III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon

dokumen-dokumen yang mirip
III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

III. METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

DESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II TINJAUAN TEORI

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2014 dan objek penelitian pada

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Studi Kelayakan Bisnis. Desain Studi Kelayakan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan seorang engineer sehingga menghasilkan pilihan yang. suatu proses analisa, teknik dan perhitungan ekonomi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

Entrepreneurship and Innovation Management

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

III. METODOLOGI PENELITIAN

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama setiap perusahaan adalah meningkatkan dan mengoptimalkan

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik)

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon zizanoid) pada kondisi risiko di Kabupaten Garut yaitu studi kelayakan usaha, aspek-aspek studi kelayakan, konsep nilai waktu uang, kriteria kelayakan investasi, dan risiko dalam investasi. 3.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumbersumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk menghasilkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al, 1999). Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhamad.2000). Menurut Kadariah et al (1999), tujuan analisis suatu usaha adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan terbatas. Oleh karena itu, perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka. Studi kelayakan usaha sangat perlu dilakukan untuk menentukan apakah dan sampai berapa jauhkah proyek tersebut dapat memberikan benefit yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sejumlah sumber dapat dinikmati pada saat ini dan masa yang akan datang.

25 Sumber tersebut dapat ditingkatkan dengan cara menginvestasikan sebagian sumber-sumber yang tersedia pada saat ini. Melalui investasi tersebut, sumbersumber itu menjadi modal yang merupakan salah satu faktor produksi yang menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi di waktu yang akan datang. Secara umum studi kelayakan mencakup aspek pasar, aspek teknik, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial (Husnan dan Muhamad.2000). Menurut Kadariah et al (1999), bahwa setiap aspek tersebut terdapat suatu macam analisis yang menitikberatkan aspek itu. Tetapi dalam rangka ilmu evaluasi proyek biasanya hanya ditekankan dua macam analisis yaitu analisis finansial dan analisis ekonomis. Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Analisis ekonomis merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut perkonomian secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis finansial. Menurut Kadariah et al (1999), benefit proyek dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: direct benefit, indirect benefit, dan intangible benefit. Direct benefit dapat berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang disebabkan oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan kerugian, dan penurunan biaya. Kenaikan dalam nilai output dapat disebabkan oleh kenaikan produk fisik, perbaikan mutu produk, perbaikan dalam lokasi dan waktu penjualan, dan perubahan dalam bentuk. Sedangkan penurunan biaya dapat berupa keuntungan dari mekanisasi, penurunan biaya pengangkutan, dan penurunan kerugian. Indirect benefit merupakan benefit yang dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek. Indirect benefit

26 terdiri dari multiplier effect dari proyek, benefit yang disebabkan karena adanya economic of scale, dari benefit yang ditimbulkan karena adanya dynamic secondary effects berupa perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh perbaikan kesehatan atau keahlian. Intangible benefit suatu proyek adalah benefit yang sulit dinilai dengan uang, seperti: perbaikan lingkungan hidup, perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan, integrasi nasional, pertahanan nasional, dan lain sebagainya. Biaya dan manfaat yang dirasakan dalam menjalankan suatu proyek ditentukan oleh laju inflasi. Semakin cepat laju inflasi maka semakin besar pula ukuran benefit yang dinyatakan dalam uang atas dasar harga yang berlaku. Di lain pihak, terjadinya inflasi akan mempengaruhi ukuran biaya. Namun, biasanya benefit dari suatu proyek lebih besar daripada biayanya. Jika tidak, maka proyek tersebut harus ditolak. Oleh karena itu, inflasi akan membesarkan benefit bersih yang diukur atas dasar harga yang berlaku. Selain itu, terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek (Kadariah et al, 1999), antara lain: a. Ukuran umum yang dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yaitu sama dengan umur ekonomis dari proyek. Umur ekonomis suatu aset ialah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya. b. Proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar lebih mudah untuk menggunakan umur teknis daripada umur-umur pokok investasi. Dalam hal ini untuk proyek-proyek tertentu umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolescence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru

27 yang jauh lebih efisien). Keadaan ini banyak terdapat dalam proyek-proyek pertanian. c. Proyek-proyek yang umurnya lebih lama daripada 25 tahun dapat diambil 25 tahun. Hal tersebut dikarenakan tahun-tahun setelah itu jika di discount dengan discount rate sebesar 10 persen ke atas maka present value nya akan kecil. 3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Dalam studi kelayakan usaha terdapat aspek-aspek yang perlu dianalisis. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek pasar, teknis, keuangan, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial (Husnan dan Muhamad, 2000). 1. Aspek Pasar Aspek ini mempelajari tentang permintaan dan proyeksinya baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis, konsumen, perusahaan besar pemakai. Selain itu, aspek pasar mempelajari tentang penawaran baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan menjadi hal yang penting untuk dianalisis. 2. Aspek Teknis Aspek teknis mencakup studi dan pengujian pendahuluan, skala produksi, proses produksi, mesin-mesin dan perlengkapan, perlengkapan-perlengkapan tambahan dan pekerjaan-pekerjaan teknis tambahan, penanganan limbah produksi, tata letak produksi, pemilihan lokasi, jadwal kerja, dan teknologi yang akan digunakan.

28 3. Aspek Keuangan Aspek keuangan mencakup dana yang diperlukan untuk investasi baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja, sumber-sumber pembelanjaan yang akan digunakan, taksiran penghasilan, biaya, rugi laba pada berbagai tingkat operasi, manfaat dan biaya dalam arti finansial, dan proyeksi keuangan. 4. Aspek Manajemen Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan proyek dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan proyek, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana proyek tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian proyek tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan usaha. 5. Aspek Hukum Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. 6. Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Pada aspek ini yang dipelajari adalah pengaruh proyek tersebut terhadap peningkatan pendapatan negara, devisa yang bisa dihemat dan yang bisa diperoleh. Selain itu, hal yang dipelajari adalah penambahan dan pemerataan kesempatan kerja, bagaimana pengaruh proyek tersebut terhadap industri lain, dan aspek yang bersifat sosial. Aspek yang bersifat sosial seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, dan lain sebagainya. Aspek sosial merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang

29 mungkin dialami oleh masyarakat tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama. Tetapi manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada. Aspek lingkungan misalnya kegiatan usahatani akarwangi yang tidak mengakibatkan kerusakan alam. 3.1.3. Konsep Nilai Waktu Uang Menurut Kadariah et al (1999), bahwa sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi orang daripada jumlah yang sama jika tersedia baru dalam satu tahun. Hal itu yang disebut time preference yang berlaku baik secara perseorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Di lain pihak, diketahui pula bahwa jumlah mutlak dari sumber yang tersedia untuk konsumsi dapat kita tingkatkan dengan cara menginvestasikan sebagian sumbersumber yang tersedia pada saat ini daripada sekaligus mengkonsumsi seluruhnya. Melalui investasi tersebut, sumber-sumber itu menjadi modal yang merupakan salah satu faktor produksi yang menghasilkan barang dan jasa untuk konsumsi di waktu yang akan datang. Time preference dan produktivitas atau efisiensi modal berhubungan timbal balik di dalam pasar modal dimana penawaran merupakan tabungan masyarakat sedangkan permintaan berasal dari pihak yang mencari keuntungan melalui penanaman modal. Harga yang ditentukan oleh hubungan timbal balik itu ialah harga modal, yaitu tingkat bunga. Oleh karena itu, tingkat bunga membandingkan arus biaya dan benefit yang penyebarannya di dalam waktu tidak merata maka diterapkan proses discounting. Setiap nilai tingkat bunga diasumsikan telah/akan didapat/dibayar, terdapat suatu discount factor yang bermanfaat dalam kegiatan evaluasi proyek.

30 3.1.4. Kriteria Kelayakan Investasi Dalam mencari suatu ukuran menyeluruh tentang layak atau tidaknya suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks-indeks tersebut disebut investment criteria. Setiap indeks menggunakan present value yang telah di discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu proyek. Setiap kriteria digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek untuk dijalankan. Selain itu digunakan untuk memberi urutan (ranking) berbagai usul investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing. Kriteria investasi tersebut antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit- Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Profitability Ratio (PV/K) (Kadariah et al, 1999). 1. Net Present Value (NPV) Menurut Husnan dan Muhamad (2000), metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Nilai sekarang dapat dihitung dengan menentukan tingkat bunga terlebih dahulu. Pada dasarnya, tingkat bunga tersebut adalah tingkat bunga pada saat kita menganggap keputusan investai masih terpisah dari keputusan pembelanjaan ataupun waktu kita mulai mengaitkan keputusan investasi dengan keputusan pembelanjaan. Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi, maka proyek ini dikatakan menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan. Apabila lebih kecil (NPV negatif) proyek dinilai tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dijalankan.

31 2. Internal Rate of Return (IRR) Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang diisyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan dan sebaliknya bila lebih kecil dikatakan merugikan (Husnan dan Muhamad, 2000). 3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan angka perbandingan antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria yang digunakan untuk net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C ratio sebesar satu atau lebih jika arus biaya dan manfaat didiskonto pada tingkat biaya opportunitas kapital (Gittinger, 1986). 4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C merupakan angka perbandingan antara benefit kotor dan cost kotor. Cost dalam hal ini mencakup segala jenis biaya sosial baik modal maupun rutin. Gross B/C bersifat peka terhadap angka perbandingan biaya rutin terhadap benefit kotor. Maka sebagai kriteria pemilihan proyek, gross B/C dapat menghsilkan kesimpulan yang keliru dan hendaknya jangan digunakan dalam analisis benefit cost (Kadariah et al, 1999). 5. Profitability Ratio (PV/K) Menurut Kadariah et al (1999), metode ini membedakan antara biaya modal dengan biaya rutin. Angka perbandingan ini dianggap mengukur

32 rentabilitas suatu investasi di atas tingkat discount rate-nya. Biasanya lebih mendekati Net B/C daripada Gross B/C. Apabila benefit atau biaya rutin mulai tampak hanya sesudah proses investasi selesai, seperti halnya jika pengeluaran tahun-tahun pertama suatu proyek terbatas pada biaya modal saja ataupun biaya rutin tidak pernah melebihi benefit kotor dalam suatu tahun tertentu, maka profitability ratio betul-betul sama-sama dengan Net B/C. 6. Payback Period (PP) Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Oleh karena itu, satuan hasilnya bukan persentase tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Dasar yang dipergunakan adalah aliran kas bukan laba. Bila periode payback ini lebih pendek daripada yang diisyaratkan maka proyek dikatakan menguntungkan sedangkan bila lebih lama proyek ditolak. Merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan untuk melunasi seluruh pengeluaran investasi. Semakin pendek periode pengembalian investasi suatu proyek akan semakin baik. Data yang digunakan untuk menghitung payback period ini menggunakan data yang telah didiskontokan. 3.1.5. Risiko dalam Investasi Setiap usulan investasi selalu mempunyai risiko (Husnan dan Muhamad, 2000). Semakin tinggi risiko suatu investasi, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta para pemilik modal yang menanamkan modalnya. Ada beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam memasukkan faktor risiko dalam investasi. Masalah pokok dalam pemasukan faktor risiko dalam investasi antara lain adalah

33 dalam pendefinisian risiko tersebut. Maka, hubungan yang positif antara resiko dan tingkat keuntungan harus tetap berlaku. Menurut Husnan dan Muhamad (2000), risiko adalah kemungkinan penyimpangan nilai riil dari nilai yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan penyimpangan, semakin besar risiko yang dimiliki investasi tersebut. Secara statistik, penyebaran nilai dari apa yang diharapkan diukur dengan deviasi standar distribusi. Semakin besar deviasi standar tingkat keuntungan, semakin besar kemungkinan menyimpang dari rata-ratanya. Bila risiko suatu investasi bernilai nol, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan seharusnya adalah tingkat keuntungan yang tidak mengandung risiko (tingkat keuntungan bebas risiko). Tetapi bila risiko suatu investasi yang diukur dengan deviasi standar, maka teori yang berlaku adalah teori portofolio dan model penentuan harga aktiva. Teori portofolio dan metoda penentuan harga aktiva berguna dalam masalah penilaian investasi dengan memasukkan unsur risiko (yang diukur dengan deviasi standar) bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi yaitu dengan memiliki beberapa jenis investasi. Dengan memiliki beberapa jenis investasi (portofolio), maka fluktuasi tingkat keuntungan akan makin berkurang karena saling menghilangkan. Dengan demikian deviasi standar dari sekumpulan investasi akan cenderung lebih kecil daripada deviasi standar suatu investasi saja. Menurut Weston dan Copeland (1995), terdapat tiga jenis risiko proyek. Pertama, risiko berdikari dari proyek itu sendiri yaitu risiko yang didasari asumsi bahwa proyek tersebut merupakan satu-satunya aktiva perusahaan dan bahwa perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan yang dimiliki para investor bersangkutan. Kedua, risiko dalam perusahaan yaitu risiko yang diukur

34 tanpa mempertimbangkan diversifikasi portofolio dari pemegang saham. Risiko ini diukur dari variabilitas laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu proyek tertentu. Ketiga, risiko pasar atau beta yaitu bagian dari risiko proyek yang tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi. Risiko ini diukur dengan beta koefisien. Titik awal untuk menganalisis risiko berdikari dari suatu proyek adalah penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas proyek. Tiga teknik untuk memperkirakan risiko berdikari proyek: (1) analisis sensitivitas, (2) analisis skenario, dan (3) Analisis Monte Carlo. 1. Analisis Sensitivitas Menurut Kadariah et al (1999), analisis sensitivitas tujuannya adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang mungkin terjadi antara lain: kenaikan dalam biaya konstruksi (cost over run), perubahan dalam harga hasil produksi dan terjadi penurunan pelaksanaan pekerjaan. Pada bidang pertanian, proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama, yaitu, harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil (Gittinger, 1986). 2. Analisis Skenario Analisis skenario adalah teknik analisis risiko yang mempertimbangkan baik sensitivitas NPV terhadap perubahan variabel-variabel kunci maupun rentangan (range) dari nilai-nilai variabel yang memungkinkan. Pada umumnya risiko berdikari suatu proyek tergantung pada kedua hal tersebut. Oleh karena itu, analisis skenario lebih lengkap dibandingkan dengan analisis sensitivitas karena

35 analisis sensitivitas hanya mempertimbangkan faktor sensitivitas NPV terhadap perubahan variabel-variabel kunci. Dalam analisis skenario, terdapat keadaan yang buruk dan baik. NPV untuk keadaan buruk dan baik kemudian dihitung dan dibandingkan dengan NPV yang diharapkan atau NPV dasar. Nilai-nilai skenario terburuk dan terbaik dapat diterapkan pada biaya tetap dan biaya variabel, tarif pajak penghasilan, nilai sisa, dan sebagainya (Weston & Copeland,1995). 3. Analisis Monte Carlo Menurut (Weston & Copeland, 1995), simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis resiko dimana kejadian yang cukup memungkinkan akan terjadi di masa yang datang disimulasikan dalam komputer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko. Dalam hal ini, simulasi memerlukan komputer dengan daya yang cukup besar dengan disertai paket perangkat lunak untuk perencanaan keuangan yang efisien, sementara analisis skenario dapat dilakukan hanya dengan menggunakan perangkat komputer (PC) serta program Spreadsheet atau bahkan hanya dengan menggunakan kalkulator sekalipun. Keunggulan utama dari simulasi adalah dapat menunjukkan berbagai hasil yang mungkin sekaligus dengan probabilitasnya. 3.1.5.1. Konsep Expected Return Weston dan Copeland (1995), menyatakan bahwa terdapat tiga jenis sikap terhadap risiko yaitu yang senang mengambil risiko (risk seeker), anti risiko (risk averter), dan acuh terhadap risiko (risk indiference). Kelompok pengambil risiko apabila dihadapkan pada dua pilihan yaitu investasi yang kurang atau lebih mengandung risiko dengan perkiraan jumlah hasl yang sama, maka seorang

36 pengambil risiko akan lebih suka memilih jenis investasi yang lebih mengandung risiko. Tetap bagi seorang penghndar riisiko akan cenderung akan menjatuhkan keputusannya pada jenis investasi yang kurang mengandung risiko. Sementara itu, seorang yang acuh terhadap risiko tidak akan peduli akan jenis investasi mana yang dipilih. Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi maka nilai yang diharapkan semakin besar. 3.1.5.2. Penilaian Risiko Weston dan Copeland (1995), menyatakan bahwa penilaian risiko dalam investasi diukur dari tiga hal yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. NPV yang diharapkan merupakan penjumlahan dari setiap probabilitas dikalikan dengan NPVnya. Koefisien variasi merupakan pembagian dari standar devasi dan NPV yang diharapkan. Bila nilai dari NPV yang diharapkan, koefisien variasi, dan standar deviasi besar maka tingkat risiko yang dihadapi tinggi.. 3.2. Kerangka Operasional Akarwangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang potensial untuk dikembangkan. Lahan yang tersedia untuk dibudidayakan mencapai 2.400 Ha. Namun, realisasi lahan yang baru diusahakan mencapai 1.733 Ha (Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kab.Garut, 2006). Oleh karena itu, masih tersedia lahan seluas 667 Ha yang masih belum diusahakan. Upaya pengembangan usaha akar wangi dilakukan melalui pemanfaatan lahan seluas 667 Ha. Dalam melakukan pengembangan usaha, perlu dilakukan analisis kelayakan agar menghindari kerugian yang terlalu besar dalam hal penanaman modal, meminimalisasi biaya, dan mempertimbangkan risiko dalam

37 investasi. Analisis kelayakan dilakukan pada aspek-aspek kelayakan usaha yaitu aspek teknis, pasar, sosial, dan finansial. Aspek finansial dilakukan lakukan pada keadaan normal (tanpa risiko). Pada keadaan ini, aspek finansial yang akan dianalisis adalah NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Pada kondisi lain yaitu analisis risiko dimana kegiatan investasi dengan risiko. Pada kondisi ini, tingkat risiko diperhatikan pada kegiatan investasi sehingga diperoleh nilai NPV yang diharapkan. Setelah analisis tersebut dilakukan, selanjutnya dapat diketahui apakah pemanfaatan lahan seluas 667 Ha layak diusahakan atau tidak. Bila tidak layak, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan budidaya akarwangi yang sedang berjalan di Kabupaten Garut. Bila analisis tersebut menunjukkan kelayakan, maka upaya pengembangan usaha akarwangi melalui pemanfaatan lahan seluas 667 Ha dapat dijalankan. Tahap-tahap analisis kelayakan pengembangan usaha akarwangi di Kabupaten Garut tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 4.

38 Akarwangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang potensial untuk dikembangkan Upaya pengembangan usaha akarwangi Pemanfaatan lahan seluas 667 Ha karena luas lahan yang tersedia mencapai 2400 Ha. Sedangkan luas lahan yang diusahakan baru mencapai 1.733 Ha Kelayakan Investasi Aspek-aspek: - Aspek Teknis - Aspek Pasar - Aspek Sosial dan Lingkungan - Aspek Finansial NPV IRR Net B/C PP Analisis Risiko (NPV yang diharapkan) Layak Tidak Layak Pengembangan usaha akar wangi melalui penggunaan lahan seluas 2.400 Ha secara optimal Lakukan Evaluasi Gambar 4. Tahap-Tahap Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Akarwangi di Kabupaten Garut

39 Dalam melakukan kegiatan pengembangan usaha akarwangi melalui pemanfaatan lahan seluas 667 Ha tidak terlepas dari risiko yang akan dihadapi. Risiko tersebut berupa risiko volume produksi dan risiko harga output. Kegiatan budidaya dan penyulingan akarwangi menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Adanya fluktuasi dari volume produksi dan harga output menyebabkan adanya risiko volume produksi dan harga output (Fariyanti, 2008). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dianalisis kelayakan usaha budidaya dan penyulingan bila melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi masa yang akan datang. Pada pengukuran tingkat risiko pengembangan usaha akarwangi, tidak memperhitungkan risiko harga input. Hal ini dikarenakan bibit akar wangi sendiri tidak mempengaruhi tingkat risiko yang signifikan. Bibit tidak secara signifikan mempengaruhi risiko, dikarenakan penggunaan bibit hanya dilakukan pada tahun pertama saja, selanjutnya bibit yang digunakan pada musim-musim tanam berikutnya diperoleh dari tanaman akar wangi yang dipanen, dimana hasil panen tersebut disisihkan sejumlah tertentu untuk digunakan kembali sebagai bibit untuk musim tanam berikutnya. Analisis kelayakan usaha dilakukan pada kegiatan budidaya dan penyulingan dengan menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha seperti aspek teknis, pasar, sosial dan lingkungan, dan finansial. Kriteria kelayakan investasi yang dianalisis adalah NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Bila hasil analisis menunjukkan tingkat kelayakan, maka pengembangan usaha akarwangi melalui pemanfaatan lahan 667 Ha dapat dijalankan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5.

40 Risiko Volume Produksi Harga Output Kelayakan Usaha Akawangi: - Budidaya - Penyulingan Layak atau Tidak Layak Diusahakan Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional