jaraknya tidak jauh dari bagian las-lasan. Ini merupakan tipikal dari korosi antar butir pada austenic stainless steel. Korosi tipe ini dapat dihilangkan dengan menggunakan stailess steel 321 atau 347 atau dengan menggunakan stainless stell yang tingkat karbonnya rendah (304L atau 316L) 2.2.4 Korosi Erosi Korosi erosi merupakan gabungan dari kerusakan elekrokimia dan kecepatan fluida yang tinggi pada permukaan logam. Korosi erosi dapat pula terjadi karena adanya aliran fluida yang sangat tinggi melewati benda yang diam atau statis. Atau bisa juga terjadi karena sebuah objek bergerak cepat di dalam fluida yang diam, misalnya baling-baling kapal laut. Gambar 2.9 Korosi Erosi 11

Bagian permukaan logam yang terkena korosi biasanya relatif lebih bersih jika dibandingkan dengan permukaan logam yang terkena korosi jenis lain. Erosi korosi dapat dikendalikan dengan menggunakan material yang terbuat dari logam yang keras, merubah kecepatan alir fluida atau merubah arah aliran fluida. 2.2.5 Korosi Galvanik Korosi galvanik terjadi apabila dua buah logam yang jenisnya berbeda di pasangkan dan direndam dalam cairan yang sifatnya korosif. Logam yang rebih aktif atau anoda akan terkorosi, sementara logam yang lebih noble atau katoda tidak akan terkorosi. Pada tabel galvanisasi, aluminium dan seng lebih aktif jika dibandingkan dengan baja. Tabel 2.2 Deret Galvanis Metal Volt Commercially pure magnesium -1.75 Magnesium Alloy (6%Al, 3% An, 0.15% Mn) -1.6 Zinc -1.1 Aluminium Alloy (5% seng) -1.05 Commercially pure Aluminium -0.8 Mild steel (clean and shiny) -0.5 sd -0.8 Mild steel (rusted) -0.2 sd -0.5 Cast Iron (non graphitized) -0.5 Lead -0.5 Mild steel in concrete -0.2 Copper, brass, bronze -0.2 High silcon cast iron -0.2 Mill scale on steel -0.2 Carbon, graphite, coke +0.3 12

Gambar 2.10 Mekanisme korosi galvanik Gambar 2.11 Korosi Galvanik Korosi galvanik ini banyak terjadi pada benda yang menggunakan lebih dari satu macam logam sebagai komponennya, misalnya pada automotif. Jika aluminium terhubung langsung dengan baja, maka aluminium akan terkorosi. Untuk mengatasi hal ini, maka di antara aluminium dan baja harus ditempatkan sebuah benda non logam atau isolator untuk memisahkan kontak listrik di antara keduanya. Mekanisme korosi galvanik biasanya digunakan untuk sistem proteksi pada komponen baja, misalnya proteksi pada lambung kapal, tiang penyangga dermaga, pipa baja, tiang penyangga jembatan dan lain sebagainya. 13

2.2.6 Korosi Celah Korosi celah merupakan korosi yang terkonsentrasi pada daerah tertentu. Korosi celah terjadi karena adanya larutan atau elektrolit yang terperangkap di dalam celah atau lubang, misalnya pada sambungan dua permukaan logam yang sejenis, permukaan logam yang retak, baut dan tapal. Elektrolit yang terperangkap pada lubang akan menimbulkan beda konsentrasi oksigen, sehingga terbentuk sel korosi. Daerah dengan konsentrasi oksigen tinggi berperan sebagai katoda dan daerah konsentrasi oksigen rendah berperan sebagai anoda. Gambar 2.12 Mekanisme korosi celah Gambar 2.13 Korosi Celah 14

2.3 Laju Korosi Korosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan misalnya temperatur ph, oksigen, kecepatan fluida, dan zat-zat oksidator. Untuk menghitung laju korosi, terdapat dua metode yang dapat digunakan antara lain metode kehilangan berat atau weight gain loss (WGL) dan metode elektrokimia. W R 534 DAT = (2.1) Dimana R W = laju korosi (mil per year) = kehilangan berat (mg) D = Berat jenis (g/cm 3 ) A = Luas permukaan (inchi 2 ) T = Rentan waktu yang digunakan untuk pengujian (jam) Satuan laju korosi MPY diatas dapat dikonversi dalam beberapa tipe satuan lainnya, antara lain 1 mpy = 0.0254 mm/yr = 25.4 µm/yr = 2.90 mm/h = 0.805 pm/s. Atau laju korosi dapat dihitung dengan persamaan berikut ini; Dimana W R 87600 DAT = (2.2) R W = laju korosi (mil per year) = kehilangan berat (mg) 15

D = Berat jenis (g/cm 3 ) A = Luas permukaan (cm 2 ) T = Rentan waktu yang digunakan untuk pengujian (jam) R 87.6 W DAT = (2.3) Dimana R W = laju korosi (mil per year) = kehilangan berat (mg) D = Berat jenis (g/cm 3 ) A = Luas permukaan (cm 2 ) T = Rentan waktu yang digunakan untuk pengujian (jam) 2.4 Metode Pencegahan Korosi Lima macam metode yang digunakan untuk mengontrol korosi adalah pelapisan atau coating, perlakuan lingkungan, pemilihan material, desain berlebih dan proteksi katodik. 2.4.1 Pelapisan Pelapisan merupakan cara yang paling umum dilakukan untuk melindungi logam dari serangan korosi. Pelapis yang dapat digunakan antara lain cat, logam (galvanisasi, plastik dan semen. Pada dasarnya pelapis-pelapis ini berfungsi untuk melindungi logam dari reaksi yang tidak menguntungkan dengan lingkungan, oleh karena itu pelapis-pelapis ini harus bersifat mudah dilapiskan, memiliki daya adhesi 16

yang baik, dapat bertahan lama dan memiliki sifat tahan terhadap korosi, tahan terhadap temperatur tinggi, tahan air, dan lain sebagainya. 2.4.2 Perlakuan Lingkungan Perlindungan terhadap korosi dapat juga dilakukan dengan mengusahakan lingkungan menjadi tidak korosif. Namun hal ini biasanya hanya bisa dilakukan pada lingkungan terbatas. Misalnya mengurangi atau menghilangkan uap air dan partikelpartikel korosi yang bersifat korosif. 2.4.3 Pemilihan Material Pencegahan korosi dengan memilih material dilakukan dengan menggunakan material logam ataupun paduannya yang bersifat tahan korosi, misalnya titanium ataupun baja tahan karat. 2.4.4 Desain Berlebih dan Perbaikan Desain Pencegahan korosi dengan menggunakan desain berlebih dilakukan dengan cara menambah ukuran material yang sebenarnya, agar umur pakainya dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. 2.4.5 Proteksi Katodik Proteksi katodik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan anoda korban (sacrificial anode) dan inpress current (ICCP). Proteksi katodik dengan anoda korban terjadi saat sebuah logam dihubungkan dengan logam yang lebih reaktif (anoda). Hubungan ini mengarah pada sebuah rangkaian galvanik. Untuk memindahkan korosi secara efektif dari struktur logam, material anoda harus 17

mempunyai beda potensial cukup besar untuk menghasilkan arus listrik. Penggunaan proteksi katodik secara efektif akan menyediakan proteksi yang baik pada seluruh area permukaan material. Kombinasi coating dan proteksi katodik akan memberikan pilihan yang lebih ekonomis dan efektif untuk memproteksi material pada lingkungan tanah dan air laut. Gambar 2.14 Proteksi katodik dengan anoda korban Terdapat tiga macam material yang dibiasanya digunakan dalam proteksi katodik untuk material baja, yaitu magnesium, seng dan aluminium. Pemilihan anoda untuk proteksi tergantung pada restifitas dan elektrolit yang akan digunakan. Berikut ini merupakan keterangannya; Magnesium Anoda magnesium biasanya digunakan untuk proteksi katodik pada lingkungan tanah. Terdapat dua buah alloy megnesium yang umum digunakan pada proteksi katodik yaitu High-Potential Magnesium dan H-1 Alloy. High Potential Alloy dihasilkan langsung dari magnesium yang disuling dari air laut, sementara H-1 Alloy dihasilkan dari magnesium yang diperoleh dari recycling facilities. High-Potential Alloy menyediakan maksimum tegangan keluaran sebesar -1.70 volt relatif terhadap tembaga sulfat sedangkan H-1 18

Alloy menghasilkan tegangan keluaran yang lebih rendah yaitu -1.40 volt relatif terhadap tembaga sulfat. Pemilihan alloy magnesium pada proteksi katodik membutuhkan pertimbangan kebutuhan arus, resistifitas tanah, dan biaya yang akan dikeluarkan. Standar kimia yang dibutuhkan pada alloy magnesium adalah sebagai berikut; Tabel 2.3 Standar kimia alloy magnesium Tabel 2.4 Grade Magnesium Alloy 19

Seng Anoda seng digunakan untuk protesi katodik pada lingkungan tanah yang memiliki resistifitas rendah, beberapa kondisi air seperti air laut, air payau dan air tawar. Berikut ini merupakan tabel komposisi anoda seng untuk pengunaan pada lingkungan air laut. Tabel 2.5 Komposisi anoda seng untuk lingkungan air laut Anoda seng yang standar digunakan pada proteksi katodik di lingkungan air laut dan lingkungan air payau adalah mengandung aluminium dan cadminium. Aluminium Anoda aluminium digunakan pada lingkungan air laut dan beberapa kondisi air tawar. Aluminium memiliki umur yang lebih panjang jika dibandingkan dengan magnesium. Aluminium juga memiliki arus dan karakteristik berat yang lebih baik jika dibandingkan dengan seng. Dalam pembuatannya aluminium biasanya dicampur dengan mercuri, antimoni, indium, tin. 20

Material anoda yang dipilih harus dipertimbangkan dari material yang akan diproteksi. Anoda harus lebih reaktif jika dibandingkan dengan material yang akan diproteksi. Kelemahan dari proteksi katodik sistem anoda korban ini adalah terbatasnya umur pakai anoda serta arus proteksi yang dapat digunakan. Dengan demikian anoda korban harus diganti secara berkala. Berkut ini merupakan tabel sifat anoda galvanis. Anoda Tabel 2.6 Sifat anoda galvanis Effisiensi (%) Energy Capability (Ah/lb) Laju Konsumsi (lb/ay) Potesial Vs CuCuSO4 (volts) Seng 95 353 24.8-1.10 Aluminium 85 830 10.5-1.10 (Al-Zn-In) Magnesium 50 500 17.5-1.45 (H-1 Alloy) Magnesium (High Potensial Alloy) 50 500 17.5-1.70 2.5 Rumus-Rumus Proteksi Katodik dalam Program Luas permukaan pipa baja yang diproteksi ( D / ) L A = 100 dengan : A = luas permukaan pipa (cm 2 ) π = 3.14 D = dimeter pipa (cm) L = panjang pipa (m) π (2.4) 21

Kebutuhan total arus proteksi ( Cd ) lp A 1000 dengan: lp = kebutuhan total arus proteksi (A) A = luas permukaan pipa (m 2 ) Cd = rapat arus (ma/m 2 ) = (2.5) Berat total anoda yang diperlukan lp Y C w tot μ = (2.6) dengan: w tot = berat total anoda yang diperlukan (kg) lp = kebutuhan total arus proteksi (A) Y = umur disain proteksi (tahun) C = laju konsumsi anoda (kg/ampere.tahun) μ = faktor utilisasi (0< μ <1) Jumlah anoda yang diperlukan w tot n = (2.7) w a 22

dengan: n = jumlah anoda yang diperlukan (buah) w tot = berat total anoda yang diperlukan (kg) w a = berat tiap anoda (kg) Jarak pemasangan antar anoda dengan: s = jarak pemasangan antar anoda (m) L = panjang pipa (m) n = jumlah anoda yang diperlukan (buah) L s = (2.8) n Kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda dengan: lp lps = (2.9) n lps = kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda (A) lp = kebutuhan total arus proteksi (A) n = jumlah anoda yang diperlukan (buah) Tahanan Anoda yang dipasang Horizontal ρ 4la Rh = ln 1 2πla dal (2.10) 23

dengan: Rh = tahanan anoda yang dipasang horizontal (ohm) ρ = resistivitas lingkungan (ohm.cm) la = panjang anoda (cm) dal = diameter anoda (cm) Tahanan Anoda yang dipasang Vertikal ρ 8la Rv = ln 1 2πla dal (2.11) dengan: Rv = tahanan anoda yang dipasang vertikal (A) ρ la = resistivitas lingkungan (ohm.cm) = panjang anoda (cm) dal = diameter anoda (cm) Keluaran Arus Proteksi Tiap Anoda Horizontal ( Ea Ec) lah = (2.12) Rh dengan: lah =keluaran arus proteksi tiap anoda horizontal (A) Ea =Potensial anoda (volt) 24

Ec =potensial katoda (volt) Rh = tahanan anoda yang dipasang horizontal (ohm) Keluaran Arus Proteksi Tiap Anoda Vertikal lav ( Ea Ec) = (2.13) Rv dengan: lav = keluaran arus proteksi tiap anoda vertikal (A) Ea =Potensial anoda (volt) Ec =potensial katoda (volt) Rv = tahanan anoda yang dipasang vertikal (ohm) Rumus proteksi katodik pada kapal baja Luas bawah garis air Bm D Cb A = 1.56 Lpp + 6. 25 Dp (2.14) 35 dengan: A = Luas bawah garis air (m 2 ) Lpp =Panjang garis air (m) Bm = Lebar terbesar garis air (m) D = Draft sarat/daya muat kapal (m) Cb = Coefisien block Dp =Diameter propeller (m) 25

Kuat arus yang dibutuhkan 20 A I reg 1000 = (2.15) Dengan: I reg =Arus yang dibutuhkan (A) A = Luas bawah garis air (m 2 ) Current density air laut = 20 mv/a Berat total anoda yang dibutuhkan W = I reg Y 8760 tot (2.16) 2700 0.85 dengan: W tot = berat total kebutuhan anoda (kg) I reg = Arus yang dibutuhkan (A) 2.6 Program Visual Basic 6.0 Visual Basic 6.0 merupakan program penghasil aplikasi yang berkerja pada system operasi windows. Kelebihan dari program ini adalah pemakai tidak perlu bersusah payah untuk menghapal Syntax Procedure karena Auto List Member dan Auto Quick akan selalu menampilkan beberapa pilihan yang dapat digunakan. 26

Gambar 2.15 Auto List Member Dalam Visual Basic 6.0, program aplikasi dibuat pada sebuah bidang kerja yang sebut dengan integrated Development Integration (IDE). Bagian-bagian yang terdapat pada IDE antara lain menu, toolbar, form, window code, toolbox, project explorer, window properties, window form layout dan window immediate. Toolbox Menu Form Toolbar Project Explorer Gambar 2.16 Tampilan IDE Visual Basic 6.0 Window Properties Window Form Layout 27

Agar program berjalan sesuai dengan keinginan, listing program ditulis pada window code. Gambar 2.17 Window Code Selain listing, program membutuhkan beberapa tombol yang digunakan untuk menjalankan program, tombol ini dapat dipilih dari toolbox. Beberapa tombol yang digunakan dalam perangkat lunak proteksi katodik antara lain; Tabel 2.7 Beberapa tombol toolbar dan fungsinya Tombol Nama Fungsi Pointer Penunjuk control. Picture box Menampilkan gambar statis Label Text Box Frame Kontrol untuk menampilkan teks yang tidak dapat diubah oleh pengguna program aplikasi Kontrol untuk membuat area dimana teknya dapat dirubah oleh pengguna program aplikasi Tempat mengelompokkan beberapa kontrol Command Button Option Button Image Tombol pelaksana perintah Melakukan pepilihan dari banyak pilihan Menampilkan gambar Bipmap 28

BAB III PROSEDUR PENELITIAN Dalam perrcobaan ini terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk membuat perangkat lunak pembantu perancangan proteksi katodik system anoda korban. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: 1. Studi literatur Pada tahapan ini dikumpulkan data-data antara lain persamaan-persamaan yang akan digunakan dalam perhitungan proteksi katodik system anoda korban. 2. Membuat program 2.1 Membuat flowchart program 2.2 Membuat program perancangan proteksi katodik system anoda korban. Program atau perangkat lunak Proteksi Katodik Sistem Anoda Korban ini dibuat dengan menggunakan software Visual Basic 6.0. Program dibuat untuk memperoteksi kapal baja, pipa baja dan tiang penyangga dermaga, seperti yang tertera pada Bab I Pendahuluan. 3. Melakukan pengujian Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan program dengan data yang didapat dari hasil percobaan di laboratorium. Percobaan dilakukan dengan cara mengukur laju korosi dengan menggunakan metode kehilangan berat. Pengujian program ini hanya akan dilakukan dengan menggunakan anoda aluminium, seng dan magnesium sesuai dengan yang tertera pada Bab I Pendahuluan. Baja yang digunakan pada pengujian ini adalah baja tipe AISI 1020. Lingkungan air laut diganti dengan air garam 3,5 % dengan variasi kecepatan air. 29

3.1 Persiapan sampel 3.1.1 Baja dan anoda diberi tanda dengan menggunakan stamping. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi sampel. Tanda yang dipilih adalah sebagai berikut: 1 = Baja 2 = Anoda Al 3 = Anoda Zn 3.1.2 Permukaan baja dibersihkan dari karat dengan menggunakan amplas Gambar 3.1 Pengamplasan Gambar 3.2 Sebelum pengamplasan Gambar 3.3 Setelah pengamplasan 30

3.1.3 Membersihkan baja dari organik seperti gemuk maupun minyak dengan menggunakan aseton. 3.1.4 Menimbang massa awal baja dan anoda korban menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 mg. Gambar 3.4 Timbangan BOSCH SAE 200 3.1.5 Baja dihubungkan dengan anoda korban menggunakan kawat tembaga 3.1.6 Memeriksa sambungan baja dan anoda dengan menggunakan multimeter Gambar 3.5 Pengecekan sambungan kabel dengan multimeter 31

3.2 Pelaksanaan Uji Korosi Dalam uji korosi sampel direndam dalam air garam selama 3 hari atau 72 jam dengan beberapa kondisi antara lain; 3.2.1 Air diam (0 m/s) 3.2.2 Air bergerak (0.09 m/s, 0.18 m/s, 0.27 m/s, 0.36 m/s) Agar penelitian dapat lebih terfokus maka dibuat sistimatika penelitian sebagaimana tertera dibawah ini. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Merencanakan tujuan dan program yang akan dibuat Perangkat lunak pembantu perhitungan proteksi katodik system anoda korban Literatur Rumus-rumus proteksi system anoda korban Proses pembuatan program Hasil perhitungan program Literatur Analisis hasil program dan validasi Data penelitian Kesimpulan Gambar 3.6. Diagram Alir Penelitian 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Perancangan Proteksi Katodik Program perancangan proteksi katodik dibuat dengan menggunakan software visual basic 6.0. Program ini menyediakan tiga pilihan aplikasi pada tampilan awal yaitu untuk pipa baja, penyangga dermaga dan kapal baja. Gambar 4.1 Tampilam awal program Masing-masing pilihan aplikasi akan menyediakan perhitungan desain proteksi katodik system anoda korban sesuai dengan kondisi lingkungan yang dikehendaki; di dalam tanah, air laut mengalir, air laut diam. Pada masing-masing aplikasi, pengguna program diminta untuk memasukkan beberapa input data antara lain kondisi lingkungan, jenis anoda yang akan digunakan, presentase coating, umur desain proteksi, dimensi daerah yang akan 33

diproteksi, factor utilisasi, dimensi serta berat anoda yang akan digunakan, potensial anoda dan resistifitas lingkungan. Gambar 4.2 Program desain proteksi untuk pipa baja Gambar 4.3 Program desain proteksi untuk penyangga dermaga 34

Gambar 4.4 Program untuk menghitung proteksi pada kapal baja Dari input data tersebut program akan meng-output luas area yang diproteksi, kebutuhan total arus, berat total anoda yang diperlukan, jumlah anoda yang dibutuhkan, jarak pemasangan antar anoda, kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda, tahanan anoda yang dipasang vertical dan horizontal serta keluaran proteksi tiap anoda vertical dan horizontal. Gambar 4.5. Output Program 35

Output program juga akan memberikan informasi apakah disain proteksi tersebut dapat diaplikasikan atau tidak. Untuk mencoba program ini maka pada program perhitungan proteksi katodik digunakan contoh perhitungan proteksi pada kapal baja dengan data masukkan sebagai berikut: Potensial baja kelingkungan Resistifitas lingkungan Panjang anoda Potensial anoda Panjang garis air Draft Lebar terbesar garis air Diameter propeller Umur desain proteksi Current density air laut Berat anoda Jenis Anoda :1.1 volt : 25 ohm.cm : 30 cm : 1 volt : 82.5 m : 3 m : 11.12 m : 1.5 m : 3 tahun : 20 mv/a : 9 kg : Aluminium Coefficient Block : 0.85 Panjang Anoda Diameter Anoda : 30 cm : 11.89 cm Maka nilai keluaran yang dihasilkan oleh program adalah sebagai berikut; Luas area proteksi : 1172.48 m 2 Kuat arus yang dibutuhkan Berat anoda yang dibutuhkan : 23.45 Ampere :269 kg 36

Jumlah anoda yang dibutuhkan : 30 buah Jarak pemasangan antar anoda : 6.2757 m Kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda Tahanan anoda yang dipasang horizontal Tahanan anoda yang dipasang vertikal : 0.78 Ampere : 0.5736 ohm : 0.7854 ohm Keluaran Arus Proteksi Tiap Anoda Horizontal : 0.1743 Ampere Keluaran Arus Proteksi Tiap Anoda Vertikal : 0.1273 Ampere Nilai keluaran arus proteksi horizontal dan vertikal dibandingkan dengan kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda. Jika nilai keluaran arus proteksi lebih kecil dari pada kebutuhan arus proteksi, maka desain tersebut tidak dapat diaplikasikan. Karena nilai keluaran arus proteksi anoda horizontal 0.1743 Ampere lebih kecil dari pada kebutuhan arus proteksi 0.7854 Ampere maka disain ini tidak dapat diaplikasikan. Karena nilai keluaran arus anoda vertikal 0.1273 Ampere juga lebih kecil dari pada kebutuhan arus proteksi 0.7854 Ampere, maka desain ini juga tidak dapat diaplikasikan. Untuk itu pengguna program harus memasukkan data baru dan mencari desain yang sesuai dengan kebutuhan arus proteksi. Gambar 4.6 Perhitungan desain protesi pada kapal baja 37

4.2 Melakukan Pengujian Untuk membuktikan keakuratan program maka dilakukan penelitian dengan melakukan perendaman pada material baja AISI 1020. Material baja ini direndam dengan empat kondisi yaitu direndam tanpa perlindungan anoda, direndam dengan proteksi anoda aluminium, direndam dengan proteksi anoda seng, dan direndam dengan proteksi anoda magnesium. 4.2.1 Uji Komposisi Sebelum melakukan pengujian ketiga macam material ini dilakukan uji komposisi dengan XRF merek JEOL. Berikut ini merupakan hasil uji komposisinya. a. Komposisi Baja AISI 1020 Tabel 4.1 Komposisi kimia Baja AISI 1020 No Element Designation 1 Carbon (C) 0.18037 2 Silicon (Si) 0.21676 3 Tembaga (Cu) 0.04374 4 Pospor (P) 0.0186 5 Mangan (Mn) 0.50998 6 Lead (Pb) 0.00074 7 Silicon (Si) 0.21676 8 Timah (Sn) 0.00240 9 Aluminium (Al) 0.04769 10 Niobium (Nb) 0.00175 11 Nikel (Ni) 0.02958 12 Molibdenum (Mo) 0.00213 13 Zirkonium (Zr) 0.00064 14 Vanadium (V) 0.00214 15 Wolfram (W) 0.00123 16 Titanium (Ti) 0.00183 17 Cromium (Cr) 0.03662 18 Besi (Fe) 98.8982 38

b. Komposisi Anoda Anoda Korban Tabel 4.2 Komposisi Kimia Anoda Aluminium No Element Designation 1 Aluminium (Al) Remainder 2 Silicon (Si) 0.151 3 Titanium (Ti) 0.0123 4 Mercury (Hg) - 5 Besi (Fe) 0.0617 6 Seng (Zn) 2.29 7 Magnesium (Mg) - 8 Indium (In) 0.0165 9 Tembaga (Cu) - 10 Cadmium (Cd) - Tabel 4.3 Komposisi Kimia Anoda Seng No Element Designation 1 Seng (Zn) remaider 2 Besi (Fe) 0.40 3 Timah (Sn) - 4 Tembaga (Cu) - 5 Aluminium (Al) 0.418 6 Cadmium (Cd) 0.0417 7 Indium (In) - 8 Lead (Pb) 0.0007 9 Silicon (Si) 0.0004 10 Thalium (Tl) - 39

Tabel 4.4 Komposisi kimia anoda magnesium No Element Designation 1 Aluminium (Al) 3.754 2 Seng (Zn) 6.998 3 Mangan (Mn) - 4 Silicon (Si) 2.118 5 Tembaga (Cu) - 6 Nikel (Ni) - 7 Besi (Fe) 0.0383 8 Calcium (Ca) - 9 Timbal (Pb) 0.0121 10 Magnesium (Mg) Remainder 4.2.2 Uji Korosi Dimensi dan massa seluruh sampel di ukur sebelum melakukan pengujian. Dimensi diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.001 cm. Sedangkan berat sampel diukur menggunakan timbangan dengan ketelitian 0.1 mg. Sesuai dengan kondisi lingkungan yang telah disebutkan pada Bab III bahwa sampel di rendam dalam air garam dengan variasi kecepatan; 0.00 m/s, 0.09 m/s, 0.18 m/s, 0.27 m/s dan 0.36 m/s selama 3 hari atau 72 jam. Berikut ini merupakan data yang didapat dari hasil pengujian. a. Baja AISI 1020 tanpa proteksi Tabel 4.5 Laju korosi baja AISI 1020 Kecepatan Air (m/s) ph rata-rata Pengurangan Berat (mg) Laju Korosi (mm/yr) 0.00 7.02 25.1 0.1351 0.09 7.02 84.8 0.4484 0.18 7.02 158 0.8062 0.27 7.02 193 1.0076 0.36 7.02.246 1.2842 40

Dari table data 4.5 dibuat sebuah grafik hubungan antara kecepatan alir air dengan laju korosi baja AISI 1020. Gambar 4.7 Grafik pengaruh kecepatan air terhadap laju korosi baja AISI 1020 tanpa proteksi Laju korosi baja AISI 1020 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3) pada BAB II. Berikut ini merupakan salah satu contoh perhitungannya W = 25.1 mg D = 7.86 g/cm 3 A = 28.75 cm 3 T = 72 jam 41

b. Kebutuhan berat anoda korban Tabel 4.6 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda aluminium Kecepatan air (m/s) ph rata-rata Luas area (cm 2 ) T (jam) 0.00 7.04 28.708 72 0.0803 0.09 7.04 29.025 72 0.1018 0.18 7.04 28.639 72 0.1184 0.27 7.04 28.000 72 0.1255 0.36 7.04 28.685 72 0.1375 Pengurangan berat (mg) Sementara nilai yang didapat dari perhitungan program adalah sebagai berikut; V = 0 m/s (air diam) A = 28.708 cm 2 atau 0.0028 m 2 Y = 3 hari atau 0.008 tahun Cd = 269 ma/m 2 C = 3.2 kg/ay = 0.90 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere 42

V = 0.09 m/s (air bergerak) A = 29.025 cm 2 atau 0.0029 m 2 Y = 3 hari atau 0.008 tahun Cd = 377 ma/m 2 C = 3.2 kg/ay = 0.90 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere 43

Berikut ini merupakan table data dari hasil perhitungan kebutuhan berat anoda Al Tabel 4.7 Perhitungan kebutuhan anoda aluminium Kecepatan Air (m/s) Luas Area (cm 2 ) T (Jam) W (mg) 0.00 28.708 72 0.021 0.09 29.025 72 0.031 0.18 28.639 72 0.030 0.27 28.000 72 0.030 0.36 28.685 72 0.030 Hasil perhitungan program kemudian dibandingkan dengan data pengujian dalam grafik berikut ini Gambar 4.8 Perbandingan kebutuhan berat anoda Al dari data pengujian dan hasil perhitungan program Tabel 4.8 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda seng ph rata-rata Luas area (cm 2 ) T (jam) 0.00 7.04 28.328 72 0.1787 0.09 7.04 28.000 72 0.1791 0.18 7.04 27.904 72 0.2115 0.27 7.04 28.434 72 0.2265 0.36 7.04 28.486 72 0.2547 Kecepatan air (m/s) Pengurangan berat (mg) 44

Sementara nilai yang didapat dari perhitungan program adalah sebagai berikut; V = 0 m/s (air diam) A = 28.328 cm 2 atau 0.0028 m 2 Y = 3 hari atau 0.008 tahun Cd = 269 ma/m 2 C = 11.2 kg/ay = 0.90 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere V = 0.09 m/s (air bergerak) A = 28.000cm 2 atau 0.0028 m 2 Y = 3 hari atau 0.008 tahun Cd = 377 ma/m 2 C = 11.2 kg/ay = 0.90 45

Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere Tabel 4.9 Perhitungan kebutuhan anoda Seng Kecepatan Air (m/s) Luas Area (cm 2 ) T (Jam) W (mg) 0.00 28.328 72 0.0749 0.09 28.000 72 0.105 0.18 27.904 72 0.101 0.27 28.434 72 0.105 0.36 28.486 72 0.105 Hasil perhitungan program kemudian dibandingkan dengan data pengujian dalam grafik berikut ini 46

Gambar 4.9 Perbandingan kebutuhan berat anoda seng dari data pengujian dan hasil perhitungan program Tabel 4.10 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda magnesium Kecepatan air (m/s) ph rata-rata Luas area (cm 2 ) T (jam) 0.00 7.04 29.971 72 3.7182 0.09 7.04 29.017 72 4.3554 0.18 7.04 29.850 72 4.8623 0.27 7.04 28.810 72 4.4911 0.36 7.04 28.860 72 4.8750 Pengurangan berat (mg) Sementara nilai yang didapat dari perhitungan program adalah sebagai berikut; V = 0 m/s (air diam) A = 29.971cm 2 atau 0.0029 m 2 Y = 3 hari atau 0.008 tahun Cd = 269 ma/m 2 C = 8 kg/ay = 0.90 47

Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere V = 0.09 m/s (air bergerak) A = 29.017 cm 2 atau 0.0029 m 2 Y = 3 hari atau 0.008 tahun Cd = 377 ma/m 2 C = 8 kg/ay = 0.90 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere 48

Tabel 4.11 Perhitungan kebutuhan anoda magnesium Kecepatan Air (m/s) Luas Area (cm 2 ) T (Jam) W (mg) 0.00 29.971 72 0.055 0.09 29.017 72 0.077 0.18 29.850 72 0.077 0.27 28.810 72 0.075 0.36 28.860 72 0.075 Gambar 4.10 Perbandingan kebutuhan berat anoda Magnesium dari data pengujian dan hasil perhitungan program 4.2.3 Potensial Proteksi Potensial proteksi anoda korban aluminium, seng dan magnesium terhadap katoda baja AISI 1020. Berikut ini merupakan hasil pengukuran yang telah dilakukan; 49

Tabel 4.12 Potensial proteksi terhadap pasangan katoda dan anoda No Anoda korban Potensial proteksi ph 1 Aluminium -0.497 7.43 2 Seng -0.933 4.27 3 Magnesium -0.919 11.42 Jika dilihat dari data pada table 4.12 dapat diketahui bahwa potensial proteksi anoda aluminium lebih positif jika dibandingkan dengan anoda seng dan magnesium 4.3 Analisis Hasil Perhitungan Hasil perhitungan dari program proteksi katodik system anoda korban yang telah dibuat dengan program Visual Basic 6.0 dibandingkan dengan data yang diperoleh dari hasil eksperimen. Perbandingan yang dilakukan meliputi angka-angka yang diperoleh program serta presentase selisihnya terhadap angka yang diperoleh dari data eksperimen. 4.3.1 Baja AISI 1020 tanpa proteksi Baja yang berada pada lingkungan air laut (NaCl) akan mengalami korosi karena adanya ion Cl-. Ion Cl- akan memecah lapisan pasif pada baja. Saat bersentuhan dengan permukaan logam, ion Cl- akan melarutkan ion-ion logam dan memudahkan ion-ion tersebut masuk ke larutan. Laju korosi baja AISI 1020 ternyata akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya nilai kecepatan air. Berikut ini merupakan grafik pengaruh kecepatan air terhadap perubahan laju korosi pada baja. 50

Gambar 4.11 Efek kecepatan air laut terhadap laju korosi pada baja [9] Gambar grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan air laut maka semakin tinggi pula laju korosi pada baja. Hal ini sesuai dengan teori yang tercantum pada Bab 2. Landasan teori bahwa laju korosi logam dipengaruhi oleh aliran fluida. 4.3.2 Anoda Aluminium Berat total anoda aluminium yang diperlukan untuk memproteksi baja AISI 1020 dalam kondisi air diam pada experiment adalah 0.0803 mg. Sementara kebutuhan berat anoda aluminium yang didapat dari hasil perhitungan adalah 0.021 mg, terdapat perbedaan nilai yang signifikan. Jadi perbedaan hasil perhitungan program terhadap hasil eksperiment adalah sebagai berikut 51

Tabel 4.13 Perbedan nilai kebutuhan berat anoda aluminium hasil experiment dan hasil perhitungan program Kecepatan Air (m/s) Data Eksperiment (mg) Data Perhitungan Program (mg) Persentase Perbedaan 0.00 0.0803 0.021 73.8% 0.09 0.1018 0.031 69.5% 0.18 0.1184 0.030 74.6% 0.27 0.1255 0.030 76.1% 0.36 0.1375 0.030 78.1% 4.3.3 Anoda Seng Tabel 4.14 Perbedan nilai kebutuhann berat anoda seng hasil experiment dan hasil perhitungan program Kecepatan Air (m/s) Data Eksperiment (mg) Data Perhitungan Program (mg) Persentase Perbedaan 0.00 0.1787 0.074 58.5% 0.09 0.1791 0.105 41.3% 0.18 0.2115 0.101 52.2% 0.27 0.2265 0.105 53.6% 0.36 0.2547 0.105 58.7% 4.3.4 Anoda Magnesium Tabel 4.15 Perbedan nilai kebutuhan berat anoda magnesium hasil experiment dan hasil perhitungan program Kecepatan Air (m/s) Data Eksperiment (mg) Data Perhitungan Program (mg) Persentase Perbedaan 0.00 3.7182 0.055 98.5% 0.09 4.3554 0.077 98.2% 0.18 4.8623 0.077 98.4% 0.27 4.4911 0.075 98.3% 0.36 4.8750 0.075 98.4% 52

Jika melihat nilai pengurangan berat yang terdapat pada anoda magnesium, jelas sekali bahwa pengurangan berat yang terjadi sangat besar jika dibandingkan dengan pengurangan berat yang terjadi pada anoda aluminium dan seng. Pada table deret elektrokimia berikut ini juga diterangkan bahwa pada table bagian atas merupakan logam yang lebih reaktif atau lebih mudah terkorosi. Tabel 4.16 Deret Elektrokimia Metal Volt Commercially pure magnesium -1.75 Magnesium Alloy (6%Al, 3% An, 0.15% Mn) -1.6 Zinc -1.1 Aluminium Alloy (5% seng) -1.05 Commercially pure Aluminium -0.8 Mild steel (clean and shiny) -0.5 sd -0.8 Mild steel (rusted) -0.2 sd -0.5 Cast Iron (non graphitized) -0.5 Lead -0.5 Mild steel in concrete -0.2 Copper, brass, bronze -0.2 High silcon cast iron -0.2 Mill scale on steel -0.2 Carbon, graphite, coke +0.3 Magnesium berada pada table bagian paling atas serta memiliki nilai elektrode potensial paling negative jika dibandingkan dengan aluminium dan seng. Dengan demikian magnesium paling reaktif jika dibandingkan dengan aluminium dan seng. Hal inilah yang menyebabkan pengurangan berat anoda magnesium lebih besar jika dibandingkan dengan pengurangan berat anoda aluminium dan anoda seng. Oleh 53

karena itu sebaiknya anoda magnesium tidak digunakan untuk memproteksi baja pada lingkungan air laut. Demikian halnya dengan seng, seng memiliki elektroda potensial yang lebih negative dari pada aluminium dan lebih positif jika dibandingkan dengan magnesium. Hal inilah yang menyebabkan pengurangan berat anoda seng lebih tinggi jika dibandingkan dengan aluminium dan lebih rendah jika dibandingkan dengan magnesium. Jika membandingkan nilai pengurangan berat anoda yang didapat dari eksperimen dan nilai pengurangan berat anoda yang didapat dari perhitungan program, terlihat adanya perbedaan nilai kebutuhan berat anoda. Hal ini terjadi karena program tidak memperhitungkan kecepatan air laut, sementara data pada eksperimen menunjukkan bahwa kecepatan air laut sangat mempengaruhi kebutuhan berat anoda. Dimana semakin tinggi kecepatan air maka semakin tinggi pula kebutuhan berat anoda korban. Selain itu pada bab 2 landasan teori juga disebutkan bahwa laju korosi dipengaruhi oleh beberapa factor, dimana salah satunya adalah laju fluida. Agar program ini dapat digunakan maka program harus memasukkan sebuah nilai konstanta pengali pada kebutuhan berat anoda agar perhitungan program sesuai dengan data yang didapat dari eksperimen atau menambahkan persamaan yang memperhitungkan pengaruh laju fluida terhadap laju korosi dan pengurangan berat anoda. 54